SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 18010003
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang telah saya tulis ini
benar- benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabilah dikemudian hari ini dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
NIM. 18010003
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena dengan limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelasaikan skripsi ini
dengan tepat waktu. Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Tasnim Mahmud, S.Kep., Ns., MM.selaku Ketua STIKes Husada Mandiri Poso
Husada Mandiri Poso yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis
5. Fany Lairin Djala, S.Kep. Ns., M.Biomed selaku penguji I yang telah
6. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Husada Mandiri Poso yang telah membantu
7. Kedua orang tuaku, kaka dan adik tersayang dan keluarga yang telah memberikan
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak
Latar Belakang : Obesitas dapat mempengaruhi kualitas perkembangan seorang anak. Obesitas
sangat beresiko terjadi pada usia anak sekolah dasar. Peningkatan jumlah kasus obesitas pada anak usia
sekolah disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor pola pemberian makan. Pola
pemberian makan menjadi salah satu faktor utama terjadinya kegemukan dan obesitas serta dapat
mempengaruhi perkembangan pada pada anak usia sekolah dasar. Tujuan: Mengetahui hubungan pola
pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di SDN 14 Poso. Metode
Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified propotional random sampling yang
melibatkan sebanyak 62 responden. Pola pemberian makan diukur dengan menggunakan kuesioner.
Kejadian obesitas pada anak usia sekolah dasar diukur menggunakan lembar observasi . Tingkat
signifikasi dalam penelitian ini adalah 95% (p<0,005). Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil uji Chi
Square didapatkan nilai p-value 0,001 sehingga terdapat hubungan yang signifikan pola pemberian
makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di SDN 14 Poso. Kesimpulan: Terdapat
hubungan yang siginifikan pola pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di
SDN 14 Poso Saran: Orang tua diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan orang tua
siswa sekolah dasar dalam mengatur pola makan anaknya menjadi lebih baik sehingga dapat mengatasi
terjadinya peningkatan angka obesitas pada anak sekolah dasar.
Kata Kunci : Pola Pemberian Makan, Kejadian Obesitas, Anak Sekolah Dasar
ABSTRACT
The relationship between feeding patterns and the incidence of obesity in elementary
school children at SDN 14 Poso
Background : Obesity can affect the quality of a child's development. Obesity is very risky to occur in
elementary school age children. The increase in the number of cases of obesity in school-age children
is caused by various factors, one of which is the factor of feeding patterns. Feeding patterns are one of
the main factors in the occurrence of overweight and obesity and can affect development in elementary
school-aged children. Objective: To find out the relationship between feeding patterns and the
incidence of obesity in elementary school children at SDN 14 Poso. Research Methods: This research
is an analytic observational research with a cross sectional approach. The sampling technique used
stratified proportional random sampling which involved 62 respondents. Feeding patterns were
measured using a questionnaire. The incidence of obesity in primary school age children was measured
using an observation sheet. The significance level in this study was 95% (p<0.005). Research Results:
Based on the results of the Chi Square test, a p-value of 0.001 was obtained so that there was a
significant relationship between feeding patterns and the incidence of obesity in elementary school
children at SDN 14 Poso. Conclusion: There is a significant relationship between feeding patterns and
the incidence of obesity in elementary school children at SDN 14 Poso Suggestion: Parents are
expected to increase the knowledge and insight of parents of elementary school students in managing
their children's eating patterns for the better so that they can overcome the increase in obesity rates. in
elementary school children.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................62
B. Saran..............................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anak adalah salah satu kondisi medis terjadi pada anak yang ditandai dengan
berat badan diatas rata- rata dan indeks massa tubuh (IMT) yang diatas normal
(Ginanjar, 2012).
4,2% di tahun 2020 menjadi 6,7% di tahun 2021, dan diperkirakan akan
mencapai 9,1% di tahun 2022. Obesitas pada anak tertinggi di AS, sebesar
8,4% dari anak-anak berusia antara dua sampai lima tahun (WHO, 2021).
