Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Serumen adalah secret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada
kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe dasar, basah dan kering. Tipe basah bersifat
dominan. Ciri-ciri tipe serumen basah itu adalah basah, lengket, dan berwarna madu
yang dapat berubah warna menjadi gelap bila terpapar. Sedangkan tipe kering bersisik
seperti beras. (Suzanne C Smeltzer. 2001)
Serumen basah dan kering diketahui memiliki fungsi proteksi dan bersifat
bakterisidal. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel dan kontaminan
untuk dikeluarkan dari membrane timpani. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas dan
dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis.
Liang telinga dapat tersumbat oleh serumen atau secret atau purulen.
Pembersihan liang telinga harus dilakukan dengan hati-hati, sesedikit mungkin atau
jangan sampai menyakiti pasien. Serumen dapat dikeluarkan dengan sendok serumen
atau forset alligator dengan bantuan speculum telinga. Jika cairan dalam liang telinga
dapat digunakan penghisap ataupun aplikator logam yang diberi kapas pada ujungnya
untuk membersihkannya. Jika tidak ada perforasi membrane timpani, telinga dapat pula
dibersihkan secara irigasi menggunakan air dengan suhu mendekati suhu tubuh. Jika
digunakan suhu berbeda dapat terjadi vertigo dan atau rasa tidak enak. ( George L
Adams, 1997)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dari telinga?
2. Bagaimanakah fisiologi dari pendengaran?
3. Apa yang dimaksud irigasi telinga?
4. Apa tujuan dari irigasi telinga?
5. Apa indikasi dari irigasi telinga?
6. Apa kontraindikasi dari irigasi telinga?
7. Apa komplikasi dari irigasi telinga?
8. Apa prinsip kerja dari irigasi telinga?
9. Bagaimana prosedur pelaksanaan irigasi telinga?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengertian dan prosedur penatalaksanaan irigasi telinga
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui anatomi dari telinga
b. Untuk mengetahui fisiologi dari pendengaran
c. Untuk mengetahui pengertian irigasi telinga
d. Untuk mengetahui tujuan dari irigasi telinga
e. Untuk mengetahui indikasi dari irigasi telinga
f. Untuk mengetahui kontraindikasi dari irigasi telinga
g. Untuk mengetahui komplikasi dari irigasi telinga
h. Untuk mengetahui prinsip kerja dari irigasi telinga
i. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan irigasi telinga

Prodi Keperawatan D-IV 2015

Prodi Keperawatan D-IV 2015

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Anatomi Telinga
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks,
pendengaran dan keseimbangan. Secara anatomi telinga terbagi tiga bagian, yaitu telinga
luar, teling tengah, dan telinga dalam. (Suzanne, C Smeltzer. 2001).
Telinga adalah organ pendengaran saraf, yang melayani indera ini adalah saraf
cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah,
dan telinga dalam.
1. Anatomi Telinga
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Telinga Luar, terdiri dari:
Pinna/ aurikel/ daun telinga
Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit, melekat
pada sisi kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang suara dan

perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. (john gibson. 2002)


Liang telinga/ Kanalis Akustikus Eksternus (KAE)
Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada bagian
medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan
rawan ini. Tepat di KAE adalah sendi temporoman-dibular, yang dapat kita

rasakan dengan ujung jari pada KAE ketika membuka dan menutup mulut.
Kanalis Auditorius Eksternus
Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar
glandulaseruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut juga
serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan
pada kulit. Kanalis Auditorius Eksternus akan berakhir pada membran timpani.

(john Gibson. 2002)


b. Telinga Tengah, terdiri dari:
Membran timpani/ Gendang telinga, membatasi telinga luar dan tengah.
Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya umbo
mengarah ke medial, membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis,
lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus dan lapisan mukosa

dibagian dalamnya.
Kavum timpani
Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemukan 3 buah tulang

pendengaran yang meliputi:


1) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga
2) Inkus, menghubungkan malleus dan stapes
3) Stapes, melekat pada jendela oval dipintu masuk telinga dalam
Antrum timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak di bagian
bawah samping dari kavum timpani, antrum timpani dilapisi oleh mukosa yang
merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum tympani, rongga ini
berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula mastoid yang
terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang temporalis.

