Anda di halaman 1dari 110

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN

KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH


DASAR DI SDN 14 POSO

SKRIPSI

Oleh :

ANGELINA VERONICA PATINAMA


NIM. 18010003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA MANDIRI POSO
2022
HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN
KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH
DASAR DI SDN 14 POSO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Husada Mandiri Poso

Oleh :

ANGELINA VERONICA PATINAMA


NIM. 18010003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA MANDIRI POSO
2022
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Angelina Veronica Patinama

NIM : 18010003

Program Studi : Ilmu Keperawatan STIKES Husada Mandiri Poso

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang telah saya tulis ini

benar- benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabilah dikemudian hari ini dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Poso, Oktober 2022

Yang Membuat Pernyataan

Angelina Veronica Patinama

NIM. 18010003
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

karena dengan limpahan rahmat-Nya lah kami dapat menyelasaikan skripsi ini

dengan tepat waktu. Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tingi Ilmu Kesehatan Husada Mandiri Poso.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Tasnim Mahmud, S.Kep., Ns., MM.selaku Ketua STIKes Husada Mandiri Poso

yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Ns.Nining Nirmalasari, S.Kep., M.Kep. selaku Ka. Prodi S1 Keperwatan STIKes

Husada Mandiri Poso yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ulfa Sufyaningsih, S.Kep. Ns., M.Kes selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimingan dukungan, arahan, motivasi

dan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.


4. Indrawan Manitu, M.Kep., Ns selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimingan dukungan, arahan, motivasi dan banyak

masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Fany Lairin Djala, S.Kep. Ns., M.Biomed selaku penguji I yang telah

memberikan bimbingannya dengan sangat baik dan banyak memberikan masukan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Husada Mandiri Poso yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan.

7. Kedua orang tuaku, kaka dan adik tersayang dan keluarga yang telah memberikan

dukungan dengan penuh cinta, kesabaran, perhatian, dan senantiasa mendoakan

selama penulis menjalani pendidikan.

8. Teman- teman keperawatan angkatan 2018 terimakasih telah menjadi

penyemangat selama kuliah.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak

sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Poso, Oktober 2022

Angelina Veronica Patinama


ABSTRAK

Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Kejadian Obesitas


Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 14 Poso

Angelina V. Patinama1, Ulfa Sufyaningsih2 , Indrawan Manitu’i2


¹ Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Husada Mandiri Poso
² Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Husada Mandiri Poso

Latar Belakang : Obesitas dapat mempengaruhi kualitas perkembangan seorang anak. Obesitas
sangat beresiko terjadi pada usia anak sekolah dasar. Peningkatan jumlah kasus obesitas pada anak usia
sekolah disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor pola pemberian makan. Pola
pemberian makan menjadi salah satu faktor utama terjadinya kegemukan dan obesitas serta dapat
mempengaruhi perkembangan pada pada anak usia sekolah dasar. Tujuan: Mengetahui hubungan pola
pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di SDN 14 Poso. Metode
Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified propotional random sampling yang
melibatkan sebanyak 62 responden. Pola pemberian makan diukur dengan menggunakan kuesioner.
Kejadian obesitas pada anak usia sekolah dasar diukur menggunakan lembar observasi . Tingkat
signifikasi dalam penelitian ini adalah 95% (p<0,005). Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil uji Chi
Square didapatkan nilai p-value 0,001 sehingga terdapat hubungan yang signifikan pola pemberian
makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di SDN 14 Poso. Kesimpulan: Terdapat
hubungan yang siginifikan pola pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di
SDN 14 Poso Saran: Orang tua diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan orang tua
siswa sekolah dasar dalam mengatur pola makan anaknya menjadi lebih baik sehingga dapat mengatasi
terjadinya peningkatan angka obesitas pada anak sekolah dasar.

Kata Kunci : Pola Pemberian Makan, Kejadian Obesitas, Anak Sekolah Dasar
ABSTRACT

The relationship between feeding patterns and the incidence of obesity in elementary
school children at SDN 14 Poso

Angelina V. Patinama1, Ulfa Sufyaningsih2 , Indrawan Manitu'i2


1Student of Nursing Science Study Program Stikes Husada Mandiri
Poso
² Lecturer of Nursing Science Study Program Stikes Husada Mandiri Poso

Background : Obesity can affect the quality of a child's development. Obesity is very risky to occur in
elementary school age children. The increase in the number of cases of obesity in school-age children
is caused by various factors, one of which is the factor of feeding patterns. Feeding patterns are one of
the main factors in the occurrence of overweight and obesity and can affect development in elementary
school-aged children. Objective: To find out the relationship between feeding patterns and the
incidence of obesity in elementary school children at SDN 14 Poso. Research Methods: This research
is an analytic observational research with a cross sectional approach. The sampling technique used
stratified proportional random sampling which involved 62 respondents. Feeding patterns were
measured using a questionnaire. The incidence of obesity in primary school age children was measured
using an observation sheet. The significance level in this study was 95% (p<0.005). Research Results:
Based on the results of the Chi Square test, a p-value of 0.001 was obtained so that there was a
significant relationship between feeding patterns and the incidence of obesity in elementary school
children at SDN 14 Poso. Conclusion: There is a significant relationship between feeding patterns and
the incidence of obesity in elementary school children at SDN 14 Poso Suggestion: Parents are
expected to increase the knowledge and insight of parents of elementary school students in managing
their children's eating patterns for the better so that they can overcome the increase in obesity rates. in
elementary school children.

Keywords: Feeding Pattern, Obesity Incidence, Elementary School Children


DAFTAR ISI

COVER JUDUL LUAR..............................................................................i


COVER JUDUL DALAM...........................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................................iii
LEMBAR PESERTUJUAN........................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................vii
ABSTRAK....................................................................................................viii
ABSTRACT...................................................................................................ix
DAFTAR ISI.................................................................................................xi
DAFTAR TABEL........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................3
C. Tujuan Peneliitan.............................................................................3
D. Manfaat Penelitian...........................................................................4
E. Keaslian Penelitian..........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia
Sekolah............................................................................................7
B. Konsep Dasar Pemberian Pola Makan............................................15
C. Konsep Obesitas Pada Anak............................................................19

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian...........................................................................29
B. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian...................................30
C. Variabel Penelitian........................................................................32
D. Definisi Operasional......................................................................33
E. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian......................................36
F. Instumen Penelitian.......................................................................38
G. Prosedur Pengumpulan Data.........................................................42
H. Analisa Data..................................................................................43
I. Etika Penelitian..............................................................................44
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian..............................................................................45
B. Pembahasan...................................................................................51

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................62
B. Saran..............................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.....................................................................5


Tabel 2.1 Klasifikasi Obesitas Menurut WHO...........................................20
Tabel 2.2 Klasifikasi Obesitas Menurut Nasional......................................21
Tabel 4.1 Definisi Operasional...................................................................37
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur orang tua, jenis kelamin
orang tua, pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, umur anak
dan jenis kelamin anak sekolah dasar di SDN 14 Poso...............44
Tabel 5.2 Distribusi Pola Pemberian Makan Pada Anak Usia Sekolah Dasar
Di SDN 14 Poso..........................................................................45
Tabel 5.3 Distribusi Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Dasr di
SDN 14 Poso...............................................................................46
Tabel 5.4 Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Kejadian Obesitas
Pada Usia Sekolah Dasar di SDN 14 Poso.................................47
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.....................................................31


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Pengambilan Data Awal


Lampiran II Surat Izin Penelitian
Lampiran III Permohonan Menjadi Responden
Lampiran IV Surat Persetujuan (informed consent)
Lampiran V Data Demografi
Lampiran VI Kuesioner Pola Pemberian Makan
Lampiran VII Lembar Observasi Kejadian Obesitas
Lampiran VIII Lampiran X Hasil Uji Plagiarisme
Lampiran IX Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran X Dokumentasi Penelitian
Lampiran XI Daftar Riwayat Penelitian
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obesitas merupakan keadaan status nutrisi dengan penyebab

multifaktor yang selalu dihubungkan dengan peningkatan resiko dan

mortalitas beberapa penyakit seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes

mellitus dan kanker. Obesitas mempunyai dampak yang signifikan terhadap

kesehatan, status psikososial, kualitas hidup dan usia harapan hidup.

Penurunan beban penyakit pada obesitas dalam populasi dapat diupayakan

dengan mengidentifikasi faktor – faktor resiko obesitas, yang nantinya dapat

dimodifikasi melalui program intervensi (Metcalf et al, 2010). Obesitas pada

anak adalah salah satu kondisi medis terjadi pada anak yang ditandai dengan

berat badan diatas rata- rata dan indeks massa tubuh (IMT) yang diatas normal

(Ginanjar, 2012).

World Health Organization (WHO) melaporkan 1 dari 10 anak di

dunia mengalami kegemukan. Obesitas pada anak di dunia meningkat dari

4,2% di tahun 2020 menjadi 6,7% di tahun 2021, dan diperkirakan akan

mencapai 9,1% di tahun 2022. Obesitas pada anak tertinggi di AS, sebesar

8,4% dari anak-anak berusia antara dua sampai lima tahun (WHO, 2021).

Prevalensi obesitas pada anak di tahun 2019 , 2020, dan 2021 berturut-turut
16,2%, 17,0%, dan 18,9%, pada anak usia prasekolah berusia 3-12 tahun yang

diukur berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur lebih dari Z score

dengan menggunakan baku antropometri (Riskesdas, 2021).

UNICEF (United Nation Children’s Fund) dalam World Children

Refort mengemukakan Indonesia menempati urutan pertama dengan tingkat

obesitas pada anak tertinggi di wilayah ASEAN yakni 12,2 % presentase

tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan denga Negara di Asia Tenggara

lainnya, Seperti Thailand (8%), Malasiya (6%), Vietnam (4,6 %), dan

Philipina (3,3%). Angka obesiatas pada anak di Indonesia sudah mencapai

11,5 % (Unicef, 2021). Riset Kesehatan Dasar (2021) menyatakan bahwa

kejadian obesitas yang tinggi di Indonesia banyak ditemukan pada anak yang

berusia 6-12 tahun yang mengalami masalah berat badan berlebih sebesar

18,8% yang terdiri dari kategori gemuk 10,8% dan obesitas sebesar 8,8%.

Obesitas dapat mempengaruhi kualitas seorang anak. Kualitas seorang

anak dapat dilihat dari proses pertumbuhan dan perkembangannya. Anak yang

banyak mengalami obesitas berusia 6-12 tahun atau yang sering disebut

sebagai usia sekolah (Wong, 2019). Obesitas pada usia sekolah (6 – 12 tahun)

merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa

yang dapat menjadikan faktor resiko penyakit metabolik dan degeneratif

seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoarthritis.

Dampak obesitas pada anak sangat merugikan kualitas hidup anak seperti

gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti napas
sesaat) dan gangguan pernapasan lain (Kemenkes RI, 2012). Selain itu

obesitas juga akan berdampak pada psikososial anak yang menjadi minder,

depresi karena bentuk tubuhnya, bau badan yang kurang sedap, kesulitan

gerak dan berisiko tinggi mendapat perlakuan bully di sekolah (Barlow,

2015).

Di Indonesia masalah obesitas masih belum mendapat perhatian yang

cukup karena pemerintah masih berforkus pada masalah gizi kurang,

meskipun obesitas belum termasuk masalah gizi utama di Indonesia namun

perlu ada perhatian khusus pada kasus obesitas pada anak usia sekolah.

Peningkatan jumlah obesitas pada anak dapat meningkatkan prevalensi anak

obesitas di Indonesia. Di Indonesia, masih banyak yang beranggapan bahwa

kegemukan atau obesitas merupakan simbol kemakmuran seseorang, sehingga

anak yang obesitas cenderung lebih disukai oleh lingkungan sekitarnya karena

dianggap sehat, padahal anak dengan status gizi lebih memiliki banyak

dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak (NIH, 2016).

Peningkatan jumlah kasus obesitas pada anak usia sekolah disebabkan

oleh berbagai faktor yaitu faktor genetik, faktor kesehatan, faktor psikologis,

faktor kurang gerak/olahraga, faktor lingkungan dan juga pola pemberian

makan. Pola pemberian makan menjadi salah satu faktor utama terjadinya

kegemukan dan obesitas pada anak usia sekolah. Anak sering mengkonsumsi

makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi energi, tinggi

lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat, memilih makanan


berupa junk food, makanan dalam kemasan dan minuman ringan (soft drink)

(Nurcahyo, 2019). Hasil penelitian penelitian yang dilakukan oleh Nurfatimah

(2013) diperoleh hasil bahwa faktor berhubungan dengan obesitas pada anak

usia 6-12 tahun salah satunya disebabkan oeh kebiasaan mengkomsumsi

makanan fast food dan kebisaan minum soft drink.

Pola pemberian makan yang diberikan kepada anak sangat

berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Selain itu pola pemberian

makan juga sangat berpengaruh pada pengkembangan sel sel otak pada anak.

Pola pemberian makan yang baik harus memenuhi makronutrisi serta

mikronutrisi dalam porsi yang sesuai, agar dapat memenuhi asupan gizi yang

seimbang serta menurunkan resiko gizi lebih maupun gizi kurang pada anak.

National Institutes of Health (NIH) menjelaskan bahwa obesitas terjadi akibat

asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Asupan energi

tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi,

sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya

aktivitas fisik dan sedentary life style (Diana, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyo (2019) menunjukkan dari

1.730 anak usia enam hingga tujuh tahun diketahui 12% menderita obesitas

dan 9% kelebihan berat badan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rizki

Yulaeni , Mona Saparwati dan Umi Aniroh pada tahun 2020 terdapat

hubungan antara pola pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak

usia sekolah 7-12 tahun.


Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak dapat berisiko tinggi untuk

menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Masa anak-anak adalah masa

pertumbuhan dan perkembangan sehingga kegemukan pada masa anak

menyebabkan semakin banyaknya jumlah sel otot dan tulang rangka

sedangkan obesitas pada orang dewasa hanya terjadi pembesaran sel-sel saja

sehingga kemungkinan penurunan berat badan ke normal akan lebih mudah.

Anak yang mengalami obesitas pada masanya 75% akan menderita obesitas

pula pada masa dewasanya dan berpotensi mengalami berbagai penyebab

kesakitan dan kematian antara lain penyakit kardiovaskular dan diabetes

mellitus dan akibat yang ditimbulkan (Retnaningsih & Oktariza, 2014)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal

20 Juni 2022 di SD Negeri 14 Poso, dari hasil observasi awal menunjukkan

bahwa dari 10 siswa yang telah dilakukan pengukuran berat badan

menggunakan timbangan injak dan tinggi badan menggunakan mikrotis

kemudian dihitung dengan menggunakan rumus IMT/u berdasarkan acuan

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020

Tentang Standar Antropometri Anak 5- 18 tahun diperoleh dari 10 siswa yang

dipilih dari setiap kelas, 2 siswa mengalami gizi buruk, 1 siswa memiliki gizi

yang baik atau normal, 4 siswa mengalami gizi lebih (overweight) dan 3

siswa mengalami obesitas. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian hubungan antara pola pemberian makan

dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di SDN 14 Poso.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dapat memberikan dasar

bagi peneliti dalam merumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana

hubungan pola pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak Sekolah

Dasar di SDN 14 Poso? ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini mengetahui hubungan pola pemberian makan dengan

kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di SDN 14 Poso.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pola pemberian makan pada anak

sekolah dasar di SDN 14 Poso.

b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian obesitas pada anak sekolah

dasar di SDN 14 Poso.

c. Mengetahui hubungan antara pola pemberian makan dengan kejadian

obesitas pada anak sekolah dasar di SDN 14 Poso.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan orang

tua siswa sekolah dasar dalam mengatur pola makan anaknya menjadi
lebih baik sehingga dapat mengatasi terjadinya peningkatan angka

obesitas pada anak sekolah dasar.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat membantu dalam memberikan informasi dan

sarana pengetahuan, terkait dengan hubungan pola pemberian makan

dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber, referensi, dan informasi

terutama dalam bidang keperawatan.

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam meningkatkan

ilmu pengetahuan khusunya bidang kesehatan tentang hubungan pola

pemberian makan dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar.

b. Dapat membantu dalam mencari sumber terbaru yang dapat digunakan

dalam penelitian selanjutnya.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam

bidang pendidikan keperawatan.


E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


NO Nama, Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Tahun
1 Indriani Hubungan Pola Pemberian Penelitian ini menggunaakn Hasil penelitian yang telah Penelitian ini memiliki
2017 Makan Dengan Kejadian desain penelitian survey dilakukan menunjukkan perbedaan yang dilakukan
Obesitas Anak Usia 3-8 analitik menggunakan terdapat hubungan yang peneliti diantaranya judul
Tahun DI TK Dan SD pendekatan cross sectional. signifikan antara pola makan penelitian, subjek penelitian
Budi Muia Dua Seturan Penelitian ini melibatkan dengan kejadian obesitas dan lokasi penelitian.
Yongyakarta sebanyak 124 anak. dengan pada anak.
menggunakan metode total
sampling.
2 Ridha, Hubungan Pola Pemberian Penelitian ini menggunaakn Hasil uji statistik yang telah Penelitan ini memiliki
Cahya, Makan Dengan Kejadian desain penelitian koresional dilakukan menunjukkan perbedaan yang dilakukan
2019 Stunting Pada Usia Balita menggunakan pendekatan terdapat hubungan yang peneliti diantaranya judul
12-59 Bulan DI Puskesmas cross sectional. Penelitian signifikan antara pola makan penelitian, lokasi penelitian,
Tambak Wedi Surabaya ini melibatkan sebanyak 85 dengan kejadian stunting dan teknik pengambilan
responden dengan pada balita usia 15-29 bulan. sampel.
menggunakan metode
purposive sampling.
3 Halmina Hubungan Aktifitas Fisik Penelitian ini dilakukan Hasil penelitian Penelitan ini memiliki
h, 2013 Dan Pola Makan Dengan secara observational analitik menunjukkan terdapat perbedaan yang dilakukan
Kejadian Obesitas Sekolah dengan desain penelitian hubungan antara aktivitas peneliti diantaranya judul
Dasar Kartika XX-I Di case control sudy. Sampel fisik, pola makan protein penelitian, lokasi penelitian,
Makassar. yang diambil sebanyak 62 yang berusia 7-9 tahun, pola teknik pengambilan sampel
orang di SD Kartika XX-I makan lemak pada dan instrumen penelitian.
secara simple random perempuan yang berusia 10-
sampling, yang terdiri atas 12 tahun. Tidak ada
31 orang obesitas dan 31 hubungan antara, pola
orang yang non obesitas. makan, energy, karbohidrat,
Instrumen penelitian adalah protein dan lemak pada laki-
kuesioner dan food recall 24 laki yang berusia 10-12
jam yang berupa pertanyaan. tahun.
Uji statistik yang digunakan
adalah chi square dengan
tingkat signifikan α = 0,05.
4 Faradiba, Hubungan Antara Pola Desain penelitian yang Hasil penelitian Penelitan ini memiliki
2018 Makan Dengan Status Gizi digunakan adalah penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang dilakukan
Anak Usia Prasekoalh Di deskriptif korelasi. dengan hubungan yang signifikan peneliti diantaranya judul
Wilayah Puskesmas pendekatan cross sectional. antara pola makan dengan penelitian dan lokasi
Samata Kabupaten Gowa. Sampel yang dipilih 80 status gizi anak usia penelitian, metode penelitian
responden yang memiliki prasekolah
anak usia 36-60 bulan di
Puskesmas Samata. Data
diambil dengan
menggunakan kuesioner,
dengan tehnik wawancara
dan observasi. Data
dianalisis menggunakan uji
chi-square dengan tingkat
signifikan (α = 0,05)
5 Aan Hubungan antara aktivitas Penelitian Ini menggunakan Hasil penelitian Penelitan ini memiliki
Fitriyani, fisik dengan kejadian metode survai analitik menunjukkan hubungan perbedaan yang dilakukan
2019 obesitas pada anak di SD dengan pendekatan cross yang singnifikan antara peneliti diantaranya judul
Negeri 2 Redin, Gebang, sectional. Teknik aktivitas fisik dengan penelitian, lokasi penelitian,
Purworejo pengambilan sampel kejadian obesitas pada anak dan Populasi penelitian serta
menggunakan total dengan keeratan hubungan uji statistickyang digunakan.
sampling. Populasi yang sangat kuat, agar anak
penelitian 79 siswa/siswi bisa menyeimbangkan
kelas 3, 4 dan 5 di SD aktivitas fisiknya di SD
Negeri 2 Redin, Gebang, Negeri 2 Redin, Gebang,
Purworejo. Metode Purworejo
pengumpulan data yaitu
menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan
untuk mengetahui BMI, dan
membagikan kuesioner
untuk mengetahui aktivitas
fisik. Dalam penelitian ini
alat yang digunakan adalah
timbangan berat badan dan
alat ukur tinggi badan
(stature meter). Uji hipotesis
dalam penelitian ini adalah
uji Kendall Tau.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

1. Pertumbuhan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan bertambah

besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan bertambah

banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersel pada jaringan

tubuh. Proses tersebut dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan

pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh,

misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan

sebaginya (Devi, 2012).

Selama periode ini, anak perempuan biasanya tumbuh lebih cepat dan

umumnya tinggi dan berat badan anak perempuan melebihi anak lakilaki.

Rata-rata anak usia sekolah bertambah tinggi 5 cm pertahun dimana rata-

rata tinggi anak usia 6 tahun adalah 112,5 cm dan rata-rata tinggi anak

usia 12 tahun adalah 147,5 cm, sedangkan berat badan anak usia sekolah

bertambah 2-3 kg per tahun dimana berat badan anak usia 6 tahun rata-rata

mencapai 21 kg, dan berat badan anak usia 12 tahun rata-rata mencapai 40

kg (Muscari, 2015).
2. Perkembangan Anak Usia Sekolah

Perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi organ

atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi

diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan fungsinya.

Proses tersebut dapat diamati dengan bertambah pandainya keterampilan

dan perilaku (Almatsier, 2018)

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi

bersama-sama secara utuh, karena seorang anak tidak mungkin tumbuh

kembang sempurna bila hanya bertambah besarnya saja tanpa disertai

bertambahnya kepandaian dan keterampilan. Sebaliknya kepandaian dan

keterampilan seorang anak tidak mungkin tercapai tanpa disertai oleh

bertambah besarnya organ atau alat sampai optimal (Devi, 2012).

3. Gizi Anak Sekolah

Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang,

kelompok orang, atau masyarakat sebagai akibat adanya

ketidakseimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan

makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi) (Muscari, 2015). Dewi

(2012) mengatakan ketidakseimbangan gizi pada akan mengakibatkan :

a. Menurunnya pertahanan tubuh terhadap penyakit (imunitas)

b. Gangguan pertumbuhan fisik

c. Gangguan perkembangan dan kecerdasan otak

d. Rendahnya produktivitas
e. Gangguan-gangguan gizi dan kesehatan lainnya.

Perkembagan ekonomi biasanya disertai dengan perbaikan dalam

ketersediaan pangan sehingga meningkatkan status gizi. Selain itu juga

membawa perubahan yang kualitatif dalam produksi, pengolahan,

distribusi dan pemasaran makanan. Transisi gizi termasuk perubahan pola

makan, baik kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan tersebut meliputi

geseran dalam struktur diet menuju energy yang lebih tinggi. Konsumsi

tinggi gula dan lemak dan kebanyakan lemak jenuh sebagian besar dari

sumber hewani, mengurangi asupan karbohidarat kompleks, serat

makanan, buah dan sayuran (Utama & Demu, 2021).

Perubahan diet ini dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang

mencerminkan penurunan aktiviats fisik di tempat kerja dan selama waktu

senggang. Namun, pada saat yang sama bagaimanapun daerah miskin

terus menghadapi kekurangan pangan dan kekurangan gizi. Begitu juga

anak sekolah saat ini menghadapi masalah gizi ganda, yaitu di satu sisi

gizi kurang yang berakibat pada tidak optimalnya pertumbuhan fisik dan

kecerdasan. Namun disisi lain menghadapi gizi lebih yang mengancam

kesehatan anak meliputi seperti timbulnya penyakit generative yaitu

obesitas, hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan lain-lain (Mila, 2019).

a. Masalah Gizi kurang

Gizi kurang pada anak dapat dilihat dari berat badan dan tinggi

badan anak. Bila berta badan anak berada dibawah normal, maka anak
dikatakan kurus. Bila tinggi badan anak berada di bawah normal, maka

anak dikatakan pendek. Lebih dari sepertiga (36,1 %) anak usia

sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah.

Ini merupakan indicator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak

pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya umur, gambaran

ini ditemukan baik laki-laki maupun perempuan. Masalah gizi yang

kurang dapat terjadi karena kekurangan zat gizi makro seperti energy,

protein, lemak dan dapat pula terjadi karena kekurangan zat gizi mikro

seperti vitamin A, besi, yodium dan seng. Hal ini disebabkan

kurangnya asupan sumber zat gizi yang dibutuhkan anak (Devi, 2012).

b. Masalah Gizi Lebih

Gaya hidup modern saat ini cenderung menyebabkan status

gizi anak diatas normal, sehingga anak menjadi gemuk atau obesitas.

Hal ini disebabkan anak banyak makan, namun kurang beraktivitas

sehingga energy yang masuk ke dalam tubuh jauh lebih banyak dari

pada energy yang digunakan untuk beraktivitas dan pertumbuhan.

Kelebihan energy ini akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak.

Umumnya anak kota banyak mengkonsumsi makanan kurang serat

seperti fast food dan junk food (hamburger, kentang goreng, pizza)

dan sangat sedikit mengkonsumsi sayuran. Ditambah lagi gaya hidup

yang kurang bergerak atau lebih banyak duduk di depan televisi,


komputer dan bahkan sambil “ngemil” dan makan makanan manis

(Utama & Demu, 2021)

4. Kebutuhan Zat Gizi Anak Usia 6-14 Tahun

Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, dimana usia tersebut merupakan

bagian dari suatu rangkaian panjang dari siklus hidup manusia yang

dimulai sejak janin dalam kandungan sampai usia tua nanti. Pada

rentangan usia tersebut status gizi ditentukan sejak usia bayi dan balita

juga ditentukan saat ini, dan akan menentukan status gizi pada usia

selanjutnya. Menginjak usia 6 tahun anak sudah mulai menetukan pilihan

makanannya sendiri, tidak seperti saat balita lagi yang sepenuhnya

tergantung pada orang tua. Priode ini merupakan priode yang cukup kritis

dalam pemilihan makanan, karena anak baru saja belajar memilih

makanan dan belum mengertri makanan yang bergizi yang dapat

memenuhi kebutuhan gizinya sehingga anak memerlukan bimbingan

orang tua dan guru. Pada saat ini pertumbuhan fisik terutama pertambahan

tinggi badan anak berlangsung cepat, anak banyak melakukan aktivitas

fisik, aktivitas social seperti bergaul dengan teman-temannya dan sejalan

dengan itu perkembangan kognitif anak meliputi perkembangan

pemikiran, intelegensia dan bahasa (Ayu, Ulilalbab, & Anggraeni, 2017).


