Oleh
ERNAWATI
18.13101.10.17
Oleh
ERNAWATI
18.13101.10.17
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Tesis, 21 Agustus 2020
Ernawati
Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah
Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting obstetri berkaitan dengan
penyulit seperti lahir prematur, infeksi korionamnionitis dan sepsis yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas ibu. Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi KPD seperti
paritas, usia, inkompetensi serviks, sefalopelvik disproporsi, infeksi genitalia, trauma,
riwayat KPD, kelainan letak, kehamilan ganda, hidramnion, pekerjaan dan defisiensi gizi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paritas, usia ibu, status anemia
dan status pekerjaan dengan KPD.
Penelitian ini adalah analitik dengan desain penelitian cross sectional yang diambil
dengan teknik total sampling dengan menggunakan data sekunder. Penelitian ini dianalisis
dengan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil uji chi-square menunjukan bahwa terdapat
hubungan antara paritas ibu (p=0,000; OR=3.301), usia (p=0,000; OR=0.074), status
anemia (p=0,000; OR=3.817) dan status pekerjaan (p=0,000; OR=3.916) dengan kejadian
ketuban pecah dini. Hasil uji regresi logistik menunjukan bahwa status pekerjaan memiliki
nilai odds ratio tertinggi, yaitu 3.916.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kejadian ketuban pecah dini tahun 2020
berhubungan dengan paritas, usia, status anemia dan status pekerjaan, sedangkan status
pekerjaan memiliki pengaruh paling dominan terhadap kejadian ketuban pecah dini.
Kata kunci : Ketuban Pecah Dini, Paritas, Usia Ibu, Status Anemia, Status Pekerjaan
v
vi
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
MAGISTER OF HEALTH STUDY PROGRAM
Thesis, 21st August 2020
Ernawati
vi
vii
vii
viii
Kupersembahkan untuk
Suamiku tersayang Yudi Sutrisno, SE. M.Si dan Buah hati kami(Wahyuni Desta Lestari dan
Callista Zahra Aqila Putri). Engkau anugerah terindah, dengan semangatnya memberikan
ridho, arahan, motivasi dan segalanya demi terselesainya tesis ini, semoga Allah Swt selalu
memberkahi dan melindungi kita, (amiin).
Kedua orang tuaku Bak, emak (Almh) kusayangi, ibu dan emak selalu mensupportku dan
mendoakanku, semoga allah selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada mereka
(amiien).
Kedua orang mertuaku yang kusayangi, opa dan oma yang selalu mensupportku dan
mendoakanku. Semoga allah selalu melimphkan rahmat dan kasih sayangnya kepada mereka
(amien).
All my sisters yang selalu Mendo’akan dan memberi semangat.
All my friends PPSKM 2018/2019 yang selalu mensupport dan selalu mendukung untuk kita
bersama-sama maju sampai ke titik ini. Semoga kita bisa sukses bersama-sama.
MOTTO
Long Life Education…!!!
Sebaik-baik teman duduk sepanjang zaman adalah buku (Mahfudzot)
Apa yang membuatku terus berjuang adalah tujuan (Muhammad Ali)
viii
ix
Assalamuaikum.Wr. Wb
Segala puji dan syukur dipersembahkan kehadirat Allah SWT yang telah
Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang dan dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat akademik untuk
Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan banyak terdapat
kekurangannya, sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
1. Bapak Dr. Amar Muntaha, SKM., M.Kes., selaku Ketua STIK Bina Husada Palembang.
2. Ibu Dr. Nani Sari Murni, SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Pascasarjana Kesehatan
3. Ibu Dr. Dianita Ekawati, SKM, M.Epid, selaku pembimbing I yang banyak memberikan
4. Bapak Dr. Can. Akhmad Dwi Priyatno, S.Pd, M.Kes, HIMu., selaku pembimbing II
yang banyak memberikan saran sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan Baik.
5. Ibu Hellen Evelina, SST, M.Keb selaku penguji tesis yang telah memberikan saran
ix
x
6. Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes, selaku penguji tesis yang telah memberikan
7. Bapak dr. Syamsuddin Sp.OG., selaku Direktur Rumah Sakit Umum Derah Siti Fatimah
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan demi kelancaran penyusunan tesis ini,
yang tidak bisa peneliti sebutkan namanya satu persatu. Semoga segala bantuan dan
dorongan yang diberikan akan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT,
Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Peneliti
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 8
1.3 Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 9
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................ 10
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 10
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 11
1.6 Ruang Lingkup Masalah ................................................................... 12
xi
xii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan dengan kejadian KPD ........ 78
Tabel 4.5 Analisis Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan Kejadian KPD ...... 78
Tabel 4.6 Analisis Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Kejadian KPD.......... 79
Tabel 4.7 Analisis Hubungan Antara Status Anemia Dengan Kejadian KPD 79
Tabel 4.8 Analisis Hubungan Antara Status Pekerjaan Dengan Kejadian KPD 80
Tabel 4.10 Hasil Analisa Model Pertama Hub Antara Variabel Dgn KPD ...... 81
xiii
xiv
DAFTAR SKEMA
Halaman
xiv
xv
xv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin pendahuluan ke Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi
Sumater Selatan
Lampiran 2 : Surat izin penelitian ke Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi
Sumater Selatan
Lampiran 3 : Surat penelitian dari Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi
Sumater Selatan
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai komplikasi bahkan kematian ibu dan bayi. Ketuban pecah dini (KPD) atau
sebelum persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut sebagai
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur atau Preterm Premature Rupture of
perubahan proses biokimiawi yang terjadi dalam kolagen matriks ekstrasel amnion, korion
dan apoptosis membran janin. KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan.
Komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu sehubungan dengan KPD ialah terjadinya
korioamnionitis dengan atau tanpa sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi. Risiko pada bayi dengan KPD ialah
kelahiran prematur dengan segala akibatnya yaitu infeksi, gawat janin, dan persalinan
traumatik. Bila masa laten >24 jam, maka angka kematian perinatal meningkat dan insiden
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 8- 10% pada semua kehamilan. (Prawirahardjo, 2016)
1
2
2012) Sekitar 30 – 40% persalinan prematur didahului oleh pecah ketuban. Komplikasi ini
prematur. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam dan pada
kehamilan aterm 90% akan memulai persalinan dalam 24 jam setelah ketuban pecah
(Prawirahardjo, 2016).
Faktor penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun
kemungkinan disebabkan karena infeksi mpetensia, kelainan letak janin, paritas, riwayat
abortus atau ketuban pecah dini sebelumnya, ketegangan rahim yang berlebihan, ukuran
panggul yang sempit, aktivitas dan trauma yang di dapat seperti hubungan seksual
(Nugroho T, 2012).
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara
teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan
anak selama kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang
sehat.Selain itu juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang
biasanya dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati.
Dengan demikian maka angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga merupakan salah
satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan
pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung
maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat
mengancam jiwa ibu dan atau janin. Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan
3
,atau nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Sutarjo, 2016).
memerlukan perhatian yang besar, karena prevalensinya yang cukup tinggi. Menurut
Human Development Report (2010), angka kejadian KPD di dunia mencapai 12,3% dari
total angka persalinan, semuanya tersebar di negara berkembang di Asia Tenggara seperti
Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Laos. Menurut World Health Organization
(WHO) angka kejadian KPD di dunia pada tahun 2013 sebanyak 50-60% (WHO, 2014).
KPD di Indonesia berkisar 4,4 – 7,6% dari seluruh kehamilan. Angka kejadian KPD
berkisar antara 3-18% yang terjadi pada kehamilan preterm, sedangkan pada kehamilan
aterm sekitar 8-10% (Human Development Report, 2010). Menurut WHO, kejadian KPD
Ketuban pecah dini merupakan masalah yang masih banyak terjadi dalam
kebidanan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhinya dan faktor tersebut merupakan
faktor yang menjadi penyebab kematian ibu dan bayi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau
bersalin. Artinya setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Mortalitas dan
morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara
berkembang. Kematian wanita usia subur di negara miskin sekitar 25-50% disebabkan hal
4
yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita usia muda pada masa puncak produktivitasnya (Saifuddin, 2014).
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), di Indonesia terjadi sejak tahun 1991
sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, Sumber Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan peningkatan Angka Kematian Ibu
(AKI) yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Ibu (AKI) kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
Meski di tahun 2015 sudah mengalami penurunan, tetap saja angka kematian ibu lebih
tinggi dibandingkan penury unan Angka Kematian Ibu (AKI) di tahun 2007 yaitu 228
Angka Kematian Ibu menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian yang terkait dengan gangguan kehamilan atau peranannya selama
kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan). Berdasarkan hasil
Survei Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Utara tahun 2010 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu Sumatera Utara sebesar 268
per Kelahiran Hidup. Berdasarkan estimisi Angka Kematian Ibu tidak mengalami
Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi
penting karena kematian neonatal memberi konstribusi terhadap 59% kematian bayi.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
5
Kematian Neonatal (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka
ini sama dengan Angka Kematian Neonatal (AKN) berdasarkan SDKI tahun 2007 dan
hanya menurun 1 poin di banding SDKI tahun 2002/2003 yaitu 20 per1.000 kelahiran
hidup. Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan
yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia,
dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada
pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Komplikasi yang menjadi
penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi
yaitu nomor 3 di ASEAN. Sedangkan untuk Angka Kematian Bayi, Indonesia merupakan
negara dengan Angka Kematian Bayi tertinggi nomor 4 di ASEAN. Salah satu
penyumbang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu dan bayinya sampai
pada kematian.
kejadian ketuban pecah dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014”
Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini diRSUD Ungaran,
Kabupaten Semarang 2014 Berdasarkan uji Chi Square didapatpvalue 0,030. Oleh karena
p-value = 0,030 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas
dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di ruang rawat inap kebidanan RSUD
Ungaran. Untuk ibu bersalin multipara yang mengalami KPD yaitu 17 responden (16,9%).