Prevalensi obesitas pada anak di tahun 2019 , 2020, dan 2021 berturut-turut
16,2%, 17,0%, dan 18,9%, pada anak usia prasekolah berusia 3-12 tahun yang
diukur berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur lebih dari Z score
lainnya, Seperti Thailand (8%), Malasiya (6%), Vietnam (4,6 %), dan
kejadian obesitas yang tinggi di Indonesia banyak ditemukan pada anak yang
berusia 6-12 tahun yang mengalami masalah berat badan berlebih sebesar
18,8% yang terdiri dari kategori gemuk 10,8% dan obesitas sebesar 8,8%.
anak dapat dilihat dari proses pertumbuhan dan perkembangannya. Anak yang
banyak mengalami obesitas berusia 6-12 tahun atau yang sering disebut
sebagai usia sekolah (Wong, 2019). Obesitas pada usia sekolah (6 – 12 tahun)
merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa
Dampak obesitas pada anak sangat merugikan kualitas hidup anak seperti
gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas
sesaat) dan gangguan pernapasan lain (Kemenkes RI, 2012). Selain itu
obesitas juga akan berdampak pada psikososial anak yang menjadi minder,
depresi karena bentuk tubuhnya, bau badan yang kurang sedap, kesulitan
2015).
perlu ada perhatian khusus pada kasus obesitas pada anak usia sekolah.
anak yang obesitas cenderung lebih disukai oleh lingkungan sekitarnya karena
dianggap sehat, padahal anak dengan status gizi lebih memiliki banyak
oleh berbagai faktor yaitu faktor genetik, faktor kesehatan, faktor psikologis,
makan. Pola pemberian makan menjadi salah satu faktor utama terjadinya
kegemukan dan obesitas pada anak usia sekolah. Anak sering mengkonsumsi
makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi energi, tinggi
(2013) diperoleh hasil bahwa faktor berhubungan dengan obesitas pada anak
berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Selain itu pola pemberian
makan juga sangat berpengaruh pada pengkembangan sel sel otak pada anak.
mikronutrisi dalam porsi yang sesuai, agar dapat memenuhi asupan gizi yang
seimbang serta menurunkan resiko gizi lebih maupun gizi kurang pada anak.
asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Asupan energi
tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi,
1.730 anak usia enam hingga tujuh tahun diketahui 12% menderita obesitas
dan 9% kelebihan berat badan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rizki
Yulaeni , Mona Saparwati dan Umi Aniroh pada tahun 2020 terdapat
hubungan antara pola pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak
menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Masa anak-anak adalah masa
sedangkan obesitas pada orang dewasa hanya terjadi pembesaran sel-sel saja
Anak yang mengalami obesitas pada masanya 75% akan menderita obesitas
dipilih dari setiap kelas, 2 siswa mengalami gizi buruk, 1 siswa memiliki gizi
yang baik atau normal, 4 siswa mengalami gizi lebih (overweight) dan 3
hubungan pola pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak Sekolah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
tua siswa sekolah dasar dalam mengatur pola makan anaknya menjadi
lebih baik sehingga dapat mengatasi terjadinya peningkatan angka
2. Manfaat Teoritis
TINJAUAN PUSTAKA
pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh,
misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan
Selama periode ini, anak perempuan biasanya tumbuh lebih cepat dan
umumnya tinggi dan berat badan anak perempuan melebihi anak lakilaki.
rata tinggi anak usia 6 tahun adalah 112,5 cm dan rata-rata tinggi anak
usia 12 tahun adalah 147,5 cm, sedangkan berat badan anak usia sekolah
bertambah 2-3 kg per tahun dimana berat badan anak usia 6 tahun rata-rata
mencapai 21 kg, dan berat badan anak usia 12 tahun rata-rata mencapai 40
kg (Muscari, 2015).