B. Konsep Dasar Pola Pemberian Makan

1. Pengertian Pola Pemberian Makan

Pola pemberian makan adalah cara atau usaha dalam pengaturan

jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti untuk

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu

kesembuhan penyakit (Mila, 2019).

Pola pemberian makan yang sehat selalu mengacu kepada gizi yang

seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan

(Depkes RI, 2014). Pola pemberian makan memiliki 3 (tiga) Komponen

yaitu jenis, frekuensi, dan jumlah makan.

a. Jenis Makan Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang

dimakan setiap hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk

nabati, sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap hari.Makanan pokok

adalah sumber makanan utama di negara Indonesia yang dikonsumsi

setiap orang atau sekelompok masyarakat terdiri dari beras, jagung,

sagu, umbi-umbian, dan tepung (Sulistyoningsih, 2012).

b. Frekuensi Makan Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam

sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan

selingan (Depkes RI, 2014). Frekuensi makan adalah jumlah makan

sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif, secara alamiah makanan

diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut

sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat


dan jenis makanan yang di makan. Jika rata-rata lambung kosong

antara 3-4 jam, maka jadwal makan pun menyesuaikan dengan

kosongnya lambung (Okviani, 2011). Pola pemberian makan yang

baik dan benar mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan

mineral. Pola makan 3 kali sehari yaitu makan pagi, selingan siang,

makan siang, selingan sore, makan malam dan sebelum tidur.

Makanan selingan sangat diperlukan, terutama jika porsi makanan

utama yang dikonsumsi saat makan pagi, makan siang, dan makan

malam belum mencukupi.Makan selingan tidak boleh berlebihan

karena dapat menyebabkan nafsu makan saat menyantap makanan

utama berkurang karena sudah kekenyangan oleh makanna selingan

(Sari, 2014).

c. Jumlah Makan Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang

dimakan setiap orang atau setiap individu dalam kelompok. Jumlah

dan jenis makanan sehari-hari merupakan cara makan seorang individu

atau sekelompok orang dengan mengkonsumsi makanan mengandung

karbohidrat, protein, sayuran dan buah. Frekuensi 3 kali sehari dengan

makan selingan pagi dan siang mencapai gizi tubuh yang cukup, pola

makan yang berlebihan dapat mengakibatkan kegemukan atau obesitas

pada tubuh (Willy, dkk., 2011).


2. Pola Pemberian Makan Seimbang

Pola pemberian makan seimbang adalah cara pengaturan jumlah dan

jenis makan dalam bentuk susunan makanan sehari-hari yang mengandung

zat gizi, teridri dari dari enam zat yaitu karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral, air dan keanekaragam makanan. Pola makan seimbang

adalah susunan jumlah makanan yang dikonsumsi mengandung gizi

seimbang dalam tubuh dan mengandung dua zat yaitu zat pembangun dan

zat pengatur.Makan seimbang ialah makanan yang memiliki banyak

kandungan gizi dan asupan gizi yang terdapat pada makanan pokok, lauk

hewani, lauk nabati, sayur dan buah (Depkes RI, 2014).

Menu seimbang adalah makanan beranekaragam yang memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Makanan sumber zat pembangun berasal dari bahan makanan nabati

seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, sedangkan dari hewani seperti telur,

ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti keju. Zat pembangun

berperan untuk perkembangan kualitas tingkat kecerdasan seseorang.

Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur dan buah yang banyak

mengandung vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan

fungsi organ tubuh (Nugraheni, Indarjo, & Suhat, 2017).

Asupan karbohidrat adalah jumlah asupan karbohidrat ke dalam tubuh

yang berasal dari makanan dan minuman sehari-hari oleh subjek yang

diukur dengan menggunakan Semiquantitative food frequency


questionnaire. Hal mendasar pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) adalah

konsumsi makan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan 15

jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok

umur (Utama & Demu, 2021).

3. Konsumsi Makan

Konsumsi makan adalah susunan makanan yang merupakan

kebiasaan yang dimakan seseorang dalam jenis dan jumlah bahan

makanan setiap orang dalam hari yang dikomsumsi atau dimakan dengan

jangka waktu tertentu.Pengukuran survei konsumsi makanan merupakan

metode yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi perorangan

atau kelompok. Tujuan survei konsumsi makanan adalah untuk

pengukuran jumlah makanan yang dikonsumsi pada tingkat kelompok,

rumah tangga, dan perorangan sehingga diketahui kebiasaan makan dan

dapat dinilai kecukupan makanan yang dikonsumsi seseorang (Harahap,

2012). Damayaanti (2013) menyatakan metode Survei Konsumsi Pangan

(SKP) saat ini ada berbagai macam, yang dapat dibedakan menurut

sasarannya yaitu SKP individu dan SKP kelompok. Berikut adalah

berbagai metode survei konsumsi pangan:

a. Metode Survei Konsumsi Pangan Individu

1) Metode Ingatan Makanan (Food Recall 24 Hours)

Metode Ingatan Makanan (Food Recall 24 Hours) adalah

metode SKP yang fokusnya pada kemampuan mengingat subjek


terhadap seluruh makanan dan minumam yang telah dikonsumsi

selama 24 jam terakhir. Kemampuan mengingat menjadi kunci

pokok dalam metode ini, subjek dengan kemampuan mengingat

lemah sebaiknya tidak menggunakan metode ini karena hasilnya

tidak akan menggambarkan konsumsi aktualnya. Metode Ingatan

Makanan (Food Recall Hours) dapat dilakukan disemua setting

lokasi survei baik ditingkat rumah tangga maupun masyarakat dan

rumah sakit atau instansi.Metode ini sangat memungkinkan untuk

dilakukan setiap saat apabila dibutuhkan informasi yang bersifat

segera.Metode ini juga dilakukan untuk tujuan penapisan

(skrining) asupan gizi individu. Metode ini dilakukan dengan alat

bantu minimal yaitu hanya menggunakan foto makanan.

2) Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Metode penimbangan makanan adalah metode SKP yang

fokusnya pada penimbangan makanan dan minumam terhadap

subjek.Penimbangan makanan dan minumam adalah dalam bentuk

makanan siap konsumsi. Makanan yang ditimbang adalah

makanan yang akan dimakan dan juga sisa makanan yang masih

tersisa. Jumlah makanan yang dikonsumsi adalah selisih antara

berat makanan awal dikurangi makanan berat makanan sisa.

Metode makanan tidak dapat dilakukan dimasyarakat, karena

waktu makan antar rumah tangga tidak sama.


3) Metode Pencatatan Makanan (Food Record)

Metode pencatatan makanan (Food Record) adalah metode

yang difokuskan pada proses pencatatan aktif oleh subjek terhadap

seluruh makanan dan minuman yang telah dikonsumsi selama

periode waktu tertentu. Metode ini dapat dilakukan di rumah

tangga ataupun instansi.Dalam metode ini subjek harus konsisten

dalam pencatatan dan harus mempunyai tempat tinggal yang

menetap dalam periode waktu tertentu, agar memudahkan dalam

melakukan pencatatan.

4) Metode Riwayat Makanan

Metode riwayat makanan adalah metode yang difokuskan pada

penelusuran informasi riwayat makan subjek.Riwayat makanan

meliputi kebiasaan makan subjek, semakin lama pengamatan maka

semakin jelas terlihat kebiasaan makan subjek.Metode ini dapat

dilakukan di rumah tangga dan dirumah sakit.

b. Metode Survei Konsumsi Pangan Kelompok

1) Metode Frekuensi Makan (Food Frequency Questionnaire)

Metode frekuensi makanan FFQ adalah metode yang

difokuskan pada kekerapan konsumsi makanan pada subjek.

Kekerapan konsumsi akan memberikan informasi banyakknya

ulangan pada beberapa jenis makanan dalam periode waktu

tertentu. Ulangan (repetition), diartikan sebagai banyakknya


paparan konsumsi makanan pada subjek yang akhirnya akan

berkorelasi positif dengan status asupan gizi subjek dan risiko

kesehatan yang menyertainnya. Metode frekuensi makan dapat

dilakukan dirumah tangga dan juga rumah sakit.Metode ini, dipilih

saat sebuah kasus penyakit diduga desebabkan oleh asuapan

makanan tertentu dalam periode waktu yang lama.Informasi akhir

yang diperoleh dari metode ini adalah sebuah penyakit

berhubungan atau tidak berhubungan dengan frekuensi makan dan

makanan tertentu atau tidak.

2) Semi Frekuensi Makanan (Food Frequency Questionnaire)

Metode ini difokuskan pada kekerapan konsumsi makanann

pada subjek ditambah dengan informasi kuantitatif jumlah

makanan yang dikonsumsi setiap porsi makanan.Metode ini

biasanya digunakan untuk studi awal fortifikasi zat tertentu pada

bahan makanan yang potensial sebagai wahana (vehicle).Contoh

vehicle adalah minyak goreng untuk vitamin A.

3) Metode Jumlah Makanan (Food Account)

Metode yang difokuskan untuk mengetahui jumlah makanan

dan minuman yang di konsumsi dalam skala rumah tangga.

Metode ini untuk mengidentifikasi jumlah makanan dalam rumah

tangga bukan menurut apa yang sering dikonsumsi diluar rumah.


Metode ini tidak cocok dilakukan dirumah sakit atau puskesmas

rawat inap, karena tujuan dan mekanismenya berbeda.

4) Neraca Bahan Makanan (Food Balance Sheet)

Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah metode penilaian

konsumsi makanan pada kelompok yang lebih luas.Metode ini

fokus pada penilaian ketersediaan pangan ditingkat wilayah

dibandingkan dengan banyaknya penduduk sebagai

konsumen.Metode ini umumnya digunakan oleh ahli gizi yang

fokus pekerjaannya dilevel mamajemen pelayanan gizi

masyarakat.Metode ini memiliki keunggulan dibanding metode

lainnya karena dapat memotret kondisi ketersediaan pangan dalam

skala makro.Kondisi ketersediaan pangan makro bermanfaat untuk

deteksi dini munculnya kasus kelaparan yang dapat berakibat

malnutrisi.

4. Faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makan

Bonawati (2016) mengatakan bahwa pola pemberian makan

membentuk gambaran kebiasaam makan seseorang, secara umum pola

pemberian makan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berpengaruh dalam peningkatan peluang untuk

daya beli pangan baik kuantitas maupun kualitas.Pendapatan yang

tinggi dapat meningkatkan daya beli pangan, hal ini mempengaruhi


pola makan masyarakat, sehingga pemilihan suatu bahan pangan lebih

didasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan melihat dari

aspek gizi dan memiliki kecenderungan untuk memilih mengkonsumsi

makanan impor (Sulistyoningsih, 2012).

b. Faktor Sosial Budaya

Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat

dipengaruhi oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat

daerah yang menjadi kebiasaan atau adat.Kebudayaan masyarakat

memiliki pola makan dengan caranya sendiri. Budaya mempunyai

bentuk macam pola makan seperti makanan yang bisa dimakan,

bagaimana cara pengolahannya, persiapan dan penyajian makanan

(Nova dkk, 2018).

c. Faktor Agama

Pola pemberian makan dalam agama yaitu suatu cara makan

dengan diawali berdoa sebelum dan sesudah makan dengan diawali

makan menggunakan tangan kanan. Pantangan yang didasari agama

khususnya Islam disebut dengan haram dan individu yang melanggar

hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi

pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi (Depkes RI, 2014).

d. Faktor Pendidikan

Pola pemberian makan dalam pendidikan pengetahuan yang

dipelajari berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan


penentuan kebutuhan gizi.Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan

dengan pengetahuan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan

makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang (Sulistyoningsih,

2012).

e. Faktor Lingkungan

Lingkungan dalam pemberian pola makan berpengaruh

terhadap pembentukan perilaku makan yang bisa berupa lingkungan

keluarga, promosi media elektronik dan media cetak (Sulistyoningsih,

2012).

5. Faktor Kebiasaan Pola Pemberian Makan

Kebiasaan pola pemberian makan ialah kebiasaan individu, keluarga

maupun masyarakat yang mempunyai cara makan dalam bentuk jenis

makan, jumlah makan dan frekuensi makan yang meliputi karbohidrat,

lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah yang dikonsumsi setiap hari

(PGS, 2018). Kebiasaan sarapan pagi salah satu dasar dalam Pedoman

Umum Gizi Seimbang (PUGS). Kebiasaan sarapan pagi adalah cara

makan seorang individu atau kelompok masyarakat yang baik karena

sarapan pagi menambah energi yang cukup untuk beraktivitas agar

meningkatkan produktivitas (Depkes RI, 2014).


C. Konsep Dasar Obesitas Pada Anak

1. Definisi Obesitas

Obesitas pada anak-anak dan remaja telah menjadi masalah medis

yang serius di banyak negara terutama di negara-negara maju. Sebagai

contoh di Amerika, sekitar 15% dari remaja berusia (12-19 tahun) dan

anak-anak (usia 6-11 tahun) adalah obesitas (menurut American Obesity

Association). Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat. Obesitas pada

anak-anak tak terkecuali menjadi salah satu tantangan kesehatan di Negara

kita (Nurmalina, 2011).

Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan kandungan lemak di jaringan

adiposa; batas untuk obesitas umumnya adalah kelebihan berat 14 badan

lebih dari 20% berat standar normal. Obesitas terjadi jika dalam suatu

periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan dari

pada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energy tubuh, dengan

kelebihan energy tersebut di simpan sebagai trigliserida di jaringan lemak.

Pada awal pembentukan obesitas, sel-sel lemak yang sudah membesar.

Seorang dewasa rata-rata memiliki sekitar 40 milyar sampai 50 milyar

adiposity. Setiap sel lemak dapat menyimpan maksimal sekitar 1,2 ug

trigliserida. Jika sel-sel lemak yang sudah ada terisi penuh, maka jika yang

bersangkutan terus mengonsumsi lebih banyak kalori dari pada yang

dikeluarkan, maka akan terbentuk lebih banyak adiposity, berbeda dari

anggapan sebelumnya (Sherwood & Lauralee, 2012).