6
Pada ibu bersalin multipara tidak terlalu rentan untuk mengalami ketuban pecah dini,
karena kekuatan dari serviks masih bagus. Faktanya di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang tahun 2014 masih terdapat ibu multipara yang mengalami KPD, hal ini
sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis yang akan menyebabkan ketuban
Dari hasil penelitian Revalthi, dkk, Insiden PROM adalah (7.86%). pada
kelompok sosial ekonomi rendah sebanyak (62%), lebih tinggi dari kejadian kelompok
sosial ekonomi tinggi yaitu sebanyak (10%).(17%) kejadian KPD memiliki riwayat abortus,
20% kasus KPD memiliki riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya, 10% memiliki
riwayat kelahiran premature karena KPD. 15 kasus memiliki riwayat koitus 48 jam sebelum
dengan vakum atau forceps dan 19 kasus persalinan dilakukan secara seksio sesarea.
dengan vakum dan 10 kasus dilakukan persalinan dengan cara seksio sesarea. Diantara 100
kasus dengan KPD, 10 kasus yang diambil untuk operasi darurat adalah pada kehamilan
malpresentasi dan oligohidramnion. Indikasi seksio sesarea yaitu pada keadaan gawat janin
sungsang (13,79%), komplikasi pada ibu termasuk korioamnionitis (4%), infeksi (22%),
solusio placenta (2%), dan infeksi luka (14%). 82 neonatus lahir dengan apgar >5 dan 18
neonatus lahir dengan apgar <5. Penyebab morbiditas perinatal yaitu asfiksia lahir (2%),
Penyebab kematian perinatal yaitu septicemia (1%), meningitis (10%), pneumonia (2%)
Dari hasil penelitian Suriani Tahir, dkk hasil analisis data menunjukkan bahwa
rasio mengalami KPD pada ibu yang pekerjaannya menyebabkan kelelahan dan lama
kerja>3 jam/hari adalah 3,6 kali lebih besar dibandingkan ibu yang bekerja tidak kelelahan
dan lama kerja ≤3 jam/hari, dan juga merupakan faktor yang paling dominan terhadap KPD
(wald=18,94). Ibu yang pernah mengalami KPD berisiko 4,7kali lebih besar dibandingkan
yang tidak pernah mengalami, ibu yang hamil kembar berisiko 3,0 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak hamil kembar. Adapun jumlah paritas bukan merupakan faktor
risiko walaupun paritas ≤1 dan >3 berisiko 1,5 kali lebih besar dibandingkan paritas 2-
3,dan status hubungan seksual merupakan faktor protektif terhadap ketuban pecah dini
(Tahir, 2017).
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan adalah rumah
sakit milik pemerintah provinsi sumatera selatan tipe B bintang lima (Paripurna) yang
memberikan pelayanan yang juga menampung pelayanan rujukan provinsi dari rumah sakit
tipe C di seluruh wilayah provinsi sumatera selatan, puskesmas dan bidan praktik swasta.
Berdasarkan survei pendahuluan penelitian yang dilakukan dengan melihat data persalinan
yang diambil 30 kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi Sumatera
Selatan, diketahui semua persalinan dilakukan dengan induksi dan seksio sesarea.
Persalinan dengan KPD banyak terjadi pada ibu usia 21 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 45
orang. Persalinan ketuban pecah dini banyak terdapat pada ibu primi yaitu sebanyak 25
8
orang. Begitu pula dari status pekerjaan, ibu yang statusnya bekerja lebih besar risiko
Studi pendahuluan yang dilakukan pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini
dengan melakukan pengamatan pada ibu anak pertama dengan usia ibu 21 sampai 35
tahun. Begitu pula saat saya mendatangi rumah sakit, saya melihat bahwasannya ibu yang
mengalami ketuban pecah dini dominan ibu dengan anak pertama daripada ibu yang sudah
memiliki beberapa anak. Begitu pula dengan beberapa faktor lainnya seperti faktor
pekerjaan, ibu yang statusnya bekerja lebih banyak yang mengalami ketuban pecah dini
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Pada faktor usia, ibu yang mengalami
ketuban pecah dini mengalami ketuban pecah dini banyak terdapat pada usia ibu 21 sampai
35 tahun. Berdasarkan dari hal itu saya ingin melihat apakah hal tersebut berpengaruh
Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit
Dari data uraian di atas secara nasional masih tingginya angka kematian ibu (AKI)
berkisar 305 per 100.000 menurut Survei Angka Sensus (Supas) tahun 2015. Angka
Kematian Ibu di rumah sakit 77%, di rumah 15,6%, di perjalanan ke fasilitas pelayanan
kesehatan 4,1%, di fasilitas kesehatan lainnya 2,5% dan kematian ibu di tempat lainnya
sebanyak 0,8%. sehingga target MDG’s di tahun 2015 belum sesuai dengan target yang
9
harapkan, kejadian tersebut salah satu penyebab utama pada Neonatal dengan komplikasi
adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan
dan atau kematian. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia,
bayi berat lahir rendah, dan infeksi Komplikasi yang menjadi penyebab kematian
Dari hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa masih tinggi angka
kejadian kasus Ketuban Pecah Dini dan terdapat ada hubungan yang signifikan ataupun
ada pengaruh antara faktor predisposisi penyebab ketuban pecah dini yaitu paritas, status
anemia, usia ibu, status pekerjaan. Sehingga penelitian ini dapat dirumuskan masalah
“Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang ada, maka yang menjadi pertanyaan :
1. Bagaimana distribusi frekuensi paritas, usia, status anemia dan status pekerjaan
dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020?
2. Bagaimana analisis hubungan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini diRSUD
3. Bagaimana analisis hubungan usia dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti
4. Bagaimana analisis hubungan status anemia dengan kejadian ketuban pecah dini di
5. Bagaimana analisis hubungan status pekerjaan dengan kejadian ketuban pecah dini di
6. Apa faktor dominan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi
1. Mengkaji distribusi frekuensi paritas, usia, status anemia dan status pekerjaan
dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera
2. Menganalisis hubungan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti
3. Menganalisis hubungan usia dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat secara teoritis maupun
secara praktis.
1. Bagi Penulis
kuliah ke dalam masalah yang sebenarnya terjadi pada suatu instansi atau
Rumah Sakit.
2. Bagi Akademik
lebih lanjut.
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan informasi yang
2. Bagi Masyarakat
risiko kejadian Ketuban Pecah Dini sehingga dapat bertindak segera ketika
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini, maka ruang lingkup
penelitian ini dibatasi pada analisis faktor penyebab terjadinya ketuban pecah dini dan
pada ibu-ibu yang melahirkan dengan riwayat ketuban pecah dini, jenis penelitian ini
adalah deskriptif analitik, data yang diambil merupakan data sekunder (rekam medis dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia 37 minggu disebut
ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini
ruptur spontan ketuban janin sebelum persalinan (prematur) dan sebelum cukup
bulan (preterm). Faktor risiko yang diketahui yang diketahui untuk ketuban pecah
persalinan dimulai. Pecahnya ketuban sebelum persalinan dapat terjadi pada janin
imatur (prematur atau gestasi kurang dari 37 minggu) maupun janin matur (aterm)
(Handayani, S. 2012).
13
14
pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini preterm adalah
ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ketuban pecah dini yang
memanjang adalah ketuban pecah dini yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan
ketuban pecah dini pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek,
2012).
(KPSW) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan
yaitu pecahnya membran chorio - amniotik sebelum proses persalinan pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture of
1. Ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu yaitu pecahnya
pecah saat pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dari pada multi kurang
3. Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
4. Ada yang mengatakan dari usia kehamilan, misalnya keluar cairan berupa
air-air dari vagina setelah usia kehamilan berusia 22 minggu dan sebelum
kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua
6. Ruptur Kantung air (RKK) 12 jam atau lebih sebelum awitan persalinan.
Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat
terjadi infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak
(Maryunani, 2015).
16
Air ketuban berfungsi untuk memberi ruang kepada janin untuk bergerak sehingga
sebelumnya belum diketahui dan tidak dapat di tentukan secara pasti. Beberapa
Dini, namun faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini.
2. Serviks inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada serviks uteri (akibat persalinan dan kuretase). Serviks yang tidak
kehamilan pada trimester kedua, hal ini juga dapat menyebabkan ketuban pecah
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion dan gemelli, hal ini dapat
sobek.
17
disertai infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
7. Faktor lain:
1) Faktor golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai
ketuban.
(sevalopelvicdisproporsi).
3) Faktor multi graviditas, dimana pada kehamilan yang terlalu sering akan
terbentuk akan lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah
tipis sedangkan ibu primipara juga rentan terhadap ketuban pecah dini akibat
2012)
18
2. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
merah.
3. Jika duduk atau berdiri, kepala lainnya yang sudah terletak di biasanya
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri parut, denyut jantung janin
Tabel 2.1
Diagnosis cairan vagina
karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan
bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai risiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya.
Oleh karena itu, di perlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa Ketuban Pecah
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan perlu diperhatikan
warna, keluarnya cairan sebelum ada his atau his belum teratur dan belum ada
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas.
20
Pemeriksaan dengan spekulum pada Ketuban Pecah Dini akan tampak keluar
cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), apabila belum juga tampak keluar
tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks anterior.
4. Pemeriksaan dalam
Didapat cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.
pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang
Pemeriksaan dalam vagina yang dilakukan apabila ketuban pecah dini yang
sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan di batasi
sedikit mungkin.
1) Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban
(1) Tes lakmus (tes nitrazin) yaitu jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru gelap jika kontak dengan bahan yang bersifat basa
darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
pakis.
dalam kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah cairan
(1) Devaskularisasi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk
(2) Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim, dan gerakan janin. Pada
trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Ketuban pecah
misalnya infeksi menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi
1) Terhadap ibu
Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan
2) Terhadap Janin
3) Prematuritas
24
Tabel 2.2
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
1) Konservatif
(3) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, di rawat selama air ketuban
(4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu tidak ada infeksi,
minggu.
(5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
24 jam.
(6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotik dan
(7) Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
2) Aktif
26
(2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
sesarea.
3) Skor Serviks
Table 2.3
Skor Serviks (BISHOP)
Faktor 0 1 2 3
Pembukaan (cm) Tertutup 1-2 3-4 <5
Panjang serviks (cm) <4 3-4 1-2 <1
Konsistensi Kenyal Rata-rata Lunak -
Posisi Posterior Tengah Anterior -
1. Pembukaan (dilatation)
2. Pendataran (effacement)
3. Konsistensi (consistency)
sehat.
2) Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan ketuban
pecah dini ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang berumur >37 minggu
intera uterin.
periode fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-
terjadi PROM.
menunda persalinan.
14) Ketuban pecah dini pada kehamilan 37 minggu tanpa infeksi, berikan
15) Ketuban Pecah Dini pada usia kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi
(ketuban pecah <6 jam) berikan ampisillin 2x1 gr IV dan penicillin G 4x2
31
juta IU, jika serviks matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin,
16) Ketuban Pecah Dini dengan infeksi (kehamilan <37 minggu ataupun >37
KETUBAN PECAH
MASUK RUMAH
SAKIT
Antibiotik KEHAMILAN ATERM
Batasi pemeriksaan dalam
Observasi tanda infeksi dan
distress janin
HAMIL PREMATUR KELAINAN OBSTETRI LETAK KEPALA
Observasi Distress Janin
Suhu Rektal Letak Sungsang
Distress Janin CPD
INDIKASI INDUKSI
Kortikosteroid Grandemultipara
Elderly Primigravida Infeksi
Infertilitas Waktu
Persalinan Obstruksi
cukup efektif. Mengurangi aktivitas atau istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal
triwulan ketiga dianjurkan. Ada 3 macam bentuk solusio berdasarkan jumlah plasenta
yang terlepas, bila plasenta terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila
sebagian disebut solusio plasenta parsialis. Dan bila hanya sebagian kecil pinggir
Perdarahan yang terjadi pada solusio tidak selalu terlihat dari luar. Pada
kasus yang jarang, darah dapat tidak mengalir, tetapi tertahan diantara bagian
plasenta yang lepaas dan uterus sehingga terjadi perdarahan tersembunyi. Bahkan
perdarahan dapat menembus selaput ketuban lalu masuk ke dalam kantong ketuban
(Manuaba, 2014).
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42minggu) lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun janin. Menurut Saifuddin, persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia dan diluar rahim melalui jalan lahir
atau dengan jalan jalan lain. Berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
persalinan adalah pengeluaran janin dan uri yang cukup bulan atau hampir cukup bulan
dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain.
33
1) Power
2) Passage
3) Passanger
bercampur darah atau bloodshow, karena serviks mulai membuka atau dilatasi
dan mendatar efficement. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler
(2) Fase aktif. Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase :
10 cm atau lengkap.
2) Kala II atau kala pengeluaran janin. Pada pengeluaran janin, his terkoordinir,
kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun
masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan otot dasar panggul yang
merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka pada waktu his,
kepala janin mulai kelihatan. Vulva membuka dan perinium menegang dengan
his, mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan
3) Kala III atau Kala pengeluaran uri. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat
sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi
plasenta yang tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his
pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan ataudengan sedikit
dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri seluruh proses biasanya
4) Kala IV atau Kala pengawasan. Adalah kala selama 1 jam setelah bayi dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum. Pada saat proses persalinan berlangsung, ada beberapa faktor yang
harus diamati, diawasi oleh tenaga kesehatan (bidan dan dokter) yaitu nyeri,
35
2.3.1 Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relatif kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput
Suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.
Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau
apabila satu ovum yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio
yang sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal (Nugraha,2012).
Ketuban yang ada di dalam rahim ibu memang disediakan untuk satu orang
janin saja, namun ada pula kemungkinan terjadinya anak kembar. Maka terjadinya
hamil kembar ini memicu risiko air ketuban pecah sebelum waktunya. Sebab selaput
akan terdorong, dan ada kemungkinan besar untuk luruh dan keluar. Inilah sebabnya
mengapa hamil kembar memiliki risiko 2x lipat lebih besar dari pada hamil yang
hanya 1 janin saja. Kehamilan kembar dapat memberikan risiko yang lebih tinggi
36
terhadap ibu dan janin, salah satunya berisiko terjadi Ketuban Pecah Dini (Marmi,
2015).
Pada kehamilan ganda terjadi regangan uterus yang disebabkan oleh ukuran
janin, air ketuban dan plasenta, serta komplikasi saat inpartu dapat menyebabkan
ketuban pecah dini atau pada saat pembukaan kecil. Semakin banyak cairan amnion,
maka selaput ketuban semakin tipis, rapuh dan mudah pecah (Notoadmojo,2013).
responden (3,2%) sedangkan yang tidak mengalami gemeli sebanyak 121 (96,8%)
dini. Hal ini sejalan dengan teori dari Varney yang menyatakan wanita dengan
kehamilan kembar berisiko tinggi mengalami KPD. Hal ini disebabkan oleh
ketegangan rahim meningkat sewaktu-waktu selaput ketuban dapat pecah secara tiba-
tiba yang dapat diidentifikasi sebagai ketuban pecah dini (Sugiyono, 2014).
2.3.2 Paritas
dilahirkan. Paritas anak kedua dan anak ketiga merupakan paritas yang paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Pada paritas tinggi lebih dari 3 mempunyai
angka kematian maternal lebih tinggi. Maka oleh sebab itu ibu-ibu yang sedang
hamil anak pertama dan lebih dari anak ketiga harus memeriksakan kehamilan
sesering mungkin agar tidak berisiko terhadap kematian maternal. Pada paritas
37
rendah, ibu-ibu hamil belum begitu mengerti tentang kehamilan dan pentingnya
pemeriksaan kehamilan.
Ibu - ibu yang mempunyai anak <3 (paritas rendah) dapat dikategorikan
pemeriksaan kehamilan dengan kategori baik. Hal ini dikarenakan ibu paritas rendah
bagi ibu paritas rendah kehamilannya ini merupakan sesuatu yang sangat
Juwaher menunjukkan bahwa ibu yang memiliki paritas rendah ≤ 2 sebagian besar
melakukan pemeriksaan kehamilan dibandingkan ibu yang memiliki paritas tinggi >
2. Hal ini dikarenakan ibu paritas rendah kehamilannya ini merupakan sesuatu yang
pemeriksaan kehamilan secara rutin demi menjaga kesehatan janinnya (Walyani ES,
2015).
wanita nullipara. Hal ini disebabkan karena endometrium pada wanita yang sudah
pernah melahirkan akan lebih bermasalah daripada wanita yang baru satu kali atau
bahkan belum pernah. Ketika seorang wanita yang sudah pernah mengalami
kehamilan/persalinan lebih dari satu kali berarti mengalami letak plasenta yang
38
kejadian ketuban pecah dini di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014”
Hubungan antara Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini diRSUD Ungaran,
Kabupaten Semarang tahun 2014” Berdasarkan uji Chi Squaredidapat pvalue 0,030.
Oleh karena p-value = 0,030 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di
ruang rawat inap kebidanan RSUD Ungaran. Untuk ibu bersalin multipara yang
mengalami KPD yaitu 17 responden (16,9%). Pada ibu bersalin multipara tidak
terlalu rentan untuk mengalami ketuban pecah dini , karena kekuatan dari serviks
masih bagus. Faktanya di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang tahun 2014 masih
terdapat ibu multipara yang mengalami KPD, hal ini dikarenakan pada ibu bersalin
terbentuk akan lebih tipis yang akan menyebabkan ketuban mudah pecah (Eka P,
2014).
mampu hidup diluar rahim (28 minggu), paritas adalah wanita yang pernah
(1) Primipara
39
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup
(2) Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari
satu kali. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan viabel (hidup)
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih.
(3) Grandemultipara.
adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Manuaba,
2014).
2) Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Primipara dan
Multipara
persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Faktor
adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah,
kelainan ketuban yaitu selaput ketuban terlalu tipis, faktor presdiposisi seperti
dalam selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan
tekanan bila terjadi trauma, sebagai penyangga terhadap panas dan dingin,
saat inpartu air ketuban dapat menyebarkan kekuatan his sehingga serviks
pecah dini pada ibu bersalin primipara dan ibu bersalin multipara.
pada ibu bersalin primipara tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini
(KPD). menunjukkan bahwa kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin
yang lalu sehingga tidak terjadi inkompetensia serviks, suatu kondisi dimana
menahan janin dan selaput ketuban. Ibu yang baru pertama kali hamil dan
sangat menjaga kehamilannya agar selalu sehat, keadaan ini juga dipengaruhi
sebelumnya sudah terjadi persalinan lebih dari satu kali yang dapat
lebih rentan untuk pecah. Ketuban pecah dini pada multipara juga disebabkan
oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu pendidikan, usia dan
2.3.3 Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat
besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia
42
karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan
volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat,
cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali
selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia
pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan
lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio
plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2014).
kurang dari 11 g/dL pada semester 1 dan 3 dan HB kurang dari 10,5 g/dL pada
semester 2. Menurut WHO ibu hamil tidak boleh memiliki HB kurang dari 11 g/dL
dari 10 gr% disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr% disebut anemia gravis
(Marmi, 2015).
meningkatkan konsentrasi norepinefrin serum yang dapat menginduksi stres ibu dan
dengan ketuban pecah sebelum waktunya. CRH juga meningkatkan produksi kortisol
alternatif bisa jadi bahwa kekurangan zat besi meningkatkan kerusakan oksidatif pada
eritrosit dan unit fetoplasenta. Kekurangan zat besi juga dapat meningkatkan risiko
infeksi ibu yang mengakibatkan pecahnya ketuban terlalu dini. Hasil penelitian Nurul
dari total keseluruhan 125 responden. Hal ini sejalan dengan teori dari Manuaba yang
menyatakan bahwa anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu
infeksi. Anemia juga dapat menimbulkan hipoksia fetal dan persalinan prematur.
ketegangan rahim meningkat sewaktu-waktu selaput ketuban dapat pecah secara tiba-
tiba yang dapat diidentifikasi sebagai ketuban pecah dini (Nurul Huda, 2013).
Riwayat ketuban pecah pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin
dengan kejadian ketuban dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi
kehamilan. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami
ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat
terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah
mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada
kehamilan berikutnya akan lebih berisiko dari pada wanita yang tidak pernah
mengalami ketuban pecah dini sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi
44
rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya
(Tahir S, 2012).
kelainan letak janin dengan riwayat ketuban pecah dini sebelumnya pernah
mengalami kejadian ketuban pecah dini sebanyak 6 orang (20,0%) dan yang tidak
ketuban pecah dini sebelumnya yang pernah mengalami kejadian ketuban pecah dini
sebanyak 8 orang (26,7%) dan yang tidak pernah 0 orang (,0%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,001 atau α<0,05 dengan demikian maka Ho ditolak artinya ada
hubungan antara riwayat ketuban pecah dini sebelumnya dengan kejadian ketuban
pecah dini di RSUD Labuang Baji Makassar. Hal ini menunjukkan bahwa angka
kejadian dengan ketuban pecah dini masih cukup tinggi dari seluruh persalinan,
sehingga memerlukan adanya pengawasan yang intensif dan penangan yang tepat
2.3.5 Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur sangat
menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan berisiko tinggi apabila ibu hamil
berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Umur berguna untuk mengantisipasi
yang dilakukan oleh juwaher cakupan yang memiliki umur 20-25 tahun tidak resiko
dibanding dengan yang berumur < 20 atau > 35 tahun (risti) (Walyani, 2015).
45
Diambil dari penelitian Eka, Usia > 35 tahun atau terlalu tua kesehatan dan
keadaan Rahim ibu sudah menurun, jaringan rongga panggul dan otot-ototnya pun
melemah sejalan pertambahan usia hal ini membuat rongga panggul tidak mudah lagi
pecah dini dan risiko kecacatan pada bayi yang dikandungnya. Di usia terlalu muda <
20 tahun, rahim dan tulang panggul, uterus yang belum matur serta sirkulasi darah
2014).
Dari hasil penelitian Leihitu, Distribusi kejadian ketuban pecah dini dengan
usia ibu Hasil analisis hubungan melalui uji statistik Kendal Tau didapatkan nilai
Asymp Sig (2-tailed) dengan nilai p = 0,000 < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha
diterima yaitu terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini
Dari hasil penelitian Eka Purwanti, dkk bahwa ibu dengan umur < 20 tahun
atau > 35 tahun berisiko 2,929 kali lebih besar mengalami ketuban pecah dini
2.3.6 Pekerjaan
responden bekerja dan tidak bekerja. Defenisi bekerja dalam penelitian ini adalah
46
responden melakukan kegiatan dirumah atau tempat lain secara rutin atau berkala
dengan tujuan mendapatkan uang. Seorang wanita hamil boleh melakukan pekerjaan
sehari-hari asal hal tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak enak. Bagi wanita
pekerja, ia bisa boleh masuk bekerja sampai menjelang partus, pekerjaan jangan
sampai dipaksakan sehingga istirahat cukup selama kurang lebih 8 jam sehari.
Penelitian juwaher didapatkan bahwa ibu yang tidak bekerja sebagian besar
bekerja. Berdasarkan teori Tahir yang menyatakan bahwa kerja fisik pada saat hamil
yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat
Dari hasil penelitian Leihutu, kejadian ketuban pecah dini preterm dengan
status pekerjaan ibu bekerja sebanyak 12 (17%) orang dan yang status pekerjaannya
ibu tidak bekerja sebanyak 59 (83%) orang sehingga totalnya 71 orang. Sedangkan
kejadian ketuban pecah dini aterm dengan status pekerjaan ibu bekerja sebanyak 14
(12%) orang dan yang status pekerjaannya ibu tidak bekerja sebanyak 105 (88%)
orang sehingga totalnya 119 orang. Hasil analisis hubungan melalui uji statistik chi
square didapatkan nilai Asymp. Sig (2-sided) dengan nilai p = 0,319 > 0,05 yang
berarti Ho diterima dan Ha ditolak yaitu tidak ada hubungan antara kejadian ketuban
pecah dini dengan status pekerjaan pada ibu bersalin (Femmy Yolanda, 2014).
ibu yang mengalami ketuban pecah dini bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
47
wiraswasta masing-masing 73,2% dan 20,5%. Pekerjaan ini ditunjang oleh tingkat
pendidikan ibu yang mayoritas tamat SLTP sehingga tidak mampu untuk bekerja
sebagai PNS atau pegawai swasta lainnya. Namun demikian, pekerjaan sebagai IRT
dapat menguras energi, oleh karena seorang ibu hamil harus bekerja sepanjang hari
tanpa pamrih mengurus rumah tangga demi kebahagiaan suami dan anak-anaknya
(Tahir S, 2012).
2.4 KerangkaTeori
Faktor Bayi
1. GEMELLI
2. Malposisi / Malpresentasi Janin
Faktor Ibu
1. Paritas
KEJADIAN KETUBAN
2. Anemia
3. Perilaku Merokok
PECAH DINI
4. Riwayat KPD
5. Serviks yang tidak Kompeten
6. Faktor keturunan
7. Infeksi
8. Usia
9. Riwayat Hubungan Sex baru-
baru ini
10. Asma
11. Status pekerjaan
( Manuaba, 2014)
Pada penelitian ini yang ingin diketahui adalah bagaimana gambaran faktor risiko kejadian
ketuban pecah dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan. sebagaimana dalam
FAKTOR IBU
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain studi atau rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Cross sectional yaitu desain penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari
adanya suatu dinamika antara faktor resiko dengan efek. Peneliti melakukan pengukuran
variable independen dan variable dependen pada subyek penelitian secara simultan (dalam
Cross sectional mempelajari hubungan antara kejadian ketuban pecah dini dengan
anemia, usia dan status pekerjaan) dan variable dependen (ketuban pecah dini) dilakukan
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Deskriptif Analitik merupakan suatu
metode penelitian yang menghubungkan anatara variable. Dengan cara melihat dan
mencatat kembali data dari catatan rekam medis pasien. Pasien ketuban pecah dini yang
pernah dirawat di bagian Obstetri dan Gynekologi yang tercatat di RSUD Siti Fatimah
50
51
3.3.1. Populasi
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan pada april 2019-april 2020 sebanyak
245 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di RSUD Siti
Fatimah Provinsi Sumatera Selatan pada april 2019 – april 2020 sebanyak 245 orang
(Total Sampling)
52
Defenisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
(Notoadmojo, 2011).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
3.5 Hipotesis
1. Ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti
2. Ada hubungan antara usia dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti Fatimah
3. Ada hubungan antara status anemia dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD
4. Ada hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD
Dalam hal ini digunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan data
sekunder yang diambil dari laporan perawatan dan rekam medis pada ruang bersalin di
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data
1. Coding
Setelah semua data rekam medis disunting selanjutnya dilakukan peng ”kodean”
Kategori ibu bersalin tidak mengalami ketuban pecah dini dibuat kode pada
2) Paritas
3) Status Anemia
4) Usia
(1) Berisiko jika usia ibu kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun
5) Status pekerjaan
Data sekunder berupa data dari rekam medis dalam bentuk “kode” (angka atau huruf)
Setelah semua data dari rekam medis selesai dimasukkan, kemudian dilakukan
1. Analisis Univariat
independen yaitu paritas, usia, status anemia dan status pekerjaan serta variabel
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat menggunakaan uji chi squre. Dengan melihat hasil uji
dari P value jika hasil uji lebih besar dari (α = 0.05) maka tidak ada hubungan antara
kedua varibel begitupun sebaliknya. Setelah melihat nilai p value kemudian melihat
nilai Odd Ratio OR). Gunanya untuk menunjukkan besarnya keeratan hubungan
dengan α sebesar 5%. Sehingga bisa diasumsikan jika Pvalue ≤ 0,05 disimpulkan
hubungan antara variabel yang diteliti sedangkan, jika Pvalue >0,05 berarti hasil
perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak terdapat hubungan yang signifikan
3. Analisis Multivariat
Uji statistik yang digunakan adalah analisis regresi logistik berganda karena
semua variabel independen dengan dependen sudah tidak mempunyai nilai p > 0,05.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan yang sesuai dengan
bermutu dan berkualitas bagi masyarakat. RSUD Siti Fatimah tumbuh dan
RSUD Siti Fatimah yang dapat sebagai tempat rujukan provinsi pelayanan
57
58
kontinu terhadap pelayanan yang kami berikan dan ikut mendukung program
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
program pemerintah.
