Anda di halaman 1dari 21

CASE REPORT

SERUMEN PROP

Pembimbing :

dr. Lina Marlina, Sp.THT-KL

Disusun oleh :

Atika Rahmah

(1361050177)

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT THT


PERIODE 02 OKTOBER- 04 NOVEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA

0
BAB I

PENDAHULUAN

Serumen atau kotoran telinga adalah zat alami yang berfungsi untuk
membersihkan, melindungi, dan melumasi kanalis akustikus eksternal. Terjadinya
serumen juga merupakan alasan utama mengapa saluran telinga bisa tersumbat.3
Sumbatan tersebut dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang dapat juga
disebut impaksi serumen atau serumen prop atau serumen obturans.4

Dalam keadan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga karena
kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi
kadang-kadang kering. Dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan keadaan
lingkungan. Gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga akan menimbulkan
gangguan pendengaran berupa tuli konduktif. Terutama bila telinga masuk air
(sewaktu mandi, berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa
tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu.2

Corpus alienum atau benda asing pada telinga, hidung, dan tenggorok (THT)
adakalanya merupakan masalah kesehatan keluarga, yang biasanya terjadi pada anak-
anak. Bahan-bahan asing yang sering ditemukan biasanya merupakan makanan,
mainan, dan peralatan rumah tangga yang kecil.5

Kekerapan benda asing pada bidang THT terjadi pada anak maupun dewasa
dengan atau tanpa penyakit mental. Dokter keluarga biasanya dapat mengeluarkan
benda asing tersebut, namun hal ini bergantung pada beberapa faktor seperti lokasi
dari benda asing, bahan material benda asing, apakah benda berupa bahan yang
mudah diambil (lembut dan irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat),
ketrampilan dokter dan kerjasama pasien.5

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel
kulit yang terlepas dan partikel debu.2 Serumen terbagi atas dua tipe dasar yaitu,
tipe basah dan kering.1

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI


Telinga luar terbagi atas 3 bagian, yaitu telinga bagian luar, tengah, dan dalam.
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjang liang telinga kira-kira 2,5 3
cm. Fungsi telinga luar unuk mengumpulkan dan menghantarkan gelombang
bunyi ke struktur-struktur telinga tengah.1,2
Kulit yang melapisi kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang,
selain itu juga mengandung folikel rambut yang bervariasi antarindividu. Kulit
bagian telinga luar membentuk serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar
struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada
bagian kartilaginosa. Eksofaliasi sel-sel stratum korneum ikut pula berperan
dalam pembentukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air
pada dinding kanalis ini.1

Telinga tengah terdiri


dari gendang telinga
(membran timpani) dan
sebuah ruang kecil
berisi udara yang memiliki 3
tulang kecil yang
2
menghubungkan gendang telinga dengan telinga dalam. Ketiga tulang tersebut
adalah:

Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)


Inkus (menghugungkan maleus dan stapes)
Stapes (melekat pada jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam)

Getaran
dari
gendang
telinga
diperkuat
secara
mekanik
oleh
tulang-tulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval. Telinga tengah juga
memiliki 2 otot yang kecil-kecil, yaitu Otot tensor timpani (melekat pada maleus
dan menjaga agar gendang telinga tetap menempel), Otot stapedius (melekat pada
stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan jendela oval). Jika
telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi
sehingga rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan hanya sedikit suara yang
dihantarkan. Respon ini disebut refleks akustik, yang membantu melindungi
telinga dalam yang rapuh dari kerusakan karena suara1,2.

Tuba eustakius adalah saluran kecil yang menghubungkan teling tengah


dengan hidung bagian belakang, yang memungkinkan masuknya udara luar ke
dalam telinga tengah. Tuba eustakius membuka ketika kita menelan, sehingga
membantu menjaga tekanan udara yang sama pada kedua sisi gendang telinga,
yang penting untuk fungsi pendengaran yang normal dan kenyamanan. Telinga
dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks, yang terdiri dari 2 bagian
utama, yaitu Koklea (organ pendengaran), Kanalis semisirkuler (organ
keseimbangan). Koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti
rumah siput, terdiri dari cairan kental dan organ Corti, yang mengandung ribuan
sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki rambut yang mengarah ke dalam cairan

3
tersebut. Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga
tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel
rambut. Sel rambut yang berbeda memberikan respon terhadap frekuensi suara
yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini
lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan membawanya
ke otak1.

