Anda di halaman 1dari 130

i

ii
iii
iv
v
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama Lengkap : Nurul Annisa Hasan

Tanggal Lahir : Maero, 08 November 1998

Tahun Masuk 2017

Peminatan : Kedokteran Klinis

Nama Pembimbing Akademik : Dr.dr. Sitti Musafirah, Sp.KK

Nama Pembimbing Skripsi : dr. Dwi Andina Farzani, Sp.OG., M.kes

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi

saya yang berjudul :

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Kejadian Ketuban Pecah

Dini Pada Kehamilan Di RSUD Lanto Dg. Pasewang Jeneponto Tahun 2016-

2019”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.

Makassar, 25 Februari 2021

Nurul Annisa Hasan

NIM 105421101317

vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nurul Annisa Hasan

Ayah : Hasan Basri, S.Pd.,M.M

Ibu : Surmiati Bahar, S.Pd

Tempat, Tanggal Lahir : Maero, 08 November 1998

Agama : Islam

Alamat : Maero, Desa Maero, Kecamatan Bontoramba,

Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi

Selatan

Nomor Telepon/HP 085217124571

Email : nurulannisahasan8@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

 TK Handayani (2004-2005)

 SD Negeri 18 Maero (2005-2010)

 SMP Negeri 2 Bontoramba (2010-2013)

 SMA Negeri 2 Jeneponto ( 2014-2016)

 Universitas Muhammadiyah Makassar (2017-2021)

RIWAYAT ORGANISASI

vii
 Sekretaris OSIS SMA Negeri 2 Jeneponto (2014-2015)

 Penanggungjawab Divisi Tari MAC FK UNISMUH (2020-2021)

 Anggota Bidang EMAS PIKOM FK UNISMUH (2020-2021)

viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR

Thesis, 16 February 2021

Nurul Annisa Hasan, dr. Dwi Andina Farzani, Sp.OG., M.Kes

Students of the faculty of medicine and Health Sciences at the University of


1

Muhammadiyah Makassar in 2017/ email: nurulannisahasan8@gmail.com


2
Advisor

“FACTORS THAT AFFECT THE INCREASE PREMATURE RUPTURE

OF MEMBRANE ATERM PREGNANCY IN LANTO DG. PASEWANG

JENEPONTO REGIONAL PUBLIC HOSPITAL 2016-2019”

ABSTRACT

Objective : To obtain information about what factors influenced the increase of


Background : Premature rupture of membranes (PROM) is a condition where
premature rupture of membran events at the 1RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto
the membranes rupture before delivery. According to the World Health
2016-2019.
Organization (WHO) estimates, worldwide each year more than 585.000

women die during pregnancy or childbirth. One of the causes of maternal death

is an infection that can be caused by premature rupture of membranes. Early

gestational membranes of gestation 10% of gestation at term and 4% of preterm

pregnancies. The incidence of PROM in the world reaches 12,3% of total

deliveries. Most of PROM occur in developing countries such as in Asia.2

ix
Method : This study uses a Cross Sectional Method. The study design used a

Retrospective Approach. The population used was all mothers who give birth

recorded in the parturition book at RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto, the

sample was divided into 2, namely mothers who experienced PROM incidents and

mothers who did not experience PROM incidents.

Result : Chi-Square test results with α 0.05 obtained at risk mother age (<20 years

and> 35 years) p = 0,312, low education p = 0,000, high risk parity (> 1 time) p =

0,173, hemoglobin levels p = 0,013, gemelli p = 1,000, bacterial vaginosis

infection p = 1,000, history of prior PROM pregnancy p = 0,680, and fetal

location abnormalities p = 0,075.

Conclusion: Education and hemoglobin levels are risk factors for the increased

incidence of premature rupture of membranes and have a significant relationship.

While maternal age, parity, gemelli, bacterial vaginosis infection, previous

pregnancy PROM history and fetal location abnormalities were risk factors but

had no significant association with the incidence of premature rupture of

membranes.

Keywords: premature rupture of membranes, maternal age, education, parity,

hemoglobin levels, gemelli, bacterial vaginosis infection, history of previous

pregnancy PROM and fetal location abnormalities.

x
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Skripsi, 16 Februari 2021

Nurul Annisa Hasan, dr. Dwi Andina Farzani, Sp.OG., M.Kes

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas


1

Muhammadiyah Makassar angkatan 2017/email: nurulannisahasan8@gmail.com


2
Pembimbing

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN

KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN ATERM DI

RSUD LANTO DG.PASEWANG JENEPONTO TAHUN 2016-2019”

ABSTRAK

Latar Belakang : Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut premature of the

membrane (PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum waktu

persalinan.1 Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan,

diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil atau

bersalin salah satu penyebab kematian ibu adalah infeksi yang dapat disebabkan

oleh ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini merupakan komplikasi kehamilan

10% pada kehamilan aterm dan 4% kehamilan preterm. Angka kejadian KPD di

dunia mencapai 12,3% dari total persalinan. Sebagian besar KPD terjadi di Negara

berkembang seperti di Asia.2

Tujuan : Untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi peningkatan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Lanto

Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019.

xi
Metode : Penelitian ini menggunakan Metode Cross Sectional. Desain penelitian

menggunakan pendekatan Retrospektif . Populasi yang digunakan adalah seluruh

ibu yang melahirkan yang tercatat di buku partus di RSUD Lanto Dg.Pasewang

Jeneponto, sampel terbagi menjadi 2 yakni ibu yang mengalami kejadian KPD

dan ibu yang tidak mengalami kejadian KPD.

Hasil : Hasil uji chi-Square dengan α 0,05 didapatkan usia ibu berisiko (<20

tahun dan >35 tahun) p=0,312, pendidikan rendah p=0,000, paritas risiko tinggi

(>1 kali) p=0,173, kadar Hb p=0,013, gemelli p=1,000, infeksi bakterial vaginosis

p=1,000, riwayat KPD kehamilan sebelumnya p=0,680, dan kelainan letak janin

p=0,075.

Kesimpulan : Pendidikan dan kadar Hb merupakan faktor risiko peningkatan

kejadian ketuban pecah dini dan memiliki hubungan signifikan. Sedangkan usia

ibu, paritas, gemelli, infeksi bakterial vaginosis, riwayat KPD kehamilan

sebelumnya dan kelainan letak janin merupakan faktor risiko tetapi tidak memiliki

hubungan signifikan dengan kejadian ketuban pecah dini.

Kata Kunci: ketuban pecah dini, usia ibu, pendidikan, paritas, kadar Hb, gemelli,

infeksi bakterial vaginosis, riwayat KPD kehamilan sebelumnya dan kelainan

letak janin.

xii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa tercurahkan atas segala

limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW karena beliaulah sebagai suritauladan yang

membimbing manusia menuju surga. Alhamdulillah berkat hidayah dan

pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kejadian Ketuban Pecah Dini

pada Kehamilan Aterm di RSUD Lanto Dg. Pasewang Jeneponto Tahun 2016-

2019”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada orang tua penulis, ayah Hasan Basri, S.Pd., M.M dan ibu

Surmiati Bahar, S.Pd yang senantiasa sabar dan selalu memberikan motivasi serta

tidak henti-hentinya memanjatkan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan

proposal penelitian ini.

Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar Ayahanda

dr.H.Machmud Gaznawi, Sp.PA(K) yang telah memberikan sarana dan

prasarana sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan baik.

2. dr. Dwi Andina Farzani, Sp.OG.,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dalam mendidik dan memberikan bimbingan selama proses

penyusunan skripsi ini hingga selesai.

xiii
3. Dr.dr. Sitti Musafirah, Sp.KK selaku pembimbing akademik saya yang telah

memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

5. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Nur Aisyah dan Fitrah Amalia yang telah

berjuang bersama-sama penulis yang selalu memberikan semangat dan

motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat Cangkuning yang terdiri dari Nur Aisyah, Fitrah Amalia, Anny

Mujahidah Yusuf, Siti Nur Insani, Ainun Amalia Ahdi, Andi Krisdayanti,

Widya Wuryanto dan Fauziah Nur Khatifah yang telah memberikan penulis

support dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman sejawat angkatan 2017 Argentaffin yang selalu mendukung dan

memberikan saran dan semangat.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin,

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata,

penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak

lain yang berkepentingan.

Makassar, 25 Februari 2021

Nurul Annisa Hasan

xiv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………....

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.......................Error! Bookmark not defined.

RIWAYAT HIDUP PENULIS...........................................................................vii

ABSTRACT...........................................................................................................ix

ABSTRAK.............................................................................................................xi

KATA PENGANTAR........................................................................................xiii

DAFTAR ISI.........................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv

DAFTAR TABEL................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................5

C. Tujuan penelitian..........................................................................................5

D. Manfaat penelitian........................................................................................6

BAB II.....................................................................................................................8

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................8

A. Ketuban Pecah Dini......................................................................................8

1. Defenisi.....................................................................................................8

2. Epidemiologi.............................................................................................8

3. Etiologi......................................................................................................9

xv
4. Klasifikasi................................................................................................10

5. Patofisiologi.............................................................................................10

6. Gejala Klinis............................................................................................12

7. Diagnosis.................................................................................................13

8. Prognosis.................................................................................................15

9. Komplikasi..............................................................................................15

10. Diagnosa Banding................................................................................16

11. Penatalaksanaan...................................................................................16

12. Pencegahan..........................................................................................18

B. Hubungan Faktor Risiko dengan Ketuban Pecah Dini...........................19

1. Usia Ibu...................................................................................................19

2. Pendidikan...............................................................................................19

3. Paritas......................................................................................................21

4. Kadar Hemoglobin..................................................................................22

5. Gemelli....................................................................................................23

6. Infeksi Bakterial Vaginosis.....................................................................24

7. Riwayat KPD Kehamilan Sebelumnya..................................................25

8. Kelainan Letak Janin...............................................................................25

C. Tinjauan Keislaman....................................................................................27

D. Kerangka Teori...........................................................................................30

BAB III..................................................................................................................31

KERANGKA KONSEP.......................................................................................31

A. Kerangka Konsep Penelitian.....................................................................31

B. Definisi Operasional....................................................................................32

xvi
C. Hipotesis Penelitian.....................................................................................35

BAB IV..................................................................................................................37

METODE PENELITIAN....................................................................................37

A. Objek Penelitian..........................................................................................37

B. Metode Penelitian........................................................................................37

C. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................37

D. Populasi dan Sampel...................................................................................37

E. Teknik Pengambilan Sampel.....................................................................39

F. Instrumen Penelitian..................................................................................39

G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data.......................................................39

H. Teknik Analisis Data...................................................................................40

I. Etika Penelitian...........................................................................................42

J. Alur Penelitian............................................................................................43

BAB V....................................................................................................................44

HASIL PENELITIAN.........................................................................................44

A. Karakteristik Sampel Penelitian................................................................44

B. Analisis Univariat........................................................................................44

C. Analisis Bivariat..........................................................................................47

D. Analisis Multivariat....................................................................................59

BAB VI..................................................................................................................61

PEMBAHASAN...................................................................................................61

A. Pembahasan.................................................................................................61

B. Tinjauan Keislaman....................................................................................73

BAB VII................................................................................................................75

xvii
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................75

A. Kesimpulan..................................................................................................75

B. Saran............................................................................................................75

C. Keterbatasan Penelitian.............................................................................76

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................78

xviii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Teori

3.1 Kerangka Konsep

4.1 Alur Penelitian

xi
DAFTAR TABEL

5.1 Distribusi Sampel Menurut Usia Ibu, Pendidikan, Paritas, Kadar Hb, Gemelli,
Infeksi Bakterial Vaginosis, Riwayat KPD Kehamilan Sebelumnya dan Kelainan
Letak Janin

5.2 Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.3 Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.4 Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.5 Hubungan antara Kadar Hb dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.6 Hubungan antara Gemelli dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.7 Hubungan antara Infeksi Bakterial Vaginosis dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.8 Hubungan antara Riwayat KPD Kehamilan Sebelumnya dengan Kejadian


Ketuban Pecah Dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.9 Hubungan antara Kelainan Letak Janin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.10 Hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen pada


Kejadian Ketuban Pecah Dini

x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis Univariat

2. Analisis Bivariat

3. Analisis Multivariat

4. Data Sekunder Faktor-Faktor KPD

5. Surat Izin Penelitian

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah

proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi

baik ibu maupun janin.3

Dalam proses persalinan terdapat komplikasi yang dapat

mengakibatkan kematian ibu yaitu perdarahan 60%, infeksi 25%, gestosis

10%, penyebab lain 5%. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar

merupakan akibat dari adanya komplikasi/penyulit kehamilan, seperti

koriamnionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena

ketuban pecah dini yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi.3

Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut premature rupture of

the membrane (PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

waktu persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu

disebut ketuban pecah dini dalam kehamilan preterm, dan bila terjadi di usia

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) disebut ketuban pecah dini dalam

kehamilan aterm. Insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan.

Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19 % sedangkan pada

kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan.1

1
Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan,

diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil

atau bersalin salah satu penyebab kematian ibu adalah infeksi yang dapat

disebabkan oleh KPD. Ketuban pecah dini merupakan komplikasi kehamilan

10% kehamilan aterm dan 4% kehamilan preterm. Angka kejadian KPD di

dunia mencapai 12,3% dari total persalinan. Sebagian besar KPD terjadi di

negara berkembang seperti di Asia.2

Menurut WHO (2013) angka kejadian KPD di Indonesia sebanyak 50-

60%. Pada tahun 2013 sebanyak 35%. Insiden KPD di Indonesia berkisar

4,5%-7,6% dari seluruh kehamilan tahun 2011, sedangkan diluar negeri (di

negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia, Thailand, Filipina, India, insiden

KPD antara 6%-12%.4

Di Indonesia berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SKDI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu

sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Faktor yang dapat menyebabkan

kematian ibu ini diantaranya adalah pendarahan 6070%, pre-eklamsia dan

eklamsia 10-20%, dan infeksi 10-20%. Infeksi pada kehamilan 23% dapat

disebabkan oleh kejadian ketuban pecah dini.5

Berdasarkan Riskesdas di Indonesia tahun 2010 menggambarkan

jumlah kejadian ketuban pecah dini dengan persentase tertinggi pada Provinsi

Sulawesi Selatan (98,47%), dan terendah pada Provinsi Lampung (79,34%).6

Adapun penelitian terdahulu yang berjudul “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Aterm di

2
Rumah Sakit Aura Syifa Kediri” tahun 2013, didapatkan prevalensi sebanyak

60 orang.7

Jumlah kematian ibu maternal yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota di Sulawesi Selatan pada tahun 2014 sebesar 93,20 per

10000 KH yang disebabkan karena perdarahan sebanyak 63 orang (52,07%),

Infeksi 2 orang (0.02%), Hipertensi dalam kehamilan 28 orang (1.65%),

Abortus 1 orang (0.82%), Partus lama 1 orang (0,82%), karena penyebab lain

sebanyak 26 orang (21,48%). Sementara itu, partus lama dan perdarahan

merupakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh KPD (Profil Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan, 2015).8

Data yang diperoleh berdasarkan pemantauan awal kejadian ketuban

pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto yaitu pada tahun 2016

angka kejadian KPD terdapat 21 orang , pada tahun 2017 angka kejadian KPD

terdapat 24 orang, pada tahun 2018 terdapat 28 orang, sedangkan pada tahun

2019 terdapat 35 orang. Dapat kita lihat bahwasanya kejadian KPD ini

mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Dengan demikian ketuban pecah dini merupakan masalah penting

dalam bidang obstetri yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas

pada ibu maupun bayi. Adapun faktor risiko dari ketuban pecah dini adalah

usia ibu, pendidikan, paritas, kadar Hb, gemelli, infeksi bakterial vaginosis,

riwayat KPD kehamilan sebelumnya dan kelainan letak janin.9,10

Adapun dalam Al-qur’an dijelaskan tentang penciptaan manusia,

memiliki pasangan dan memiliki keturunan baik sehat maupun sakit hanya

3
Allah SWT yang mengatur umur seseorang, sebagaimana firman-Nya dalam

Q.S Fatir ayat [35] ayat 11 :

‫ِ أُ ًْثَ ى ََل ضع هَل‬


ٰ َ ‫ْن أَ ْز ج‬ ‫ُث هي طَف ٍة‬ ‫ل َُّالو خ ْ ُت َرا‬
‫هي تَ و‬ ‫َوا ج َلن ا ها ول‬ ‫ثُ هن‬ ‫َلق ن هي هن‬
‫َت و ح‬ ‫ب‬
‫ن‬

‫َّ سري ˚ر‬


‫ُو ِر ٍِ ِإ مت ب ۚ رَ عل ل ِال‬ ‫َع هو هو ََل يُ ص‬ َِ ‫ِع ْل ِو‬
‫هَل ي ع ا ِإى ِلل ى‬ ‫ُر هي و ٍر ه ٌْقَ و هي‬
‫َها ُي َع‬

Artinya:

“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani,

kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan

tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan tidak (pula)

melahirkan melainkan dengan sepengetahuan Nya. Dan sekali-kali tidak

dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi

umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (lawh Mahfuz).

Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”.11

Berdasarkan prevalensi tingkat kejadian ketuban pecah dini yang telah

di uraikan menunjukkan bahwa ketuban pecah dini merupakan masalah

obstetri yang sering terjadi pada ibu hamil. Ketuban pecah dini lebih sering

terjadi pada kehamilan aterm dibandingkan dengan kehamilan preterm. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian

ketuban pecah dini pada kehamilan aterm. Oleh sebab itu, penulis ingin

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Faktor-faktor yang

4
mempengaruhi peningkatan kejadian ketuban pecah dini pada kehamilan

aterm di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019”.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas

maka dirumuskan masalah :

“Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan kejadian ketuban

pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019 ?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kejadian

ketuban pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-

2019.

2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui faktor risiko usia ibu terhadap kejadian ketuban

pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019.

b) Untuk mengetahui faktor risiko pendidikan terhadap kejadian ketuban

pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019.

c) Untuk mengetahui faktor risiko paritas terhadap kejadian ketuban pecah

dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019.

d) Untuk mengetahui faktor risiko kadar Hb terhadap kejadian ketuban

pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019.

e) Untuk mengetahui faktor risiko gemelli terhadap kejadian ketuban

pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019.

6
f) Untuk mengetahui faktor risiko infeksi bakterial vaginosis terhadap

kejadian ketuban pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto

tahun 2016-2019.

g) Untuk mengetahui faktor risiko riwayat KPD kehamilan sebelumnya

terhadap kejadian ketuban pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang

Jeneponto tahun 2016-2019.

h) Untuk mengetahui faktor risiko kelainan letak janin terhadap kejadian

ketuban pecah dini di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun

2016-2019.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman ilmiah yang dapat meningkatkan pengetahuan

dan menambah wawasan dalam penerapan ilmu yang di peroleh selama

melakukan penelitian khususnya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini.

2. Bagi Institut

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

untuk kepustakaan dan referensi yang bermanfaat bagi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar dan mewujudkan

peningkatan mutu.

3. Bagi Tempat penelitian

Dapat dijadikan masukan dalam menelusuri faktor-faktor yang

berpengaruh dalam terjadinya ketuban pecah dini di RSUD Lanto

7
Dg.Pasewang Jeneponto, sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat

menjadi aspek preventif untuk mengurangi angka kejadian ketuban pecah

dini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan dan bahan tambahan dalam melanjutkan

penelitian selanjutnya.

5. Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat, terutama

bagi ibu hamil, mengenai hal-hal yang berhubungan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini sehingga dapat

menumbuhkan kesadaran untuk menjaga kehamilannya dengan baik.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketuban Pecah Dini

1. Defenisi

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya

(KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada

kehamilan preterm.12

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan

proses inpartu sebagaimana mestinya.13

Menurut Nugroho (2012) menyatakan KPD adalah pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan

< 4 cm (fase laten).14

2. Epidemiologi

Insidensi KPD berkisar antara 8- 10% dari semua kehamilan. Pada

kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada

kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua

KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan

akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85%

morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. KPD

berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-

40%.15

9
3. Etiologi

Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan

secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang

berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih

berperan sulit diketahui. Adapun faktor predisposisi pada ketuban pecah

dini adalah:

a) Faktor umum

Faktor umum yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini yaitu:

1) Infeksi lokal pada saluran kelamin

2) Faktor sosial seperti: perokok, peminum dan keadaan sosial

ekonomi rendah.

b) Faktor keturunan

1) Faktor keturunan yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah

dini yaitu kelainan genetik

2) Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum karena

asupan nutrisi makanan ibu yang kurang.

c) Faktor obstetrik

Faktor obsetrik yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini

yaitu:

1) Overdistensi uterus seperti kehamilan kembar dan hidramnion

2) Serviks inkompeten yaitu, ketidakmampuan serviks untuk

mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi

maupun struktur pada serviks

10
3) Serviks konisasi atau menjadi pendek

4) Terdapat sefalopelvik disproporsi yaitu, kepala janin belum masuk

pintu atas panggul dan kelainan Ietak janin, sehingga ketuban

bagian terendah langsung menerima tekanan intrauteri yang

dominan.

d) Faktor yang tidak diketahui sebabnya.13

4. Klasifikasi

Klasifikasi ketuban pecah dini dibagi atas usia kehamilan yaitu:

a) Ketuban pecah dini atau disebut juga Premature Rupture of Membrane

atau Prelabour Rupture of Membrane (PROM), adalah pecahnya selaput

ketuban pada saat usia kehamilan aterm.

b) Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran korioamniotik

sebelum usia kehamilan yaitu kurang dari 37 minggu atau disebut juga

Preterm Premature Rupture of Membrane atau Preterm Prelabour

Rupture of Membrane (PPROM).16

5. Patofisiologi

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh

kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena

pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan

selaput ketuban inferior rapuh.16

Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler

matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen

menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput

11
ketuban

12
pecah. Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah

berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen serta kekurangan

tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur

abnormal karena antara lain merokok. Degradasi kolagen dimediasi oleh

matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan

spesifik dan inhibitor protease (TIMP-1). Mendekati waktu persalinan,

keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi

proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas

degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit

periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi

ketuban pecah dini.16

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester

ketiga, selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput

ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan

gerakan janin. Pada trisemester terakhir terjadi perubahan biokimia pada

selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal

fisiologis. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada

polihidramnion, inkompetens serviks dan solusio plasenta. Selain itu,

faktor yang paling sering menyebabkan ketuban pecah dini adalah faktor

ekstemal misalnya infeksi.16

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan proses biokimia yang

terjadi dalam kolagen matriks ektraseluler amnion, kotion dan apoptosis

membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli

13
seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi

mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang

merangsang aktivitas ""matriks degrading enzyme".16

6. Gejala Klinis

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban melalui vagina.

Aroma air ketuban berbau amis, berbeda dengan urin yang berbau pesing

seperti bau amoniak, dengan ciri pucat. Cairan ini tidak akan habis atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Cairan ketuban berwama

jemih, kadang-kadang bercampur lendir darah.13

Apabila telah terjadi infeksi, maka dapat terjadi demam, keluamya

bercak vagina yang banyak, nyeri perut, dan denyut jantung janin

bertambah cepat. Secara garis besar tanda dan gejala yang timbul pada

ketuban pecah dini yaitu:

a) Tanda maternal

Tanda pada ibu yang timbul antara lain, demam, takikardi,

kontraksi uterus, keluamya cairan ketuban melalui vagina, cairan

amnion yang keruh dan berbau serta Leukositosis.

b) Tanda Fetal

Tanda pada janin setelah dilahirkan antara lain, takikardi.

c) Tanda Cairan amnion

Tanda pada cairan amnion antara lain, volume cairan ketuban

berkurang.16

14
7. Diagnosis

Menegakkan diagnosis ketuban pecah dini secara tepat sangat

penting. Diagnosis yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti

melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak

ada indikasinya. Sebaliknya diagnosis yang negatif palsu berarti akan

membiarkan ibu dan janin mempunyai risiko infeksi yang akan

mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu

diperlukan diagnosis yang cepat dan tepat.16

Menetapkan diagnosis pecahnya ketuban tidak selalu mudah,

kecuali jelas tampak atau dirasakan oleh pemeriksa, yaitu mengalimya air

ketuban dari mulut rahim.16

Secara prosedural, diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan dengan cara:

a) Anamnesis

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan

yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan

perlu juga diperhatikan warna keluamya cairan tersebut, his belum

teratur atau belum ada dan belum ada pengeluaran lendir darah.17

b) Pemeriksaan fisik

Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari

vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,

pemeriksaan ini akan lebih jelas. Adanya cairan yang berisi mekonium,

vemiks kaseosa (lemak putih) rambut lanugo (bulu-bulu halus), bila

telah terlnfeksi akan berbau.16

15
Pada pemeriksaan dengan spekulum, akan tampak keluar cairan

dari OUE. Seandainya belum keluar, fundus uteri ditekan, penderita

diminta batuk, mengejan atau mengadakan manuver valsava, atau

bagian terendah digoyangkan, akan lampak keluar cairan dari ostium

uteri dan terkumpul pada fomiks anterior. Lihat dan perhatikan apakah

memang air ketuban keluar dari kanaiis servikalis pada bagian yang

sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada fomiks posterior.16

Pada pemeriksaan dalam didapatkan cairan di dalam vagina dan

selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Pemeriksaan dalam bimanual

perlu dipertimbangkan karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari

pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora

vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat

menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau

ketuban pecah dini sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi

persalinan dan dibatasi sesedikit mungkin.16

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis ketuban

pecah dini antara lain:

1) Analisis urin dan kultur untuk infeksi saluran kemih

2) Pemeriksaan serviks atau kultur Chlamydia trachomatis atau

Neisseria Gonorrhoea

3) Pemeriksaan vagina untuk vaginosis bacterial (VB) dan

trikomoniasis

16
4) Lakukan pemeriksaan pH dengan kerlas nitriazin. pH vagina yang

asam (4,5) akan berubah menjadi basa (7.0-7,7) dan tampak warna

biru pada kertas nitriazin

5) Pemeriksaan mikroskopik akan tampak kristalisasi cairan amnion

saat mengering.17

8. Prognosis

Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi

yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.13

9. Komplikasi

Komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi antara lain, infeksi

intrauterin, tali pusat menumbung, persalinan prematur, dan distosia (oleh

partus kering).13

Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan Janin adalah:

a) Bagi ibu :

1) Infeksi dalam persalinan.

2) Partus lama.

3) Perdarahan pasca persalinan.

4) Meningkatkan tindakan operatif obstetrik (khususnya seksio sesaria).

5) Morbiditas dan mortalitas maternal.17

b) Bagi janin :

1) Persalinan Prematur

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur

diantaranya adalah sindrom gawat napas, hipotermia, masaiah

17
asupan makanan neonatus, prematuritas retinopati, perdarahan

intraventrikular, necrotizing enterocolitis, gangguan otak (risiko

untuk cerebral palsy), hiperbilirubinemia. anemia, dan sepsis.

2) Prolaps funiculii penurunan tali pusat

Hal ini bisa menyebabkan gawat Janin dan kematian janin

akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau Ietak

lintang).

3) Hipoksia dan asfiksia

Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, nilai

APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intracranial,

gagal ginjal, dan sindrom gawat napas.18

10. Diagnosa Banding

Ada beberapa diagnosa banding tentang ketuban pecah dini yaitu:

a) Inkompetensi serviks.17

11. Penatalaksanaan

Penanganan ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan 2 hal yaitu:

a) Konservatif

1) Rawat di Rumah Sakit

2) Berikan Antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak

tahan ampisilin) dan metrodinazol 2 x 500 mg selama 7 hari

3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi

18
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,

tes busa negatif: beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,

dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu

5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24

jam

6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi beri antibiotik dan

lakukan induksi

7) Nilai tanda-tanda infeksi(suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra

uterin)

8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu

kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar

lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis deksametason IM 5 mg

setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

b) Aktif

1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. bila gagal seksio

sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 gg intravaginal tiap 6

jam maksimal 4 kali.

2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan anlibiotika dosis tinggi, dan

persalinan diakhiri:

a. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian

induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio

sesarea.

19
b. Bila syok pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam.19

12. Pencegahan

Pencegahan ketuban pecah dini terbagi 2 yaitu:

a) Pencegahan primer

Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini. dianjurkan

bagi ibu hamil untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua

dan awal trimester ke 3, serta tidak melakukan kegiatan yang

membahayakan kandungan selama kehamilan. Ibu hamil juga harus

dinasihatkan supaya berhenti merokok dan minum alkohol. Berat

badan ibu sebelum kehamilan juga harus cukup mengikuti Indeks

Massa Tubuh (IMT) supaya tidak berisiko timbul komplikasi. Selain

itu, pasangan juga dinasihatkan supaya menghentikan koitus pada

trimester akhir kehamilan bila ada faktor predisposisi.

b) Pencegahan sekunder

Mencegah infeksi intrapartum dengan anlibiotika spektrum

luas: gentamicin iv 2 x 80 mg. ampicillin iv 4 x I mg, amoxicillin iv 3

x I mg, penicillin iv 3 x 1.2 juta IIJ. metronidazol drip. Pemberian

kortikosteroid pada ibu bisa menimbulkan konlroversi, karena di satu

pihak dapat memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas,

di lain pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan).20

20
B. Hubungan Faktor Risiko dengan Ketuban Pecah Dini

1. Usia Ibu

Usia ibu merupakan salah satu tolak ukur kesiapan seorang ibu

untuk melahirkan, dimana usia ideal untuk menjalani proses kehamilan

dan persalinan adalah usia 20-35 tahun.3

Kehamilan pada usia muda (<20 tahun) sering terjadi

penyulit/komplikasi bagi ibu maupun janin. Karena disebabkan belum

matangnya alat reproduksi untuk hamil, dimana rahim belum bias

menahan kehamilan dengan baik sehingga selaput ketuban belum matang

dan mudah mengalami robekan sehingga dapat menyebabkan terjadinya

ketuban pecah dini. Sedangkan pada umur >35 tahun keadaan otot-otot

dasar panggul tidak lagi elastik, sehingga mudah terjadi

penyulit/komplikasi seperti serviks mudah berdilatasi sehingga dapat

menyebabkan pembukaan serviks terlalu dini sehingga dengan mudahnya

terjadi ketuban pecah dini.3

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi

pengetahuan orang atau keluarga dalam masyarakat. Pendidikan

responden yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan

pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang faktor-faktor risiko

suatu penyakit juga terbatas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari

Romauli (2011) bahwa tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan

dalam dalam kualitas perawatan dan pemeriksaan kehamilannya.

21
Informasi yang berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat

dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai

kehamilannya.21

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai nilai yang bari diperkenalkan

(Kuncoroningrat 1997 dikutip dalam Nursalam 2001). Pendidikan

digolongkan menjadi 3 yaitu Pendidikan dasar yang berlangsung selama 9

tahun pertama masa sekolah anak – anak, yaitu dari SD sampai tingkat

SMP, Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar (SMA

atau sederajadnya), dan pendidikan tinggi yaitu jenjang pendidikan formal

setelah pendidikan menengah pada akademi atau universitas. (KBBI

2008). Pada umumnya, ibu dengan pendidikan rendah kurang memiliki

pengetahuan akan perawatan kehamilanya, baik dari segi nutrisi, aktivitas

(hal hal apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan saat hamil

khususnya saat usia kehamilan trimester 3) personal higene, kontrol

kehamilan pada tenaga kesehatan, faktor – faktor resiko kehamilan serta

tindakan pertama yang dilakukan berhubungan dengan tanda – tanda

bahaya kehamilan maupun persalinan. Begitu pula halnya saat ketuban

pecah lebih awal dari perkiraan persalinan, ibu hamil yang berpendidikan

tinggi dan mengerti dengan kondisinya akan langsung datang ke petugas

kesehatan, sebaliknya orang yang berpendidikan rendah akan mencari

22
pertolongan lain ke tenaga non medis, khususnya di daerah-daerah

pedesaan.22

3. Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita.