B. Data Dasar :
Fax : 0711-7421333
Email : rsudprovsumsel@gmail.com
Nomor : 0522/DPMPTSP.V/IV/2018
Sifat : Tetap
dimulai pada tahun 2011 mulai dilaksanakan pembangunan fisik tahap pertama dimulai
pada tahun 2013 s.d tahun 2019 pengerjaan fisik tersebut sudah selesai sampai tahap 6
Pendirian RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan tidak terlepas dari
adanya kebutuhan yang mendasar terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu
yang terus meningkat seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia. Disamping itu, Sumatera Selatan pada Tahun 2011
kekurangan 1200 lebih tempat tidur untuk pasien-pasien yang membutuhkan perawatan.
Disamping itu, untuk memenuhi cita-cita dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
dimana Provinsi Sumatera Selatan berkeinginan untuk mempunyai suatu rumah sakit
yang modern, dengan alat kesehaatn yang lengkap dan canggih serta sumber daya
manusia yang teruji yang berdaya saing dari rumah sakit yang ada dan rumah sakit –
prioritas Nawacita, terutama agenda ke-5 yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia serta mendukung program JKN (BPJS), Provinsi Sumatera Selatan turut
berperan aktif dengan membangun Rumah Sakit untuk masyarakat Sumatera Selatan.
61
pemerintah Indonesia dalam menyambut Asian Games 2018 dan upaya dalam
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan juga telah bersiap menjadi tuan rumah event
pelayanan kesehatan.
untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi sebagai salah
satu bentuk kepedulian yang dapat diwujudkan untuk melayani kebutuhan akan
sekitarnya.
Sumatera Selatan yang memiliki visi “Menjadi Rumah Sakit Umum Rujukan Nasional,
dan Rumah Sakit Pendidikan yang Mampu Mewujudkan Pelayanan yang Bermutu,
Profesional, Efisien dengan Standar Pelayanan Kelas Dunia” sebagai wujud dari
Rumah Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan berdiri di
atas lahan seluas 14 hektar dan mulai dibangun pada Tahun 2013 dengan pendampingan
langsung dari Gubernur Sumatera Selatan pada saat itu. Rumah Sakit ini juga didirikan
sebagai Rumah Sakit Tipe B Pendidikan yang berkaitan erat dengan perkembangan
62
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang ada tepat di samping Rumah Sakit
Sakit Umum Daerah atas permohonan pembentukan unit pelaksana teknis dinas Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi Sumatera Selatan dari Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan.
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Sumatera Selatan.
Indonesia Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K) bersama Gubernur Sumatera
Selatan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan meresmikan Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi Sumatera Selatan sebagai Rumah Sakit Umum Daerah
terbesar di Indonesia.
Sumatera Selatan belum memiliki nama yang akan menjadi ciri khas Rumah Sakit ini,
maka atas dasar masukan dan saran para tokoh masyarakat, legislatif, veteran, dan
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sumatera Selatan berubah nama menjadi Rumah
63
Sakit Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan yang diresmikan oleh
Dengan mengusung motto dan nilai dasar jiwa orgaisasi yaitu WE PROTECT
(Welcome, Emphaty, Profesional, Respect, One Stop Service Hospital Curative and
Effectivness, dan Time Respons). Rumah Sakit Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan, sarana dan prasarana,
diagnosa, dan kenyamanan bagi pasien, adanya peralatan yang lengkap dan canggih
serta didukung dengan SDM yang professional dan teruji serta bangunan yang
representatif sehingga RSUD Siti Fatimah optimis mampu mewujudkan visi dan misi
yang ada.
efisien, dengan standar pelayanan kelas dunia, serta guna meningkatkan derajat
kemandirian kepada RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan untuk mengelola
keuangan melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan layanan Umum Daerah (PPK-
BLUD). Rumah sakit ini merupakan milik pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan
akan dikelola sebagai badan layanan umum daerah yang mempunyai kewenangan
dalam mengelola rumah sakit secara mandiri. Sehingga dengan status BLUD tersebut
64
diharapkan Rumah Sakit ini dapat memberikan pelayanan kesehatan yang professional
Pasal 7 ayat (3) bahwa Rumah Sakit Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus berbentuk unit pelaksanan teknis dari instansi yang
bertugas dibidang kesehatan, instansi tertentu atau lembaga teknis daerah dengan
pengelolaan badan layanan umum atau badan layanan umum daerah sesuai dengan
telah ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Sumatera Selatan, No. 45 Tahun 2018,
tanggal 7 Juli 2018, tentang Pola Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah RSUD
Pada Tanggal 21 Juni 2018 telah resmi menjadi Badan Layanan Umum Daerah
tanggal 21 Juni 2018, tentang : Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Sumatera Selatan Sebagai Unit Pelaksana Tehnis Dinas yang menerapkan Pola
1. Visi
berikut:
65
“Menjadi Rumah Sakit Umum Rujukan Regional dan Rumah Sakit Pendidikan yang
mencapai tujuan Rumah Sakit, Visi merupakan sesutu yang diinginkan rumah sakit
di masa yang akan datang. Visi yang efektif yang dapat memunculkan inspirasi
dimana hal itu dihubungkan dengan keinginan rumah sakit untuk mencapai sesuatu
2. Misi
5) Menciptakan SDM yang mempunyai daya saing tinggi dan loyal terhadap
organisasi.
66
4) Menjalin kerja sama dengan institusi terkait baik dalam dan luar negeri untuk
Motto dan Core Value (Nilai dasar atau jiwa dari organisasi rumah sakit).
Nilai tersebut harus dijujung tinggi, dihargai dan dijalankan dan dapat menjadi dasar
Fatimah Provinsi Sumatera Selatan, adapun moot dan nilai tersebut yaitu :
1) Welcome
2) Empathy
3) Professional
4) Respect
6) Team Work
67
7) Embrace Innovation
9) Time Respons
4. Tujuan
Dalam upaya mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi di atas, RSUD Siti
Fatimah Sumatera Selatan menerapkan tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam waktu
internasional (JCI)
sosial.
5) Menjadi RSUD dengan mutu pelayanan yang baik, yang sigap, cepat, dan akurat
6) Menjadi RSUD dengan mutu pelayanan yang baik dalam analisis hasil
8) Menjadikan RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan sebagai pusat Ilmu
9) Memperluas jaringan kemitraan baik dalam dan luar negeri yang dapat
Selatan.
Sumatera Selatan.
5. Sasaran
status sosial.
kenyamanan sebagai hal utama yang ada dipikiran entitas RSUD Siti Fatimah
9. Menjadi Rumah Sakit yang dapat secara dinamis mengembangkan ilmu dengan
10. Meningkatnya mitra perusahaan yang bekerjasama dengan RSUD Siti Fatimah
13. Meningkatnya kondisi ruangan yang lebih bersih dan nyaman bagi pelanggan
dan karyawan.
15. Terjaminnya kepastian hukum untuk seluruh entitas RSUD Siti Fatimah Provinsi
Sumatera Selatan.
JENIS PELAYANAN
Berdasarkan existing condition, pasien utama yang dilayani RSUD Siti Fatimah
Provinsi Sumatera Selatan secara komprehensif adalah pasien umum. RSUD Siti
Fatimah Provinsi Sumatera Selatan saat ini memberikan pelayanan yang terdiri atas :
Gawat Darurat yang ditetapkan dengan Peraturan Direktur RSUD Siti Fatimah
1) Penyakit dalam
2) Kesehatan anak
3) Bedah
2) Radiologi
3) Patologi klinik
4) Patologi anatomi
5) Rehabilitasi medik
1) Mata
3) Syaraf
6) Kedokteran jiwa
7) Paru
71
8) Orthopedi
9) Bedah syaraf
2) Rawat Intermediate
a. ICU
b. ICCU
c. PICU
d. NICU
e. Perinatologi
1. Radiologi ;
2. Laboratorium;
3. Rehabilitasi Medis;
72
4. Farmasi;
5. Gizi;
6. Ambulan;
7. Laundry
8. CSSD;
9. Pemulasaraan jenazah;
mengelola kebutuhan belanja perbekalan farmasi Rumah sakit yang meliputi belanja
alat kesehatan habis pakai, obat-obatan didistribusi secara sentralisasi di satu lantai
dispensing berdasarkan resep dokter dan konseling terhadap obat yang diberikan
farmasi.
kepala, pelvis, dan saluran cerna (apendikogram). Pelayanan ini juga melayani
73
kontras.
pencegahan osteoporosis, lansia, revitalisasi otak, back exercise, diabetes, dan stroke.
pelayanan rehabilitative antara lain berupa koreksi kelainan bawaan seperti kelainan
kaki, flat foot, pembuatan sepatu koreksi, brace, korset, ortose protese extremitas
(alat bantu).
dapat mendukung pemberian pelayanan yang optimal secara tepat, cepat, integrated,
pengelolaan kebutuhan gizi dan makanan lain di Rumah sakit. Diantaranya meliputi
individu dan penyakit yang diderita, screening kepada staf penjamah makanan dan
alat dapur, dan penjaminan kualitas makanan sesuai standar kesehatan dan tidak
adanya kontaminasi. Untuk pengadaan bahan makanan saat ini dilaksanakan oleh
pihak ketiga. Pelayanan ini terbagi menjadi shift pagi, shift sore, shift malam, dan
petugas jaga dengan kapasitas gizi untuk pasien dan staf Rumah sakit. Untuk tahap
pertama penyediaan gizi di Rumah Sakit akan bekerjasama dengan pihak lain
terlebih dahulu, paralel dengan penyiapan sarana dan prasarana di Instalasi Gizi.