Serumen memiliki fungsi proteksi yaitu sebagai sarana pengangkut debris


epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Serumen juga
berfungsi sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan serta pembentukan
fisura pada epidermis. Efek bakterisidal serumen berasal dari komponen asam
lemak, lisozim, dan immunoglobulin. Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe
kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
Tubuh mempunyai mekanisme pembersihan serumen secara alami, dengan
adanya migrasi epitel dari membran timbani menuju ke meatus akustikus eksterna
dan dibantu oleh gerakan sewaktu mengunyah.1,2,5

Fungsi Serumen :6
a) Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang
disebut conveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan
rahang seperti mengunyah (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah membran
timpani yang bermigrasi kearah luar dari umbo ke dinding kanalis akustikus
eksternus dan bergerak keluar. Serumen pada kanalis akustikus eksternusjuga
membawa kotoran, debu, dan partikel-partikel yang dapat ikut keluar. Jaw
movement membantu proses ini dengan menempatkan kotoran yang menempel
pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan pengeluaran kotoran.

b) Lubrikasi
Lubrikasi mencegah terjadinya pengeringankulit di dalam kanalis akustikus
eksternus. Sifat lubrikasi tersebut timbul dari kandungan lipid tinggi dari sebum
yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea. Dalam serumen tipe basah, lipid ini
mengandung kolesterol, squalence, dan asam lemak rantai panjang dalam jumlah
banyak, serta alkohol.

4
c) Fungsi sebagai antibakteri dan antifungi
Fungsi sebagai antibakterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak
studi yang menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa
strain bakteri. Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri
antara lain haemophilus influenza, staphylococcus aureus, dan escherichia colli.
Pertumbuhan jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat
dengan signifikan oleh serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini
dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang
relatif rendah pada serumen (biasanya 6 pada manusia normal). Dikatakan pula
bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi dan fungi. Beberapa
penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat menjadi barier untuk
membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun secara klinik dan
biologi fungsi ini tampak cukup lemah.

2.3 KLASIFIKASI
Serumen dapat dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Kemedian ada
pembagian lainnya yaitu tipe lunak dan tipe keras.
1. Serumen tipe basah dan tipe kering
Serumen basah berwarna terang atau coklat tua dan lengket, dengan kadar
butiran lipid dan pigmen yang relatif tinggi. Serumen kering berwarna abu-abu
atau coklat dan rapuh, dan memiliki konsentrasi butiran lipid dan pigmen yang
lebih rendah.6
Konsistensi tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim, usia dan
keadaan lingkungan.2

2. Serumen tipe lunak dan tipe keras


Selain dari bentuknya, pembagian tipe lainnya yaitu tipe lunak dan keras.
Dapat dibedakan sebagai berikut :6
Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak dan tipe keras pada
orang dewasa
Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan
bersisik

5
Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen
tipe keras
Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan dan tipe ini paling
sering ditemukan

2.4 PATOFISIOLOGI
Kumpulan serumen yang berlebihan bukanlah suatu penyakit.
Sebagian orang menghasilkan banyak serumen seperti halnya sebagian orang
yang lebih mudah berkeringat dibandingkan dengan yang lain. Pada sebagian
orang, serumen dapat mengeras dan membentuk sumbatan yang padat ataupun
sumbatan yang lunak.1 Sumbatan atau gumpalan serumen yang menumpuk di
liang telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran berupa tuli konduktif.
Terutama bila telinga masuk air (sewaktu mandi, berenang), serumen
mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran
semakin dirasakan sangat mengganggu.2
Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi. Impaksi
serumen terbentuk oleh karena gangguan dari mekanisme pembersihan
serumen atau produksi serumen yang berlebih. Sumbatan serumen umumnya
terdiri dari sekresi dari kelenjar serumen yang bercampur dengan sebum,
debris eksfoliatif, dan kontaminan.6
Pada orangtua, serumen cenderung menjadi lebih kering oleh karena
atrofi fisiologis dari kelenjar apokrin yang diikuti berkurangnya komponen
keringat dari serumen. Dapat juga disebabkan karena penumpukan debris
epitel. Hal tersebut terjadi akibat pemakaian kapas lidi dapat mendorong
serumen ke ismus yang sempit dan menempel pada membran timpani,
sehingga akan sukar dan sakit bila dikeluarkan.1