2. Etiologi Obesitas

Obesitas menyebabkan multifaktorial, dan berbagai penemuan terbaru

yang berkaitan dengan penyebab obesitas menyebabkan pathogenesis

obesitas terus berkembang. Terjadinya obsitas secara umum berkaitan

dengan keseimbangan energy di dalam tubuh. Keseimbangan energy di

tentukan oleh asupan energy yang berasal dari zat gizi penghasil energy

yaitu karbohidrat, lemak dan protein serta kebutuhan energy yang

ditentukan oleh kebutuhan energy basal, aktivitas fisik dan thermic effect

of food (TEF) yaitu energy yang diperlukan untuk mengolah zat gizi

menjadi energy (Nugraha, 2019).

Keseimbangan energi di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor

baik yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan

metabolisme ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup

(lingkungan) yang akan mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas

fisik (Sherwood & Lauralee, 2012). Regulasi fisiologis dan metabolisme

di pengaruhi oleh genetic dan juga oleh lingkungan dimana diantara

dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

a. Faktor Genetik

Obesitas pada anak-anak cenderung diwarisi dari keluarga.

Seorang anak dengan orang tua atau saudara yang gemuk, ia pun

cenderung menjadi gemuk. (Nurmalina, 2011).


Banyak gen yang berkaitan dengan terjadinya obesitas, namun

sangat jarang yang berkaitan gen tunggal. Sebagian besar berkaitan

dengan kelainan pada banyak gen. Setiap peptida/ neurotransmitter

yang merupakan sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi otak

memiliki gen tersendiri yang mengkodenya. Setiap mutasi pada

gengen tersebut akan menyebabkan kelainan pada produksi

neuropeptida/respon neurotransmitter yang mempengaruhi otak,

sehingga juga akan mempengaruhi respon otak baik akan

meningkatkan asupan makanan maupun menghambat asupan

makanan. Setiap neuropeptida tersebut memiliki reseptor di otak, dan

setiap reseptor memiliki gen tersendiri pula. Setiap mutasi pada gen

tersebut akan menyebabkan kelainan reseptor yang akan

mempengaruhi pula reseptor otak terhadap asupan makanan (Nugraha,

2019).

b. Perilaku dan lingkungan

Faktor perilaku dan lingkungan meliputi makanan dan aktivitas

fisik serta faktor-faktor lain seperti obat, racun dan virus (Nugraha,

2019). Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap

pembentukan perilaku makan. Kebiasaan makan pada keluarga sangat

berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang, kesukaan

seseorang terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang

terdapat dalam keluarga (Ernawati, 2014) . Pola makan anak sangat


berperan penting dalam proses pertumbuhan pada anak, karena dalam

makanan banyak mengandung gizi. Gizi merupakan bagian penting

dalam pertumbuhan. Gizi tersebut memiliki keterkaitan yang sangat

erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila pola

makan tidak tercapai dengan baik pada anak maka pertumbuhan anak

akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan terjadi gizi buruk pada

balita (Purwarni, 2013).

c. Pembentukan sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat makan

berlebihan

Salah satu masalah dalam melawan obesitas adalah bahwa

sekali terbentuk maka sel lemak tidak lenyap dengan pembatasan

makan dan penurunan berat. Bahkan ketika dengan yang berdiet telah

kehilanagn banyak dari lemak trigliserida yang tersimpan di sel-sel ini,

sel-sel tersebut tetap ada dan siap diisi kembali. Karena itu,

penambahan berat secara rebound setelah penurunan berat sulit di

hindari dan dapat mrmatahkan semangat yang bersangkutan untuk

berdiet (Sherwood & Lauralee, 2012).

Kebiasaan makan anak-anak kini telah bergeser jauh, dari

makanan yang sehat (seprti buah-buahan, sayuran, gandum, dan

padipadian) menjadi kebergantungan terhadap makanan-makanan

berisiko seperti makanan cepat saji, makanan ringan olahan, minuman

manis. Makanan–makanan ini cenderung tinggi lemak dan kalori. Pola


lainnya yang terkait erat dengan obesitas adalah kebiasaan makan

ketika anak tidak lapar dan makan sambil menonton TV atau bermain

game, atau melakukan pekerjaan rumah (Nurmalina, 2011).

d. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan kebutuhan energy, sehingga apabila aktivitas fisik

rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton

televisi (inaktivitas) berhubungan dengan peningkatan prevalnesi

obesitas. Sedangkan aktivitas fisik yang sedang hingga tinggi akan

mengurangi kemungkinan terjadinya obesitas (Nugraha, 2019).

e. Kondisi medis dan obat-obatan

Kondisi medis tertentu pada seorang remaja dapat

menyebabkan kegemukan, walaupun sangat jarang. Ini termasuk

hormon, ketidakseimbangan kimia lainnya, dan kelainan bawaan dari

metabolisme. Beberapa jenis obat dapat pula menyebabkan kenaikan

berat badan dengan mengubah cara tubuh menyimpan lemak atau

memproses makanan (Nurmalina, 2011).


3. Dampak Obesitas

Nurmalina (2011) menyatakan dampak obesitas yang akan

mempengaruhi kesehatan anak diantaranya :

a. Asma

b. Diabetes mellitus tipe 2

c. Tekanan darah tinggi

d. Kolesterol tinggi

e. Gagal jantung

f. Masalah hati

g. Masalah tulang dan sendi di bagian bawah tubuh Anak-anak obesitas

juga lebih mungkin untuk memiliki masalahmasalah kesehtan lainnya

yang berhubungan dengan obesitas di masa dewasa:

h. Penyakit jantung

i. Stroke

j. Beberapa jenis kanker

k. Osteoarthritis

l. Penyakit kandung empedu.

4. Tata laksana obesitas pada anak

Tujuan utama tata laksana obesitas pada anak dan remaja menurut

(Budiwiarti, 2012) adalah menyadarkan tentang pola makan yang

berlebihan dan aktivitas yang kurang serta memberikan motivasi untuk 19

memodifikasi perilaku anak dan orang tua.


a. Pengaturan makan

Bonowati (2014) mengatakan bahwa pengaturan makan dari bayi

hingga usia sekolah adalah sebagai berikut:

1) Pada bayi.

a) Sebaiknya diberikan ASI eksklusif, bila menggunakan susu

formula perhatikan takaran dan volume pemberian susu.

b) Makanan padat tidak boleh diberikan kurang dari 4 bulan; bayi

mulai diperkenalkan minum dengan cangkir umur 7 -8 bulan,

botol mulai dihilangkan umur 1 tahun.

c) Pemberian sayur dan buah jangan sampai terputus.

2) Anak usia pra sekolah (1 - 3 th).

a) Hindari makan gorengan (krupuk, keripik, dll) dan

penambahan lemak untuk memasak. (mi sal : santan, minyak,

margarin)

b) Pilih daging yang tidak berlemak.

c) Lebih baik gunakan margarine, keju yang rendah lemak

d) Hindari penambahan gula pada makanan dan minuman,

pemanis buatan (mis : aspartame) bisa digunakan bila perlu.

e) Hindari coklat, permen, cake, biskuit, kue kue dan makanan

lain sejenis.

f) Berikan sayuran setiap makan dan buah untuk makanan

selingan.
g) Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak.

Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan pengurangan

kalori dari kebutuhannya, bayi/anak akan mengalami penurunan

BB secara spontan sesuai dengan pertumbuhannnya. Pengurangan

kalori dibawah kebutuhan jika tidak dirancang dengan baik dapat

menimbulkan defisiensi zat gizi yang mungkin dapat menghambat

tumbuh kembang anak yang masih pesat terutama tumbuh

kembang otak (Mila, 2019).

3) Anak usia sekolah (6 - 12 th). Hal hal yang dianjurkan sama

dengan anak usia pra sekolah. Energi diberikan sesuai kebutuhan.

Dalam keadaan yang terpaksa, misal pernafasan terganggu, susah

bergerak diberikan pengurangan kalori dengan pengawasan yang

ketat.

4) Anak usia remaja. Target penurunan berat badan dapat

direncanakan setiap kunjungan, biasanya 1 - 2 kg/ bulan.

Penurunan asupan kalori diberikan bertahap sekitar 300 - 500

Kalori dari asupan makanan sehari-hari. Penurunan berat badan

tidak perlu menghilangkan seluruh kelebihan berat abdan karena

pertumbuhan linier masih berlangsung, penurunan berat badan

cukup sampai berat badan berada 20 % diatas berat badan ideal.

b. Modifikasi perilaku (Mila, 2019)


1) Monitor diri sendiri, anak dilatih untuk memonitor asupan makan

dan aktivitas fisik, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran

anak dan keluarga terhadap gizi dan kegiatan fisik

2) Stimulus kontrol, bermacam macam kejadian yang memicu

keinginan makan atau makan berlebihan, contoh : makan sambil

menonton TV, Makanan dihidangkan di meja. Strategi: TV tidak

dipasang di kamar makan, makanan disimpan di lemari untuk

meminimalkan penglihatan terhadap makanan.

3) Perubahan perilaku, contoh: kebiasaan makan cepat dirubah

perlahan lahan, mengontrol besar porsi sehingga merasa puas

dengan besar porsi sedang dan meminimalkan snack.

4) Memberikan imbalan apabila anak berhasil menurunkan berat

badan.

5) Tehnik perilaku kognitif, yaitu mengembangkan teknik pemecahan

masalah, seperti merencanakan untuk situasi dengan resiko tinggi,

misal pada waktu liburan, atau pesta/ pertemuan untuk

menekankan agar tidak makan berlebihan.

c. Aktifitas fisik dan olah raga (Ayu, Ulilalbab, & Anggraeni, 2017)

1) Frekuensi olah raga 3-5 kali per minggu.

2) Lama olah raga, pemanasan 60 menit.

3) Jenis olah raga : jalan, berenang.

4) Sesuai dengan hobi anak, tennis, menari, basket, dll.


5) Menambah kegiatan/aktivitas fisik, misal berangkat sekolah jalan

kaki, lebih baik naik tanga dari pada menggunakan lift.

6) Mengurangi aktivitas yang pasif, misal menonton TV, bermain

video game, membaca buku, dll. (maksimal 2 jam sehari).

5. Pencegahan Obesitas

Presentase remaja mengalami obesitas meningkat setiap tahunnya.

Kebiasaan makan yang tidak sehat, kurangnya olahraga, dan gaya hidup

yang kurang baik sering menyebabkan remaja menderita obesitas (Ayu,

Ulilalbab, & Anggraeni, 2017). Nurmalina (2011) menyatakan ada

beberapa cara untuk mencegah terjadinya obesitas, yaitu :

a. Orang tua menjadi teladan yang baik. Orang tua memberikan contoh

mengkonsumsi makanan sehat dan selalu aktif secara fisik

memungkinkan anak untuk melakukan hal yang sama, tanpa harus

memerintah remaja.

b. Membiasakan remaja untuk makan sekitar 5 porsi buah dan sayuran

setiap hari. Satu porsi sayur adalah satu mangkuk sayuran mentah atau

setengah mangkuk sayuran matang atau segelas jus sayuran.

c. Menghindari untuk memberikan makanan yang padat energi atau

mengandung tinggi kalori dalam bagian kecil makanan. Contohnya

sebuah cheeseburger besar dengan kentang goreng mungkin memiliki

hampir 1.000 kalori dan 30 gram lemak. Membiasakan pada remaja


untuk banyak minum air putih, bukan minuman bersoda ataupun yang

mengandung gula.

d. Memilih bahan makanan seperti gandum, beras dan roti gandum. Dari

pada makanan yang diproses dengan tepung putih halus, gula, dan

lemak jenuh.

e. Menganjurkan remaja untuk berolahraga sedang setidaknya 30 menit

setiap hari, atau paling tidak dua kali dalam seminggu. Contoh

olahraga intensitas sedang ialah jogging atau bersepeda santai.

f. Memeriksa indeks massa tubuh (IMT) remaja untuk memastikan berat

tubuh remaja normal atau obesitas.

g. Makan teratur juga sangat penting. Membuat jadwal makan yang baik

dan menepatinya akan membantu mencegah obesitas pada usia dini.

h. Memastikan remaja sarapan pagi setiap hari pukul 06.30 sampai 08.00

(disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di pagi hari). Sarapan

baik untuk menjaga kesehatan, terutama mencegah anak makan terlalu

pagi atau sangat kelaparan sampai tiba waktunya makan siang.

i. Kue atau snack di antara makan sore dapat menjaga remaja dari makan

terlalu banyak di malam hari. Namun selalu perhatikan kalori makanan

tersebut ( 100-150 Kkal ).

j. Membatasi waktu menonton TV, bermain video game, dan bermain

komputer.
6. BMI untuk Anak-Anak dan Remaja

Pengukuran yang paling sering digunakan dan paling sederhana

adalah BB dan TB. Pengukuran BB dan TB yang akurat merupakan 24

langkah awal dalam pemeriksaan klinis, karena kedua pengukuran

tersebut dibutuhkan untuk menghitung IMT. Indeks massa tubuh (kg/m2 )

didapatkan dengan cara membagi BB dalam kg dengan TB dalam meter di

kuadratkan (Soegih & Wiramihardja, 2019).