7. Electronic Data Processor (EDP) – EDP menyediakan informasi secara akurat dan
tepat guna meenuhi kebutuhan Direktur dan jajaran Manajemen dalam organisasi dan
pengambilan keputusan di Rumah sakit. Dalam waktu dekat, EDP RSUD Siti
Fatimah Provinsi Sumatera Selatan akan memiliki Billing System yang terintegrasi,
dan computer radiologi serta CT-Scan. Disamping itu, juga akan dilakukan
yang akan datang, RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan akan menyiapkan
8. Bagian Rumah Tangga, Bagian Gedung dan mechanical Electrical, serta Bagian
alat Kedokteran dan Kalibrasi – Bagian Rumah Tangga bertanggung jawab pada
pengadaan barang dan pemeliharaan barang inventaris, cleaning service, taman, juga
gedung dan sarana prasarananya, termasuk lift, AC, dan listrik. Alat kedokteran dan
9. Instalasi Penunjang Lainnya – Terdiri dari tiga penanggung jawab yaitu Laundry,
limbah medis aupun limbah domestik, limbah cair, dan pengendalian vektor
penyakit, pengadaan air bersih, sterilisasi, serta sanitasi ruang dan bangunan.
PELAYANAN UNGGULAN
Selain pelayanan tersebut diatas, RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
juga menyelenggarakan pelayanan Medical Chek Up (MCU. Unit ini merupakan unit
pelayanan satu pintu dalam artian terkait dengan pasien yang akan menjalani Medical Chek
Up (MCU), maka semua kegiatan ; pelayanan dan pemeriksaan, peralatan dan pelayanan
administrasi lainnya akan terkonsentrasi dalam unit tersebut, Pelayanan Medical Chek Up
(MCU) ini akan menjadi salah satu pelayanan unggulan Rumah Sakit Umum Daerah Siti
Adapun pelayanan unggulan utama lainnya yaitu ; 1). Pelayanan Jantung, 2).
Hasil analisa univariat dihasilkan pada jenis data numerik terdapat empat variabel
yaitu paritas, umur, status anemia dan status pekerjaan maka dengan melaporkan ukuran
tengah dan sebarannya. Ukuran yang digunakan adalah mean dan median, sedangkan
ukuran sebarannya (variasi) yang digunakan adalah range, standar deviasi, minimal dan
maksimal. Pada SPSS ada dua cara untuk mengeluarkan analisis deskriptif yaitu dapat
melalui perintah “Frequencies” atau perintah “Expolre”. Dalam penelitian ini peneliti
Pada jenis data katagorik maka untuk melihat hasil perhitungan yang dimasukan
dalam distribusi frekuensi yaitu variabel dependen (ketuban pecah dini) dan variabel
Dari hasil penelitian pada variabel paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah
dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020. Dapat dilihat
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Paritas Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
diRSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020
Dari hasil penelitian pada variabel usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini
di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020. Dapat dilihat dalam
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Usia Ibu dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
diRSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.2 dari 245 responden diketahui bahwa jumlah responden
Dari hasil penelitian pada variabel status anemia ibu dengan kejadian ketuban
pecah dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020. Dapat
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Status Anemia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
diRSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020
Dari hasil penelitian pada variabel status pekerjaan ibu dengan kejadian
ketuban pecah dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
diRSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020
Analisa Bivariat dengan tabulasi silang (crosstabs) dan uji Chi-Square untuk
menemukan bentuk analisis statistik antara variable independen (paritas, umur, status
anemia, status pekerjaan) dan variabel dependen (kejadian ketuban pecah dini) sebagai
berikut:
79
4.3.1 Analisis Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian ketuban pecah dini di RSUD
Dari hasil analisis hubungan antara paritas ibu dengan kejadian kejadian
ketuban pecah dini di rsud siti fatimah provinsi sumatera selatan tahun 2020. Dapat
Tabel 4.5
Analisis Hubungan Antara Paritas Ibu dengan Kejadian ketuban pecah dini di
RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020
Berdasarkan tabel 4.5 dari 128 responden Primipara pada kejadian ketuban
pecah dini sebanyak 107 (60.1%) responden, lebih tinggi dibandingkan dengan 71
(39.9%) responden yang mengalami ketuban pecah dini dari 117 responden yang
multipara.
dimana p-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0.05 yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud siti fatimah
responden yang primipara beresiko 3.301 kali lebih besar mengalami kejadian
4.3.2 Analisis Hubungan Antara Usia dengan Kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti
ketuban pecah dini di rsud siti fatimah provinsi sumatera selatan tahun 2020. Dapat
Tabel 4.6
Analisis Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Kejadian Ketuban
Pecah Dini Di Rsud Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020
mengalami ketuban pecah dini sebanyak 139 (78.1%) responden, lebih tinggi
dimana p-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0.05 yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara usia dengan kejadian ketuban pecah dini di rsud siti fatimah
responden yang usia tidak beresiko 0.074 kali lebih besar mengalami kejadian
ketuban pecah dini dibandingkan dengan responden yang usia nya beresiko.
81
4.3.3 Analisis Hubungan Antara Status Anemia Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di
ketuban pecah dini di rsud siti fatimah provinsi sumatera selatan tahun 2020. Dapat
Tabel 4.7
Analisis Hubungan Antara Status Anemia Ibu Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini Di Rsud Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2020
dengan 81 (45.5%) responden yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dari
dimana p-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0.05 yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara status anemia dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Siti
responden yang mengalami anemia beresiko 3.817 kali lebih besar mengalami
82
kejadian ketuban pecah dini dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami
anemia.
4.3.4 Analisis Hubungan Antara Status Pekerjaan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Dari hasil analisis hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian ketuban
pecah dini di rsud siti fatimah provinsi sumatera selatan tahun 2020. Dapat dilihat
Tabel 4.8
Analisis Hubungan Antara Status Pekerjaan dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini Di Rsud Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2020
Berdasarkan tabel 4.8 dari 123 responden yang bekerja pada kejadian
ketuban pecah dini sebanyak 105 (59.0%) responden, lebih tinggi dibandingkan
dengan 73 (41.0%) responden yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dari
dimana p-value = 0.000 lebih kecil dari α = 0.05 yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara status pekerjaan dengan kejadian ketuban pecah dini di Rsud Siti
Hasil analisis uji keeratan hubungan diperoleh nilai POR = 3.916 artinya
responden yang bekerja beresiko 3.916 kali lebih besar mengalami kejadian
tingkat kemaknaan (nilai p) sebesar 0,05 artinya apabila p value< 0,05 berarti secara
signifikan analisis ini untuk melihat faktor mana yang dominan. Adapun tahapan
namun secara substansi penting maka variable tersebut dapat dimasukkan dalam
model multivariat, seleksi ini menggunakan uji regresi logistik ganda (Hastono,
2006).
Adapun hasil seleksi bivariat dari penelitian ini dapat dilihat pada table
Tabel 4.9
Hasil Analisa Bivariat pada variabel Independen
( NO Variabel p Value OR
1 Paritas 0.000 3.301
2 Usia 0.000 0.047
3 Status Anemia 0.000 3.817
4 Status Pekerjaan 0.000 3.916
84
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa semua variabel mempunyai nilai 0.000 p
value tidak > 0.25 maka dalam seleksi bivariat semua variabel dapat dimasukkan.
nilai lebih besar nilai p value < 0,25 sehingga semua variabel tersebut dapat
menentukan faktor kejadian Ketuban Pecah Dini. Analisis regresi logistic tahap
atau model yakni dengan prediktor semua variabel bebas yang bermakna secara
meliputi (paritas, usia, status anemia, status pekerjaan) terlihat pada tabel berikut ini
Tabel. 4.10
Hasil Analisis Model Pertama Hubungan Variabel Paritas, Usia, Status Anemia,
Status Pekerjaan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Dari tabel 4.10 di atas semua variabel memiliki nilai p value < 0.005, tetapi nilai
Tabel 4.11
Hasil Analisis Model Akhir Multivariat
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa hasil analisis model akhir multivariate pada
kejadian ketuban pecah dini, variabel penentu atau yang paling besar hubungannya dengan
kejadian ketuban pecah dini adalah status pekerjaan dengan OR = 3.098, artinya responden
yang bekerja mempunyai resiko 9.476 kali lebih besar mengalami terjadinya ketuban
Secara statistik hasil analisis multivariat menunjukan bahwa faktor yang paling
dominan terjadinya ketuban pecah dini adalah variabel pekerjaan, Berdasarkan teori yang
menyatakan bahwa kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja
melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja
menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga selaput ketuban mudah pecah (Angga W,
2013).
4.5 Pembahasan
sebelum persalinan, dapat terjadi pada usia kehamilan prematur ataupun aterm.
86
Ketuban pecah dini terjadi 8% sampai 10% pada semua kehailan dan 2% terjadi
hal ini sangat berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
faktor-faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor
mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
risiko ketuban pecah dini yaitu: adanya infeksi, serviks inkompeten, tekanan
intra uterin, trauma, kelainan letak, keadaan sosial ekonomi, faktor golongan
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Siti Fatimah bahwa ibu
yang mengalami ketuban pecah dini ada 178 orang, dari 178 orang keseluruhan
ibu mengalami ketuban pecah dini pada usia kehamilan preterm dan aterm
semua persalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan normal dengan cara
induksi. Pada kejadian ketuban pecah dini 10% dari semua persalinan dimana
sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm diatas 37
melemahnya selaput ketuban, hal ini sesuai dengan data yang didapat bahwa
semua kejadian ketuban pecah dini terjadi pada usia kehamilan aterm.