Adapun beberapa klasifikasi paritas antara lain :

a) Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang

mampu hidup.

b) Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah

mencapai tahap mampu hidup.

c) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan 2 bayi atau lebih.

d) Grademultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 bayi atau

lebih.23

Menurut teori (Cunningham, 2012) menyatakan bahwa keadaan

paritas multipara dan grandemultipara meningkatkan risiko KPD.

Multiparitas menyebabkan kelemahan intrinsik uterus, karena trauma

serviks pada persalinan pervaginam sebelumnya. Multiparitas

menyebabkan motilitas uterus meningkat, perut menggantung,

berkurangnya kelenturan leher rahim. Hal diatas, menyebabkan

pembukaan dini pada serviks berakibat terjadinya KPD. Susunan serviks

pada multigravida dan grandemultipara lebih banyak serabut saraf dari

pada jaringan ikat. Rusaknya jaringan serviks tersebut memungkinkan otot

dasar dari uterus meregang.24

23
4. Kadar Hemoglobin

Anemia dalam kehamilan adalah keadaan penurunan konsentrasi

hemoglobin dalam darah sampai kadar Hb < 11 gr/dl.25

Anemia yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia

zat besi. Jika persediaan zat besi berkurang pada kehamilan dapat

menyebabkan anemia. Pada ibu hamil yang mengalami anemia sering

ditemukan tanda-tanda lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang

akibat dari berkurangnya massa hemoglobin didalam jaringan sehingga

tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh

tubuh terutama jaringan ketuban akibatnya menimbulkan kerapuhan pada

selaput ketuban.26

Menurut teori Astuti (2010) menyatakan bahwa anemia pada

kehamilan menyebabkan berkurangnya massa hemoglobin di dalam

jaringan sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa

oksigen keseluruh tubuh. Kurangnya oksigenasi terutama jaringan ketuban

akibatnya menimbulkan kerapuhan pada selaput ketuban.24

Manuaba (2007) menyatakan bahwa anemia dalam kehamilan

menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu untuk menghadapi

kehilangan darah dan membuatnya rentan terhadap infeksi serta

menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan prematur sehingga

meningkatkan resiko terjadinya ketuban pecah dini.27

Ibu hamil dengan anemia menyebabkan daya tahan tubuh dan

suplai nutrisi ke janin menjadi berkurang. Kadar hemoglobin yang rendah

24
memungkinkan wanita hamil mudah mengalami infeksi. Defisiensi nutrisi

dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap infeksi dan kekuatan

membran kolagen, abnormalitas struktur kolagen dan perubahan matriks

ekstraseluler. Anemia mempengaruhi kekuatan respon tubuh terhadap

infeksi dan fungsi imun yang mengakibatkan penurunan kemampuan sel

pembunuh alamiah. Mekanisme infeksi akan mengganggu proses

kolagenolitik sehingga terjadi gangguan keseimbangan antara produksi

Matrix Metalloproteinase (MMP) yaitu enzim yang diproduksi oleh

matriks ekstraseluler termasuk kolagen dan yang menghambat produksi

MMP. Selaput ketuban akan memberikan respon terhadap inflamasi

sehingga menjadi tipis dan mudah pecah (Cunningham et.al, 2005).27

5. Gemelli

Menurut Manuaba (2012), kehamilan ganda atau kehamilan

kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih, frekuensi

kehamilan kembar condong meningkat. Janin kembar dua biasanya terjadi

akibat pembuahan dua ovum terpisah disebut kembar dizigot atau

fraternal. Meskipun lebih jarang, kembar dua dapat berasal dari satu ovum

yang dibuahi yang kemudian terbelah disebut kembar monozigot atau

identik (Cunningham, 2013).28

Menurut Manuaba (2012), salah satu penyebab terjadinya ketuban

pecah dini adalah ketegangan rahim berlebihan seperti kehamilan

ganda/kembar. Kehamilan ganda merupakan kehamilan dengan ukuran

uterus yang lebih besar dibanding umur kehamilannya, sehingga terjadi

25
keregangan rahim berlebihan. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan

intrauterin, dengan tekanan yang berlebihan ini vaskularisasi tidak berjalan

dengan lancar yang dapat mengakibatkan selaput ketuban kekurangan

jaringan ikat. Sehingga menyebabkan selaput ketuban tidak kuat atau

lemah dan bila terjadi sedikit pembukaan servik saja maka selaput ketuban

akan mudah pecah.28

6. Infeksi Bakterial Vaginosis

Bakterial Vaginosis adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

vagina yang disebabkan oleh bertambahnya pertumbuhan flora vagina

bakteri anaerob menggantikan lactobacillus yang mempunyai konsentrasi

tinggi flora normal vagina.29

Pecahnya selaput ketuban bisa disebabkan oleh banyak hal, salah

satunya adalah karena pertumbuhan bakteri anaerob pada vagina. Bakteri

tersebut dapat berasal dari infeksi ascenden yang berawal dari hygiene

yang buruk. Bakteri yang berjalan secara ascenden akan berjalan melalui

serviks masuk ke selaput ketuban lalu menurunkan fungsi selaput

ketuban.29

Adanya perubahan flora vagina menyebabkan terjadinya bakterial

vaginosis, ibu hamil dengan bakterial vaginosis mempunyai risiko lebih

tinggi untuk terserang amnionitis, endometritis pasca persalinan, ketuban

pecah dini dan persalinan prematur. Bakteri - bakteri yang menginfeksi

saluran genetalia dapat memproduksi fosfolipase, kolagenase dan protease

26
yang dapat menyebabkan perubahan pH, selain itu adanya bakteri patogen

akan mengganggu flora normal dalam vagina.30

Selain itu Parry Strauss (1998) berpendapat bahwa

mikroorganisme yang menyebabkan bakterial vaginosis mengeluarkan

protease yang dapat mendegenerasikan kolagen dan melemahkan selaput

ketuban hal ini dapat memperburuk keadaan selaput ketuban dan akhirnya

pecah.30

7. Riwayat KPD Kehamilan Sebelumnya

Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD

kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya

penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu

terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko

tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang

persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko

mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak

mengalami KPD sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi

mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada

kehamilan berikutnya (Cunningham 2006).31

8. Kelainan Letak Janin

Menurut Saifuddin (2009), kelainan letak terdiri dari kelainan

posisi dan persentasi janin. Kelainan posisi (Malposisi) adalah posisi

abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun- ubun kecil sebagai

penanda) terhadap panggul ibu. Sedangkan kelainan pesentasi

27
(malpresentasi) adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi

vertex.28

Presentasi bokong merupakan suatu keadaan dimana janin dalam

posisi membujur/memanjang, kepala berada pada fundus sedangkan

bagian terendah adalah bokong (Manuaba, 2012). Letak sungsang adalah

kehamilan dengan anak letak memanjang dengan bokong/kaki sebagai

bagian terendah (Mochtar, 2012). Letak lintang didefinisikan suatu

keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi

yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain (Nugroho. T, 2012).28

Rukiyah (2010), menambahkan bahwa kelainan letak merupakan

suatu penyulit persalinan yang sering terjadi karena keadaan atau posisi

janin dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir, yaitu seperti letak

lintang dan letak sungsang. Hal ini terjadi karena ketidakteraturan bagian

terendah janin untuk menutupi atau menahan Pintu Atas Panggul (PAP),

sehingga mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah.28

Pada ibu bersalin dengan kelainan letak sangat rentan terhadap

kejadian ketuban pecah dini. Faktanya ibu bersalin dengan kelainan letak

yang mengalami ketuban pecah dini cukup banyak yaitu sebesar 28,7%.

Kelainan letak merupakan suatu penyulit persalinan yang sering terjadi

karena keadaan atau posisi janin dalam rahim yang tidak sesuai dengan

jalan lahir yang menyebabkan terjadinya ketidakteraturan bagian terendah

janin untuk menutupi atau menahan Pintu Atas Panggul (PAP), serta

mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah dan bagian terendah

28
ketuban langsung menerima tekanan intrauterin yang dominan sehingga

dapat menyebabkan ketuban pecah dini.28

Menurut Freser (2009), bahwa seorang ibu hamil yang mengalami

kelainan letak janin menyebabkan permukaan tidak rata dengan presentasi

terendah pada PAP, kondisi ini menyebabkan peregangan berlebihan pada

uterus. Perengangan berlebihan pada uterus tersebut memungkinkan untuk

mendesak selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai.28

C. Tinjauan Keislaman

Hakikat penciptaan manusia dilihat dari sumbernya. Yang pertama

adalah asal atau sumber yang jauh yakni menyangkut proses penciptaan

manusia dari tanah dan disempurnakannya manusia dari tanah tersebut dengan

ditiupkannya ruh. Asal yang kedua adalah penciptaan manusia dari sumber

yang dekat yakni penciptaan manusia dari nutfah yakni sel telur dan sel

sperma.

Di dalam Al-qur’an disebutkan tentang asal penciptaan manusia,

diantaranya sebagai berikut, firman Allah SWT Q.S Al-mu’minun [23] ayat

12-15 :

‫خلَ ٌَْقا‬
ُ‫) ث‬١٢( ‫طَفةً ِفي ق ه‬ ‘‫ج ْل ٌَا‬ ُ‫) ث‬١٢( ‫سالَل ٍة ط‬ ‫ساى‬ ‫خَل ٌَْقا‬ ‫ول ‘ََق ْذ‬
‫هن ي‬ ‫َرا ٍر ِنري‬ ‫هن ي‬ ‫ه ي ري‬ ‫هي‬ ًْ ‫اإل‬

‫ًََْْاٍ خ ْل ًقا‬ ‘ُ‫ْ َ ًوا ا ْل ظ ح ًوا ث‬ ‫ضغَ خلَ ْق ٌَا ا ض عظا‬ َ‫عل‘َق‘َ خلَ ٌَْقا ا ْلَعلََقة‬ ‫اٌُل طف‬
ًْ ‘َ‫ِع نس ا هن أ‬ ‫ة ًها‬ ‫ةً ف ْل ُو‬ ‫ه‬ ‫ةً ف‬ ‫ة‬
‫َم‬

)١٢( ‫ِر ل و ى‬ ‫َر ِل عذَ ّيتُ‘و‬ ‫ن‬ ‫ُ ن‬ ‫ه‬


َ ْ ‫) ث‬١٢( ‫هن ًِإ ي‬
29
‫خا ِل ِقري‬
‫آخ َر ت َأح سي ا ْل‬
‫َّ ُلال‬ ‫َثا‬

‫ر‬
‫ك‬

‫‪30‬‬
Artinya:

“Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari sari pati yang

(berasal) dari tanah. kemudian kami menjadikannya air mani(yang disimpan)

dalam tempat yang kukuh (Rahim). kemudian, air mani itu kami jadikan

sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal

daging, dan segumpal daging itu lalu kami jadikan tulang belulang, lalu

tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemuadian, kami

menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, pencipta

yang paling baik.

Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan. Dia

menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh -Nya dan Dia menjadikan

bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, kamu sedikit sekali bersyukur.

Allah berfiman dalam Q.S Ar-Ra’d [13] ayat 8 :

‫ع ٌْ َذ‘ ٍٗ ِت ِو‬ ‫ا ََْل ح و َها تَ‘ ْسدَ‘ادُ‘ شي‬ ‫ها ِ مل ُا‘ ًْ َها ت‬ ُ ‫ل ُ َّاله‬
‫ْقذَ‘ا ٍر‬ ‫َومل ٍء‬ ‫ْر ا‬ ‫ٰثى ِغ ْري و‬ ‫ت ول‬ ‫ن‬
Artinya:
‫ض ُم‬ ‫ح‬ َ‫عل‬

“Allah mengetahui apa yang di kandung oleh setiap perempuan,

apa yang kurang sempurna, dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan

segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya”.

Dari ayat-ayat diatas Allah SWT menegaskan kekuasaan-Nya dan di

uraikan ilmunya yang sangat luas mencakup segala yang kecil dan besar. Salah

satu objek pengetahuannya adalah tentang kandungan. Allah sejak dahulu,

sekarang dan terus menerus mengetahui keadaan janin sejak masih berbentuk

31
sperma. Calon bapak lah membuahi ovum yang berada dalam diri seorang

calon ibu. Allah juga mengetahui apa yang di kandung oleh setiap perempuan

atau betina setelah pertemuan sperma dan ovum yang kemudian menempel di

dinding Rahim. Allah mengetahui, bukan saja jenis kelaminnya, tetapi berat

badan dan bentuknya, keindahan dan keburukannya, usia dan rezekinya, masa

kini dan masa depannya, dan lain-lain. Dan Allah SWT mengetahui juga apa

sperma serta ovum yang berkurang di dalam Rahim yang dapat mengakibatkan

janin lahir cacat atau keguguran dan Allah SWT mengetahui juga yang

bertambah, yakni tumbuh atau dalam keadaan kembar. Dan segala sesuatu baik

menyangkut kehidupan kandungan maupun selain kandungan, pada sisi-nya

ada ukuran-ukurannya yang sangat teliti, baik dalam kualitas, kuantitas maupun

kadar, waktu dan tempatnya. Jangan heran menyangkut pengetahuan itu karena

Allah SWT adalah yang mengetahui semua yang ghaib dan yang Nampak,

yang maha besar dan maha tinggi, sehingga pada akhirnya tidak ada satupun

yang ghaib baginya. (Shihab:2002,562-563).36

32
D. Kerangka Teori

a) Faktor ibu
 Usia
 Pendidikan Ketuban
 Paritas Pecah
\
 Kadar Hb
 Infeksi bakterial vaginosis
 Riwayat KPD
kehamilan sebelumnya

Faktor bayi
Gemelli
Kelainan letak janin

Gambar 2.1. Kerangka Teori

33
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Usia Ibu

Pendidikan

Paritas

Kadar Hb

Gemelli Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Aterm

Infeksi bakterial vaginosis

Riwayat KPD kehamilan sebelumnya

Kelainan letak
janin

Keterangan :

Variabel Independen :

Variabel Dependen :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

34
B. Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari

satu subyek ke subyek yang lain. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

delapan variabel independen (bebas) dan satu variabel dependen (terikat).

Variabel dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Variabel dependennya adalah KPD.

b. Variabel independennya adalah usia ibu, pendidikan, paritas, infeksi

bakterial vaginosis, kadar Hb, kehamilan gemelli, riwayat KPD

kehamilan sebelumnya, dan kelainan letak janin.

NO. VARIABEL DEFENISI PARAMETER SKALA

1. KPD Pecahnya ketuban 1. Ya (jika ibu Nominal

sebelum waktunya mengalami KPD)

melahirkan yang dapat 2. Tidak (jika ibu

terjadi pada kehamilan tidak mengalami

aterm maupun pada KPD).

kehamilan preterm.

Dilihat dari catatan

rekam medik.

2. Aterm Usia kehamilan ibu 1. Ya (jika usia Nominal

antara 37-42 minggu. kehamilan ibu 37-

Dilihat dari catatan 42 minggu)

35
rekam medik. 2. Tidak (jika usia

kehamilan ibu <37

minggu)

3. Usia Ibu Lamanya waktu hidup 1. Berisiko: Nominal

sejak dilahirkan <20 - >35 tahun

sampai sekarang. 2. Tidak berisiko: 20-

Dilihat dari catatan 35 tahun

rekam medik.

4. Pendidikan Riwayat pendidikan 1. Rendah (tidak Nominal

ibu. Dilihat dari sekolah, SD,

catatan rekam medik. SMP,SMA).

2. Tinggi (D3, D4,

S1).

5. Paritas Jumlah anak yang 1. Berisiko : >1 Nominal

dilahirkan seorang ibu 2. Tidak berisiko : 0-1

baik lahir hidup

maupun lahir mati.

Dilihat dari catatan

rekam medik.

6. Kadar Hb Kadar hemoglobin 1. Anemia (<11 gr%). Nominal


2. Tidak anemia (≥11
(Hb) ibu pada saat
gr%).
hamil. Dilihat dari

catatan rekam medik.

36
7. Gemelli Ibu yang mengalami 1. Ya (jika ibu Nominal

kehamilan ganda atau mengalami

kehamilan kembar. kehamilan

Dilihat dari catatan gemelli).

rekam medik. 2. Tidak (jika ibu

tidak mengalami

kehamilan

gemelli).