Index Massa Tubuh (IMT) (Berat Badan) (kg) (Tinggi badan) (m)2

Kegemukan pada anak-anak dan remaja didefinisikan secara berbeda dari

orang dewasa. Ada pertimbangan lain yang digunakan pada orang di

bawah usia 20 tahun. Hal ini mengingat masih terus tumbuh, begitu pun

anak-anak laki-laki dan anak perempuan mengalami pertumbuhan dengan

tingkatan yang berbeda (Nurmalina, 2011). Untuk menentukan status gizi

anak balita (usia 0-60 bulan), nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan

nilai IMT standar WHO 2005 (WHO, 2006) sedangkan pada anak dan

remaja usia 5-19 tahun nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan

referensi WHO/NCHS 2007 (WHO, 2007).


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian menunjukkan hubungan-hubungan

terhadap konsep-konsep yang akan diukur dan diamati melalui penelitian yang

akan dilakukan. Penjelasan kerangka konsep berbentuk diagram menunjukan

hubungan antara variabel yang akan diteliti. Penyusunan kerangka konsep

yang baik akan memberikan informasi jelas pada peneliti serta dapat

memberikan gambaran pemilihan desain penelitian yang akan digunakan.

Kerangka konsep menjelaskan secara konseptual hubungan antara variabel

penelitian, masing-masing teori serta menejelaskan hubungan dua atau lebih

variabel seperti variabel bebas dan variabel terikat (Masturoh & Anggita,

2018). Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen


Pola Kejadian Obesitas
Pemberian Pada Anak Sekolah
Makan
Keterangan: Dasar

: Variabel Penelitian

: Garis Hubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


B. Hipotesis

Hipotesis adalah pertanyaan sementara yang akan diuji kebenarannya.

Hipotesis ini merupakan jawabaan sementara berdasarkan pada teori yang

belum dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktikan dilakukan dengan

pengujian hipotesis melalui uji stastistik (Sugiyono, 2015). Hipotesis dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara pola pemberian makan dengan

kejadian obesitas pada anak sekolah dasar di SDN 14 Poso.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam

penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang

bisa mempengaruhi akurasi hasil. Istilah desain penelitian digunakan dalam

dua hal; pertama, desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data

(Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah analitik

observasional yang mengkaji hubungan antara variabel. Sampel perlu

mewakili seluruh rentang nilai yang ada. Penelitian observasional analitik

adalah penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subyek

penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi

(Nursalam, 2013). Rancangan penelitian yang digunakan analitik dengan

metode pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan

waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya

satu kali pada satu saat (Yusuf & Khasanah, 2019).

B. Populasi, Sampel Sampling dan Kriteria Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditentukan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh


siswa SD Negeri 14 Poso yang berjumlah sebanyak 74 siswa tahun

akademik 2022/ 2023.

2. Sampel

Sampel adalah bagian atau jumlah dari karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti akan

mengambil sampel dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus benar-benar representative (Sugiono,2015). Adapun

besarnya sampel yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan rumus

slovin menurut (Notoadmojo, 2015).

𝑁
=
1 + 𝑁 (𝑑)²

Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah Populasi
d : presisi yang ditetapkan 5% (0,05)
Maka dengan rumusan tersebut, jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
𝑁
n=
1 + 𝑁 (𝑑)²
74
n=
1 + 74 (0.05)²
74
n=
1 + 0.185
74
n=
1.185
n = 62,444
n = 62 orang.

Dari perhitungan menggunakan rumus slovin sampel yang

didapatkan n= 62 orang maka peneliti membagi sampel dari beberapa

kelas siswa.

3. Sampling Penelitian

Sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam


penelitian dari populasi yang ada (Sholihah, 2020). Agar terpilih sampel
setiap kelas secara proposional, maka peneliti menggunakan Stratified
Propotional Random Sampling dengan rumus sebagai berikut:
n = Populasi kelas / Jumlah populasi kelas secara keseluruhan x
Jumlah Sampel yang ditentukan

Diketahui :

Jumlah sampel secara keseluruhan : 62 orang

1. Kelas I : 11/ 74 x 62 = 10 orang

2. Kelas II : 16/ 74 x 62 = 14 orang

3. Kelas III : 10/74 x 62 = 8 orang

4. Kelas IV : 10/ 74 x 62 = 8 orang

5. Kelas V : 10/ 74 x 62 = 8 orang

6. Kelas VI : 17/ 74 x 62 = 14 orang


4. Kriteria Sampel Penelitian

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Kurniawan & Agustin, 2021). Kriteria tersebut adalah:

1) Orang tua siswa sekolah dasar SDN 14 Poso

2) Orang tua siswa yang bersedia menjadi responden atau sampel.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian (Kurniawan & Agustin, 2021). Adapun kriteria

eksklusi adalah sebagai berikut:

1) Orang tua siswa yang tidak ada pada saat pengambilan data

2) Orang tua siswa yang mengundurkan diri untuk menjadi responden

C. Variabel Penelitian

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen (bebas) adalah stimulus aktivitas yang

dimanipulasi oleh penelitian untuk menciptakan suatu dampak (Nursalam,

2013). Variabel independent pada penelitian ini adalah pola pemberian

makan.
2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas (Unaradjan, 2019). Variabel dependen dalam kejadian obesitas pada

anak sekolah dasar.

D. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat/ Cara Ukur,
Hasil Ukur, dan Skala
Defenisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Pola pemberian Kebutuhan dalam memilih Kuesioner 1. Tepat : Jika nilai median ≥ 36 – 72 Ordinal
makan bahan makanan dan status gizi 2. Tidak Tepat : Jika nilai median ≤ 35
yang memberikan gambaran
mengenai jumlah makanan yang
dimakan setiap hari oleh anak.
2. Kejadian Obesitas Kelebihan berat badan Lembar Observasi 1. Gizi Buruk : < -3 SD Ordinal
yang di ukur dengan 2. Gizi Kurang : - 3 SD sd <-2 SD
menggunakan standar 3. Gizi Baik (normal) : -2 SD sd + 1 SD
antropometri IMT. 4. Gizi Lebih (Overweight) : + 1 SD sd + 2 SD
5. Obesitas : > + 2 SD

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 14 Poso Poso Kecamatan Poso Kota

Utara yang dilaksanakan pada tanggal 10- 17 Oktober 2022.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis

dan dimudahkan dalam mengumpulkan data. Peneliti menggunakan kuesioner

lembar observasi sebagai alat pengumpul data, lembar observasi berisi

pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dan responden hanya


memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda- tanda tertentu

(Notoatmodjo, 2015). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Instrumen A

Instrumen A adalah kuesioner ini berisi data demografi responden.

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden yang

meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat

pendapatan, usia anak dan jenis kelamin anak.

2. Instrumen B

Kuesioner pola pemberian makan yang digunakan adalah

kuesioner dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Alat ukur

pola pemberian makan terdiri dari 3 sub skala yaitu pemyusunan menu,

pengolahan, penyajian dan cara pemberian makan untuk anak dengan 24

item pernyataan dengan pembagian untuk komponen penyusunan menu

nomor 1 - 5, pengolahan nomor 6-10 dan penyajian nomor 11-15 dan

cara pemberian makan nomor 16-24. Kuesioner ini terdiri dari 4 alternatif

pilihan jawaban yaitu Selalu (3), Sering (2), Kadang-kadang (1) dan

Tidak Pernah (0).

Penilaian masing-masing dilakukan dengan memberi nilai pada

masing-masing kategori jawaban. Hasil penilaian didapatkan dengan cara

mengalikan nilai dengan bobot (yang telah ditetapkan) per masing-masing

sub skala (Nilai x Bobot). Nilai sudah dikategorikan dari masing-masing

pertanyaan dan sudah terlampir dalam lembar kuesioner, bobot adalah


patokan dari masing-masing kriteria dan sudah terlampir dalam lembar

kuesioner.

Kuesioner ini merupakan hasil dari adaptasi kuesioner milik

Ernawati pada tahun 2018. Uji validitas yang dilakukan menggunakan uji

pearson product moment dari 24 item pertanyaan, yang dinyatakan valid.

Sedangkan hasil uji reabilitas kuesioner pemberian pola makan yang

diperoleh dengan analisa rumus alpha cronbach yaitu sebesar 0.920 Dari

hasi uji reabllitas kuesioner dinyatakan reliabel karena nilai alfa cronbach

> 0,80, sehingga kuesioner ini memiliki reabilitas yang tinggi.

3. Instrumen C

Instrumen C yang digunakan adalah lembar observasi kejadian

obesitas, disini peneliti akan mengukur tinggi badan dan berat badan siswa

setelah itu peneliti akan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) siswa

berdasarkan acuan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak. Pengukuran

IMT akan dilakukan pada siswa siswa sekolah dasar yang telah terpilih

untuk menjadi sampel penelitian atau responden. Kemudian peneliti

mengelompokkan menjadi empat tingkatan yaitu :

1. Gizi Buruk : <- 3 SD

2. Gizi Kurang : - 3 SD sd < 2 SD

3. Gizi Baik : - 2 SD sd + 1 SD

4. Gizi Lebih : + 1 SD sd +2 SD
5. Obesitas : > + 2 SD

Pengelompokkan ini didasari dari tinjauan Peraturan kemenkes RI

Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak Usia 5- 18

tahun.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian maka ada dua

sumber data dalam pengumpulan data:

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang di kumpulkan melalui wawancara tidak

langsung dengan menggunakan kuesioner yang berisi tentang hubungan

pola makan dan kejadian obesitas yang sesuai tinjauan teori. Penggunaan

kuesioner merupakan salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi dan juga mengungkapkan hal-hal

yang diketahui responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data siswa SDN 14 Poso, Kecamatan

Poso Kota Utara serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

H. Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diteliti kelengkapannya, jika ada data yang

kurang lengkap data akan segera dilengkapi. Kemudian


mengklasifikasikan jawaban dengan cara memberikan simbol–simbol atau

kode angka. Langkah- langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Editing

Penyuntingan data dimulai di lapangan dan setelah data

terkumpul, kuesioner diperiksa dan apabila terdapat kuesioner yang

tidak lengkap jawabnnya, maka kusioner tersebut dilengkapi kembali.

b. Coding

Apabilah semua data terkumpul dan selesai edit, kemudian

peneliti melakukan coding atau pemberian kode pada data, untuk

memudahkan entry dan menganalisis data.

c. Entry Data

Peneliti memasukan data dari kuesioner ke komputer

selanjutnya di input ke dalam lembar kerja SPSS.

d. Cleaning data

Cleaning data dilakukan pada semua lembar kerja untuk

membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses input

data.

2. Analisa Data

Menurut Notoadmojo (2015) metode analisis data yang dilakukan

dalam penelitian sebagai berikut:

a. Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga


menghasilakan distribusi dan presentase setiap variabel penelitian.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis

kelamin, kelas, tinggi badan, berat badan, IMT, pola pemberian makan

dan pengukuran obesitas yang disajikan dalam bentuk presentase.

b. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis hubungan antara

setiap variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen.

Analisis bivariat akan dilakukan dengan menggunakan uji chi- square

digunakan untuk mengetahui hubungan antara pola pemberian makan

dengan kejadian obesitas dengan tingkat kepercayaan 95 % .

I. Etika Penelitian

Menurut Notoadmojo (2015) etika penelitian merupakan bagian dari

prosedur penelitian, dimana kedua belah pihak memiliki hak dan

kewajibannya sesuai dengan prinsip etika dan moral. Diantaranya sebagai

berikut:

1. Infromed Consent

Pada penelitian ini, peneliti memberikan informed consent (lembar

persetujuan) kepada responden yang berisi tentang informasi yang lengkap

tentang tujuan penelitian dan prosedur penelitian. Responden yang

bersedia menjadi subyek penelitian, diminta untuk mendatangani informed

consent (formulir persetujuan). Namun responden yang menolak, tidak

dilakukan paksaan ataupun ancaman apapun.


2. Confidentiality

Pernyataan bahwa informasi apapun yang berkaitan dengan responden

tidak dilaporkan dengan cara apapun dan tidak dapat di askes oleh orang

lain selain peneliti. Pada penelitian ini, kerahasian responden dijaga

dengan tidak menunjukkan data hasil penelitian kepada orang lain.

Kerahasiaan informasi atau data yang diperoleh dari responden akan

dijamin oleh peneliti dan hanya akan digunakan pada penelitian ini saja

serta akan dirumuskan setelah proses pelaporan penelitian diterima

sebagai hasil penelitian yang sah.

3. Anonymity

Anonymity yaitu suatu jaminan kerahasian identitas dari responden.

Identitas responden dirahasiakan dan diberi kode tertentu seperti kode

angka sehingga bukan nama asli responden, peneliti hanya mencantumkan

kode yang akan dilampirkan dalam hasil penelitian. Kesesuaian nama

responden dan kode tersebut hanya diketahui oleh peneliti.

4. Beneficience

Prinsip beneficence menekankan pada manfaat dan kebaikan yang

akan diterima oleh responden. Manfaat penelitian ini bagi responden

antara lain sebagai pengetahuan untuk siswa dalam menurunkan angka

obesitas pada anak sekolah dasar.


5. Justice

Prinsip justice diwujudkan dengan memperlakukan setiap orang

dengan moral yang benar dan pantas memberikan setiap orang haknya,

serta menekankan pada distribusi seimbang dan adil antara beban dan

manfaat keikutsertaan. Penerapan prinsip ini dilakukan oleh peneliti

dengan cara memberikan perlakuan yang adil mencakup seleksi subyek

yang adil dan tidak deskriminatif, perlakuan yang tidak menghukum bagi

mereka yang menolak atau mengundurkan diri dari keikutsertaan dalam

penelitian, subyek dapat mengakses penelitian setiap saat untuk

mengklarifikasi informasi, subyek berhak mendapatkan penjelasan jika

diperlukan.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik

berdasarkan umur orang tua, jenis kelamin orang tua, pendidikan,

pekerjaan, tingkat pendapatan, umur anak dan jenis kelamin anak sekolah

dasar di SDN 14 Poso.