87
dini dilakukan dengan seksio sesarea. Hal ini dipengaruhi karena banyaknya
ketuban pecah dini merupakan rujukan dari praktik bidan ataupun dari klinik
bersalin yang pada awalnya sudah dilakukan tindakan dan observasi. Namun
dirujuk ke Rumah Sakit untuk dilakukan penanganan lebih lanjut lagi. Karena
sudah tidak dapat ditangani secara normal makanya pasien dirujuk ke rumah
sakit untuk dilakukan seksio sesarea. Itu sebabnya di rumah sakit lebih banyak
Namun ada juga pasien yang ketika mengalami hal yang tidak biasa
rumah sakit tanpa perantara bidan atau dokter. Dan ada juga yang dari
pemeriksaan kehamilan dengan dokter atau bidan, didapat ibu ada masalah
dalam kehamilannya. Biasanya hal seperti ini sudah dijadwalkan oleh dokter
kapan dan dimana persalinannya, dan ketika sebelum jadwal yang ditetapkan
ibu merasa ada hal yang dapat membahayakan kehamilannya maka ibu segera
kejadian ketuban pecah dini. Namun dalam penelitian ini terdapat adanya
88
hubungan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini, ditunjukkan dengan hasil
analisis uji statistik chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 dengan odd
ratio 3.301 (95% CI) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
paritas dengan kejadian ketuban pecah dini, namun ibu primipara lebih berisiko
3.301 kali lebih besar terjadi ketuban pecah dinin dibandingkan dengan ibu
multipara.
dini sering ditemukan pada wanita multipara dibanding wanita primipara. Hal
ini disebabkan karena endometrium pada wanita yang sudah pernah melahirkan
akan lebih bermasalah dari pada wanita yang baru satu kali atau bahkan belum
persalinan lebih dari satu kali berarti mengalami letak plasenta yang berbeda.
dilahirkan. Paritas anak kedua dan anak ketiga merupakan paritas yang paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Pada paritas tinggi lebih dari 3
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Maka oleh sebab itu ibu-ibu
yang sedang hamil anak pertama dan lebih dari anak ketiga harus
kematian maternal. Pada paritas rendah, ibu-ibu hamil belum begitu mengerti
sungsang). Oleh sebab itu, Ketuban Pecah Dini memerlukan pengawasan yang
ketat dan kerjasama antara keluarga dan penolong (bidan dan dokter) karena
ibu dan janinnya. Dengan demikian, akan menurunkan atau memperkecil risiko
Teori ini tidak sesuai dengan penelitian ini yang hasilnya ibu primipara
lebih dominan mengalami ketuban pecah dini daripada ibu multipara. Penelitian
Panembahan Senopati Bantul tahun 2015 bahwa mayoritas ibu yang mengalami
ketuban pecah dini adalah ibu primipara. Hal tersebut memberikan arti bahwa
wanita yang baru sekali mengalami persalinan akan lebih berisiko mengalami
wanita.
Penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian Alice, dari 431 yang
multipara terdapat 61 (14,2%) responden dengan KPD dan dari 171 yang primi
2,299 artinya responden primi memiliki kecenderungan 2,299 kali lebih besar
Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum
dengan hasil paritas 1 mempunyai angka kejadian ketuban pecah dini lebih
dari kejadian ketuban pecah dini. Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap
aman ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan
paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai risiko terjadinya ketuban pecah dini
lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku
(kurang elastis) dari pada multiparitas. Uterus yang telah melahirkan banyak
(Natasya,2013).
lebih banyak yang mengalami ketuban pecah dini yaitu sebanyak 107 orang
faktor yang dapat menimbulkan stress bagi ibu, beberapa stres ada yang dapat
diduga dan ada yang tidak dapat diduga atau tidak terantisipasi sehingga dapat
91
Releasing Hormone (CRH), dan CRH ini yang menimbulkan kontraksi uterus
2,299 lebih besar untuk mengalami ketuban pecah dini dibandingkan dengan
yang multi.
kejadian ketuban pecah dini. Pada penelitian ini tidak mempunyai pengaruh
terhadap kejadian ketuban pecah dini. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji
statistik chi-square diperoleh nilai p = 0.000 > 0,05 dengan nilai odd ratio
0.704 (95%CI) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia
dengan kejadian ketuban dini. Namun dilihat dari nilai odd ratio ibu yang
usianya 20-35 Tahun tahun berisiko 0.704 kali lebih besar terjadi ketuban
pecah dini dibandingkan dengan ibu yang usianya <20 tahun dan > 35 tahun.
kejadian ketuban pecah dini dengan usia ibu Hasil analisis hubungan melalui
uji statistic Kendal Tau didapatkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) dengan nilai p =
92
0,000 < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan
antara usia ibu dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD
Sleman Yogyakarta.
Pada Ibu Bersalin Di RSUD Wates Kulon Progo, berdasarkan hasil analisis data
menggunakan Kendall Tau pada faktor usia didapatkan angka Tau sebesar
0,089. Jadi 0,089 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
pecah dini di rumah sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2009 bahwa
sebagian besar responden adalah ibu bersalin yang berumur 20-35 tahun yaitu
sebanyak 113 ibu bersalin (87,6%). Pada penelitian ini ibu bersalin yang
berumur 20-35 dengan KPD lebih tinggi dibandingkan dengan ibu bersalin
Umur adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan. Umur sangat
menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan berisiko tinggi apabila ibu
hamil berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Umur berguna untuk
umur 20-25 tahun tidak risiko tinggi sebagian besar melakukan pemeriksaan
93
kehamilan sesuai dengan standar dibanding dengan yang berumur < 20 atau >
Ketuban pecah dini ini dapat disebabkan oleh Penyebab lainnya adalah
kelainan letak janin dalam rahim, baik itu letak sungsang ataupun letak lintang.
ketuban pecah dini. Selain itu, kelainan bawaan dari selaput ketuban dan infeksi
kejadian ketuban pecah dini. Mayoritas ibu yang mengalami ketuban pecah dini
adalah ibu yang berusia 20-35 tahun (tidak berisiko) yaitu sebanyak 139 orang
(78.1%) dan yang berusia <20 dan >35 tahun (berisiko) sebanyak 39 orang
(21.9%). Hal ini menunjukkan bahwa ketuban pecah dini lebih banyak terjadi
pada usia yang tidak berisiko. Hal ini kemungkinan disebabkan karena semakin
Menurut peneliti hal ini berhubungan dengan angka kejadian ketuban pecah
dini paling banyak terjadi pada ibu primipara yang mayoritas berusia 20-35
tahun. Pada ibu primi, kehamilan pertama merupakan pengalaman baru dan
94
tidak biasa yang dapat menjadi faktor pemicu stress yang dapat mengakibatkan
kejadian ketuban pecah dini. Namun pada penelitian ini anemia tidak
berpengaruh pada kejadian ketuban pecah dini. Hasil uji chi-square diperoleh
nilai p = 0,000 < 0,05 dengan OR 3.817 (95% CI) maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh antara anemia dengan kejadian ketuban pecah dini, namun
Anemia : dari 547 responden yang tidak anemia terdapat 67 (12,2%) responden
yang mengalami KPD, dan dari 55 responden anemia terdapat 41 (74,5%) yang
KPD. Uji chi square p-value 0,000 < 0,05 artinya ada pengaruh antara anemia
Penelitian ini juga sejalan dengan teori dari Manuaba yang menyatakan
bahwa anemia selama kehamilan menyebabkan ibu hamil tidak begitu mampu
2014)
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan
relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau
pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada
trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia pada janin antara lain
cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan
his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri
(Marni,2015).
mengalami anemia dengan ketuban pecah dini. Hal ini ada kemungkinan
terlihat dari status ibu yang bekerja yang sudah dapat memenuhi ekonominya
sehingga dengan ekonomi yang baik maka taraf hidup juga akan lebih baik
96
terutama dalam pemenuhan nutrisi. Ibu hamil yang sudah dapat memenuhi
0,000> 0,05 dengan nilai odd ratio 3.916 (95% CI) maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian ketuban pecah dini.
Namun peluang terjadinya ketuban pecah dini pada ibu yang statusnya bekerja
lebih besar 3.916 kali lebih berisiko dari ibu yang statusnya tidak bekerja.
bahwa sebagian besar ibu yang mengalami KPD adalah ibu yang bekerja. Dari
hasil analisis data menunjukkan bahwa rasio mengalami KPD pada ibu yang
pekerjaannya menyebabkan kelelahan dan lama kerja >3 jam/hari adalah 3,6
kali lebih besar dibandingkan ibu yang bekerja tidak kelelahan dan lama kerja
KPD.(Tahir,2012)
kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan
lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan
pecah dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun
janin.(Notoadmojo,2012)
ketuban pecah dini preterm dengan status pekerjaan ibu bekerja sebanyak 12
(17%) orang dan yang status pekerjaannya ibu tidak bekerja sebanyak 59 (83%)
aterm dengan status pekerjaan ibu bekerja sebanyak 14 (12%) orang dan yang
status pekerjaannya ibu tidak bekerja sebanyak 105 (88%) orang sehingga
totalnya 119 orang. Hasil analisis hubungan melalui uji statistik chi square
didapatkan nilai Asymp. Sig (2-sided) dengan nilai p = 0,319 > 0,05 yang
berarti Ho diterima dan Ha ditolak yaitu tidak ada hubungan antara kejadian
ketuban pecah dini dengan status pekerjaan pada ibu bersalin.(Leihutu, 2014)
besar ibu yang mengalami ketuban pecah dini bekerja dan sebagian ibu tidak
memiliki peran ganda yaitu bekerja sebagai wanita karir diluar rumah dengan
tujuan untuk menambah penghasilan keluarga dan ketika di rumah bekerja juga
mengurus rumah tangganya, itu sebabnya ibu yang statusnya bekerja memiliki
pekerjaan yang sangat berat karena selain bekerja di luar rumah, harus bekerja
lagi di rumah sehingga sangat menguras energi. Tidak seperti ibu yang
statusnya tidak bekerja, mereka hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga saja di
rumah. Namun kelelahan dalam bekerja dalam penelitian ini bukan merupakan
98
faktor risiko yang dapat mengakibatkan ketuban pecah dini, hal ini dpt dilihat
dari uji chi square nilai p = 0,000 > 0,05 dengan nilai odd ratio 3.916 (95% CI).
mengetahui dini gejala awal ketuban pecah dini dan diharapkan dapat mencegah
terjadinya ketuban pecah dini pada kehamilannya. Hal ini juga menjadi acuan bagi
pencegahan ketuban pecah dini, terutama dalam hal meningkatkan pengetahuan ibu
melalui pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara teratur terkait bahaya
1) Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan data sekunder dan hanya meneliti
faktor risiko lainnya seperti faktor risiko stres, kelainan letak dan infeksi.