2.5 GEJALA
Gejala klinis penumpukan serumen yaitu adanya gumpalan atau sumbatan
serumen pada telinga yang menyebabkan obstruksi pada liang telinga karena impaksi
atau pembengkakan oleh sumbatan serumen tersebut.7 Terutama bila telinga masuk
air (sewaktu mandi, berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan

6
rasa tertekan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sangat
mengganggu.2 Selain penurunan pendengaran, pasien dapat mengeluhkan
telinga terasa penuh, rasa gatal, otalgia (nyeri pada telinga) dan pada beberapa
pasien didapatkan adanya vertigo atau tinitus.1,3

2.6 DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis pada serumen dilakukan dengan alat otoskopi


dimana pada pemeriksaan ini dapat dilihat keberadaan serumen didalam liang
telinga yang menyumbat sehingga gendang telinga sulit diamati. Dan dapat
juga dilakukan tes penala untuk menilai jenis gangguan pendengarannya yang
dialami oleh penderita.4

Pada pemeriksaan otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang


telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi
dari serumen dapat bervariasi. Evaluasi adanya perforasi membran timpani
dan riwayat fraktur tulang temporal atau pembedahan telinga.

2.7 PENANGANAN

Ada beberapa cara penanganan, yaitu :2,5,7

1. Serumen lunak

Bersihkan dengan pelilit kapas

Irigasi : Air hangat sesuai suhu tubuh dimasukkan ke liang


telinga dengan menggunakan spuit atau botol irigasi
bertekanan, air dibiarkan mengalir sepanjang dinding superior
liang telinga lalu keluar dan ditampung dengan wadah di bawah
telinga, jika masih ada sisa cairan irigasi atau residu serumen,
gunakan suction.

2. Serumen keras : Menggunakan pengait atau kuret

3. Serumen keras dan menimbulkan obstruksi di telinga : Tetes telinga


dengan karbogliserin 10% selama 3 hari. Serumen akan melunak dan
selanjutnya dapat dilakukan irigasi.

7
4. Serumen terdorong jauh ke dalam, pastikan tanpa perforasi membran
timpani. Selanjutnya, irigasi air hangat sesuai tubuh

2. CORPUS ALIENUM

2.1 Definisi

Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Bila kemasukan benda asing di
telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda asing
dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba

8
membersihkan kanalis akustikus eksternus, mengurangi gatal atau dengan
sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.11

2.2 Etiologi

Jenis dari corpus alienum itu bisa berupa benda mati atau benda hidup,
binatang, komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral.2

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga
yaitu12 :

Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.


Faktor kecerobohan, sering terjadi pada orang dewasa sewaktu
menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai
korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir
adalah faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing
masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan
nyamuk.

Predileksi benda asing di dalam teling


Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga:
a. Air
Sering kali saat kita mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke
dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan
sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa
membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri
menjadi terperangkap di dalamnya itulah nantinya akan menyebabkan telinga
menjadi terasa penuh.

9
b. Cotton Bud
Cotton bud tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga.
Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat
menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.

c. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam
telinganya. Misalnya, manik-manik mainan, kacang hijau, dan karet
penghapus.2

d. Serangga
Biasanya serangga yang ditemukan pada orang dewasa adalah semut,
terkadang juga bisa terdapat kecoa.

2.3 Manisfestasi Klinik

Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat


berkisar di tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya
penurunan pendengaran.
Merasa tidak nyaman ditelinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat
telinga merasa tidak nyaman, dan banyak orang yang malah
membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong
benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk lagi.
Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu
saja membuat telinga terasa tersumbat.
Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah.
Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis,

10
atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.