8. Infeksi Suatu keadaan 1. Ya (jika terdapat Nominal

bakterial abnormal pada infeksi).

vaginosis ekosistem vagina yang 2. Tidak (jika tidak

disebabkan oleh terdapat infeksi).

bertambahnya

pertumbuhan flora

vagina bakteri anaerob

menggantikan

lactobacillus yang

mempunyai

konsentrasi tinggi

flora normal vagina.

Dilihat dari catatan

rekam medik.

9. Riwayat KPD Ibu yang pernah 1. Ya (jika ibu pernah Nominal

37
kehamilan mengalami KPD pada mengalami KPD

sebelumnya kehamilan pada kehamilan

sebelumnya. Dilihat sebelumnya).

dari catatan rekam 2. Tidak (jika ibu

medik. tidak pernah

mengalami KPD

pada kehamilan

sebelumnya).

10. Kelainan letak Kelainan posisi dan 1. Ya (jika terdapat Nominal

janin persentasi janin. kelainan letak

Dilihat dari catatan janin).

rekam medik. 2. Tidak (jika tidak

terdapat kelainan

letak janin).

C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Null (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan peningkatan kejadian ketuban

pecah dini.

b. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian ketuban pecah

dini.

c. Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini.

d. Tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan kejadian ketuban pecah dini.

38
e. Tidak ada hubungan antara gemelli dengan kejadian ketuban pecah dini.

f. Tidak ada hubungan antara infeksi bakterial vaginosis dengan kejadian

ketuban pecah dini.

g. Tidak ada hubungan antara riwayat KPD kehamilan sebelumnya dengan

kejadian ketuban pecah dini.

h. Tidak ada hubungan antara kelainan letak janin dengan kejadian ketuban

pecah dini.

2. Hipotesis Alternatif ( Ha)

a. Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini.

b. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian ketuban pecah dini.

c. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini.

d. Ada hubungan antara kadar Hb dengan kejadian ketuban pecah dini.

e. Ada hubungan antara gemelli dengan kejadian ketuban pecah dini.

f. Ada hubungan antara infeksi bakterial vaginosis dengan kejadian ketuban

pecah dini.

g. Ada hubungan antara riwayat KPD kehamilan sebelumnya dengan

kejadian ketuban pecah dini.

h. Ada hubungan antara kelainan letak janin dengan kejadian ketuban pecah

dini.

39
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi peningkatan kejadian ketuban pecah dini pada kehamilan

aterm di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian retrospektif

dengan menggunakan rekam medik sebagai sumber data penelitian.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini di laksanakan pada bulan 30 September – 30 November 2020.

2. Tempat

Penelitian ini dilakukan di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang

memiliki faktor resiko ketuban pecah dini pada kehamilan aterm di RSUD

Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019.

2. Sampel

Dengan kesalahan tipe 1 sebesar 15%, hipotesis dua arah ,

kesalahan tipe II sebesar 20%, angka ketuban pecah dini pada kehamilan

40
aterm diketahui 50%, maka besar sampel minimal untuk penelitian ini

adalah sebanyak 61, dengan rumus :

Z𝖺 √2𝑃Q+Z 𝛽√𝑃1Q1+𝑃2Q2 2
n1 = n2 =( )
P1−P2

Keterangan :

Kesalahan tipe I = 15% hipotesis dua arah, Z𝛼 = 1,440 untuk 𝛼 = 0,15

Keasalahn tipe II = 20%, maka Z𝛽 = 0,842 untuk 𝛽 = 0,20

P2 = propris pajanan pada kelompok kasus sebesar 0,50

P1 – P2 = 0,2

P1 = P2 + 0,2 = 0,50 + 0,2

P1 = 0,70

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,70 = 0,30

Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,50 = 0,50

Q=1–P = 1 – 0,60 = 0,40

𝑃1+𝑃2 0,70+0,50 1,20


P= 2 = 2 = 2 = 0,60.

Z𝛼 = 1,440

Z𝛽 = 0,842
Z𝖺 √2𝑃Q+Z 𝛽√𝑃1Q1+𝑃2Q2 2
n1 = n2 =( )
P1−P2

1,440 √2K0,60K0,40+0,842√0,70K0,30+0,50K0,50 2
n1 = n2 =( )
0,2

n1 - n2 = (1,566 )2
0,2

n1 - n2 = (7,83)2

= 61,30 = 61

41
E. Teknik Pengambilan Sampel

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan aterm di

RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019.

2. Kriteria Eklusi
a. Ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan aterm di

RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019, namun datanya

tidak lengkap.

b. Ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan preterm

di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan untuk oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis. Data yang didapatkan tersebut kemudian dimasukkan ke

dalam format pengumpulan data. Format pengumpulan data terdiri dari kolom

nomor, nomor RM, KPD pada kehamilan aterm, usia ibu, pendidikan, paritas,

kadar Hb, gemelli, infeksi bakterial vaginosis, riwayat KPD kehamilan

sebelumnya, dan kelainan letak janin.

G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data

sekunder yaitu dengan melihat catatan rekam medis ibu yang melahirkan di

RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto pada tahun 2016-2019.

42
2. Cara Pengumpulan data

a. Menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi pada setiap sampel.

b. Melihat buku register persalinan untuk mencari nomor rekam medis,

selanjutnya di undi secara random untuk mengambil sampel yang akan

diambil.

c. Mencari status rekam medis ibu sesuai dengan daftar nomor rekam

medis yang diperoleh.

d. Diambil jumlah sampel yang diperlukan sesuai besar sampel telah

ditetapkan.

e. Memasukkan data ke dalam instrumen pengumpulan data yaitu berupa

format pengumpul data.

H. Teknik Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program

Statistical Product and Service Solutions ( SPSS ). Sedangkan untuk penyajian

data akan disusun dan disajikan dalam bentuk tabel dan dilengkapi dengan

narasi sebagai penjelasan tabel. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Pengolahan Data

Data diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Editing merupakan kegiatan pengecekan data yang dikumpulkan,

memeriksa jika ada kesalahan atau data tidak lengkap.

b. Coding

43
Coding merupakan kegiatan untuk mengklasifikasikan data

berdasarkan kategorinya masing-masing.

c. Transfering

Transfering adalah memindahkan data kedalam master tabel.

d. Entry data

Memasukkan data yang sudah benar ke dalam komputer untuk

dilakukan analisis.

2) Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan program komputer

yang meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

Analisis diskriptif univariat akan diuji pada tiap variabel penelitian

dengan rumus
:
𝑃 = FK100%

Keterangan :

P = Presentase subjek pada kategori tertentu

x = Jumlah sampel dengan karakteristik tertentu

y = Jumlah total sampel

b. Analisis bivariat

44
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis ini dilakukan beberapa

tahap, anatara lain :

1) Analisis dari hasil uji statistik (chi square test), dengan melihat

dari hasil uji statistik ini dapat disimpulkan adanya hubungan

2) 2 variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna. Rumus chi

square adalah sebagai berikut:

2 ƒ0−ƒℎ
𝑋 =∑ ƒℎ

Keterangan :

X2 = Chi Square

F0 =Frekuensi yang diobservasi

Fh =Frekuensi yang diharapkan.

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui variabel yang lebih

erat hubungannya dengan variabel dependen.Penelitian ini

menggunakan uji regresi logistik, yaitu jenis analisis multivariat yang

digunakan untuk uji dengan variabel bebas berskala numerik, ordinal,

dan nominal, serta variabel terikat dengan skala nominal dikolom.

I. Etika Penelitian

Semua hasil yang diperoleh dalam penelitian ini akan dijaga

kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan

diberitahukan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian guna evaluasi.

45
J. Alur Penelitian

Mengurus izin
penelitian
Menetapkan pelaksanaan dan
menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan selama proses penelitian

Melihat rekam medik ibu yang mengalami ketuban


pecah dini pada kehamilan aterm di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-

Kriteria Inklusi

Sampel Penelitian

Analisis serta penyajian data dalam bentuk table dan grafik

Pengumpulan data

Gambar 4.1. Alur Penelitian

46
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian ini berlangsung mulai dari tanggal 30 September sampai 30

November 2020 tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan

Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Aterm di RSUD Lanto

Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019. Jumlah pasien KPD pada tahun

2016-2019 adalah 72 orang. Sedangkan jumlah pasien KPD yang memenuhi

kriteria Inklusi dan eksklusi adalah 72 orang dan total pasien yang menjadi

subjek penelitian sebanyak 82 orang yang terbagi atas case 72 orang dan

sebagai control 10 orang. Subjek dalam penelitian ini adalah semua pasien

yang mengalami KPD dan tidak mengalami KPD, juga telah memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai sampel. Data diperoleh dari hasil ringkasan dari

buku partus kemudian mencari nomor rekam medik pasien dan mencari

variabel usia ibu, pendidikan, paritas, kadar Hb, gemelli, infeksi bakterial

vaginosis, riwayat KPD kehamilan sebelumnya dan kelainan letak janin. Data

yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi

dan tabulasi silang sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai

penjelasan tabel.

B. Analisis Univariat

1. Distribusi Sampel Menurut Usia Ibu, Pendidikan, Paritas, Kadar Hb,

Gemelli, Infeksi Bakterial Vaginosis, Riwayat KPD Kehamilan

Sebelumnya dan Kelainan Letak Janin.

47
Tabel 5.1 Distribusi sampel menurut usia ibu, pendidikan, paritas, kadar Hb,

gemelli, infeksi bakterial vaginosis, riwayat KPD kehamilan sebelumnya dan

kelainan letak janin.

Frekuensi

Variabel n %

Berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) 30 36.6 %


Usia Ibu
Tidak Berisiko (20-35 tahun) 52 63.4 %

Rendah (Tidak sekolah, SD< SMP< SMA) 67 81.7 %


Pendidikan
Tinggi (Perguruan tinggi: D3, D4, S1) 15 18.3 %

Berisiko ( >1 ) 45 54.9%


Paritas
Tidak berisiko ( 0-1 ) 37 45.1 %

Anemia (Kadar Hb <11 mg/dl) 55 67.1 %


Kadar Hb
Tidak Anemia (Kadar Hb >11 mg/dl) 27 32.9 %

Ya 11 13.4 %
Gemelli
Tidak 71 86.6 %

Infeksi Bakterial Ya 9 11.0 %

Vaginosis Tidak 73 89.0 %

Riwayat KPD Ya 15 18.3 %

Kahamilan
Tidak 67 81.7 %
Sebelumnya

Kelainan Letak Ya 9 11.0 %

Janin Tidak 73 89.0 %

48
Total 82 100 %

Tabel 5.1. Distribusi sampel menurut usia ibu, pendidikan, paritas, kadar Hb, gemelli,
infeksi bakterial vaginosis, riwayat KPD kehamilan sebelumnya dan kelainan letak janin.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diatas menunjukkan

distribusi sampel di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019

dengan jumlah total 82 kasus. Sebanyak 30 kasus (36,6%) usia ibu <20 tahun

dan >35 tahun, dan sebanyak 52 kasus (63,4%) usia ibu 20-35 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diatas menunjukkan

distribusi sampel di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019

dengan jumlah total 82 kasus. Sebanyak 67 kasus (81,7%) ibu yang

berpendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP, SMA) dan sebanyak 15 kasus

(18,3%) ibu yang berpendidikan tinggi (Perguruan Tinggi: D3,D4,S1).

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diatas menunjukkan

distribusi sampel di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019

dengan jumlah total 82 kasus. Sebanyak 37 kasus (45,1%) ibu dengan paritas

0-1 dan sebanyak 45 kasus (54,9%) ibu dengan paritas >1.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diatas menunjukkan

distribusi sampel di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019

dengan jumlah total 82 kasus. Sebanyak 55 kasus (67,1%) ibu dengan kadar

Hb <11 mg/dl (anemia), dan sebanyak 27 kasus (32,9%) ibu dengan kadar Hb

>11 mg/dl (tidak anemia).

49
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diatas menunjukkan

distribusi sampel di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019

dengan jumlah total 82 kasus. Sebanyak 11 kasus (13,4 %) ibu yang

mengalami gemelli, dan sebanyak 71 kasus (86,6%) ibu yang tidak mengalami

gemelli.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diatas menunjukkan

distribusi sampel di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019

dengan jumlah total 82 kasus. Sebanyak 9 kasus (11,0 %) ibu yang mengalami

infeksi bakterial vaginosis, dan sebanyak 73 kasus (89,0%) ibu yang tidak

mengalami infeksi bakterial vaginosis.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diatas menunjukkan

distribusi sampel di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019

dengan jumlah total 82 kasus. Sebanyak 15 kasus (18,3%) ibu yang pernah

mengalami KPD kehamilan sebelumnya, dan sebanyak 67 kasus (81,7%) ibu

yang tidak pernah mengalami KPD kehamilan sebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 diatas menunjukkan

distribusi sampel di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto tahun 2016-2019

dengan jumlah total 82 kasus. Sebanyak 9 kasus (11,0%) ibu yang mengalami

kelainan letak janin, dan sebanyak 73 kasus (89,0%) ibu yang tidak mengalami

kelainan letak janin.

C. Analisis Bivariat

Tahap ini dilakukan analisis besar faktor risiko kejadian ketuban pecah

dini dengan variabel independennya sesuai dengan tujuan khusus penelitian

50
yakni : usia ibu, pendidikan, paritas, kadar Hb, gemelli, infeksi bakterial

vaginosis, riwayat KPD kehamilan sebelumya dan kelainan letak janin.

Penilaian besar risiko didasarkan atas hasil Odds Ratio ( OR) dengan

tingkat kepercayaan 95% CI dengan melihat nilai lower limit dan upper limit

sebagai berikut :

1. Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di

RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.2. Hasil Analisis Uji Statistik Hubungan antara Usia Ibu dengan KPD

95% Confidence
Usia Ibu Diagnosis Interval

KPD Tidak KPD Total P OR Lower Upper


 20-35 tahun 44(84,6%) 8(15,4%) 52(100%) 0,312 2,545 0,504 12,866
 <20 tahun dan
28(93,3%) 2(6,7%) 30(100%)
>35 tahun

Total 72(87,8%) 10(12,2%) 82(100%)

Tabel 5.2. Hasil Analisis Uji Statistik Chi-Square Hubungan antara Usia Ibu dengan KPD

Berdasarkan Tabel 5.2 terdapat kasus umur tidak berisiko (20-35 tahun)

sebanyak 52 kasus dan umur berisiko (<20 tahun- >35 tahun) sebanyak 30

kasus. Dari 52 kasus umur tidak berisiko, terdapat 44 orang (84,6%) ibu yang

mengalami KPD dan 8 orang (15,4%) ibu yang tidak mengalami KPD. Dari 30

kasus umur berisiko sebanyak 28 orang (93,3%) ibu yang mengalami KPD dan

2 orang (6,7%) yang tidak mengalami KPD.

51
Syarat uji chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, dan tidak boleh ada angka nol di tabel count , serta tidak boleh ada cell

yang lebih dari 25%, karena nilai expected tidak memenuhi syarat maka dari

itu uji yang digunakan adalah uji alternatif yakni uji fisher yaitu nilai p = 0,312

(p<0,05) berarti hipotesis null diterima dan hipotesis alternatif ditolak maka

dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia ibu

dengan kejadian KPD.

Untuk mengetahui besarnya resiko pada ibu dengan umur berisiko (<20

tahun dan >35 tahun) yang mengalami KPD maka diketahui nilai OR=2,545

(95% CI = 0,504-12,866) hal ini berarti ibu dengan umur berisiko (<20 tahun

dan >35 tahun) memiliki risiko 2,545 kali untuk terjadinya kejadian KPD

dibandingkan dengan ibu yang memiliki umur tidak berisiko (20-35 tahun).

2. Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di

RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.3. Hasil Analisis Uji Statistik Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan KPD

95% Confidence
Pendidikan Diagnosis Interval

KPD Tidak KPD Total P OR Lower Upper


 Rendah (Tidak
sekolah, 64(95,5%) 3(4,5%) 67(100%) 0,000 18,667 4,005 87,012
SD,SMP,SMA)
 Tinggi (D3,D4,S1) 8(53,3%) 7(46,7%) 15(100%)

Total 72(87,8%) 10(12,2%) 82(100%)

52
Tabel 5.3. Hasil Analisis Uji Statistik Chi-Square Hubungan antar Pendidikan dengan KPD

Berdasarkan Tabel 5.3. mengenai pendidikan ibu, sebanyak 67 kasus ibu

yang tergolong dalam pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP, SMA) dan

sebanyak 15 kasus ibu yang tergolong dalam pendidikan tinggi (Perguruan

tinggi: D3, D4, S1). Dari 67 kasus ibu dengan pendidikan rendah sebanyak 64

orang (95,5%) ibu yang mengalami KPD dan 3 orang (4,5%) ibu yang tidak

mengalami KPD. Dari 15 kasus ibu dengan pendidikan tinggi sebanyak 8 orang

(53,3%) ibu yang mengalami KPD dan 7 orang (46,7%) ibu yang tidak

mengalami KPD.

Syarat uji chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, dan tidak boleh ada angka nol di tabel count , serta tidak boleh ada cell

yang lebih dari 25%, karena nilai expected tidak memenuhi syarat maka dari

itu uji yang digunakan adalah uji alternatif yakni uji fisher yaitu nilai p = 0,000

(p>0,05) berarti hipotesis null ditolak dan hipotesis alternatif terima maka

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan

kejadian KPD.

Untuk mengetahui besarnya resiko pada ibu dengan pendidikan rendah

mengalami KPD maka diketahui nilai OR=18,667 (95% CI = 4,005-87,012) hal

ini berarti ibu dengan pendidikan rendah memiliki risiko 18,667 kali untuk

terjadinya KPD dibandingkan ibu dengan pendidikan tinggi.

3. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD

Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.4. Hasil Analisis Uji Statistik Hubungan antara Paritas dengan KPD

53
95% Confidence
Paritas Diagnosis Interval

KPD Tidak KPD Total P OR Lower Upper


 0-1 30(81,1%) 7(18,9%) 37(100%) 0,173 3,267 0,781 13,669

 >1 42(93,3%) 3(6,7%) 45(100%)

Total 72(87,8%) 10(12,2%) 82(100%)

Tabel 5.4. Hasil Analisis Uji Statistik Chi-Square Hubungan antara Paritas dengan KPD

Berdasarkan Tabel 5.4. terdapat kasus ibu dengan paritas 0-1 sebanyak 37

kasus dan ibu dengan paritas >1 sebanyak 45 kasus. Dari 37 kasus ibu dengan

paritas 0-1 terdapat 30 orang (81,1%) ibu yang mengalami KPD dan 7 orang

(18,9%) ibu yang tidak mengalami KPD. Dari 45 kasus ibu dengan paritas >1

terdapat 42 orang (93,3%) ibu yang mengalami KPD dan 3 orang (6,7%) ibu

yang tidak mengalami KPD.

Syarat uji chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, dan tidak boleh ada angka nol di tabel count , serta tidak boleh ada cell

yang lebih dari 25%, karena nilai expected tidak memenuhi syarat maka dari

itu uji yang digunakan adalah uji alternatif yakni uji fisher yaitu nilai p = 0,173

(p>0,05) berarti hipotesis null diterima dan hipotesis alternatif di tolak maka

dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan

kejadian KPD.

Untuk mengetahui besarnya resiko pada ibu dengan paritas >1 yang

mengalami KPD maka diketahui nilai OR=3,267 (95% CI = 0,781-13,669) hal

54
ini berarti ibu dengan paritas multipara memiliki risiko 3,267 kali untuk

terjadinya KPD dibandingkan dengan ibu dengan paritas 0-1.

4. Hubungan antara Kadar Hb dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di

RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.5. Hasil Analisis Uji Statistik Hubungan antara Kadar Hb dengan KPD

95% Confidence
Kadar Hb Diagnosis Interval

KPD Tidak KPD Total P OR Lower Upper


 Anemia (<11
52(94,5%) 3(5,5%) 55(100%) 0,013 6,067 1,427 25,798
gr/dl)
 Tidak anemia
20(74,1%) 7(25,9%) 27(100%)
(>11 gr/dl)
Total 72(87,8%) 10(12,2%) 82(100%)

Tabel 5.5. Hasil Analisis Uji Statistik Chi-Square Hubungan antara Kadar Hb dengan KPD

Berdasarkan Tabel 5.5. terdapat kasus ibu dengan kadar Hb <11 gr/dl

(anemia) sebanyak 55 kasus dan ibu dengan kadar Hb >11 gr/dl (tidak anemia)

sebanyak 27 kasus. Dari 55 kasus ibu dengan kadar Hb <11 gr/dl (anemia),

terdapat 52 orang (94,5%) ibu yang mengalami KPD dan 3 orang (5,5%) ibu

yang tidak mengalami KPD. Dari 27 kasus ibu dengan kadar Hb >11 gr/dl

(tidak anemia), terdapat 20 orang (74,1%) ibu yang mengalami KPD dan 7

orang (25,9%) ibu yang tidak mengalami KPD.

Syarat uji chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, dan tidak boleh ada angka nol di tabel count , serta tidak boleh ada cell

55
yang lebih dari 25%, karena nilai expected tidak memenuhi syarat maka dari

itu uji yang digunakan adalah uji alternatif yakni uji fisher yaitu nilai p = 0,013

(p>0,05) berarti hipotesis null ditolak dan hipotesis alternatif diterima maka

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kadar Hb dengan

kejadian KPD.

Untuk mengetahui besarnya resiko pada ibu dengan kadar Hb <11 gr/dl

(anemia) yang mengalami KPD maka diketahui nilai OR=6,067 (95% CI =

1,427-25,798) hal ini berarti ibu dengan kadar Hb <11 gr/dl (anemia) memiliki

risiko 6,067 kali untuk terjadinya KPD dibandingkan dengan ibu dengan kadar

Hb >11 gr/dl (tidak anemia).

5. Hubungan antara Gemelli dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD

Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.6. Hasil Analisis Uji Statistik Hubungan antara Gemelli dengan KPD

95% Confidence
Gemelli Diagnosis
Interval

KPD Tidak KPD Total P OR Lower Upper


 Ya 10(90,9%) 1(9,1%) 11(100%) 1,000 1,452 0,166 12,730
 Tidak 62(87,3%) 9(12,7%) 71(100%)

Total 72(87,8%) 10(12,2%) 82(100%)

Tabel 5.6. Hasil Analisis Uji Statistik Chi-Square Hubungan antara Gemelli dengan KPD

Berdasarkan Tabel 5.6. terdapat kasus ibu dengan kehamilan gemelli

sebanyak 11 kasus dan ibu tidak gemelli sebanyak 71 kasus. Dari 11 kasus ibu

56
dengan kehamilan gemelli, terdapat 10 orang (90,9%) ibu yang mengalami

KPD dan 1 orang (9,1%) ibu yang tidak mengalami KPD. Dari 71 kasus ibu

yang tidak gemelli, terdapat 62 orang (87,3%) ibu yang mengalami KPD dan 9

orang (12,7%) ibu yang tidak mengalami KPD.

Syarat uji chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, dan tidak boleh ada angka nol di tabel count , serta tidak boleh ada cell

yang lebih dari 25%, karena nilai expected tidak memenuhi syarat maka dari

itu uji yang digunakan adalah uji alternatif yakni uji fisher yaitu nilai p = 1,000

(p>0,05) berarti hipotesis null diterima dan hipotesis alternatif di tolak maka

dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara gemelli

dengan kejadian KPD.

Untuk mengetahui besarnya resiko pada ibu dengan kehamilan gemelli

yang mengalami KPD maka diketahui nilai OR=1,452 (95% CI = 0,166-

12,730) hal ini berarti ibu dengan kehamilan gemelli memiliki risiko 1,452 kali

untuk terjadinya KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak gemelli.

6. Hubungan antara Infeksi Bakterial Vaginosis dengan Kejadian Ketuban

Pecah Dini Di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.7. Hasil Analisis Uji Statistik Hubungan antara Infeksi Bakterial Vaginosis

dengan KPD

Infeksi 95% Confidence


Diagnosis
Bakterial Interval
Vaginosis
KPD Tidak KPD Total P OR Lower Upper

57
 Ya 8(88,9%) 1(11,1%) 9(100%) 1,000 1,125 0,126 10,081

 Tidak 64(87,7%) 9(12,3%) 73(100%)

Total 72(87,8%) 10(12,2%) 82(100%)

Tabel 5.7. Hasil Analisis Uji Statistik Chi-Square Hubungan antara Infeksi
Bakterial Vaginosis dengan KPD

Berdasarkan Tabel 5.7. terdapat kasus ibu yang infeksi Bakterial vaginosis

sebanyak 11 kasus dan ibu yang tidak infeksi sebanyak 73 kasus. Dari 11 kasus

ibu yang infeksi, terdapat 8 orang (88,9%) ibu yang mengalami KPD dan 1

orang (11,1%) ibu yang tidak mengalami KPD. Dari 73 kasus ibu yang tidak

infeksi bakterial vaginosis, terdapat 64 orang (87,7%) ibu yang mengalami

KPD dan 9 orang (12,3%) ibu yang tidak mengalami KPD.

Syarat uji chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, dan tidak boleh ada angka nol di tabel count , serta tidak boleh ada cell

yang lebih dari 25%, karena nilai expected tidak memenuhi syarat maka dari

itu uji yang digunakan adalah uji alternatif yakni uji fisher yaitu nilai p = 1,000

(p>0,05) berarti hipotesis null diterima dan hipotesis alternatif di tolak maka

dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara infeksi

bakterial vaginosis dengan kejadian KPD.

Untuk mengetahui besarnya resiko pada ibu dengan infeksi bacterial

vaginosis yang mengalami KPD maka diketahui nilai OR=1,125 (95% CI

=0,126-10,081) hal ini berarti ibu yang infeksi bakterial vaginosis memiliki

risiko 1,125 kali untuk terjadinya KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak

infeksi bakterial vaginosis.

58
7. Hubungan antara Riwayat KPD Kehamilan Sebelumnya dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini Di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-

2019

5.8. Hasil Analisis Uji Statistik Hubungan antara Riwayat KPD Kehamilan

Sebelumnya dengan KPD

Riwayat
95% Confidence
KPD Diagnosis Interval
Sebelumnya
KPD Tidak KPD Total P OR Lower Upper
 Ya 14(93,3%) 1(6,7%) 15(100%) 0,680 2,172 0,254 18,591

 Tidak 58(86,6%) 9(13,4%) 67(100%)

Total 72(87,8%) 10(12,2%) 82(100%)

Tabel 5.8. Hasil Analisis Uji Statistik Chi-Square Hubungan antara Riwayat KPD
Kehamilan Sebelumnya dengan KPD

Berdasarkan Tabel 5.8. terdapat kasus ibu yang memiliki riwayat KPD

kehamilan sebelumnya sebanyak 15 kasus dan ibu yang tidak memiliki riwayat

KPD kehamilan sebelumnya sebanyak 67 kasus. Dari 15 kasus ibu yang

memiliki riwayat KPD kehamilan sebelumnya, terdapat 14 orang (93,3%) ibu

yang mengalami KPD dan 1 orang (6,7%) ibu yang tidak mengalami KPD.

Dari 67 kasus ibu yang tidak memiliki riwayat KPD kehamilan sebelumnya,

terdapat 58 orang (86,6%) ibu yang mengalami KPD dan 9 orang (13,4%) ibu

yang tidak mengalami KPD.

59
Syarat uji chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, dan tidak boleh ada angka nol di tabel count , serta tidak boleh ada cell

yang lebih dari 25%, karena nilai expected tidak memenuhi syarat maka dari

itu uji yang digunakan adalah uji alternatif yakni uji fisher yaitu nilai p = 0,680

(p>0,05) berarti hipotesis null diterima dan hipotesis alternatif di tolak maka

dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat KPD

kehamilan sebelumnya dengan kejadian KPD.

Untuk mengetahui besarnya resiko pada ibu dengan riwayat KPD

sebelumnya yang mengalami KPD maka diketahui nilai OR=2,172 (95% CI

=0,254-18,591) hal ini berarti ibu dengan riwayat KPD kehamilan sebelumnya

memiliki risiko 2,172 kali untuk terjadinya KPD dibandingkan dengan ibu

yang tidak memiliki riwayat KPD kehamilan sebelumnya.

8. Hubungan antara Kelainan Letak Janin dengan Kejadian Ketuban Pecah

Dini Di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

5.9. Hasil Analisis Uji Statistik Hubungan antara Kelainan Letak Janin dengan

KPD

Kelainan 95% Confidence


Letak Janin Diagnosis Interval
KPD Tidak KPD Total P OR Lower Upper
 Ya 6(66,7%) 3(33,3%) 9(100%) 0,075 0,212 0,043 1,040

 Tidak 66(90,4%) 7(9,6%) 73(100%)

Total 72(87,8%) 10(12,2%) 82(100%)

60
Tabel 5.9. Hasil analisis uji statistik Chi-Square hubungan kelainan letak janin
dengan KPD

Berdasarkan Tabel 5.9. terdapat kasus ibu dengan kelainan letak janin

sebanyak 9 kasus dan ibu yang tidak mengalami kelainan letak janin sebanyak

73 kasus. Dari 9 kasus ibu dengan kelainan letak janin, terdapat 6 orang

(66,7%) ibu yang mengalami KPD dan 3 orang (33,3%) ibu yang tidak

mengalami KPD. Dari 73 kasus ibu yang tidak mengalami kelainan letak janin,

terdapat 66 orang (90,4%) ibu yang mengalami KPD dan 7 orang (9,6%) ibu

yang tidak mengalami KPD.

Syarat uji chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, dan tidak boleh ada angka nol di tabel count , serta tidak boleh ada cell

yang lebih dari 25%, karena nilai expected tidak memenuhi syarat maka dari

itu uji yang digunakan adalah uji alternatif yakni uji fisher yaitu nilai p = 0,075

(p>0,05) berarti hipotesis null diterima dan hipotesis alternatif di tolak maka

dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara kelainan letak

janin dengan kejadian KPD.

Untuk mengetahui besarnya resiko pada ibu dengan kelainan letak janin

yang mengalami KPD maka diketahui nilai OR=0,212 (95% CI =0,043-1,040)

hal ini berarti ibu dengan kelainan letak janin memiliki risiko 0,212 kali untuk

terjadinya KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami kelainan letak

janin.

61
D. Analisis Multivariat

Adalah metode pengolahan variabel dalam jumlah yang banyak, dimana

tujuannya adalah untuk mencari pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap

suatu objek secara stimultan atau serentak. Analisis multivariate digunakan

untuk melihat pengaruh variabel independen (usia ibu, pendidikan, paritas,

kadar Hb, gemelli, infeksi bacterial vaginosis, riwayat KPD kehamilan

sebelumnya dan kelainan letak janin) terhadap variabel dependen yaitu KPD.

5.10. Hasil Analisis Uji Statistik Regresi Linear dan Binnary logistic Hubungan

Antara variabel Independen dengan variabel Dependen Kejadian KPD

OR CI 95%
Variabel B S.E. Wald Df Nilai p OR
Upper

Usia Ibu -0,283 1,436 0,039 1 0,844 0,754 0,045 12,563

Pendidikan 3,259 1,119 8,490 1 0,004 26,031 2,906 233,162

Paritas 2,324 1,167 3,967 1 0,046 10,216 1,038 100,572

Kadar Hb 2,343 1,131 4,293 1 0,038 10,410 1,135 95,468

Gemelli 0,948 1,421 0,446 1 0,504 2,581 0,159 41,495

Infeksi bakterial
-2,191 1,617 1,837 1 0,175 0,112 0,005 2,657
vaginosis

Riwayat KPD
kehamilan -0,217 1,475 0,022 1 0,883 0,805 0,045 14,495
sebelumnya

Kelainan letak janin 0,743 1,337 0,309 1 0,578 2,103 0,153 28,919

62
Tabel 5.10. Hasil Analisis Uji Regressi Linear dan Uji Binary Logistik Variabel
Independent dengan Veriabel Dependent

Berdasarkan analisis multivariate pada table 5.10. diatas menunjukan

bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian KPD yang menghasilkan

p – value < 0,05 yaitu pendidikan, paritas dan kadar Hb. Ketiga variabel

tersebut sama-sama memiliki hubungan yang positif terhadap kejadian KPD,

sedangkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian KPD

adalah Pendidikan (OR= 26,031 (CI 95% 2,906-233,162). Ibu yang

melahirkan dengan pendidikan rendah berisiko 26,031 kali mengalami KPD

dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi.