2) Tidak adanya sampel gemelli sehingga peneliti tidak bisa memasukkan gemelli ke
3) Terbatasnya data di rumah sakit seperti tidak adanya data riwayat ketuban pecah
dini di status pasien sehingga peneliti tidak dapat meneliti faktor risiko riwayat
BAB V
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Distribusi frekuensi pada kejadian ketuban pecah dini sebagian besar dari
paritas yang primipara sebesar 128 (52,2%), Usia yang beresiko sebesar 92
(37,6%), status anemia yang beresiko sebesar 113 (46,1%), dan status
perkerjaan yang ibu nya bekerja sebesar 123 (50,2%) di RSUD Siti Fatimah
pecah dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 (
3. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian ketuban pecah
dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 (p value
ketuban pecah dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun
100
101
ketuban pecah dini di RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan Tahun
5.2 Saran
1. Bagi Peneliti
melakukan penelitian dan dapat dikembangkan bagi peneliti lain yang ingin
yang belum pernah diteliti untuk mengembangkan hasil yang lebih baik lagi.
Bagi tenaga kesehatan disarankan lebih memahami faktor risiko pada ibu
mengikuti SOP yang sudah ada dan meningkatkan pelayanan pada kejadian
persalinan-persalinan.
102
4. Bagi Masyarakat
secara dini sehingga persalinan dapat berjalan baik dan tidak mengalami
DAFTAR PUSTAKA
Alice L, Asmijati. Pengaruh Anermia Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD
Cibinong:https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file/dokumen/717%20Alice_Pengar
uh%20Anemia%20Terhadap%20Kejadian%20Ketuban%20Pecah%20Dini.pdf.
Tahun 2014. Diakses tanggal 11 Januari 2017.
Angga W, Gede NHWS. Gambaran Ketuban Pecah Dini pada Kehamilan Aterm di
RSUP Sanglah.http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/viewFile/24707/15956.
Tahun 2013. Diakses tanggal 11 Januari 2017.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. William
Obstetric, 23th ed. United States of America: McGraw-Hill; 2014:
Iman, M. Pemanfaatan SPSS dalam penelitian Bidang Kesehatan dan Umum. Bandung:
Ciptapustaka Media Perintis;2016.
104
Kennet J, Leveno MD. Manual Komplikasi Kehamilan William edisi 23. Jakarta:
EGC;2016.
Manuaba, IBG. Ilmu Kandungan, Penyakit kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; 2014
Natasya A. Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2015:
https://www.slideshare.net/WarnetRaha/karakteristik-ibu-bersalin-dengan-
ketuban-pecah-dini-di-rumah-sakit-umum-daerah-kabupaten-muna-tahun-
2015.Tahun 2015. Diakses 2 Mei 2017.
Nita ND, Mustika DS. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika; 2015
Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2014. (Dokumen di internet). 2015 (diunduh 19
Januari 2017 ). Tersedia di ;
www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_20
14/102_Sumut_2014.pdf
105
Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo;2014.
Sutarjo US. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta: Kemenkes R; 2016.
Tahir S, Seweng A, Abdullah Z. Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa. (dokumen di internet). 2012. (diunduh 19 Januari 2017).
Tersedia di; pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/abdbde934df5c895d7deebd756ceo4e1.pdf
Walyani ES. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press;
2015
106
107
108
109
110
111
112
1
Nama : Ernawati
NPM : 18.13101.10.17
Judul Penelitian : Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini Di Rsud Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
Variable : Ketuban Pecah Dini, Paritas, Usia, Status Anemia, Status Pekerjaan
Anemia
1 Ya G1P0A0 18 9,8 Ya
2 Ya G1P0A0 20 9,3 Ya
3 Ya G1P0A0 36 9,2 Ya
4 Ya G1P0A0 37 9,3 Ya
5 Ya G1P0A0 18 9,4 Ya
6 Ya G1P0A0 19 9,6 Ya
7 Ya G1P0A0 20 9,6 Ya
8 Ya G1P0A0 38 9,8 Ya
9 Ya G1P0A0 19 9,2 Ya
10 Ya G1P0A0 17 9,0 Ya
11 Ya G1P0A0 19 9,2 Ya
12 Ya G1P0A0 19 8,8 Ya
13 Ya G1P0A0 18 8,9 Ya
14 Ya G1P0A0 36 8,6 Ya
2
15 Ya G1P0A0 38 8,7 Ya
16 Ya G1P0A0 36 8,8 Ya
17 Ya G1P0A0 37 8,9 Ya
18 Ya G1P0A0 17 8,9 Ya
19 Ya G1P0A0 19 8,8 Ya
20 Ya G1P0A0 20 9,2 Ya
21 Ya G1P0A0 36 9,3 Ya
22 Ya G1P0A0 38 9,3 Ya
23 Ya G1P0A0 32 9,2 Ya
24 Ya G1P0A0 37 9,2 Ya
25 Ya G1P0A0 18 9,3 Ya
26 Ya G1P0A0 19 9,4 Ya
27 Ya G1P0A0 20 9,6 Ya
28 Ya G1P0A0 36 9,6 Ya
29 Ya G1P0A0 18 9,8 Ya
30 Ya G1P0A0 19 9,2 Ya
31 Ya G1P0A0 20 9,0 Ya
32 Ya G1P0A0 37 9,2 Ya
33 Ya G1P0A0 38 9,2 Ya
34 Ya G1P0A0 42 9,3 Ya
35 Ya G1P0A0 37 9,3 Ya
36 Ya G1P0A0 18 9,2 Ya
3
37 Ya G1P0A0 37 9,2 Ya
38 Ya G1P0A0 18 9,3 Ya
39 Ya G1P0A0 19 9,4 Ya
40 Ya G1P0A0 27 9,6 Ya
41 Ya G1P0A0 26 9,6 Ya
42 Ya G1P0A0 25 9,8 Ya
43 Ya G1P0A0 23 9,2 Ya
44 Ya G1P0A0 24 9,0 Ya
45 Ya G1P0A0 22 9,2 Ya
46 Ya G1P0A0 26 9,2 Ya
47 Ya G1P0A0 25 9,3 Ya
48 Ya G1P0A0 24 9,8 Ya
49 Ya G1P0A0 22 9,7 Ya
50 Ya G1P0A0 28 9,4 Ya
51 Ya G1P0A0 36 9,2 Ya
52 Ya G1P0A0 27 9,4 Ya
53 Ya G1P0A0 26 9,5 Ya
54 Ya G1P0A0 25 9,6 Ya
55 Ya G1P0A0 23 9,2 Ya
56 Ya G1P0A0 24 9,3 Ya
57 Ya G1P0A0 22 9,4 Ya
58 Ya G1P0A0 26 9,6 Ya
4
59 Ya G1P0A0 25 9,6 Ya
60 Ya G1P0A0 24 9,8 Ya
61 Ya G1P0A0 21 9,2 Ya
62 Ya G1P0A0 27 9,0 Ya
63 Ya G1P0A0 26 9,2 Ya
64 Ya G1P0A0 25 9,3 Ya
65 Ya G1P0A0 23 9,4 Ya
66 Ya G1P0A0 24 9,2 Ya
91 Ya G1P0A0 32 11 Tidak
94 Ya G1P0A0 32 11 Tidak
145 Ya G4P3A0 33 12 Ya
146 Ya G3P2A0 32 11 Ya
8
147 Ya G5P3A1 34 10 Ya
169 Ya G4P2A1 27 12 Ya
178 Ya G3P2A0 32 12 Ya
No. Pertanyaan Komentar Saran dan Rekomendasi Tindak lanjut/Revisi Tesis Halaman Hasil
Revisi Tesis
1 Bab 4 Untuk Tabel hasil Univariat Penjelasan dari tabel Tabel univariat telah diperbaiki Telah diperbaiki
diperbaiki univariat yang dijelaskan dan dijelaskan sesuai arahan sesuai arahan
adalah hasil dari yang penguji
negative saja bukan yang nilai
nya terbesar.
2 Bab 4 Di bagian hasil data Data diperbaiki sesuai dengan Hasil telah diperbaiki sesuai Telah diperbaiki
Multivariat berbaiki yang hasil data spss dengan hasil spss sesuai arahan
keliru penguji
3 Pembahasan Alasan dari hasil penelitian Pembahasan di lengkapi Pembahasan telah diperbaiki dan Telah diperbaiki
yang hasil nya tidak sesuai dengan argument yang kuat dilengkapi sesuai arahan
dengan teori diperjelas tentang hasil yang tidak penguji
dibagian pembahasan sesuai dengan teori.
2
CXy7hn ju]
Ddd/t3221a
1
2
3
4