Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HARGA


DIRI RENDAH SITUASIONAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh:

NURUL KHOTIMAH

NIM 20317109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI

KOTA TANGERANG

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

1.1 Kasus (Keluhan Utama)


Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah
dapat terjadi secara situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yang telah
berlangsung lama) dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung
(Stuart, 2016).
Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan) (Abdul,
2015).

1.2 Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Prediposisi
- Faktor yang mempengaruhi harga diri : penolakan orang tua, harapan
orangtua tidak realistis, sekolah ditolak, pekerjaan
- Faktor yang mempengaruhi performa peran : stereotip peran gender,
tuntutan peran kerja, harapan peran budaya
- Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi : ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial (Yusuf, A et
al., 2019).

2. Faktor Presipitasi
Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami dalam peran/posisi, halusinasi pendengaran dan penglihatan,
kebingungan tentang seksualitas diri sendiri, kesulitan membedakan diri
sendiri dari orang lain, gangguan citra tubuh, mengalami dunia seperti
dalam mimpi.

3. Mekanisme Koping
Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
a. Pertahanan jangka pendek
- Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
diri (misalnya konser musik, menonton televisi secara obsesif)
- Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya
ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau
geng)
- Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu (misal : olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
- Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat
identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya:
penyalahgunaan obat).
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:
- Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau
potensi diri individu
- Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat
- Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, “ disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement ), Splitting, berbalik
marah terhadap terhadap diri sendiri, dan amuk (Videbeck, 2014).
4. Rentang Respons
Rentang respon harga diri rendah berfluktuasi dari rentang adaptif sampai
rentang maladaptif
a) Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma,
meliputi:
- Aktualisasi diri : pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman yang sukses
- Konsep diri positif : klien memiliki pengalaman yang positif dalam
perwujudan dirinya, dapat mengidentifikasi kemampuan dan
kelemahan secara jujur dalam menialai suatu masalah sesuai norma-
norma sosial dan kebudayaan suatu tempat jika menyimpang
merupakan respon maladaptive.
b) Respon maladaptive meliputi:
- Harga diri rendah : transisi antara adaptive dan maladaptive sehingga
individu cenderung berfikir kearah negatif
- Kekacauan identitas : kegagalan individu mengintegrasi aspek masa
kanak-kanak dalam pematangan aspek psikologis, kepribadian masa
dewasa secara harmonis
- Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, dan tidak
dapat membedakan dirinya dari orang lain sehingga tidak dapat
mengenali dirinya sendiri.

5. Klarifikasi Jenis dan Sifat Masalah


Harga diri rendah dapat dibagi menjadi dua yaitu, harga diri rendah
situasional dan harga diri rendah kronik. Harga diri rendah situasional
adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri
positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap
suatu kejadian. Apabila dari harga diri rendah situasional tidak ditangani
segera, maka lama kelamaan dapat menjadi harga diri rendah kronik (Sutejo,
2019).
1.3 POHON MASALAH
• Pohon Masalah:
Resiko Halusinasi

Isoslasi Sosial : Menarik Diri DPD

HDR Situasional

Nutrisi < kebutuhan Berduka disfungsional Gg Pola Tidur

• Masalah yang sering muncul pada HDRS adalah sebagai berikut:


a. Berduka
b. HDRS
c. Isolasi sosial

1.4 Diagnosa Keperawatan


a. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual atau kehilangan yang
dirasakan
b. Harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan berulang ditandai
dengan menilai diri negatif
c. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber daya personal

1.5 Rencana Tindakan Keperawatan


a. Tujuan umum: individu mengekspresikan pandangan positif untuk masa
datang dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya.
b. Tujuan khusus:
- Mengidentifikasi sumber ancaman terhadap harga diri dan pekerjaan
melalui masalah tersebut
- Mengidentifikasi aspek- aspek positif diri
- Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
- Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi
hasil
c. Tindakan keperawatan:
1. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan.
2. Praktikkan bicara pada diri (self talk): tuliskan gambaran singkat
tentang perubahan dan konsekuensi yang ditimbulkan (contoh: saya
gagal masuk FIK UI) dan tuliskan 3 hal manfaat tentang situasi ini
3. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
4. Membantu klien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang akan
dilatih.
5. Latih kemampuan yang dipilih klien
6. Bantu klien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan klien sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan.
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
5) Berikan klien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
7. Bantu individu menerima perasaan positif dan negatif
8. Anjurkan analisis terhadap perilaku terbaru dan konsekuensi yang telah
dilatih
9. Bantu dalam mengidentifikasi tanggungjawab sendiri dan control
terhadap situasi (missal bila terus-menerus menyalahkan orang lain
terhadap masalah)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Stuart, G.W. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sutejo. 2019. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.
Videbeck, S.L. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: EGC.
Yusuf, A; Fitriyasari, R; Nihayati, H.E; Tristiana, D. 2019. Kesehatan Jiwa :
Pendekatan Holistik dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.

Anda mungkin juga menyukai