2.4 Patofisiologi

Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa


faktor antara lain pada anak-anak yaitu faktor kesengajaan dari anak tersebut,
faktor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada
orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta faktor kebetulan yang
tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat, nyamuk dan lain-lain11,12.
Masukknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis
audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga,
sehingga seseorang akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut.
Namun, tindakan yang seseorang lakukan untuk mengeluarkan benda asing
tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asing ke bagian
tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai
membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai,
akan menyebabkan gangguan pendengaran, rasa nyeri telinga/otalgia dan
kemungkinan adanya resiko terjadinya infeksi.

2.5 Diagnosis

Penegakan diagnosis pada corpus alienum dilakukan dengan alat otoskopi


dimana pada pemeriksaan ini dapat dilihat keberadaan benda asing didalam
liang telinga yang menyumbat sehingga gendang telinga sulit diamati. Dan
dapat juga dilakukan tes penala untuk menilai jenis gangguan pendengarannya
yang dialami oleh penderita.

2.6 Penatalaksanaan

Ada benda yang sangat kecil dapat dicoba untuk mengoyangkan secara
hati-hati. Menarik pinna telinga kearah posterior meluruskan liang telinga dan

11
benda asing dapat keluar dengan goncangan lembut pada telinga. Jika benda
asing masuk lebih dalam maka perlu diangkat oleh dokter yang kompeten.
Tidak dianjurkan untuk mengorek telinga sendiri karena dapat mendorong
lebih kedalam dan menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat melukai
liang telinga12,13.

Usaha mengeluarkan benda asing sering kali malah lebih


mendorongnya lebih ke dalam. Mengeluarkan benda asing harus hati-hati, bila
kurang htai-hati atau bila pasien tidak kooperatif dapat berisiko trauma yang
merusak membran timpani atau struktur tulang tengah. Anak harus dipegang
sedemikian rupa sehingga tubuh dan kepala tidak dapat bergerak bebas.2

Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus dimatikan terlebih


dahulu dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan
cairan (misalnya larutan rivanol atau obat anestesi lokal) kurang lebih 10
menit. Setelah binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau diirigasi dengan
air bersih yang hangat. Benda asing berupa baterai, sebaiknya jangan dibasahi
mengingat efek korosif yang ditimbulkan. Benda asing yang besar dapat
ditarik dengan pengait serumen, sedangkan yang kecil bisa diambil dengan
cunam atau pengait.2

Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di telinga13:

Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil


benda dengan bantuan otoskop
Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat
membuat benda-benda keluar dari liang telinga dan membersihkan
debris.
Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari
logam
Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa
sakit dan takut.
Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau minyak,
lalu diirigasi dengan air hangat.
Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari
sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

12
Pencegahan

Usaha pencegahan12:

a. Kebiasaan terlalu sering memakai cotton bud untuk membersihkan


telinga sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek
samping: kulit telinga kita yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang
berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga kita akan
rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika
kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak
nyaman dan kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong
cotton bud, maka dapat melukai atau menembus gendang telinga.

b. Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat


tejadi bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat
menyumbat jalan nafas

BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN :

Nama : Tn. S

Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Cawang, Jakarta Timur

Pekerjaan : Driver Ojek Online

Pendidikan terakhir : SMA

Agama : Islam

13
Status : Menikah

KELUHAN UTAMA : Terasa gatal pada telinga kiri

KELUHAN TAMBAHAN : Berdenging, telinga terasa penuh, dan gangguan


pendengaran pada telinga kiri

KRONOLOGI

Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke poliklinik THT RS UKI pada


tanggal 10 Oktober 2017 dengan keluhan gatal hebat pada telinga kiri. Gatal sudah
dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Gatal yang dirasakan hilang timbul, sehingga pasien
terkadang harus mengorek telinganya. Selain itu, 3 hari yang lalu pasien mengeluhkan
telinga kiri terasa penuh, berdenging, dan gangguan pendengaran. Pasien belum
pernah berobat ke dokter sebelumnya. Pasien mempunyai riwayat kebiasaan
mengorek telinga. Tidak ada cairan keluar dari telinga pasien. Riwayat batuk dan
pilek, trauma, berenang sebelumnya disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya tidak


pernah seperti ini dan tidak pernah mengalami
sakit pada telinga

Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien


tidak ada yang mengalami keluhan seperti
pasien. Riwayat alergi disangkal.