2. Perkembangan Anak Usia Sekolah
atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi
diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan fungsinya.
d. Rendahnya produktivitas
e. Gangguan-gangguan gizi dan kesehatan lainnya.
geseran dalam struktur diet menuju energy yang lebih tinggi. Konsumsi
tinggi gula dan lemak dan kebanyakan lemak jenuh sebagian besar dari
anak sekolah saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu di satu sisi
gizi kurang yang berakibat pada tidak optimalnya pertumbuhan fisik dan
Gizi kurang pada anak dapat dilihat dari berat badan dan tinggi
badan anak. Bila berta badan anak berada dibawah normal, maka anak
dikatakan kurus. Bila tinggi badan anak berada di bawah normal, maka
kurang dapat terjadi karena kekurangan zat gizi makro seperti energy,
protein, lemak dan dapat pula terjadi karena kekurangan zat gizi mikro
kurangnya asupan sumber zat gizi yang dibutuhkan anak (Devi, 2012).
gizi anak diatas normal, sehingga anak menjadi gemuk atau obesitas.
sehingga energy yang masuk ke dalam tubuh jauh lebih banyak dari
Kelebihan energy ini akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak.
seperti fast food dan junk food (hamburger, kentang goreng, pizza)
Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, dimana usia tersebut merupakan
bagian dari suatu rangkaian panjang dari siklus hidup manusia yang
dimulai sejak janin dalam kandungan sampai usia tua nanti. Pada
rentangan usia tersebut status gizi ditentukan sejak usia bayi dan balita
juga ditentukan saat ini, dan akan menentukan status gizi pada usia
tergantung pada orang tua. Priode ini merupakan priode yang cukup kritis
orang tua dan guru. Pada saat ini pertumbuhan fisik terutama pertambahan
Pola pemberian makan yang sehat selalu mengacu kepada gizi yang
dimakan setiap hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk
sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan
mineral. Pola makan 3 kali sehari yaitu makan pagi, selingan siang,
utama yang dikonsumsi saat makan pagi, makan siang, dan makan
(Sari, 2014).
makan selingan pagi dan siang mencapai gizi tubuh yang cukup, pola
zat gizi, teridri dari dari enam zat yaitu karbohidrat, protein, lemak,
seimbang dalam tubuh dan mengandung dua zat yaitu zat pembangun dan
kandungan gizi dan asupan gizi yang terdapat pada makanan pokok, lauk
ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti keju. Zat pembangun
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur dan buah yang banyak
yang berasal dari makanan dan minuman sehari-hari oleh subjek yang
konsumsi makan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan 15
jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok
3. Konsumsi Makan
makanan setiap orang dalam hari yang dikomsumsi atau dimakan dengan
(SKP) saat ini ada berbagai macam, yang dapat dibedakan menurut
makanan yang akan dimakan dan juga sisa makanan yang masih
melakukan pencatatan.
malnutrisi.
a. Faktor Ekonomi
c. Faktor Agama
d. Faktor Pendidikan
2012).
e. Faktor Lingkungan
2012).
lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah yang dikonsumsi setiap hari
(PGS, 2018). Kebiasaan sarapan pagi salah satu dasar dalam Pedoman
1. Definisi Obesitas
contoh di Amerika, sekitar 15% dari remaja berusia (12-19 tahun) dan
lebih dari 20% berat standar normal. Obesitas terjadi jika dalam suatu
periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan dari
trigliserida. Jika sel-sel lemak yang sudah ada terisi penuh, maka jika yang
tentukan oleh asupan energy yang berasal dari zat gizi penghasil energy
ditentukan oleh kebutuhan energy basal, aktivitas fisik dan thermic effect
of food (TEF) yaitu energy yang diperlukan untuk mengolah zat gizi
baik yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan
metabolisme ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup
a. Faktor Genetik
Seorang anak dengan orang tua atau saudara yang gemuk, ia pun
setiap reseptor memiliki gen tersendiri pula. Setiap mutasi pada gen
2019).
fisik serta faktor-faktor lain seperti obat, racun dan virus (Nugraha,
makan tidak tercapai dengan baik pada anak maka pertumbuhan anak
akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan terjadi gizi buruk pada
berlebihan
makan dan penurunan berat. Bahkan ketika dengan yang berdiet telah
sel-sel tersebut tetap ada dan siap diisi kembali. Karena itu,
ketika anak tidak lapar dan makan sambil menonton TV atau bermain
d. Aktivitas fisik
a. Asma
d. Kolesterol tinggi
e. Gagal jantung
f. Masalah hati
h. Penyakit jantung
i. Stroke
k. Osteoarthritis
Tujuan utama tata laksana obesitas pada anak dan remaja menurut
1) Pada bayi.