Prodi Keperawatan D-IV 2015

Tuba auditiva eustakhius


Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya kurang lebih
3,7 cm berjalan miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan mukosa.
Tuba Eustakhius adalah saluran kecil yang menghubungka elinga tengah
dengan hidung bagian belakang yang memungkinkan masuknya udara luar ke

dalam telinga tengah. (john gibson. 2002)


c. Telinga Dalam, terdiri dari:
Koklea dan Kanalis semisirkularis
Telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal, di
dalamnya terdapat organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan
(kanalis semisirkularis) dan saraf kranial VII (nervus fasial) dan nervus VIII
(kokleovestibularis).
Koklea dan kanalis semisirkularis bersama-sama menyusun tulang
labirin, didalam tulang labirin terletak labirin membranosa yang terendam
dalam cairan yang disebut juga perilimfe, yang berhubungan langsung dengan
cairan cerebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin
membranosa

memegang

cairan

yang

dinamakan

endolimfe,

terdapat

keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe di telinga


dalam, banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu.
Adanya ketiga kanalis semisirkularis posterior, superior, dan lateral
membentuk sudut 900 satu sama lain dan mengandung organ reseptor yang
berhubungan dengan keseimbangan, organ akhir reseptor ini distimulasi oleh
perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk rumah siput yang panjang sekitar 3,5 cm dengan 2,5
lingkaran spiral mengandung organ untuk pendengaran yang dinamakan organ
korti.
B. FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh pinna dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membrane timpani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan lurus membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi getaran tersebut akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap
lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibula bergerak. Getaran diteruskan melalui
membran Reissner yang mendorong endolimfe sehingga akan menimbulkan gerakan
relative antara membran basalis dan membrantektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini meimbulkan proses depolarisasi sel
rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.

Prodi Keperawatan D-IV 2015

C. IRIGASI TELINGA

1. Pengertian
Irigasi Telinga adalah proses pembilasan saluran telinga eksternal dengan
air steril atau saline steril. Hal ini digunakan untuk mengobati pasien yang
mengeluh adanya benda asing atau cerumen (lilin telinga) impaksi dalam telinga.
Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan
untukmembersihkan liang telinga luar dari nanah, serumen, dan benda benda
asing. Irigasi telinga adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan (air hangat
kuku) ke dalam telinga.
2. Tujuan
a. Sebagai penatalaksanaan tindakan medis evakuasi benda asing atau serumen
dari telinga dan dan membersihkan rongga telinga dari nanah dan kotoran
telinga.
b. Liang telinga bersih dari benda asing, seperti: semut atau serangga lainnya, dan
biji-bijian.
c. Telinga bebas dari kongesti dan rasa sakit.
(Suzanne C Smeltzer. 2001)
3. Indikasi
a. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal audiotori
eksternal
b. Untuk mengirigasi kanal auditori eksternal dengan larutan antiseptik
c. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal auditori eksternal (marwan,
2009)
4. Kontra indikasi
a. Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injuri sekunder, pembedahn,
miringitomi)
b. Terjadi komplikasi sebelum irigasi
c. Temperatur yang akstrim panas dapat menyebabkan pusing mual dan muntah.
d. Bila ada benda pengisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang), jangan
diirigasi karena bahan-bahan tersebut mengambang dan sulit dikeluarkan
e. Klien dengan menggunakan pipa timpan otomi magnet dari logam dalm
telinganya

Prodi Keperawatan D-IV 2015

f. Sesudah operasi telinga


g. Bila ada perdarahan telinga
h. Hipersensitivitas
(Donna L Wong. 2008)
5. Komplikasi irigasi telinga
a. Ruptur membran timpani
b. Kehilangan pendengaran
c. Trauma atau injuru kanal telinga dalam
d. Pecah gendang telinga
e. Infeksi
f. Otitis media
g. Vertigo, mual, serta nyeri selama dan setelah prosedur
(Suzanne C Smeltzer. 2001)
6. Prinsip irigasi telinga
a. Mendorong serumen keluar dengan memanfaatkan aliran balik dari air yang
sampai ke membran telinga
b. Jika serumennya penuh dan atau konsistensinya padat maka irigasi tidak dapat
dilakukan. (fireapi, 2009)
Irigasi telinga dapat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik 50-60-cc
(suntik 20-30-cc untuk anak-anak). Beberapa perawat memilih untuk melampirkan
lubang yang besar IV (intravena) kateter (dengan jarum dihapus) untuk jarum suntik
untuk arah lebih mudah fluida. Dengan menggunakan metode ini, cairan yang
disedot ke dalam jarum suntik dan disemprotkan ke dalam liang telinga. Metode
lain menggunakan larutan IV dan tubing, dengan konektor irigasi telinga pakai yang
pas dan ke atas telinga luar. Bila menggunakan metode ini, IV diaktifkan dan arus
fluida oleh gravitasi ke telinga untuk menciptakan irigasi. Bila menggunakan
metode IV, tas harus sekitar 6 inci (15 cm) atau kurang di atas kepala pasien untuk
menciptakan tekanan fluida yang tepat.
Setelah posisi pasien, daun telinga dari telinga yang terkena dampak harus
diadakan kembali, dan sampai (belakang dan ke bawah untuk bayi). Ujung jarum
suntik atau kateter irigasi harus ditempatkan di pintu masuk ke telinga Jaringan
telinga tidak boleh disentuh. Saluran telinga tidak boleh tersumbat, atau solusi tidak
akan dapat berlari kembali keluar dari telinga Dengan lembut mengarahkan aliran
larutan irigasi terhadap aspek atas dari saluran telinga eksternal, perawat harus
jarum suntik atau menjalankan dalam cairan IV pada tingkat lambat, stabil, yang
memungkinkan cairan untuk melarikan diri keluar dari saluran telinga dan ke
baskom. Jika menggunakan alat PIK gigi, pengaturan terendah harus digunakan..
Mengerahkan terlalu banyak tekanan dapat memaksa benda asing atau oklusi lilin
lebih ke dalam liang telinga. Cairan kembali kemudian harus diperiksa sebelum
jarum suntik diisi ulang-atau setelah 100cc cairan untuk dewasa, dan 30cc cairan