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan umur orang tua, jenis kelamin orang
tua,pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, umur anak dan jenis
kelamin anak sekolah dasar di SDN 14 Poso (n = 62)
Variabel Frekuensi Presentase (%)
Umur Responden: Masa Dewasa Awal 48 77.4
Masa Dewasa Akhir 14 22.6
Total 62 100
Jenis Kelamin : Laki – Laki 7 11.3
Perempuan 55 88.7
Total 62 100
Tingkat Pendidikan : SMP 13 21.0
SMA 31 50.0
S1 18 29.0
Total 62 100
Pekerjaan: IRT 24 38.7
Petani 2 3.2
PNS 7 11.3
Wiraswasta 12 19.4
Honorer 17 27.4
Total 62 100
Tingkat Pendapatan: < UMK Rp. 2. 300.000 40 64.5
≥ UMK Rp. 2.300.000 22 35.5
Total 62 100
Umur Anak : 7 Tahun 11 17.7
8 Tahun 9 14.5
9 Tahun 12 19.4
10 Tahun 7 11.3
11 Tahun 9 14.5
S 12 Tahun 14 22.6
Total 62 100

Jenis Kelamin Anak : Laki – Laki 28 45.2


Perempuan 34 54.8
Total 62 100

Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 5.1 menggambarkan data demografi dengan jumlah

responden sebanyak 62 orang tua dan anak sekolah dasar . Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kategori usia responden sebagian besar

adalah dewasa Awal (26-35Tahun) sebanyak 48 responden (77.4%). Jenis

kelamin sebagian besar didominasi oleh perempuan sebanyak 55

responden (88.7%). Tingkat pendidikan responden sebagian besar SMA

sebanyak 31 responden (50.0%). Pekerjaan responden sebagian besar

adalah IRT sebanyak 24 responden (38.7 %). Tingkat pendapatan

responden sebagian besar < UMK Rp. 2. 300.000 sebanyak 40 responden

(64.5%). Umur anak sebagian besar berusia 12 tahun sebanyak 14

responden (22.6%) . Jenis kelamin anak di sebagian besar perempuan

sebanyak 34 responden (54.8%).


2. Analisa Univariat

a. Pola Pemberian Makan

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pemberian Makan Pada Anak
Sekolah Dasar di SDN 14 Poso (n = 62)
Pola Pemberian Makan F (%)
Tepat 20 (32.3)
Tidak tepat 42 (67.7)
Total 62 (100)
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 5.2 dari 62 responden menunjukkan sebagian

besar pola pemberian makan pada anak sekolah dasar tidak tepat

sebanyak 42 responden (67.7%) dan sebagian kecil tepat sebanyak 20

responden (32.3%).

b. Kejadian Obesitas
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Obesitas Pada Anak
Sekolah Dasar
di SDN 14 Poso (n = 62)
Kejadian Obesitas F (%)
Gizi Kurang 13 (21.0)
Gizi Baik 30 (53.2)
Gizi Lebih (Overweight) 8 ( 12.9)
Obesitas 8 ( 12.9)
Total 62 (100)
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 5.3 dari 62 responden menunjukkan sebagian

besar anak sekolah dasar memiliki gizi baik sebanyak 33 responden

(53.2%) dan sebagian kecil mengalami gizi lebih (Overweight) dan

obesitas sebanyak 8 responden (12.9%).


c. Analisa Bivariat
Tabel 5.4
Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak
Sekolah Dasar di SDN 14 Poso (n= 62)
Kejadian Obesitas
Pola Pemberian Makan Gizi Kurang Gizi Baik Gizi lebih dan Obesitas Total P-value
F % F % F % F %

Tepat 3 4.8 12 19.4 5 8.1 20 32.3 0.683


Tidak Tepat 10 16.1 21 33.9 11 17.7 42 67.7
Total 13 21.0 33 53.2 16 22.8 62 100
Sumber : Data Primer 2022

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan hasil pola pemberian

makan yang tepat terhadap kejadian obesitas dengan kategori gizi

kurang sebanyak 3 responden (4,8%), kategori gizi baik sebanyak 12

responden (19.4 %) dan kategori gizi lebih dan obesitas sebanyak 5

responden (8.1%) . Kemudian pola pemberian makan tidak tepat

terhadap kejadian obesitas dengan kategori kategori gizi kurang

sebanyak 10 responden (16.1%), kategori gizi baik sebanyak 21

responden (33.9%) dan kategori gizi lebih dan obesitas sebanyak 11

responden (17.7%) .

Hasil uji statistik yang menggunakan uji chi-square, didapatkan hasil

nilai P = 0,683 seperti yang telah dijelaskan bahwa dikatakan ada

hubungan jika nilai P < 0,005 dengan tingkat kepercayaan 95% sehingga

dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) ditolak artinya tidak

terdapat hubungan yang signifikan pola pemberian makan dengan

kejadian obesitas pada anak Sekolah Dasar di SDN 14 Poso.


B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Berdasarkan kategori umur dari 62 responden, didapatkan

umur orang tua dengan kategori terbanyak 26-35 tahun sebanyak 48

responden (77.4%). Berdasarkan kategori umur menurut Depkes RI

(2009) usia responden berada pada kategori usia dewasa muda. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Noviyanti,

Rachmawati dan Sutejo (2022) mengatakan bahwa mayoritas

responden berada pada usia 26- 35 tahun. Kategori dewasa muda

cenderung memiliki tingkat kematangan berpikir yang baik dan lebih

bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya sesuai dengan

tahap tumbuh kembangnya (Muhlisin, 2012). Selain itu menurut

Notoadmojo (2012) umur orang tua dengan rentang 26-35 adalah

umur yang ideal dan mempunyai pemikiran yang matang dalam

memberikan gambaran perilaku atau sikap yang baik terhadap

anaknya. Usia dewasa muda merupakan usia dengan kesiapan

menjadi orang tua. Pada usia tersebut merupakan usia yang baik

dalam menjalankan peran pengasuhan kepada anak terutama dalam

hal pemberian makan kepada anak. Apabilah usia orang tua terlalu

muda atau terlalu tua tidak dapat menjalankan peran dalam

mengasuh anak secara optimal (Angela, 2015).


b. Jenis Kelamin

Responden dalam dalam penelitian ini didominasi oleh

perempuan sebanyak 55 responden (88.7%). Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahayu pada tahun 2020 menyatakan

bahwa mayoritas responden juga didominasi oleh perempuan. Hal

ini menunjukan bahwa peran ibu sanagt berpengaruh dalam

pemberian makan pada anak karena ibu adalah orang tua yang selalu

ada waktu atau selalu mendampingi ketika anak makan. Ibu adalah

salah satu dari kedudukan sosial yang mempunyai banyak peran,

peran sebagai seorang istri dari suaminya, sebagai ibu dari

anakanaknya, dan sebagai seorang yang melahirkan menyusui dan

merawat anakanaknya. Ibu sebagai orang yang sangat penting dalam

rumah tangga.Ibu yang merawat anak-anaknya, menyediakan

makanan untuk anggota keluarganya dan terkadang bekerja untuk

menambah pendapatan keluarga (Sambo et al., 2020)

Peran ibu dalam pemenuhan gizi anak dikelompokan menjadi

3 yaitu : membentuk pola makan anak, menciptakan situasi yang

menyenangkan dan menyajikan makanan yang menarik. Ibu sebagai

pengasuh mempunyai peran yang penting dalam hal yang berkaitan

dengan makanan, mulai dari penyusunan menu makanan, pembelian,

pemberian makanan pada anak, pola makan anak dan frekuensi


makan anak yang dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang

anak (Marmi, 2014).

Menurut asumsi peneliti ibu mempunyai peran yang cukup

besar di dalam pola pemberian makan pada anak. Peran ibu adalah

seorang yang mempunyai peran mendidik, mengasuh atau merawat

dan memberikan kasih sayang, dan diharapkan dapat ditiru oleh

anaknya.Tugas utama yang dijalankan seorang ibu adalah merawat

anak dan menjaga kebutuhan nutrisi mereka agar tumbuh menjadi

anak yang berkualitas. Tugas tersebut mulai dilakukan ibu sejak

masa kehamilan, bahkan sampai sang anak menjadi dewasa. Selain

di dalam kandungan, kebutuhan nutrisi anak pun harus tetap

dipertahankan ketika mereka mulai tumbuh dan berkembang.

c. Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan kategori tingkat pendidikan

terbanyak dalam penelitian ini yaitu SMA sebanyak 31 responden

(50.0%).Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Anggari dan Yunita (2009) hasil yang diperoleh

mayoritas orang tua juga memilki tingkat pendidikan terakhir SMA.

Tingkat pendidikan terakhir SMA merupakan pendidikan dasar

wajib pemerintah. Secara tingkat pendidikan orang tua bisa

digolongkan pada tingkat pendidikan menengah. Tingkat pendidikan


dapat merepresentasikan tingkat kemampuan seseorang dalam

memperoleh dan memahami informasi kesehatan. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang diasumsikan semakin baik tingkat

pemahamannya terhadap informasi kesehatan yang diperolehnya

(Sariningrum & Irdawati, 2019). Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Sadiman (2012) yang mengemukakan bahwa, status

pendidikan mempengaruhi kesempatan memperoleh informasi

mengenai penatalaksanaan penyakit.

Tingkat pendidikan orangtua berpengaruh terhadap pola

pemberian makan anak. Semakin tinggi pendidikan maka

pengetahun orang tua tentang gizi semakin baik. Menurut Santoso

(2013) salah satu penyebab masalah gizi di Indonesia adalah karena

kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi dan keterampilan di bidang

memasak, konsumsi anak keragaman bahan, dan keragaman jenis

masakan. Menurut Djaeni (2016) juga menyatakan bahwa semakin

banyak pengetahuan seseorang maka akan lebih banyak

mempergunakan rasio dalam pemberian makanan pada bayi dan

pengetahuan yang baik untuk konsumsi sehingga bayi tidak akan

menderita kurang gizi. Secara tidak langsung pendidikan

mempengaruhi pengetahuan ibu dan pengetahuan mempengaruhi

status gizi pada anak.


d. Pekerjaan

Hasil penelitian ditemukan mayoritas responden memiliki

pekerjaan sebagai IRT sebanyak 24 responden (38.7%). Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami, Nggadjo, dan

Murhayati (2018) sebagian besar responden juga merupakan ibu

rumah tangga (IRT). Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga

mempunyai kesempatan lebih banyak dalam memperhatikan

pemberian makan pada anak. Ibu yang tidak bekerja relatif akan

memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan anak-

anaknya. Menurut McIntosh dan Bauer (2016), ibu yang tidak

bekerja dapat mengatur pola makan anak-anak mereka, sehingga

anak-anak mendapat makanan yang sehat dan bergizi. Hal ini tidak

dapat terjadi pada ibu yang bekerja, karena ibu yang tidak bekerja

memiliki waktu kebersamaan yang berkurang dengan anak-anaknya,

sehingga menyebabkan perkembangan mental dan kepribadian anak

terganggu (Glick, 2012). Hal ini sangat berbeda dengan ibu yang

bekerja dimana ibu tidak dapat mengatur pola makan anak,

membiarkan anak mereka makan makanan yang tidak sehat,

sehingga akan berpengaruh terhadap kesehatan anak.

Menurut asumsi peneliti ibu yang tidak bekerja memiliki

ketersediaan waktu yang lebih banyak, sehingga memiliki


kesempatan berinteraksi lebih lama dengan anak-anaknya utamanya

dalam menyediakan makanan. Selain itu ibu yang tidak bekerja lebih

mampu untuk mengatur pola makan anak mereka, sehingga anak-

anak mendapat makanan yang sehat dan bergizi. Hal ini berarti, ibu

memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat berinteraksi

dengan anak, utamanya dalam mangatur pola makan dan

menyiapkan makanan.

e. Tingkat Pendapatan

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendapatan orang tua

sebagian besar < UMK Rp. 2. 300.000 sebanyak 40 responden

(64.5%). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sodikin,

Endiyono, dan Fitria Rahmawatiini (2018) menyatakan bahwa

mayoritas orang tua juga memiliki pendapatan yang rendah

sebanyak 48 responden (67.8%). Berdasarkan Edaran Mentri

Ketenagakerjaan Nomor. B-M/ 383/ H1.01.00/ XI/ 2021 bahwa upah

UMR yang berlaku di Kabupaten Poso tahun 2022 adalah sebesar

2.300.000 sehingga status sosial ekonomi pada keluarga seharusnya

mengikuti gaji upah UMR jika hal ini ini dibawah dari 2.300.000

sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga tersebut ekonominya

berada dibawah upah UMR.


Pendapatan berpengaruh terhadap konsumsi makanan sehari-

hari. Apabila pendapatan rendah maka makanan yang dikonsumsi

tidak mempertimbangkan nilai gizi, tetapi nilai materi lebih menjadi

pertimbangan selain itu dimana sebagian besar keluarga bekerja

dalam sektor transportasi. Supariasa, Bakri, dan Fajar (2002) yang

menyebutkan bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi pola

makan, proporsi anak yang mengalami gizi kurang berbanding

terbalik dengan pendapatan keluarga. Semakin kecil pendapatan

penduduk semakin tinggi prosentase anak yang kekurangan gizi.

Masyitha (2011) ada hubungan antara status ekonomi keluarga

dengan status gizi balita, karena semakin rendah status ekonomi

keluarga semakin buruk status gizi balita. Sodikin (2012)

kemiskinan merupakan salah satu dari determianan sosial-ekonomi.

Kemiskinan merupakan sumber masalah paling dasar sebagai

ketidak-tersediaan pangan, tempat tinggal yang padat, kumuh, dan

tidak sehat, serta ketidakmampuan mengakses fasilitas layanan

kesehatan. Pendapatan berkaitan dengan status sosial ekonomi, anak

yang berasal dari latar belakang keluarga berpendapatan tinggi

memiliki daya beli yang tinggi sehingga orang tua cenderung akan

memenuhi apa yang diinginkan anaknya.

Menurut asumsi peneliti faktor pola pemberian makan pada anak

berpengaruh terhadap pendapatan keluarga berkaitan dengan


kemuampuan rumah tangga tersebut dalam memenuhi kebutuhan

hidup baik primer, sekunder, maupun tersier. Pendapatan yang

rendah mempengaruhi kualitas maupun kuantitas bahan makanan

yang dikonsumsi oleh keluarga. Makanan yang didapat biasanya

akan kurang bervariasi dan sedikit jumlahnya terutama pada bahan

pangan yang berfungsi untuk pertumbuhan anak sumber protein,

vitamin, dan mineral, sehingga meningkatkan risiko kurang gizi.

Keterbatasan tersebut akan meningkatkan risiko seorang anak

mengalami kekurangan gizi maupun gizi buruk.

f. Umur Anak

Hasil penelitian menunjukkan umur anak sebagian besar

berusia 12 tahun sebanyak 14 responden (22.6%) . Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2020) mayoritas

responden juga didominasi oleh anak usia 12 tahun. Usia sekolah anak

antara 6-12 tahun, dimana usia tersebut merupakan bagian dari suatu

rangkaian panjang dari siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin

dalam kandungan sampai usia tua nanti. Pada rentangan usia tersebut

status gizi ditentukan sejak usia bayi dan balita juga ditentukan saat

ini, dan akan menentukan status gizi pada usia selanjutnya. Menginjak

usia 12 tahun anak sudah mulai menetukan pilihan makanannya

sendiri, tidak seperti saat balita lagi yang sepenuhnya tergantung pada
orang tua. Priode ini merupakan priode yang cukup kritis dalam

pemilihan makanan, karena anak baru saja belajar memilih makanan

dan belum mengertri makanan yang bergizi yang dapat memenuhi

kebutuhan gizinya sehingga anak memerlukan bimbingan orang tua

dan guru. Pada saat ini pertumbuhan fisik terutama pertambahan tinggi

badan anak berlangsung cepat, anak banyak melakukan aktivitas fisik,

aktivitas social seperti bergaul dengan teman-temannya dan sejalan

dengan itu perkembangan kognitif anak meliputi perkembangan

pemikiran, intelegensia dan bahasa (Ayu, Ulilalbab, & Anggraeni,

2017).

g. Jenis Kelamin Anak

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan jenis

kelamin anak di dominasi oleh perempuan sebanyak 34 responden

(54.8%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widyantari dkk (2018) yang menyatakan bahwa mayoritas responden

juga didominasi oleh anak perempuan. Berdasarkan fakta yang terjadi

dilapangan hal ini disebabkan karena anak perempuan lebih banyak

menghabiskan wktu untuk menonton telivisi dan bermain gadget dari

pada beraktivitas di luar rumah seperti naak laki- laki yang sering

beraktivitas diluar rumah bersama teman- temannya seperti bermain

sepeda, bermain layangan, berbain sepak bola dan sebagainya. Hal ini

dibuktikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dimana


mneyatakan sebagian besar anak perempuan tidak pernah bermain

voli, basket, kasti, menari, sepak bola, dan bulu tangkis. Pendapat

tersebut didukung oleh Musdat (2010) yang menyatakan bahwa

selama usia puberitas (8-13 tahun) lemak pada tubuh anak perempuan

meningkat lebih cepat dibandingkan anak laki- laki. Pendapat peneliti

diperkuat oleh WHO (2010) yang menyatakan bahwa anak perempuan

mengalami peningkataan penyimpanan lemak dimna hasil penelitian

menunjukkan bahwa anak perempuan cenderung mengkomsumsi

sumber karbohidrat yang lebih banyak sebelum masa puberitas dari

pada anak laki- laki yang mengkomsumsi lebih banyak sumber

protein.

2. Analisa Univariat

a. Pola Pemberian Makan

Berdasarkan hasil penelitian yang ditelah diperoleh

menunjukkan sebagian besar pola pemberian makan orang tua pada

anak sekolah dasar tidak tepat sebanyak 41 responden (66.1%). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Pujiati, Nirmasari dan Rozalita (2019)

yang menyatakan bahwa mayoritas orang tua juga tidak tepat dalam

pemberian makan pada anak. Pola makan pada anak sangat berperan

penting dalam proses pertumbuhan pada anak, karena dalam makanan

banyak mengandung gizi. Gizi merupakan bagian yang sangat penting


dalam pertumbuhan. Gizi sangat berkaitan dengan kesehatan dan

kecerdasan. Jika pola makan pada anak tidak tercapai dengan baik,

maka pertumbuhan anak juga akan terganggu, tubuh kurus, gizi buruk

dan bahkan bisa terjadi obesitas pada anak akibat pola pemebrian

mkaan yang tidak terkontrol oleh orangtua sehingga pola makan yang

baik juga perlu dikembangkan untuk menghindari terjadinya obesitas

pada anak (Purwarni dan Mariyam, 2013).

Priyono et al (2015). Beliau menemukan bahwa obesitas pada

anak merupakan akumulasi dari kebiasaan makan terdahulu, sehingga

pola pemberian makan pada hari tertentu tidak dapat langsung

mempengaruhi status gizinya. Kunci keberhasilan dalam pemenuhan

gizi anak terletak pada ibu. Kebiasaan makan yang baik sangat

tergantung kepada pengetahuan dan ketrampilan ibu akan cara

menyusun makanan yang memenuhi syarat zat gizi.

Menurut asumsi peneliti Anak usia sekolah dasar usia 7- 13

tahun merupakan masa pertumbuhan fisik yang cepat. Sehingga,

memerlukan kebutuhan gizi yang paling banyak dibandingkan pada

masa-masa berikutnya. Apabila kebutuhan nutrisi tidak ditangani

dengan baik maka anak mudah mengalami overweight maupun

obesitas (Ningsih et al., 2015). Anak sebaiknya mendapatkan

perhatian yang lebih dari orangtuanya karena anak umur usia pra

sekolah termasuk dalam kelompok usia yang memiliki risiko tinggi.


Masalah gizi yang dapat terjadi pada anak adalah tidak seimbangnya

antara jumlah asupan makan atau zat gizi yang diperoleh dari makanan

dengan kebutuhan gizi yang dianjurkan pada anak dari pola pemberian

makan yang diberikan ibu . Gizi yang adekuat dan seimbang dapat

dilakukan dengan memperhatikan pola pemberian makan yang

bertujuan untuk mendapatkan asupan gizi yang diperlukan oleh anak.

Hal ini ditujukan agar dapat memelihara dan memulihkan kesehatan

anak melalui makanan (zat-zat) dalam makanan yang dikonsumsi

sangat mempengaruhi kesehatan melalui makanan yang diberikan

orang tuanya. Gizi pada makanan sangat berperan penting dalam

proses pertumbuhan pada anak, karena dalam makanan banyak

mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam

pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat

hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila anak

mengalami overweigt dan obesitas maka kemungkinan besar sekali

anak akan mudah terkenapenyakit. . Gizi ini sangat berpengaruh

terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik atau

pada anak atau pola makan anak berlebihan maka pertumbuhan anak

akan terganggu mengalami kelebihan berat badan maupun obesitas.

b. Kejadian Obesitas

Hasil penelitian menunjukkan sebagian kecil anak sekolah

dasar mengalami gizi lebih atau overweight dan obesitas sebanyak 8


responden (12.9%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Saraswati (2017) yang dilakukan pada anak

sekolah dasar sebagian kecil mengalami overweight dan obesitas.

Obesitas pada anak adalah salah satu kondisi medis pada anak yang

ditandai dengan berat badan diatas ratarata dan indeks massa tubuh

(IMT) yang diatas normal, yaitu menurut umur lebih dari Z score +2

SD (Ginanjar, 2012). Anak yang megalami overweight akan memiliki

resiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas apabila tidak ditangani

dengan baik. Obesitas adalah kelebihan lemak yang tidak normal

dimana seseorang dapat dikatakan obesitas jika mempunyai berat

badan diatas 30% dari berat badan normal. Obesitas pada anak dapat

menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan seperti diabetes tipe 2,

penyakit kardiovaskuler dan sleep apnea. Selain dampak negatif bagi

kesehatan, obesitas pada anak juga dapat menyebabkan dampak pada

psikologi dimana anak yang mengalami obesitas cenderung memiliki

rasa percaya diri yang rendah dan rentan menjadi sasaran bullying.

Dampak dari rendahnya rasa percaya diri anak dapat mempengaruhi

prestasi dalam bidang akademik.

Menurut Worthington and William (2010) kebiasaan makan

atau pola makan dapat menggambarkan frekuensi makan anak dalam

sehari dan hal ini bergantung pada kebiasaan makan keluarganya di

rumah maupun di sekolah. Pola makan anak sangat berkaitan erat


dengan obesitas, karena makin sering anak mengkonsumsi makanan

dalam sehari maka kecenderungan mengalami obesitas sangat tinggi.

menurut Hartoyo (2017) obesitas terjadi karena ketidakseimbangan

antara energi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan, sehingga

terjadilah kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk

jaringan lemak. Sebagian besar obesitas terjadi akibat makan yang

berlebihan, pola makan yang tidak teratur, sering ngemil atau makan

camilan, sementara aktifitasnya kurang.

Menurut peneliti berdasarkan fakta yang ditemukan dilapangan

pada anak sekolah sadar di SND 14 Poso beberapa faktor pola makan

beresiko yang dapat menyebabkan obesitas diantaranya kebiasaan

makan camilan. Peningkatan kegiatan ngemil terutama ketika bermain

games, gadget dan menonton televisi dapat menyebabkan obesitas

dikarenakan anak tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. Lebih

lanjut dikatakan bahwa kebiasaan ngemil dinyatakan buruk apabila

anak mengonsumsi makanan dengan tambahan gula, garam, dan lemak

namun rendah protein, vitamin, dan mineral seperti gorengan, snack

ringan, coklat, permen, mie instan dan roti basah dapat meningkatkan

asupan energi dan penimbunan lemak. Untuk minuman yang disukai

anak-anak adalah minuman yang warnanya mencolok, rasanya manis,

menyegarkan dan memberikan hadiah. Contoh minuman yang biasa

dikonsumsi anak adalah minuman soda dan minuman kemasan.


Kurangnya konsumsi sayur dan buah pada anak dapat meningkatkan

resiko terjadinya obesitas. Buah dan sayuran merupakan makanan

rendah kalori, kaya serat, vitamin dan mineral yang baik untuk

menjaga kesehatan. Drapeau et al (2019) menyatakan bahwa konsumsi

sayuran dan buahbuahan yang tinggi dapat menurunkan berat badan

atau mencegah terjadinya kenaikan berat badan.

3. Analisa Bivariat

Hasil uji statistik yang menggunakan uji chi-square, didapatkan

hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan pola pemberian makan

dengan kejadian obesitas pada anak Sekolah Dasar di SDN 14 Poso.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki

Yulaeni, Mona saparwati dan Umi Aniroh pada tahun 2017 yang

menyatakan bahwa terdapat hubugan antara pola pemberian makan

dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar.

Anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) merupakan kelompok yang

menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang

tinggi setiap kilogram berat badannya, namun jika gizinya berlebihan

dapat menyebabkan resiko terjadinya obesitas (Sutomo, 2014). Pola

makan yang tidak baik dan tidak seimbang bagi anak pra sekolah dapat

menyebabkan status gizinya terganggu,status gizi yang terganggu pada

anak sekolah dasae atau usia emas ini sangat mempengarui

perkembanganya. Pola makan yang berlebih menyebabkan status gizi


menjadi buruk, status gizi yang buruk menyebabkan banyak gangguan

perkembangan bagi anak usia anak yang menyebabkan terjadinya berat

badan yang berlebihan dan terjadinya kejadian obesitas (Sediaoetama,

2018).

Penelitian ini didapatkan bahwa sebagian kecil responden yang

mengalami overweight maupun obesitas serta memiliki pola pemberian

makan tidak tepat, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pujiati, Nirnasari, dan Rozalita pada tahun 2017 yang juga

menyatkan bahwa mayoritas orang tua tidak tepat dalam pemberian makan

dan hanya sebagian kecil anak yang mengalami obesitas. Asupan nutrisi

yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh anak pada masa balita hal ini

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangannya.

Permasalahan gizi pada anak sekolah dasar salah satunya adalah obesitas

dan kelebihan berat badan. Anak yang mengalami obesitas dapat

menghambat perkembangannya bahkan berdampak negatif yang akan

berlangsung pada masa kehidupan selanjutnya. Anak dianggap pada

risiko kelebihan gizi terbesar karena pola pemberian makan yang tidak

tepat akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan (Gibson et

al., 2012).

Dalam penelitian ini juga ditemukan mayoritas anak yang tidak

mengalami obesitas hal ini disebbakan kebanyakan anak jarang

mengkonsumsi makanan cepat saji. Pernyataan demikian sejalan dengan


hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa orang mengenai hubungan

antara konsumsi fastfood terhadap peningkatan berat badan.

Meningkatnya konsumsi fastfood diyakini merupakan satu masalah,

karena masalah obesitas meningkat pada masyarakat yang keluarganya

banyak keluar mencari makanan cepat saji dan tidak mempunyai waktu

lagi untuk menyiapkan makanan di rumah (WHO, 2014). Penelitian yang

dilakukan Ida (2014) menemukan banyaknya jenis fast food yang

dikonsumsi berpengaruh terhadap terjadinya obesitas, yaitu semakin

banyak jenis fast food yang dikonsumsi maka semakin tinggi kejadian

obesitas.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya diawal

tujuan penelitian maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar orang orang tua memiliki pola pemberian makan tidak

tepat terhadap anak sekolah dasar di SDN 14 Poso

2. Sebagian besar anak usia sekolah dasar memiliki gizi yang baik (normal)

dan sebagian kecil mengalami gizi lebih (overwight) dan obesitas

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola pemberian makan

dengan kejadian obesitas pada anak Sekolah Dasar di SDN 14 Poso.