margarin)
lain sejenis.
selingan.
g) Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak.
ketat.
badan.
c. Aktifitas fisik dan olah raga (Ayu, Ulilalbab, & Anggraeni, 2017)
5. Pencegahan Obesitas
Kebiasaan makan yang tidak sehat, kurangnya olahraga, dan gaya hidup
a. Orang tua menjadi teladan yang baik. Orang tua memberikan contoh
memerintah remaja.
setiap hari. Satu porsi sayur adalah satu mangkuk sayuran mentah atau
mengandung gula.
d. Memilih bahan makanan seperti gandum, beras dan roti gandum. Dari
pada makanan yang diproses dengan tepung putih halus, gula, dan
lemak jenuh.
setiap hari, atau paling tidak dua kali dalam seminggu. Contoh
g. Makan teratur juga sangat penting. Membuat jadwal makan yang baik
h. Memastikan remaja sarapan pagi setiap hari pukul 06.30 sampai 08.00
i. Kue atau snack di antara makan sore dapat menjaga remaja dari makan
komputer.
6. BMI untuk Anak-Anak dan Remaja
Index Massa Tubuh (IMT) (Berat Badan) (kg) (Tinggi badan) (m)2
bawah usia 20 tahun. Hal ini mengingat masih terus tumbuh, begitu pun
anak balita (usia 0-60 bulan), nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan
nilai IMT standar WHO 2005 (WHO, 2006) sedangkan pada anak dan
A. Kerangka Konsep
terhadap konsep-konsep yang akan diukur dan diamati melalui penelitian yang
yang baik akan memberikan informasi jelas pada peneliti serta dapat
variabel seperti variabel bebas dan variabel terikat (Masturoh & Anggita,
2018). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
: Variabel Penelitian
: Garis Hubungan
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dua hal; pertama, desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam
(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah analitik
1. Populasi
2. Sampel
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mengambil sampel dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari
𝑁
=
1 + 𝑁 (𝑑)²
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah Populasi
d : presisi yang ditetapkan 5% (0,05)
Maka dengan rumusan tersebut, jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
𝑁
n=
1 + 𝑁 (𝑑)²
74
n=
1 + 74 (0.05)²
74
n=
1 + 0.185
74
n=
1.185
n = 62,444
n = 62 orang.
kelas siswa.
3. Sampling Penelitian
Diketahui :
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
1) Orang tua siswa yang tidak ada pada saat pengambilan data
C. Variabel Penelitian
makan.
2. Variabel dependen (terikat)
D. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat/ Cara Ukur,
Hasil Ukur, dan Skala
Defenisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Pola pemberian Kebutuhan dalam memilih Kuesioner 1. Tepat : Jika nilai median ≥ 36 – 72 Ordinal
makan bahan makanan dan status gizi 2. Tidak Tepat : Jika nilai median ≤ 35
yang memberikan gambaran
mengenai jumlah makanan yang
dimakan setiap hari oleh anak.
2. Kejadian Obesitas Kelebihan berat badan Lembar Observasi 1. Gizi Buruk : < -3 SD Ordinal
yang di ukur dengan 2. Gizi Kurang : - 3 SD sd <-2 SD
menggunakan standar 3. Gizi Baik (normal) : -2 SD sd + 1 SD
antropometri IMT. 4. Gizi Lebih (Overweight) : + 1 SD sd + 2 SD
5. Obesitas : > + 2 SD
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen A
2. Instrumen B
kuesioner dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Alat ukur
pola pemberian makan terdiri dari 3 sub skala yaitu pemyusunan menu,
cara pemberian makan nomor 16-24. Kuesioner ini terdiri dari 4 alternatif
pilihan jawaban yaitu Selalu (3), Sering (2), Kadang-kadang (1) dan
kuesioner.
Ernawati pada tahun 2018. Uji validitas yang dilakukan menggunakan uji
diperoleh dengan analisa rumus alpha cronbach yaitu sebesar 0.920 Dari
hasi uji reabllitas kuesioner dinyatakan reliabel karena nilai alfa cronbach
3. Instrumen C
obesitas, disini peneliti akan mengukur tinggi badan dan berat badan siswa
setelah itu peneliti akan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) siswa
IMT akan dilakukan pada siswa siswa sekolah dasar yang telah terpilih
3. Gizi Baik : - 2 SD sd + 1 SD
4. Gizi Lebih : + 1 SD sd +2 SD
5. Obesitas : > + 2 SD
tahun.