63
BAB VI

PEMBAHASA

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah

dilakukan di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto khususnya di bagian data

sekunder (rekam medik), maka berikut merupakan pembahasan tentang hasil

penelitian yang didapatkan.

Setelah dilakukan analisis pada data dan pengujian terhadap 82

sampel, 72 kasus dan 10 kontrol di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto

dengan menggunakan metode Cross Sectional dengan pendekatan

Retrospektif, untuk melihat besarnya faktor risiko antara variabel independen

terhadap variabel dependen, maka hasil tabulasi silang dibahas sebagai

berikut:

1. Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian KPD di RSUD Lanto

Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara usia

ibu dengan kejadian KPD dengan hasil uji statistik Chi-Square didapatkan p-

value 0,312 dan usia ibu <20 tahun atau >35 tahun berisiko 2,545 kali

mengalami KPD dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Kurniawati,

Ade (2012) yang menyatakan bahwa usia reproduksi normal pada umur 20-35

tahun, karena pada usia tersebut organ reproduksi sudah berfungsi secara

optimal. Jika wanita hamil pada usia < 20 tahun dianggap kehamilan resiko

64
tinggi karena organ reproduksi belum siap hamil sehingga mempengaruhi

pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal, sedangkan usia > 35 tahun

terjadi penurunan organ-organ reproduksi yang berpengaruh pada proses

embryogenesis sehingga selaput ketuban lebih tipis yang memudahkan pecah

sebelum waktunya.7 Dengan kata lain, wanita hamil pada usia <20 tahun atau

>35 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya KPD.

Teori ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meldafia

Idaman, Ika Yulia Darma dan Silvi Zaimy (2019) yang berjudul Hubungan

Faktor Risiko dengan Ketuban Pecah Dini dengan didapatkan p-value 0,001

yang berarti terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian KPD.10

Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan antara usia ibu

dengan kejadian KPD dikarenakan perkembangan atau kematangan organ

reproduksi setiap wanita tidak sama. Banyak faktor yang mempengaruhi

kematangan organ reproduksi diantaranya adalah genetik, status gizi, aktivitas

olahraga, dan rangsangan psikis.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ST. Subriyani

(2017) yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bahagia Makassar dengan

didapatkan p-value 0,607 yang berarti tidak ada hubungan antara usia ibu

dengan kejadian KPD.32

2. Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian KPD di RSUD Lanto

Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

65
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara pendidikan

dengan kejadian KPD dengan hasil uji statistik Chi-Square didapatkan p-value

0,000 dimana pendidikan yang tergolong rendah seperti SD, SMP, SMA atau

bahkan tidak sekolah berisiko 18,667 kali mengalami KPD dibandingkan

dengan ibu yang berpendidikan tinggi seperti D3, D4, dan S1.

Menurut teori yang dipaparkan oleh Romauli (2011) yang menyatakan

bahwa tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan dalam kualitas perawatan

dan pemeriksaan kehamilannya. Informasi yang berhubungan dengan

perawatan kehamilan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu

mengenai kehamilannya.21 Pada umumnya, ibu dengan pendidikan rendah

kurang mmmemmmiliki pengetahuan akan perawatan kehamilannya, baik dari

segi nutrisi, aktivitas (hal-hal apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh

dilakuakn saat hamil khususnya saat usia kehamilan trimester 3) personal

higene, control kehamilan pada tenaga kesehatan, faktor-faktor risiko

kehamilan serta tindakan pertama yang dilakukan berhubungan dengan tanda-

tanda bahaya kehamilan maupun persalinan.22 Dengan kata lain, tingkat

pengetahuan ibu sangat berperan penting dalam perawatan kehamilannya

sehingga jika pengetahuan ibu rendah maka dapat meningkatkan risiko

terjadinya KPD.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ely Tjahjani

(2015) yang berjudul Gambaran Umur, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan Ibu

Bersalin Terhadap Kejadian KPD yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara pendidikan dengan kejadian KPD dengan diperoleh data ibu bersalin di

66
RB Melati Manukan Surabaya Tahun 2015 mayoritas pendidikan rendah

(53,57%) mayoritas mengalami KPD dibandingkan pendidikan tinggi (100%)

tidak mengalami KPD.22

3. Hubungan antara Paritas dengan Kejadian KPD di RSUD Lanto

Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara

paritas dengan kejadian KPD dengan hasil uji statistik Chi-Square didapatkan

p-value 0,173 dan ibu dengan paritas >1 berisiko 3,267 kali mengalami KPD

dibandingkan dengan paritas ibu 0-1.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Morgan &

Hamilton (2009) yang menyatakan bahwa paritas merupakan salah satu faktor

yang mengakibatkan ketuban pecah dini karena peningkatan paritas yang

memungkinkan kerusakan serviks selama proses kelahiran sebelumnya. Hal

ini bukan disebabkan aktivitas uterus melainkan kelemahan intrinsik uterus

yang disebabkan oleh trauma sebelumnya pada servik khususnya pada

tindakan riwayat persalinan pervaginam, dilatasi serviks, kuretase. Selain itu

susunan serviks pada multipara lebih banyak serabut saraf daripada jaringan

ikat dibanding serviks normal.24 Dengan kata lain, semakin tinggi paritas maka

semakin tinggi angka kejadian KPD.

Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridha Natsir,

Rismayana dan Evi Wahyuntari (2019) yang berjudul Hubungan Paritas dan

Anemia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin di

67
RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan didapatkan p-value 0,001 yang

berarti terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian KPD.25

Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan antara paritas

dengan KPD karena dapat disebabkan oleh faktor lain diantaranya tingkat

pendidikan ibu yang rendah sangat mempengaruhi sehingga ibu tidak paham

tentang pentingnya pemeriksaan pada saat hamil. Sedangkan paritas yang

berisiko rendah yang mengalami KPD disebabkan karena ketidakmampuan

ibu pada saat hamil dalam menangani masalah yang terkait dengan antenatal

care atau karena ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang

pertama.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meyska

Widyandini, Esti Nugraheny dan Supahar (2017) yang berjudul Kejadian

Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara paritas

primipara dengan kejadian KPD (p-value 0,180). Demikian pula pada paritas

grande-multipara tidak ada hubungan dengan kejadian KPD (p-value 0,556)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan

kejadian KPD.21

4. Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Kejadian KPD di RSUD

Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara kadar Hb

dengan kejadian KPD dengan hasil uji statistik Chi-Square didapatkan p-value

0,013 dan ibu yang memiliki kadar Hb <11 mg/dl (anemia) berisiko 6,067 kali

68
mengalami KPD dibandingkan dengan ibu yang memiliki kadar Hb >11 mg/dl

(tidak anemia).

Berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Astuti (2010) yang

menyatakan bahwa anemia pada kehamilan menyebabkan berkurangnya

massa hemoglobin di dalam jaringan sehingga tidak mampu memenuhi

fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh tubuh. Kurangnya oksigenasi

terutama jaringan ketuban akibatnya menimbulkan kerapuhan pada selaput

ketuban.24 Dengan kata lain, ibu hamil yang memiliki kadar Hb rendah dapat

meningkatkan risiko terjadinya KPD.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Irsam, Arum

Kartika Dewi dan Ellen Wulandari (2014) yang berjudul Jumlah Paritas dan

Anemia sebagai Faktor Prediktor Kejadian Ketuban Pecah Dini dengan

didapatkan p-value 0,045 yang berarti terdapat hubungan antara kadar Hb

dengan kejadian KPD. Dan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Walida Nur Habibah (2017) yang berjudul Hubungan Usia Ibu, Paritas, dan

Kadar Hemoglobin Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan

Aterm di RSU Aghisna Medika Cilacap dengan didapatkan p-value 0,028

yang berarti terdapat hubungan antara kadar Hb dengan kejadian KPD.24,33

5. Hubungan antara Gemelli dengan Kejadian KPD di RSUD Lanto

Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara

gemelli dengan kejadian KPD dengan hasil uji statistik Chi-Square didapatkan

69
p-value 1,000 dan ibu yang mengalami gemelli berisiko 1,452 kali mengalami

KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami gemelli.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Manuaba

(2012) yang menyatakan bahwa kehamilan ganda merupakan kehamilan

dengan ukuran uterus yang lebih besar dibanding umur kehamilannya,

sehingga terjadi keregangan rahim berlebihan. Hal tersebut akan

meningkatkan tekanan intrauterin, dengan tekanan yang berlebihan ini

vaskularisasi tidak berjalan dengan lancar yang dapat mengakibatkan selaput

ketuban kekurangan jaringan ikat. Sehingga menyebabkan selaput ketuban

tidak kuat atau lemah dan bila terjadi sedikit pembukaan servik saja maka

selaput ketuban akan mudah pecah.10 Dengan kata lain, ibu hamil yang

mengalami gemelli dapat meningkatkan risiko terjadinya KPD.

Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anjar Tri

Astuti (2017) yang berjudul Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Ketuban Pecah Dini di RS TK II Pelamonia Makassar dengan

didapatkan ρ-value 0,000 yang berarti terdapat hubungan antara gemelli

dengan kejadian KPD.34

Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan antara gemelli

dengan KPD karena dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang

mempengaruhi yaitu burhubungan dengan status pekerjaan ibu. Berdasarkan

hasil penelitian mayoritas pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga. Ibu hamil

melakukan pekerjaan rumah tangga setiap hari mulai dari pagi hari sampai di

malam hari. Pekerjaan ibu rumah tangga merupakan beban pekerjaan yang

70
berat, sehingga dapat menimbulkan ketegangan semakin meningkat pada otot-

otot rahim sehingga mempengaruhi selaput ketuban menjadi lemah dan mudah

pecah. Ibu dengan kehamilan ganda juga sangat membutuhkan nutrisi yang

lebih dibanding kehamilan tunggal sehingga sering terjadi defisiensi nutrisi

dapat menyebabkan selaput ketuban menjadi lemah dan mudah pecah.

Seharusnya ibu dengan kehamilan ganda pada usia kehamilan 30 minggu

perlu istirahat yang cukup, mengurangi beban pekerjaan yang berat dan

asupan gizi/nutrisi meliputi kebutuhan kalori, protein, mineral, vitamin dan

asam lemak lebih tinggi untuk mencegah defisiensi nutrisi. Selain itu, dari

hasil pengumpulan data juga didapatkan responden yang paling banyak

terdistribusi pada kelompok yang mengalami kehamilan tunggal.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh ST. Subriyani

(2017) yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bahagia Makassar dengan

didapatkan p-value 0,058 yang berarti tidak ada hubungan antara gemelli

dengan kejadian KPD.32

6. Hubungan antara Infeksi Bakterial Vaginosis dengan Kejadian KPD di

RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

infeksi bakterial vaginosis dengan kejadian KPD dengan hasil uji statistik Chi-

Square didapatkan p-value 1,000 dan ibu yang mengalami infeksi bakterial

vaginosis berisiko 1,452 kali mengalami KPD dibandingkan dengan ibu yang

tidak mengalami infeksi bakterial vaginosis.

71
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Parry Strauss

(1998) yang berpendapat bahwa mikroorganisme yang menyebabkan bakterial

vaginosis mengeluarkan protease yang dapat mendegenerasikan kolagen dan

melemahkan selaput ketuban hal ini dapat memperburuk keadaan selaput

ketuban dan akhirnya pecah.30 Dengan kata lain, ibu hamil yang mengalami

infeksi bakterial vaginosis dapat meningkatkan risiko terjadinya KPD.

Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa

Nurjannah (2011) yang berjudul Hubungan Bakterial Vaginosis dengan

Kejadian Ketuban Pecah Dini dengan didapatkan ρ-value 0,003 yang berarti

terdapat hubungan antara infeksi bakterial vaginosis dengan kejadian KPD.35

Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan antara infeksi

bakterial vaginosis dengan KPD karena dapat disebabkan oleh faktor lain,

kemungkinan dapat disebabkan karena hasil pemeriksaan penunjang yang

belum ada atau memang tidak dilakukan sehingga tidak terdiagnosis pasien

mengalami infeksi bakterial vaginosis. Hal tersebut yang mempengaruhi hasil

penelitian sehingga tidak ada hubungan antara infeksi bakterial vaginosis

dengan kejadian KPD.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Meldafia Idaman, Ika Yulia Darma dan Silvi Zaimy (2019) yang berjudul

Hubungan Faktor Risiko dengan Ketuban Pecah Dini dengan didapatkan p-

value 0,484 yang berarti tidak ada hubungan antara infeksi bakterial vaginosis

dengan kejadian KPD.10

72
7. Hubungan antara Riwayat KPD Kehamilan Sebelumnya dengan

Kejadian KPD di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara

riwayat KPD kehamilan sebelumnya dengan kejadian KPD dengan hasil uji

statistik Chi-Square didapatkan p-value 0,680 dan ibu yang mempunyai

riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya berisiko 2,172 kali mengalami KPD

dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah mengalami riwayat KPD pada

kehamilan sebelumnya.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Cunningham

et.al (2012) yang menyatakan bahwa wanita yang pernah mengalami KPD

pada kehamilan atau menjelang persalinan sebelumnya maka pada kehamilan

berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali, yaitu antara tiga

sampai empat kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya,

karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan

kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya. Penurunan

kandungan kolagen dalam membran ini kemudian memicu terjadinya KPD

aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi.26 Dengan kata lain,

ibu yang pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya dapat

meningkatkan risiko terjadinya KPD.

Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meyska

Widyandini, Esti Nugraheny, Supahar (2017) yang berjudul Kejadian Ketuban

Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul

73
Yogyakarta dengan didapatkan p-value 0,028 yang berarti terdapat hubungan

antara riwayat KPD kehamilan sebelumnya dengan kejadian KPD.21

Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan antara riwayat KPD

kehamilan sebelumnya dengan KPD dikarenakan banyak faktor lain yang

mempengaruhi ketuban pecah dini selain riwayat ketuban pecah dini seperti

antenatal care yang tidak teratur, penyakit yang menyertai ibu hamil, paritas,

gemelli, makrosomia, Cephalopelvic Disproportion (CPD), pekerjaan ibu,

kelainan letak janin, sosial ekonomi dan lain-lain. Selain itu, dari hasil

pengumpulan data didapatkan responden yang paling banyak terdistribusi

pada kelompok yang tidak pernah mengalami riwayat KPD pada kehamilan

sebelumnya, dan hanya beberapa responden yang pernah mengalami KPD

pada kehamilan sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Betty Nir Susanti,

Atik Kridawati dan Tri Budi Wahyuni Raharjo (2018) yang berjudul Analisis

Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di Klinik Pratama Melania

Pademangan Jakarta Utara Tahun 2017 dengan didapatkan p-value 0,064 yang

berarti tidak ada hubungan riwayat KPD kehamilan sebelumnya dengan

kejadian KPD.34

8. Hubungan Antara Kelainan Letak Janin Dengan Kejadian KPD di RSUD

Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara

kelainan letak janin dengan kejadian KPD dengan hasil uji statistik Chi-

Square didapatkan p-value 0,075 dan ibu yang mengalami kelainan letak janin

74
berisiko 0,212 kali mengalami KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak

mengalami kelainan letak janin.

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Freser (2009),

yang menyatakan bahwa seorang ibu hamil yang mengalami kelainan letak

janin menyebabkan permukaan tidak rata dengan presentasi terendah pada

PAP, kondisi ini menyebabkan peregangan berlebihan pada uterus.

Perengangan berlebihan pada uterus tersebut memungkinkan untuk mendesak

selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai.28 Dengan kata lain, ibu

hamil yang mengalami kelainan letak pada janinnya dapat meningkatkan

risiko terjadinya KPD.

Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Ridwan

dan Herlina (2014) yang berjudul Hubungan Kehamilan Ganda dan Kelainan

Letak Janin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Demang Sepulau

Raya Lampung Tengah dengan didapatkan p-value=0,005 yang berarti

terdapat hubungan antara kelainan letak janin dengan kejadian KPD.28

Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan antara kelainan

letak janin dengan KPD karena kemungkinan dapat disebabkan oleh faktor

lain diantaranya dapat berhubungan dengan besar kecilnya janin dan posisi

janin yang dikandung tidak menyebabkan peregangan pada selaput ketuban

seperti pada keadaan normal, sungsang ataupun melintang, karena sebenarnya

yang dapat mempengaruhi KPD adalah kuat lemahnya selaput ketuban dalam

menahan janin. Hal tersebut yang mempengaruhi hasil penelitian sehingga

tidak ada hubungan antara kelainan letak janin dengan kejadian KPD.

75
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Irsam, Arum

Kartika Dewi dan Ellen Wulandari (2014) yang berjudul Jumlah Paritas dan

Anemia sebagai Faktor Prediktor Kejadian Ketuban Pecah Dini dengan

didapatkan nilai p-value 0,145 yang berarti tidak ada hubungan antara

kelainan letak janin dengan kejadian KPD.24

B. Tinjauan Keislaman

Air ketuban merupakan suatu media yang sangat ajaib yang dibuat

khusus oleh Allah untuk melindungi janin selama 9 bulan pada kehamilan

normal. Dari rahim seorang ibu akan lahir seorang anak. Perjuangan ibu dalam

proses kehamilan dan persalinan sangatlah berharga. Ini adalah salah satu

tanda kebesaran dan kuasa-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S

Luqman [31] ayat 14 :

‫شن ْر‬
‫ح َوَلْتَُ‘ ا ًٌُوا ع ُوي ِ صالُ َٗ عا ي‬ ‫ص سا َوا‬ ‫و َو‬
‫ِفي َه ْير َاى ا‬ ‫ف‬ ‫ٰل ى‬ َٗ ‫ُّه‬ ‘َ ِۚ ‫ْر ى ِلذَ‘ ْي‬
ًْ ‫ٌَيا ا ْ َِل‬
‫و‬
‫لي و ِل َوا ِلذَ‘ ْي َ ْل ص ْري ُر‬
‫ل َو‬
Artinya:
‫َل ي‬
‫ا‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada

kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah

yang bertambah-tambah, dan menyapihya dalam usia dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada aku

kembalimu”.

76
Ayat tersebut menjelaskan bahwa proses persalinan yang dialami

seorang ibu itu sangat berat, ibu berada dalam keadaan lemah yang

77
bertambah-tambah, dan salah satu yang membuat ibu mengalami keadaan

lemah adalah persalinan dengan ketuban pecah dini. Kontraksi rahim yang

terjadi ketika bayi akan lahir menyebabkan ibu merasa sangat kesakitan,

bahkan dalam beberapa waktu dapat menyebabkan kematian. Namun seberat

apapun dan sesusah apapun sakit yang dirasakan ibu, harus yakin bahwa setiap

penyakit yang Allah ciptakan pasti ada obat penawarnya, sebagaimana hadits

dari Jabir bin Abdullah R.A dari Rasulullah SAW bahwasannya beliau

bersabda:
r
ّ ‫ ِإَرا أ ص ة دَ الذه‘ا ِء ْ ى هس جل‬،‫لن ّل دَ‘ا ٍء دَ‘ َواء‬
‫َوا َت َرأَ‘ ء ر هلال و ع‬
Artinya: ‫ْري‬
‫ِإ‬

“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu

penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah „Azza wa Jalla”.

Seorang ibu yang berjuang (melahirkan) tentunya harus mutlak

bergantung pada pertolongan Allah, sedangkan para dokter atau bidan

hanya membantu saja. Disinilah nilai tambah dari persalinan islami. Proses

persalinan akan dimulai dengan menggantungkan harapan pada Allah. Dzikir

dan doa akan menguatkan jiwanya da di sisi lain kebaikan dan pahala yang

ia dapatkan.37

78
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang meningkatkan kejadian ketuban pecah dini pada kehamilan aterm

di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto Tahun 2016-2019 adalah pendidikan

dan kadar Hb.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis penelitian, pembahasan, dan kesimpulan

penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kejadian

KPD pada kehamilan aterm di RSUD Lanto Dg.Pasewang Jeneponto, maka

saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagi ibu

Untuk ibu hamil yang berisiko terjadinya komplikasi pada kehamilan

yang dapat menyebabkan ketuban pecah dini, sebaiknya mengikuti

penyuluhan tentang pentingnya menjaga kehamilan dan juga memeriksakan

diri selama kehamilan secara teratur atau ANC minimal 4 kali selama

kehamilan untuk lebih mendeteksi adanya masalah pada kehamilannya agar

dapat mencegah sedini mungkin, khususnya ibu yang berpendidikan

rendah. Serta mengkonsumsi makanan yang bernutrisi cukup,

mengkonsumsi tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia dan perbanyak

istirahat.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit

79
Memberikan penyuluhan kepada wanita usia subur dan ibu hamil

tentang pentingnya menjaga kehamilan sebagai langkah awal mendeteksi

resiko yang mungkin terjadi. Serta petugas RSUD Lanto Dg.Pasewang

Jeneponto agar memperhatikan kelengkapan pencatatan, pengarsipan, yang

baik dan keterlibatan dalam pengisian buku registrasi partus dan rekam

medik agar memudahkan dalam pengambilan data.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk bacaan

perpustakaan dan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi mahasiswa tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini, serta untuk

penelitian selanjutnya agar dapat menambah variabel bebas atau faktor lain yang

dapat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini yang belum diteliti dalam

penelitian ini.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian

ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Keterbatasan data sekunder yang didapatkan oleh peneliti dari Rumah

Sakit yang menyebabkan sampel lain dapat menggambarkan pengaruh

faktor risiko tidak diteliti karena catatan medik tidak ada.

2) Variabel yang diteliti terbatas dan kemungkinan terdapat faktor lain yang

belum diteliti, namun memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kejadian ketuban pecah dini.

3) Keterbatasan waktu dikarenakan karena pandemi sehingga waktu untuk ke

Rumah Sakit dibatasi dan juga jadwal penelitian bersamaan dengan jadwal

80
kuliah sehingga cukup susah mengatur jadwal untuk ke Rumah Sakit

mengambil sampel.

81
DAFTAR PUSTAKA

1. Syarwani, T. I., Tendean, H. M., & Wantania, J. J. E. (2020). Gambaran

Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

Manado Tahun 2018. Medical Scope Journal (MSJ, Volume 1, Nomor 2, 24-

29.

2. Syaifuddin. (2010). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha Meduka.

3. W, I. A., Febrianti, M., & Octaviani, A. (2019). Faktor yang Berhubungan

Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSIA Sitti Khadijah I

Makassar Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, Vol. 3, No.1,

September 2019, 51-60.

4. Nita. (2013). Persalinan Patologi. Jakarta: Bina Pustaka.

5. Abrar, N. M., Handono, B., & Triyanti Rukmana, G. I. (2017). Karakteristik

Luaran Kehamilan dengan Ketuban Pecah Dini di RSUP Dr. Hasan Sadikin

Periode Tahun 2013-2015. JSK, Volume 2, Nomor 4, 207-210.

6. Handayani, R. R., & Adisasmita, A. C. (2013). Kejadian Komplikasi

Maternal: Pelaporan di Rumah Sakit dan Hasil Riskesdas di Indonesia

Tahun 2010 (Analisis SIRS dan Riskesdas).

7. Nugrahani , R. R. (2013). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya

Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Aterm di Rumah Sakit Aura Syifa

Kediri. 52-66.

8. Dinkes 2016. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015.

82
9. Aprilla, N. (2018). Faktor Risiko Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban

Pecah Dini di RSUD Bangkinang Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat,

Volume 2, Nomor 1, 48-57.

10. Idaman, M., Darma, I. Y., & Zaimy, S. (2019). Hubungan Faktor Risiko

dengan Ketuban Pecah Dini. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, Volume 11,

Nomor 1, 111-124.

11. Al-Qur'an dan Terjemahan. Surah Fatir [35] ayat 11. Kementrian Agama RI.

(2015).

12. Prawirohardjo S. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. YBP-SP. Jakarta

13. Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba LA, Fajar Manuaba I.B.G. (2007).

Pengantar Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan.

14. Nugroho. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

15. Novianti Rahmat, N. I. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil di RSKDIA Pertiwi Makassar. Jurnal

Kesehatan Delima Pelamonia, Volume I, Nomor 1, 71-78.

16. Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2009). Gadar Obstetri & Ginekologi &

Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

17. Norwitz, E, John. S. (2008). At A Glance Obstetri & Ginekologi. Terjemahan

Oleh: Diba A. Eriangga, Jakarta, Indonesia, hal 114-115.

18. Blumenfeld Y. J., Lee H. C, Gould J. B., Langen E. S., Jafari A. El-Sayed Y.

Y. (2010). The Effect of Preterm Premature Rupture of Membranes on

Neonatal Mortality Rates. Obstetrics & Gynecology. 116(6): 1381-1386.

83
19. Prawirahardjo. S. (2007). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Yayasan bina pustaka. Jakarta, Indonesia, hal 218.

20. Morgan G., Hamilton C. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik.

EGC, Jakarta, Indonesia, hal 391.

21. Widyandini, M., Nugraheny, E., & Supahar. (2017). Kejadian Ketuban Pecah

Dini Pada Ibu Bersalin Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

145-157.

22. Tjahjani, E. (2015). Gambaran Umur, Paritas, Pendidikan Dan Pekerjaan

Ibu Bersalin Terhadap Kejadian KPD.

23. Siswosudarmo, R. (2008). Obstetri Fisiologi Yogyakarta: Pustaka Cendekia.

24. Irsam, M., Dewi, A. K., & Wulandari, E. (2014). Jumlah Paritas dan Anemia

sebagai Faktor Prediktor Kejadian Ketuban Pecah Dini. 1-8.

25. Saifuddin, A. B. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirahardjo, hal 677-681.

26. Wulandari, E. (2016). Analisis Faktor Risiko Terhadap Kejadian Ketuban

Pecah Dini Pada Ibu Melahirkan di RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Semarang.

27. Natsir, F., Rismayana, & Wahyuntari, E. (2019). Hubungan Paritas Dan

Anemia Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin Di

RSUD Panembahan Senopati Bantul. The Indonesian Journal of Health

Promotion , Volume 2, Nomor 2, 89-92.

28. Ridwan , M., & Herlina. (2014). Hubungan Kehamilan Ganda dan Kelainan

Letak Janin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Demang

84
Sepulau Raya Lampung Tengah. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai ,

Volume VII, Nomor 2, 43-49.

29. Jawezt. Melnick, dan Adelberg’s. (2005). Mikrobiologi Kedokteran edisi I.

30. Linda O, Eckret MD. (2006). Acute Vulvovaginitis New. England Journal

Medicine.

31. Tahir, S., Seweng, A., & Abdullah, Z. (2012). Faktor Determinan Ketuban

Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.

32. Subriyani, ST. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Bahagia Makassar.

Makassar. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, Vol.1, No.2, 149-156.

33. Habibah, W. N. (2018). Hubungan Usia Ibu, Paritas dan Kadar Hemoglobin

Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Aterm di RSU

Aghisna Medika Cilacap. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

34. Susanti, B. N., Kridawati, A., & Wahyuni Raharjo, T. B. (2018). Analisis

Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di Klinik Pratama Melania

Pademangan Jakarta Utara. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati,

Volume 3, Nomor 2.

35. Nurjannah, Annisa., (2011). Hubungan Bakterial Vaginosis dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

36. Al-Quran dan Terjemahan. Surah Al-Mu‟minun [23] ayat 12-15 dan Surah

Ar-Ra'd [13] ayat 8. Kementrian Agama RI. (2017).

37. Al-Qur'an dan Terjemahan. Surah Luqman [31] ayat 14 dan Hadits dari Jabir

bin Abdullah R.A Kementrian Agama RI. (2015).

85
KETERANGAN

A. Usia Ibu

1. Berisiko (<20 tahun dan >35 tahun)

2. Tidak berisiko (20-35 tahun)

B. Pendidikan

1. Rendah (tidak sekolah, SD, SMP,SMA)

2. Tinggi (D3, D4, S1)

C. Paritas

1. Berisiko (>1)

2. Tidak berisiko (0-1)

D. Kadar Hemoglobin

1. Anemia (<11 mg/dl)

2. Tidak anemia (>11 mg/dl)

E. Gemelli

1. Ya

2. Tidak

F. Infeksi Bakterial Vaginosis

1. Ya

2. Tidak

G. Riwayat KPD Kehamilan Sebelumnya

1. Ya

2. Tidak

86
H. Kelainan Letak Janin

1. Ya

2. Tidak

87
LAMPIRAN

No. Inisial Usia Pendidikan Paritas Kadar Gemelli Infeksi Riw. KPD Kelainan KPD
pasien Ibu Hb BV kehamilan letak
sebelumnya janin
1 Ny. Ka 1 1 2 1 2 2 2 2 1
2 Ny. Tr 2 1 2 1 2 2 2 2 1
3 Ny. Ek 1 1 1 2 2 2 2 2 1
4 Ny. Ul 2 1 1 2 2 2 1 2 1
5 Ny. Mk 1 1 2 1 2 1 2 2 1
6 Ny. Ai 2 1 2 2 2 2 2 1 1
7 Ny. Hr 2 1 1 1 2 2 2 2 1
8 Ny. Nr 2 1 2 2 1 2 2 2 1
9 Ny. Nb 2 1 1 1 2 2 2 2 1
10 Ny. Se 2 1 2 1 1 2 2 2 1
11 Ny. Ff 1 1 2 1 2 2 2 2 1
12 Ny. Nl 1 1 1 2 2 1 2 2 1
13 Ny. Sa 2 1 2 1 2 2 1 2 1
14 Ny. F 2 1 1 1 2 2 1 2 1
15 Ny. Sb 1 1 2 1 2 2 2 2 1
16 Ny. Si 2 1 2 1 2 2 1 2 1
17 Ny. So 2 1 1 2 1 2 2 2 1
18 Ny. Ar 2 1 2 1 2 2 2 2 1
19 Ny. As 2 1 2 1 2 2 2 2 1
20 Ny. Rr 2 1 1 2 2 2 2 1 1
21 Ny. Nw 1 1 2 1 2 2 2 2 1
22 Ny. Sw 1 1 1 2 2 2 1 2 1
23 Ny. Ht 1 1 1 1 2 2 2 2 1
24 Ny. Asy 2 1 1 1 2 2 2 2 1
25 Ny. Su 2 1 2 1 2 2 1 2 1
26 Ny. Rh 2 2 1 2 1 2 2 2 1
27 Ny. E 1 1 1 1 2 2 2 2 1
28 Ny. Ne 2 1 2 1 2 2 2 2 1
29 Ny. Sr 1 1 1 1 2 2 2 2 1
30 Ny. Wy 1 1 2 1 2 1 2 2 1
31 Ny. Jl 2 2 2 1 2 2 2 1 1
32 Ny. Am 2 1 1 2 2 2 2 2 1
33 Ny. Ew 1 1 1 1 2 2 1 2 1
34 Ny. Mw 2 1 1 1 2 2 2 2 1
35 Ny. Rm 1 1 1 1 2 1 2 2 1
36 Ny. H 1 1 2 1 2 2 2 2 1
37 Ny. Iw 2 1 1 1 2 1 1 2 1
38 Ny. Mh 2 2 1 2 2 2 1 2 1
39 Ny. St 2 2 2 1 1 2 2 2 1
40 Ny. Sd 1 1 2 1 2 2 2 2 1