Dengan nilai p yaitu 0.683 > a = 0,05, Hal ini juga berarti H 0 diterima dan

Ha ditolak.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih jauh lagi agar

dapat digunakan sebagai media pembelajaran mahasiswa khususnya di

bidang keperawatan anak dalam pola pemberian makan dan kejadian

obesitas pada anak sekolah dasar serta penelitian ini diharapkan bisa

digunakan menjadi sumber bacaan diperpustakaan tentang pentingnya

menurunkan angka obesitas pada usia sekoalh dasar.


2. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan wawasan orang tua siswa sekolah dasar dalam mengatur pola makan

anaknya menjadi lebih baik sehingga dapat mengatasi terjadinya

peningkatan angka obesitas pada anak sekolah dasar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat diharpkan dpaat dikembangkan lagi serta

dapat menjadi sumber, referensi, dan informasi terutama dalam

meningkatan pengetahuan dan penelitian bidang keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Andriany, B (2016). Peran Ibu Dalam Memelihara Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak
Di Raudhatul Athfal Perwanida Cangakan Ngawi. Ejurnal.Poltekkes
tasikmalaya,2(2),254–263
Angela, A. (2015). Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi.
Majalah Kedokteran Gigi (3):130-134.
Arifin. (2009).Pengaruh Sosial Ekonomi Orang tua terhadap Karies Anak. Jurnal
Keperawatan, 3 (2), 112- 146
Asriawal & Jumriani. (2020). Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan Status
Karies Gigi (Kajian Pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun Di Sekolah Dasar
Negeri Kota Bukittinggi), Jurnal Kesehatan Gigi 27(2), 108–115.
Candra (2020). Buku Pintar Kesehatan Gigi dan Mulut.Yogyakarta : Mitra Buku
Dalimunthe. (2010).Peran Orang Tua dan Perilaku Anak Dalam Menyikat Gigi
Dengan Kejadian Karies Anak Dalam Menyikat Gigi Dengan Kejadian Karies
Anak. Jurnal Vokasi Kesehatan 3 (2), 122- 157.
Darrsini, A., B. (2014). Hubungan Pola Makan Dan Kebiasaan Menyikat
GigiDengan Kesehatan Gigi Dan Mulut (Karies) Di Indonesia. Jurnal
Kedokteran Gigi 13, 83–91.
Darsin (2014). Hubungan Antara Status Gizi Pendek (Stunting) Dengan Tingkat
Karies Gigi Anak.Tinjauan pada Siswa-Siswi Taman Kanak-Kanak di
Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Thn 2014.Dentino Jurnal
Kedokteran, 1 (1), 88 -93.
Darsin. (2014). Faktor Resiko Karies Gigi Pada Anak : Jurnal Ilmiah Keperawatan
Gigi (JIKG), 3(1), 28–38.
Depkes RI. (2009) . Buku Bagan Pelayanan Gigi dan Kesehatan Gigi, Depkes RI ,
Jakarta.
Elvayanti dan Irdawati. (2017). Peran Orang Tua dalam Pencegahan Karies Gigi
pada Anak Pra Sekolah ( 3-5 Tahun ) di TK Aisyiyah 2 Pekanbaru. Jurnal
Kesehatan Ilmiah. 11(1), 93–103.
Fahmi, R., Gigi, S. P.. (2021). Peran Orang Tua Dengan Karies Gigi Pada Anak
Prasekolah. Jurnal Poltekkes Tasikmalaya, 2(2), 295–300.
Halim, S. (2011). Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan Status Karies Gigi
(Kajian Pada Murid Kelompok Umur 12 Tahun Di Sekolah Dasar Negeri
Kota Bukittinggi), Jurnal Keperawatan Gigi 27(2), 108–115.
Indrianingsih, N., Prasetyo, Y. B., & Kurnia, A. D. (2018). Family Social Support
and Behavior of Children with Caries in Doing Dental and Oral Care. Jurnal
Keperawatan, 9(2), 119.
Laraswati, N., Mahirawatie, I. C., & Marjianto, A. (2021). Peran Ibu Dalam Menjaga
Kesehatan Gigi Anak Prasekolah Dengan Angka Karies Di Tk Islam Al-
Kautsar Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi, 2(1), 9–24.
Mangoenprasodjo A.S. (2004) . Kaitan Karies Gigi Dengan Status Gizi Anak Pra
Sekolah. Jurnal Kesehatan 5 (1), 29 - 40.
Marinda, D. A. (2017). Peran Dalam Menjaga Kebersihan Gigi Dengan Kejadian
Karies Gigi Pada Anak Prasekolah. Med92004icine Review, 6- 45
Martariwansyah (2008). Peran Orang Tua dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut. Jurnal Keperawatan Gigi, 1(2), 74–79.
Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Notoatmodjo, S. (2012). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. hal 72-73
Nurfauzia, A. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Terhadap
Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan
Periodontal Pra Lansia di Posbindu Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
Jurnal Majalah Kedokteran Gigi (1). 27 – 32.
Rahayu, Mahirawatie dan Marjianto (2010). Peran Orang Tua dalam Pencegahan
Karies Gigi pada Anak Pra Sekolah ( 3-5 Tahun ) di TK Aisyiyah 2
Pekanbaru. Jurnal Keperawatan Gigi. 11(1), 93–103.
Riset Kesehatan Dasar (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. diunduh tanggal
20 Oktober 2019.
Rudi, M. (2010). Kesheatan Gigi dan Mulut. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Rusmali (2010). Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Anak Usia 4 – 6
Tahun. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2 (2 ). 196-205
Sadiman. (2002). Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan
Status Karies Anak Usia Sekolah Dasar. Medical Journal of Lampung
University. 4(8): 1-6.
Salsabila, M. A., Hidayati, S., Suharnowo, H., & Ibu, P. (2021). Gigi Anak Usia
Sekolah di Kelurahan Kraton Kabupaten Bangkalan Tahun 2020. Jurnal
Kedokteran Gigi. 2(2), 254–265.
Sariningrum, Irdawati. (2009) Faktor-Faktor Kejadian Karies Gigi Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Betungan Kota Bengkulu. Journal of Nursing and
Public Health, 6(1), 46–52.
Susi, A. (2012). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut
Masyarakat DKI Jakarta Tahun 2007. Peneliti pada Puslitbang Biomedis dan
Farmasi. Jurnal Ekologi Kesehatan 8 (1), 860-873.
Syamsuddin (2020). Peran Orang Tua Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut
dengan Kejadian Karies. Jurnal keperawatan 3(1), 88–98
Widyanti (2009). Hubungan Peranan Ibu Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Mulut
Terhadap Angka Kebersihan Gigi Anak Tk Bhakti Nurush Shofia Mutih
Kulon Wilayah Puskesmas Wedung 2 Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan
Gigi 7 (12), 5
Lampiran I Permohonan Izin Penelitian
Lampiran II Surat Izin Penelitian
Lampiran III. Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Orangtua Siswa
Di _
Tempat
Dengan Hormat,
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan maka saya
: Nama : Angelina Veronica Patinama
NIM 18010003

Sebagai mahasiswi Program studi S1 Keperawatan Stikes Husada Mandiri


Poso, bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul: Hubungan Pola
Pemberian Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar di SDN 14
Poso.
Sehubungan dengan hal diatas saya mohon kepada masyarakat agar dapat
meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan berikut ini dengan jujur dan benar.
Pendapat dan jawaban yang bapak ibu berikan akan saya jamin kerahasiaannya.
Apabila bapak ibu setuju, dipersilahkan untuk menandatangani surat persetujuan yang
tersedia. Atas partisipasi dan kerjasamanya yang baik saya mengucapkan banyak
terima kasih.

Peneliti

Angelina Veronica Patinama


Lampiran IV. Lembar Informed consent

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN


(Informed Consent)

Setelah saya mendapatkan informasi dengan jelas dan membaca penjelasan


penelitian pada lembar penjelasan penelitian, maka saya yang bertanda tangan
dibawah ini memahami dan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian oleh
mahasiswa program Studi S1 Keperawatan Stikes Husada Mandiri Poso dengan judul
“Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah
Dasar di SDN 14 Poso”.
Saya mengetahui bahwa penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi saya.
Segala informasi yang saya berikan kepada peneliti ini akan dijaga dan dijamin
kerahasiaannya. Informasi dan penjelasan yang diberikan membuat saya percaya
bahwa penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan dan tenaga
kesehatan.
Demikian surat peryataan ini saya setujui dengan rela dalam keadaan sadar
dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Poso Oktober 2022

Tanda Tangan Responden Peneliti

(…………………….…) Angelina Veronica Patinam


Lampiran V Data Demografi

KUESIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN

Kode Responden :

Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan teliti pertanyaan di bawah ini.
2. Isilah sesuai dengan identitas masing-masing.
3. Berilah tanda (√ ) pada kolom sesuai dengan keadaan anda
A. Tanggal pengisian : ………………………………………..
B. Karakteristik Keluarga/ Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Umur : ……. tahun
5. Tingkat Pendidikan:
6. Tidak sekolah SMP/Sederajat Diploma/ Sarjana
SD/Sederajat SMA/sederajat Lainnya, …….
7. Pekerjaan : Buruh Wiraswasta
Petani PNS
Tidak bekerja
Ibu Rumah Tangga (IRT)

8. Tingkat Pendapatan:
< UMK Rp. 2.300.000 UMK > Rp. 2.300.000
C. Karakteristik Balita
1. Nama : An.
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Lak
Lampiran V1 Kuesioner Pola Pemberian Makan

KUESIONER POLA PEMBERIAN MAKAN

Petunjuk:

Berilah tanda (√) pada kolom yang telah disediakan untuk pernyataan dibawah ini:

No Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

A Penyusunan Menu

1 Saya menyusun menu untuk anak mengikuti pola menu keluarga

2 Saya memperhatikan komposisi zat gizi dan variasi menu dalam


menyusun menu untuk anak
3 Penyusunan menu untuk anak berdasarkan pada makanan yang
saya senangi
4 Saya mengikutsertakan anak dalam menentukan menu makanan
yang hendak dimakannya
5 Sebelum menentukan jumlah dan jenis bahan makanan sehari yang
diberikan kepada anak, saya menghitung kebutuhan zat gizi anak
terlebih dahulu
B Pengelolaan

6 Bahan makanan yang saya olah untuk anak berasal dari hasil
panen sendiri
7 Saya menggunakan bahan makanan yang masih segar dan
berkualitas baik dalam mengolah makanan untuk anak
8 Cara pengolahan yang saya lakukan dalam mengolah makanan
untuk anak bervariasi (misal : direbus, diungkep atau dikukus)
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

9 Saya menggunakan bumbu yang merangsang dan beraroma tajam


dalam mengolah makanan untuk anak
10 Pada waktu membuat sayur untuk anak, bahan sayur saya potong-
potong terlebih dahulu sebelum dicuci kemudian saya masukkan
bahan sayur yang akan dimasak tersebut sebelum kuah sayur
mendidih.
C Penyajian

11 Dalam menyajikan makanan untuk anak, saya membentuk


makanan dan memberi hiasan yang menarik
12 Makanan yang saya sajikan untuk anak mempunyai komposisi
warna yang sama
13 Saya memberikan makan untuk anak langsung dalam porsi banyak

14 Saya menggunakan alat makan yang menarik dalam menyajikan


makanan untuk anak (misal:bentuk badut, ikan dll.)
15 Saya membuat variasi penyajian makanan untuk anak meskipun
dari bahan yang sama
D Cara Pemberian Makan untuk Anak

16 Pola makan anak yang diterapkan dalam sehari terdiri dari 3 kali
makan utama (pagi, siang dan malam) serta 2 kali makanan
selingan
17 Pemberian makanan untuk anak dilakukan secara teratur sesuai
dengan jadwal makan
18 Saya dibantu oleh anggota keluarga yang lain dalam memberikan
makanan kepada anak
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah

19 Saya memberikan makanan yang nilai gizinya baik meskipun saya


tidak menyukainya
20 Saya memberikan susu atau makanan selingan kepada anak dekat
dengan waktu makan utama
21 Saya melarang anak mengambil makanan sendiri karena sering
tumpah dan berceceran
22 Saya memaksa anak untuk menghabiskan porsi makanan yang
saya siapkan
23 Pada waktu memberikan makanan, saya mengajaknya makan
sambil bermain dan jalan-jalan di luar rumah
24 Saya mengawasi dan mendampingi anak ketika makan

Sumber : Hasil Adaptasi dari Ernawati (2018)


Lampiran VII Lembar Obsevasi Kejadian Obesitas

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN KEJADIAN


OBESITAS PADA ANAK
NO Berat Badan (Kg) Tinggi Badan (Cm) IMT Ketegori
Lampiran VIII Hasil Uji Plagiarisme
Lampiran IX. Jadwal Kegiatan Penelitian
NO Kegiatan Bulan / Minggu

Juli Agustus September Okttober November


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
Judul
2. Studi Pendahuluan
3. Penyusunan
Proposal
4. Konsultasi
5. Perbaikan
6. Ujian Seminar
Proposal
7. Revisi
Proposal
8. Perizinan Penelitian
9. Pengumpulan Data
10. Analisa Data
11. Pengolahan Data Dan
Pembahasan
12 Seminar Skripsi
Lampiran X Dokumentasi Penelitian
Lampiran XI Daftar Riwayat Hidup Penulis

Anda mungkin juga menyukai