1. Data Primer
pola makan dan kejadian obesitas yang sesuai tinjauan teori. Penggunaan
2. Data Sekunder
Poso Kota Utara serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
H. Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diteliti kelengkapannya, jika ada data yang
a. Editing
b. Coding
c. Entry Data
d. Cleaning data
data.
2. Analisa Data
kelamin, kelas, tinggi badan, berat badan, IMT, pola pemberian makan
I. Etika Penelitian
berikut:
1. Infromed Consent
tidak dilaporkan dengan cara apapun dan tidak dapat di askes oleh orang
dijamin oleh peneliti dan hanya akan digunakan pada penelitian ini saja
3. Anonymity
4. Beneficience
dengan moral yang benar dan pantas memberikan setiap orang haknya,
serta menekankan pada distribusi seimbang dan adil antara beban dan
yang adil dan tidak deskriminatif, perlakuan yang tidak menghukum bagi
diperlukan.
BAB V
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
pekerjaan, tingkat pendapatan, umur anak dan jenis kelamin anak sekolah
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan umur orang tua, jenis kelamin orang
tua,pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, umur anak dan jenis
kelamin anak sekolah dasar di SDN 14 Poso (n = 62)
Variabel Frekuensi Presentase (%)
Umur Responden: Masa Dewasa Awal 48 77.4
Masa Dewasa Akhir 14 22.6
Total 62 100
Jenis Kelamin : Laki – Laki 7 11.3
Perempuan 55 88.7
Total 62 100
Tingkat Pendidikan : SMP 13 21.0
SMA 31 50.0
S1 18 29.0
Total 62 100
Pekerjaan: IRT 24 38.7
Petani 2 3.2
PNS 7 11.3
Wiraswasta 12 19.4
Honorer 17 27.4
Total 62 100
Tingkat Pendapatan: < UMK Rp. 2. 300.000 40 64.5
≥ UMK Rp. 2.300.000 22 35.5
Total 62 100
Umur Anak : 7 Tahun 11 17.7
8 Tahun 9 14.5
9 Tahun 12 19.4
10 Tahun 7 11.3
11 Tahun 9 14.5
S 12 Tahun 14 22.6
Total 62 100
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pemberian Makan Pada Anak
Sekolah Dasar di SDN 14 Poso (n = 62)
Pola Pemberian Makan F (%)
Tepat 20 (32.3)
Tidak tepat 42 (67.7)
Total 62 (100)
Sumber: Data Primer 2022
besar pola pemberian makan pada anak sekolah dasar tidak tepat
responden (32.3%).
b. Kejadian Obesitas
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Obesitas Pada Anak
Sekolah Dasar
di SDN 14 Poso (n = 62)
Kejadian Obesitas F (%)
Gizi Kurang 13 (21.0)
Gizi Baik 30 (53.2)
Gizi Lebih (Overweight) 8 ( 12.9)
Obesitas 8 ( 12.9)
Total 62 (100)
Sumber: Data Primer 2022
responden (17.7%) .
hubungan jika nilai P < 0,005 dengan tingkat kepercayaan 95% sehingga
1. Karakteristik Responden
a. Umur
(2009) usia responden berada pada kategori usia dewasa muda. Hal
menjadi orang tua. Pada usia tersebut merupakan usia yang baik
hal pemberian makan kepada anak. Apabilah usia orang tua terlalu
pemberian makan pada anak karena ibu adalah orang tua yang selalu
ada waktu atau selalu mendampingi ketika anak makan. Ibu adalah
besar di dalam pola pemberian makan pada anak. Peran ibu adalah
c. Pendidikan
pemberian makan pada anak. Ibu yang tidak bekerja relatif akan
anak-anak mendapat makanan yang sehat dan bergizi. Hal ini tidak
dapat terjadi pada ibu yang bekerja, karena ibu yang tidak bekerja
terganggu (Glick, 2012). Hal ini sangat berbeda dengan ibu yang
dalam menyediakan makanan. Selain itu ibu yang tidak bekerja lebih
anak mendapat makanan yang sehat dan bergizi. Hal ini berarti, ibu
menyiapkan makanan.