88
41 Ny. Nsa 1 1 1 1 2 2 2 2 1
42 Ny. R 2 1 1 1 1 2 2 2 1
43 Ny. Ni 1 1 1 1 2 1 2 2 1
44 Ny. Hs 2 2 1 2 2 2 2 1 1
45 Ny. Rg 2 1 1 1 2 1 2 2 1
46 Ny. Na 1 1 2 1 2 2 2 2 1
47 Ny. Rs 2 1 1 1 2 2 2 2 1
48 Ny. Sb 1 1 1 1 2 2 1 2 1
49 Ny. S 1 1 1 1 2 2 2 2 1
50 Ny. Rl 2 1 2 1 2 2 1 2 1
51 Ny. Jr 1 1 1 1 2 2 2 2 1
52 Ny. Nra 2 1 1 1 2 2 2 2 1
53 Ny. H 2 1 2 2 1 2 2 2 1
54 Ny. Shp 2 1 1 1 2 1 2 2 1
55 Ny. M 1 1 1 2 2 2 2 2 1
56 Ny. Hm 1 1 1 1 2 2 1 2 1
57 Ny. R 2 1 1 2 1 2 2 2 1
58 Ny. Jm 2 2 2 1 2 2 2 2 1
59 Ny. Sh 2 1 1 1 2 2 2 2 1
60 Ny. Si 2 1 1 1 2 2 2 2 1
61 Ny. Ms 1 1 1 1 2 2 2 2 1
62 Ny. Am 2 1 2 1 2 2 2 2 1
63 Ny. Ap 1 1 1 2 1 2 2 2 1
64 Ny. N 2 1 2 1 2 2 1 2 1
65 Ny. Ar 2 1 2 1 2 2 2 2 1
66 Ny. Ln 1 1 1 1 2 2 2 2 1
67 Ny. Sy 2 1 2 1 2 2 1 2 1
68 Ny. Mn 2 2 1 2 2 2 2 1 1
69 Ny. Ks 1 2 1 2 2 2 2 2 1
70 Ny. Es 2 1 1 1 2 2 2 2 1
71 Ny. Fa 2 1 2 2 1 2 2 2 1
72 Ny. Mi 2 1 2 2 2 2 2 1 1
73 Ny. Md 2 2 2 2 2 2 2 2 2
74 Ny. Ind 2 2 2 1 2 2 2 2 2
75 Ny. Fr 2 1 2 2 1 2 1 2 2
76 Ny. Hw 2 2 2 2 2 2 2 2 2
77 Ny. Sht 1 2 1 1 2 2 2 2 2
78 Ny. Sv 2 2 2 2 2 2 2 1 2
79 Ny. Ag 2 2 1 2 2 2 2 1 2
80 Ny. Rs 2 1 2 2 2 2 2 2 2
81 Ny. Mys 1 1 1 1 2 1 2 2 2
82 Ny. D 2 2 2 2 2 2 2 1 2

89
Statistics

Usia Ibu Pendidikan Paritas Kadar Hb Gemelli Infeksi BV Riwayat KPD Kelainan letak KPD
N Valid 82 82 82 82 82 82 82 82 82
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequencies

Notes

Output Created 29-DEC-2020 06:02:02


Comments
Input Data D:\Office\SPSS\Data no Name
88.sav
Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 82
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases


with valid data.

Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=Usia Ibu
Pendidikan Paritas Kadar Hb
Gemelli Infeksi BV Riwayat KPD
Kelainan Letak KPD
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.02

[DataSet3] D:\Office\SPSS\Data no Name 88.sav

Frequency Table

90
Usia Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Berisiko 30 36.6 36.6 36.6
Tidak Berisiko 52 63.4 63.4 100.0
Total 82 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Rendah 67 81.7 81.7 81.7


Tinggi 15 18.3 18.3 100.0
Total 82 100.0 100.0

Paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid >1 45 54.9 54.9 54.9
0-1 37 45.1 45.1 100.0
Total 82 100.0 100.0

Kadar Hb
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Anemia 55 67.1 67.1 67.1
Tidak Anemia 27 32.9 32.9 100.0
Total 82 100.0 100.0

Gemelli
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 11 13.4 13.4 13.4
Tidak 71 86.6 86.6 100.0
Total 82 100.0 100.0

Infeksi BV
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 9 11.0 11.0
Tidak 73 89.0 89.0 100.0
Total 82 100.0 100.0

91
Riwayat KPD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 15 18.3 18.3 18.3
Tidak 67 81.7 81.7 100.0
Total 82 100.0 100.0

Kelainan Letak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Ya 9 11.0 11.0 11.0
Tidak 73 89.0 89.0 100.0
Total 82 100.0 100.0

KPD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 72 87.8 87.8 87.8


Tidak 10 12.2 12.2 100.0
Total 82 100.0 100.0

CROSSTABS
/TABLES=Usia Ibu Pendidikan Paritas Kadar Hb Gemelli Infeksi BV
Riwayat KPD Kelainan Letak BY KPD
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes
Output Created 29-DEC-2020 06:02:46
Comments
Input Data D:\Office\SPSS\Data no Name
88.sav

Active Dataset DataSet3


Filter <none>
Weight <none>

92
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 82
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each table are based
on all the cases with valid data in
the specified range(s) for
all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES= Usia Ibu Pendidikan
Paritas Kadar Hb Gemelli Infeksi
BV Riwayat KPD Kelainan Letak
KPD BY KPD
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00.05
Elapsed Time 00:00:00.06
Dimensions Requested 2
Cells Available 349496

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia Ibu * KPD 82 100.0% 0 0.0% 82 100.0%
Pendidikan * KPD 82 100.0% 0 0.0% 82 100.0%
Paritas * KPD 82 100.0% 0 0.0% 82 100.0%
Kadar Hb * KPD 82 100.0% 0 0.0% 82 100.0%
Gemelli * KPD 82 100.0% 0 0.0% 82 100.0%
Infeksi BV * KPD 82 100.0% 0 0.0% 82 100.0%
Riwayat KPD * KPD 82 100.0% 0 0.0% 82 100.0%
Kelainan letak * KPD 82 100.0% 0 0.0% 82 100.0%

93
Usia Ibu* KPD

Crosstab
KPD
Ya Tidak Total
Usia Ibu Berisiko Count 28 2 30
% within Usia Ibu 93.3% 6.7% 100.0%
Tidak Berisiko Count 44 8 52
% within Usia Ibu 84.6% 15.4% 100.0%
Total Count 72 10 82
% within Usia Ibu 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.350 a
1 .245
Continuity Correction b
.659 1 .417
Likelihood Ratio 1.465 1 .226
Fisher's Exact Test .312 .212
Linear-by-Linear Association 1.334 1 .248
N of Valid Cases 82
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.66.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Usia Ibu 2.545 .504 12.866
(Berisiko / Tidak Berisiko)
For cohort KPD = Ya 1.103 .949 1.282
For cohort KPD = Tidak .433 .098 1.909
N of Valid Cases 82

94
Pendidikan * KPD

Crosstab
KPD
Ya Tidak Total
Pendidikan Rendah Count 64 3 67
% within Pendidikan 95.5% 4.5% 100.0%
Tinggi Count 8 7 15
% within Pendidikan 53.3% 46.7% 100.0%
Total Count 72 10 82
% within Pendidikan 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 20.373 a
1 .000
Continuity Correction b
16.623 1 .000
Likelihood Ratio 15.583 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.124 1 .000
N of Valid Cases 82
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.83.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan 18.667 4.005 87.012
(Rendah / Tinggi)
For cohort KPD = Ya 1.791 1.112 2.884
For cohort KPD = Tidak .096 .028 .329
N of Valid Cases 82

95
Paritas * KPD

Crosstab
KPD
Ya Tidak Total
Paritas >1 Count 42 3 45
% within Paritas 93.3% 6.7% 100.0%
0-1 Count 30 7 37
% within Paritas 81.1% 18.9% 100.0%
Total Count 72 10 82
% within Paritas 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.847 a
1 .092
Continuity Correction b
1.817 1 .178
Likelihood Ratio 2.873 1 .090
Fisher's Exact Test .173 .089
Linear-by-Linear Association 2.812 1 .094
N of Valid Cases 82
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.51.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Paritas 3.267 .781 13.669
(Multipara / Grandemultipara)
For cohort KPD = Ya 1.151 .967 1.370
For cohort KPD = Tidak .352 .098 1.268
N of Valid Cases 82

96
Kadar Hb * KPD

Crosstab
KPD
Ya Tidak Total
Kadar Hb Anemia Count 52 3 55
% within Kadar Hb 94.5% 5.5% 100.0%
Tidak Anemia Count 20 7 27
% within Kadar Hb 74.1% 25.9% 100.0%
Total Count 72 10 82
% within Kadar Hb 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.088 a
1 .008
Continuity Correction b
5.305 1 .021
Likelihood Ratio 6.622 1 .010
Fisher's Exact Test .013 .013
Linear-by-Linear Association 7.001 1 .008
N of Valid Cases 82
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.29.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kadar Hb 6.067 1.427 25.798
(Anemia / Tidak Anemia)
For cohort KPD = Ya 1.276 1.012 1.610
For cohort KPD = Tidak .210 .059 .750
N of Valid Cases 82

97
Gemelli * KPD

Crosstab
KPD
Ya Tidak Total
Gemelli Ya Count 10 1 11
% within Gemelli 90.9% 9.1% 100.0%
Tidak Count 62 9 71
% within Gemelli 87.3% 12.7% 100.0%
Total Count 72 10 82
% within Gemelli 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .114 a
1 .735
Continuity Correction b
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .123 1 .726
Fisher's Exact Test 1.000 .599
Linear-by-Linear Association .113 1 .737
N of Valid Cases 82
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.34.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Gemelli (Ya / 1.452 .166 12.730
Tidak)
For cohort KPD = Ya 1.041 .847 1.280
For cohort KPD = Tidak .717 .100 5.122
N of Valid Cases 82

98
Infeksi BV* KPD

Crosstab
KPD
Ya Tidak Total
Infeksi BV Ya Count 8 1 9
% within Infeksi BV 88.9% 11.1% 100.0%
Tidak Count 64 9 73
% within Infeksi BV 87.7% 12.3% 100.0%
Total Count 72 10 82
% within Infeksi BV 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .011 a
1 .916
Continuity Correction b
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .011 1 .915
Fisher's Exact Test 1.000 .699
Linear-by-Linear Association .011 1 .917
N of Valid Cases 82
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.10.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Infeksi BV (Ya / 1.125 .126 10.081
Tidak)
For cohort KPD = Ya 1.014 .792 1.297
For cohort KPD = Tidak .901 .129 6.312
N of Valid Cases 82

99
Riwayat KPD * KPD

Crosstab
KPD
Ya Tidak Total
Riwayat KPD Ya Count 14 1 15
% within Riwayat KPD 93.3% 6.7% 100.0%
Tidak Count 58 9 67
% within Riwayat KPD 86.6% 13.4% 100.0%
Total Count 72 10 82
% within Riwayat KPD 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .524 a
1 .469
Continuity Correction b
.083 1 .774
Likelihood Ratio .595 1 .440
Fisher's Exact Test .680 .416
Linear-by-Linear Association .518 1 .472
N of Valid Cases 82
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.83.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Riwayat KPD (Ya 2.172 .254 18.591
/ Tidak)
For cohort KPD = Ya 1.078 .914 1.271
For cohort KPD = Tidak .496 .068 3.626
N of Valid Cases 82

10
Kelainan Letak * KPD

Crosstab
KPD
Ya Tidak Total
Kelainan Letak Ya Count 6 3 9
% within Kelainan Letak 66.7% 33.3% 100.0%
Tidak Count 66 7 73
% within Kelainan Letak 90.4% 9.6% 100.0%
Total Count 72 10 82
% within Kelainan Letak 87.8% 12.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.219a 1 .040
Continuity Correction b
2.293 1 .130
Likelihood Ratio 3.223 1 .073
Fisher's Exact Test .075 .075
Linear-by-Linear Association 4.167 1 .041
N of Valid Cases 82
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.10.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kelainan Letak .212 .043 1.040
(Ya / Tidak)
For cohort KPD = Ya .737 .462 1.177
For cohort KPD = Tidak 3.476 1.088 11.109
N of Valid Cases 82

10
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES KPD
/METHOD=ENTER USIA PENDIDIKAN PARITAS HB GEMELLI INFEKSI RIWAYAT
KELAINAN
/CONTRAST (Usia Ibu)=Indicator(1)
/CONTRAST (Pendidikan)=Indicator(1)
/CONTRAST (Paritas)=Indicator(1)
/CONTRAST (KadarHb)=Indicator(1)
/CONTRAST (Gemelli)=Indicator(1)
/CONTRAST (Infeksi BV)=Indicator(1)
/CONTRAST (Riwayat KPD)=Indicator(1)
/CONTRAST (Kelainan Letak)=Indicator(1)
/PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Notes
Output Created 29-DEC-2020 06:03:12
Comments
Input Data D:\Office\SPSS\Data no Name
88.sav
Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 82
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing

10
Syntax LOGISTIC REGRESSION
VARIABLES KPD
/METHOD=ENTER Usia Ibu
Pendidikan Paritas Kadar Hb
Gemelli Infeksi BV Riwayat KPD
Kelainan Letak /CONTRAST (Usia
Ibu)=Indicator(1)
/CONTRAST
(Pendidikan)=Indicator(1)
/CONTRAST
(Paritas)=Indicator(1)
/CONTRAST (HB)=Indicator(1)
/CONTRAST
(Gemelli)=Indicator(1)
/CONTRAST (Infeksi
BV)=Indicator(1)
/CONTRAST (Riwayat
KPD)=Indicator(1)
/CONTRAST (Kelainan
Letak)=Indicator(1)
/PRINT=CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05)
POUT(0.10) ITERATE(20)
CUT(0.5).
Resources Processor Time 00:00:00.03
Elapsed Time 00:00:00.05

Case Processing Summary


Unweighted Cases a
N Percent
Selected Cases Included in Analysis 82 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 82 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 82 100.0

10
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable
Encoding
Original Value Internal Value
Ya 0
Tidak 1

Categorical Variables
Codings
Parameter coding
(1)
Frequency

Kelainan Letak Ya 9 .000


Tidak 73 1.000
Pendidikan Rendah 67 .000
Tinggi 15 1.000
Paritas >1 45 .000
0-1 37 1.000
Kadar Hb Anemia 55 .000
Tidak Anemia 27 1.000
Gemelli Ya 11 .000
Tidak 71 1.000
Riwayat KPD Ya 15 .000
Tidak 67 1.000
Infeksi BV Ya 9 .000
Tidak 73 1.000
Usia Ibu Berisiko 30 .000
Tidak Berisiko 52 1.000

Block 0: Beginning Block

10
Classification Tablea,b
Predicted
KPD Percentage
Observed Ya Tidak Correct
Step 0 KPD Ya 72 0 100.0
Tidak 10 0 .0
Overall Percentage 87.8
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.974 .337 34.218 1 .000 .139

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables Usia Ibu(1) 1.350 1 .245
Pendidikan(1) 20.373 1 .000
Paritas(1) 2.847 1 .092
Kadar Hb(1) 7.088 1 .008
Gemelli(1) .114 1 .735
Infeksi BV(1) .011 1 .916
Riwayat KPD(1) .524 1 .469
Kelainan Letak(1) 4.219 1 .040
Overall Statistics 26.465 8 .001

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 24.354 8 .002
Block 24.354 8 .002
Model 24.354 8 .002

10
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 36.456 a
.257 .491
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
KPD Percentage
Observed Ya Tidak Correct
Step 1 KPD Ya 70 2 97.2
Tidak 6 4 40.0
Overall Percentage 90.2
a. The cut value is .500

Variables in the Equation


95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1 a
Usia Ibu(1) -.283 1.436 .039 1 .844 .754 .045 12.563
Pendidikan(1) 3.259 1.119 8.490 1 .004 26.031 2.906 233.162
Paritas(1) 2.324 1.167 3.967 1 .046 10.216 1.038 100.572
Kadar Hb(1) 2.343 1.131 4.293 1 .038 10.410 1.135 95.468
Gemelli(1) .948 1.421 .446 1 .504 2.581 .159 41.804
Infeksi BV(1) -2.191 1.617 1.837 1 .175 .112 .005 2.657
Riwayat KPD(1) -.217 1.475 .022 1 .883 .805 .045 14.495
Kelainan Letak(1) .743 1.337 .309 1 .578 2.103 .153 28.919
Constant -4.799 3.462 1.921 1 .166 .008
a. Variable(s) entered on step 1: Usia Ibu, Pendidikan, Paritas, Kadar Hb, Gemelli, Infeksi BV, Riwayat KPD, Kelainan Letak.

10
10
10
10

Anda mungkin juga menyukai