Riwayat Kebiasaan Pribadi : Pasien


mempunyai kebiasaan mengorek telinga

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

14
Kooperasi : kooperatif

Tekanan darah : 120/80mmhg

Frekuensi nadi : 80 kali/menit

Frekuensi napas : 20 kali/menit

Suhu : 36,7oC

Kepala : Normocephali

Mata : CA -/-, SI -/-

Leher : KGB tidak teraba membesar

PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN TELINGA

15
Sebelum Kanalis Akustikus Eksternus dibersihkan :

Sesudah Kanalis Akustikus Eksternus dibersihkan :

16
PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG

PEMERIKSAAN FISIK TENGGOROK

17
DIAGNOSA KERJA

Serumen Prop Auricula Sinistra

DIAGNOSA BANDING

Kerotosis Obturan Auricula Sinistra

Corpus Alineum Auricula Sinistra

PENATALAKSANAAN

Tindakan :

Ekstraksi Serumen

o Obat tetes telinga karbogliserin 10% selama 3 hari

o Dilakukan irigasi

Edukasi :

o Menghindari kebiasaan mengorek telinga

o Menjaga agar telinga tetap kering

o Kontrol ke dokter jika keluhan masih ada

PROGNOSIS
18
o Ad vitam : Dubia ad bonam

o Ad functionum : Dubia ad bonam

o Ad Sanationum : Dubia ad bonam

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

19
1. Adam GL, Boies LC, Hilger PA. Boies Fundamentals of otolaryngology. A
textbook of Ear, Nose and Throat Disease. 6 th edition WB Saunders Co, 1997
2. Soepardi E, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher. Edisi ketujuh. Jakarta; Balai Penerbit FK UI Jakarta 2015
3. Schwartz R. Seth, Magit Anthony, Rosenfield Richard, Ballachanda Bopanna.
Clinical Practice Guideline (Update): Earwax (Cerumen Impaction).
Otolaryngology-Head and Neck Surgery 2017, Vol 156(IS) SI-S29
4. http://rsa.ugm.ac.id/2015/01/gangguan-pendengaran-akibat-sumbatan-kotoran-
telinga-impaksi-serumen/ . Updated: 22 Januari 2015
5. Soepardi E, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher. Edisi ketujuh. Jakarta; Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2012
6. Cerumen Impaction. Last update 1 April 2016.
http//bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/1032/basics/pathophysiology.html
7. Tanto C. Liwang F. Hanifatri S. Pradipta E. Kapita Selekta Kedokteran of
Essentials Medicine. Jilid 2. Edisi IV. Jakarta; Media Aesculapius. 2014
8. Lee KJ. Otolaryngology and Head Neck Surgery, New York ; Elsevier, 1989 :
20 - 3, 67 - 9.
9. Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB Saunders Company,
1990:5-7,210-1.
10. Medical dictionary. Corpus Alienum. http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/Corpus+alienum . Diunduh pada tanggal 24
Oktober 2017.
11. Wright A. Anatomy and Ultrastructure of the Human Ear, Basic Science,
Dalam : Scott- Brown's Otolaryngology, 6"' ed, Vol I, Oxford ; Butterworth-
Heinemann Ltd, International Editions : 1/1/1 - /11.
12. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.
University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am Fam
Physician; 76(8): 1185-89. Diunduh dari:
http://www.aafp.org/afp/2007/1015/p1185.html pada tanggal 24 Oktober 2017.
13. Cunha JP. Objects or insects in Ear.
http://www.medicinenet.com/objects_or_insects_in_ear/article.htm . Diunduh pada
24 Oktober2017

20

Anda mungkin juga menyukai