e. Tingkat Pendapatan
mengikuti gaji upah UMR jika hal ini ini dibawah dari 2.300.000
memiliki daya beli yang tinggi sehingga orang tua cenderung akan
f. Umur Anak
responden juga didominasi oleh anak usia 12 tahun. Usia sekolah anak
antara 6-12 tahun, dimana usia tersebut merupakan bagian dari suatu
rangkaian panjang dari siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin
dalam kandungan sampai usia tua nanti. Pada rentangan usia tersebut
status gizi ditentukan sejak usia bayi dan balita juga ditentukan saat
ini, dan akan menentukan status gizi pada usia selanjutnya. Menginjak
sendiri, tidak seperti saat balita lagi yang sepenuhnya tergantung pada
orang tua. Priode ini merupakan priode yang cukup kritis dalam
dan guru. Pada saat ini pertumbuhan fisik terutama pertambahan tinggi
2017).
pada beraktivitas di luar rumah seperti naak laki- laki yang sering
sepeda, bermain layangan, berbain sepak bola dan sebagainya. Hal ini
voli, basket, kasti, menari, sepak bola, dan bulu tangkis. Pendapat
selama usia puberitas (8-13 tahun) lemak pada tubuh anak perempuan
protein.
2. Analisa Univariat
anak sekolah dasar tidak tepat sebanyak 41 responden (66.1%). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh hal ini sejalan dengan
yang menyatakan bahwa mayoritas orang tua juga tidak tepat dalam
pemberian makan pada anak. Pola makan pada anak sangat berperan
kecerdasan. Jika pola makan pada anak tidak tercapai dengan baik,
maka pertumbuhan anak juga akan terganggu, tubuh kurus, gizi buruk
dan bahkan bisa terjadi obesitas pada anak akibat pola pemebrian
mkaan yang tidak terkontrol oleh orangtua sehingga pola makan yang
gizi anak terletak pada ibu. Kebiasaan makan yang baik sangat
perhatian yang lebih dari orangtuanya karena anak umur usia pra
antara jumlah asupan makan atau zat gizi yang diperoleh dari makanan
dengan kebutuhan gizi yang dianjurkan pada anak dari pola pemberian
makan yang diberikan ibu . Gizi yang adekuat dan seimbang dapat
terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik atau
pada anak atau pola makan anak berlebihan maka pertumbuhan anak
b. Kejadian Obesitas
Obesitas pada anak adalah salah satu kondisi medis pada anak yang
ditandai dengan berat badan diatas ratarata dan indeks massa tubuh
(IMT) yang diatas normal, yaitu menurut umur lebih dari Z score +2
badan diatas 30% dari berat badan normal. Obesitas pada anak dapat
rasa percaya diri yang rendah dan rentan menjadi sasaran bullying.
berlebihan, pola makan yang tidak teratur, sering ngemil atau makan
pada anak sekolah sadar di SND 14 Poso beberapa faktor pola makan
ringan, coklat, permen, mie instan dan roti basah dapat meningkatkan
rendah kalori, kaya serat, vitamin dan mineral yang baik untuk
3. Analisa Bivariat
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki
Yulaeni, Mona saparwati dan Umi Aniroh pada tahun 2017 yang
makan yang tidak baik dan tidak seimbang bagi anak pra sekolah dapat
2018).
makan tidak tepat, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pujiati, Nirnasari, dan Rozalita pada tahun 2017 yang juga
menyatkan bahwa mayoritas orang tua tidak tepat dalam pemberian makan
dan hanya sebagian kecil anak yang mengalami obesitas. Asupan nutrisi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh anak pada masa balita hal ini
Permasalahan gizi pada anak sekolah dasar salah satunya adalah obesitas
risiko kelebihan gizi terbesar karena pola pemberian makan yang tidak
al., 2012).
banyak keluar mencari makanan cepat saji dan tidak mempunyai waktu
banyak jenis fast food yang dikonsumsi maka semakin tinggi kejadian
obesitas.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar orang orang tua memiliki pola pemberian makan tidak
2. Sebagian besar anak usia sekolah dasar memiliki gizi yang baik (normal)
Dengan nilai p yaitu 0.683 > a = 0,05, Hal ini juga berarti H 0 diterima dan
Ha ditolak.