Prodi Keperawatan D-IV 2015

bagi seorang anak. Perawat harus menyelidiki apakah objek lilin atau asing telah
mengguyur dari telinga. Bila oklusi telah dihapus, 500cc cairan irigasi harus
digunakan untuk-dewasa 100cc untuk anak, atau seperti yang diperintahkan oleh
dokter. Prosedur ini harus terputus jika pasien mengeluh sakit atau pusing.
7. Alat dan bahan
a. Baki berisi alat alat yang steril :
1) Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37 0C.
2) Semprit telinga atau otologik syiringe (metal). syiringe 60 ml ukuran 18 atau
20 G dan untuk anak-anak waterpik
3) Pinset telinga.
4) Corong telinga.
5) Pemilin telinga.
6) Pengail telinga.
b. Baki berisi alat alat yang tidak steril :
1) Bengkok 1 buah.
2) Perlak dan alasnya
3) Lampu spiritus.
4) Otoskop
5) Termometer
6) Sarung tangan
7) Handuk
8)

Cooton tip untuk anak-anak

9) Lampu kepala
10) Kapas dalam tempatnya.
11) Ember kotoran.
(Sosya. 2011)
c. Jenis cairan yang digunakan :
1) NaCL 0,99%
2) H2O2
8. Prosedur kerja
a. Persiapan perawat
1) Mengecek catatan medis
2) Memeriksa kembali instruksi dokter
3) Mengkaji status pasien
b. Persiapan pasien
1) Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien. Dan Jelaskan
bahwa klien akan mengalami perasaan penuh, hangat, dan kadang2 tidak
nyaman saat cairan kontak dengan membran timpani

Prodi Keperawatan D-IV 2015

2) Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harus di
pangku sambil dipegang kepalanya.
c. Prosedur perawatan

1) Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akan
dibersihkan.
2) Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang
bengkok dengan posisi di bawah telinga.
3) Pasang lampu kepala
4) Perawat cuci tangan.
5)

Perawat memakai handscoon

6) Identifikasi visual menggunakan otoskop pada telinga yang bermasalah


7) Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah
di flamber terlebih dahulu.
8) Hisaplah cairan dengan menggunakan semprit( syringe) dan keluarkan udara
dari semprit.
9) Tariklah daun telinga klien ke atas kemudian ke belakang dan dengan tangan
yang lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang telinga.
(Penyemprotan cairan harus perlahan lahan dan tepat ditujukan ke dinding
atas liang telinga agar tidak merusak membran timpani.)
10) Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin
dan di flamber.
11) Lihat atau periksa kembali liang telinga klien apakah sudah bersih atau
belum dengan menggunakan corong telinga.
12) Perawat cuci tangan.
13) Bersihkan alat alat.
14) Tulis hasil dalam catatan keperawatan.
15) Macam cairan dan suhu
Warna dan banyaknya cairan yang keluar.
Keadaan umum klien.
(Kozier & Erb. 2009)

Prodi Keperawatan D-IV 2015

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.
B. SARAN

Prodi Keperawatan D-IV 2015

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC
Kathleen S Oman. 2008. Panduan belajar keperawatan emergensi. Jakarta : EGC
Kozier & Erb. 2009. Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5. Jakarta : EGC
Wong, L Donna. 2008. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik : Volume 1. Jakarta :
EGC
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta : EGC
Guendemann, Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif : Volume 2.
Jakarta : EGC
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta : EGC

Prodi Keperawatan D-IV 2015

10

Anda mungkin juga menyukai