B. Saran
obesitas pada anak sekolah dasar serta penelitian ini diharapkan bisa
dan wawasan orang tua siswa sekolah dasar dalam mengatur pola makan
Andriany, B (2016). Peran Ibu Dalam Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak
Di Raudhatul Athfal Perwanida Cangakan Ngawi. Ejurnal.Poltekkes
tasikmalaya,2(2),254–263
Angela, A. (2015). Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi.
Majalah Kedokteran Gigi (3):130-134.
Arifin. (2009).Pengaruh Sosial Ekonomi Orang tua terhadap Karies Anak. Jurnal
Keperawatan, 3 (2), 112- 146
Asriawal & Jumriani. (2020). Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan Status
Karies Gigi (Kajian Pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun Di Sekolah Dasar
Negeri Kota Bukittinggi), Jurnal Kesehatan Gigi 27(2), 108–115.
Candra (2020). Buku Pintar Kesehatan Gigi dan Mulut.Yogyakarta : Mitra Buku
Dalimunthe. (2010).Peran Orang Tua dan Perilaku Anak Dalam Menyikat Gigi
Dengan Kejadian Karies Anak Dalam Menyikat Gigi Dengan Kejadian Karies
Anak. Jurnal Vokasi Kesehatan 3 (2), 122- 157.
Darrsini, A., B. (2014). Hubungan Pola Makan Dan Kebiasaan Menyikat
GigiDengan Kesehatan Gigi Dan Mulut (Karies) Di Indonesia. Jurnal
Kedokteran Gigi 13, 83–91.
Darsin (2014). Hubungan Antara Status Gizi Pendek (Stunting) Dengan Tingkat
Karies Gigi Anak.Tinjauan pada Siswa-Siswi Taman Kanak-Kanak di
Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Thn 2014.Dentino Jurnal
Kedokteran, 1 (1), 88 -93.
Darsin. (2014). Faktor Resiko Karies Gigi Pada Anak : Jurnal Ilmiah Keperawatan
Gigi (JIKG), 3(1), 28–38.
Depkes RI. (2009) . Buku Bagan Pelayanan Gigi dan Kesehatan Gigi, Depkes RI ,
Jakarta.
Elvayanti dan Irdawati. (2017). Peran Orang Tua dalam Pencegahan Karies Gigi
pada Anak Pra Sekolah ( 3-5 Tahun ) di TK Aisyiyah 2 Pekanbaru. Jurnal
Kesehatan Ilmiah. 11(1), 93–103.
Fahmi, R., Gigi, S. P.. (2021). Peran Orang Tua Dengan Karies Gigi Pada Anak
Prasekolah. Jurnal Poltekkes Tasikmalaya, 2(2), 295–300.
Halim, S. (2011). Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan Status Karies Gigi
(Kajian Pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri
Kota Bukittinggi), Jurnal Keperawatan Gigi 27(2), 108–115.
Indrianingsih, N., Prasetyo, Y. B., & Kurnia, A. D. (2018). Family Social Support
and Behavior of Children with Caries in Doing Dental and Oral Care. Jurnal
Keperawatan, 9(2), 119.
Laraswati, N., Mahirawatie, I. C., & Marjianto, A. (2021). Peran Ibu Dalam Menjaga
Kesehatan Gigi Anak Prasekolah Dengan Angka Karies Di Tk Islam Al-
Kautsar Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi, 2(1), 9–24.
Mangoenprasodjo A.S. (2004) . Kaitan Karies Gigi Dengan Status Gizi Anak Pra
Sekolah. Jurnal Kesehatan 5 (1), 29 - 40.
Marinda, D. A. (2017). Peran Dalam Menjaga Kebersihan Gigi Dengan Kejadian
Karies Gigi Pada Anak Prasekolah. Med92004icine Review, 6- 45
Martariwansyah (2008). Peran Orang Tua dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut. Jurnal Keperawatan Gigi, 1(2), 74–79.
Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Notoatmodjo, S. (2012). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. hal 72-73
Nurfauzia, A. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Terhadap
Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan
Periodontal Pra Lansia di Posbindu Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
Jurnal Majalah Kedokteran Gigi (1). 27 – 32.
Rahayu, Mahirawatie dan Marjianto (2010). Peran Orang Tua dalam Pencegahan
Karies Gigi pada Anak Pra Sekolah ( 3-5 Tahun ) di TK Aisyiyah 2
Pekanbaru. Jurnal Keperawatan Gigi. 11(1), 93–103.
Riset Kesehatan Dasar (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. diunduh tanggal
20 Oktober 2019.
Rudi, M. (2010). Kesheatan Gigi dan Mulut. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Rusmali (2010). Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Anak Usia 4 – 6
Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2 (2 ). 196-205
Sadiman. (2002). Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan
Status Karies Anak Usia Sekolah Dasar. Medical Journal of Lampung
University. 4(8): 1-6.
Salsabila, M. A., Hidayati, S., Suharnowo, H., & Ibu, P. (2021). Gigi Anak Usia
Sekolah di Kelurahan Kraton Kabupaten Bangkalan Tahun 2020. Jurnal
Kedokteran Gigi. 2(2), 254–265.
Sariningrum, Irdawati. (2009) Faktor-Faktor Kejadian Karies Gigi Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Betungan Kota Bengkulu. Journal of Nursing and
Public Health, 6(1), 46–52.
Susi, A. (2012). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat DKI Jakarta Tahun 2007. Peneliti pada Puslitbang Biomedis dan
Farmasi. Jurnal Ekologi Kesehatan 8 (1), 860-873.
Syamsuddin (2020). Peran Orang Tua Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut
dengan Kejadian Karies. Jurnal keperawatan 3(1), 88–98
Widyanti (2009). Hubungan Peranan Ibu Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Mulut
Terhadap Angka Kebersihan Gigi Anak Tk Bhakti Nurush Shofia Mutih
Kulon Wilayah Puskesmas Wedung 2 Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan
Gigi 7 (12), 5
Lampiran I Permohonan Izin Penelitian
Lampiran II Surat Izin Penelitian
Lampiran III. Permohonan Menjadi Responden
Kepada
Orangtua Siswa
Di _
Tempat
Dengan Hormat,
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan maka saya
: Nama : Angelina Veronica Patinama
NIM 18010003
Peneliti
Kode Responden :
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan teliti pertanyaan di bawah ini.
2. Isilah sesuai dengan identitas masing-masing.
3. Berilah tanda (√ ) pada kolom sesuai dengan keadaan anda
A. Tanggal pengisian : ………………………………………..
B. Karakteristik Keluarga/ Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Umur : ……. tahun
5. Tingkat Pendidikan:
6. Tidak sekolah SMP/Sederajat Diploma/ Sarjana
SD/Sederajat SMA/sederajat Lainnya, …….
7. Pekerjaan : Buruh Wiraswasta
Petani PNS
Tidak bekerja
Ibu Rumah Tangga (IRT)
8. Tingkat Pendapatan:
< UMK Rp. 2.300.000 UMK > Rp. 2.300.000
C. Karakteristik Balita
1. Nama : An.
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Lak
Lampiran V1 Kuesioner Pola Pemberian Makan
Petunjuk:
Berilah tanda (√) pada kolom yang telah disediakan untuk pernyataan dibawah ini:
A Penyusunan Menu
6 Bahan makanan yang saya olah untuk anak berasal dari hasil
panen sendiri
7 Saya menggunakan bahan makanan yang masih segar dan
berkualitas baik dalam mengolah makanan untuk anak
8 Cara pengolahan yang saya lakukan dalam mengolah makanan
untuk anak bervariasi (misal : direbus, diungkep atau dikukus)
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah
16 Pola makan anak yang diterapkan dalam sehari terdiri dari 3 kali
makan utama (pagi, siang dan malam) serta 2 kali makanan
selingan
17 Pemberian makanan untuk anak dilakukan secara teratur sesuai
dengan jadwal makan
18 Saya dibantu oleh anggota keluarga yang lain dalam memberikan
makanan kepada anak
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah