Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI TELINGA

Gambar 1. Anatomi telinga

Telinga merupakan alat penerima gelombang suara yang kemudian gelombang


mekanik ini diubah mejadi impuls listrik dan diteruskan ke korteks pendengaran
melalui saraf pendengaran. Telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.
Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar terdiri
dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Membrana tympanica
memisahkan telinga luar dari telinga tengah. Tuba auditiva menggabungkan telinga
tengah dengan nasopharynx (Moore & Dalley, 2013).
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna/auricula), saluran telinga (canalis
auditorius externus) dan pada ujung terdapat gendang telinga (membran timpani).
Canalis auditorius externus berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas telinga dalam
regio 3000 Hz - 4000 Hz. Kanal ini berukuran panjang sekitar 2,5 cm dengan sepertiga
adalah tulang rawan sementara dua pertiga dalamnya berupa tulang. Kanal ini dapat
diluruskan dengan cara mengangkat daun telinga ke atas dan ke belakang. Membran
timpani berfungsi menyalurkan getaran di udara ke tulang-tulang kecil telinga tengah.
Tekanan suara yang melebihi 160 dB dapat memecahkan gendang telinga.
2. Telinga tengah
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara.
Rongga tersebut terletak sebelah dalam membran timpani yang memisahkannya
meatus auditorius externa. Dalam telinga tengah bagian yang paling utama adalah
osikulus. Yang terdiri dari : palu(maleus), landasan (inkus), dan sanggurdi (stapes).
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang
pendengaran. Setiap tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang
berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan
getaran ke koklea. Osikulus ini berperan penting dalam menyesuaikan impedansi di
gendang telinga dengan impedansi ruang-ruang berisi air di telinga dalam. Pinggir
tuba eustachius juga termasuk dalam telinga tengah. Tuba Eustachius menghubungkan
ruangan pada telinga tengah ke nasofaring. Dalam keadaan biasa, hubungan tuba
Eustachius dan telinga tengah tertutup. Dan terbuka ketika mengunyah atau menguap.
Pada anak, tuba Eustachius lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih
horizontal dari tuba orang dewasa. sehingga transmisi patogen dari nasofaring lebih
mudah masuk ke dalam dan membentuk kolonisasasi di telinga tengah
3. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea, yaitu sebuah struktur kecil berbentuk spiral
berisi cairan. Ketika gendang telinga bergerak, osikulus di telinga tengah
menyebabkan stapes menekan membran lentur yang menutupi jendela oval koklea dan
menyalurkan tekanan ke cairan ke dalam koklea. Getaran ini menyebabkan gerakan di
membran basilaris fleksibel. Gerakan inilah yang merangsang sel-sel rambut atau hair
cells di organ corti untuk kemudian menghasilkan listrik (potensial aksi). Sinyal ini
kemudian disalurkan ke otak melalui saraf auditorius. Dalam koklea terdapat jendela
oval yang terletak di salah satu ujung rongga vestibular, pada ruang tengah adalah
duktus koklearis, dan ruang ketiga adalah rongga.

Vaskularisasi dan Innervasi


Telinga   luar   mendapatkan   suplai   darah   dari   cabang   arteri   carotis
eksterna, adapun vaskularisasi bagian anterior dari a. Auriculo temporalis (a.
temporalis superficialis), bagian posterior dari a. Auricularis posterior, bagian medial
dari   a. Auricularis profunda (a. maxillaris). Persarafan telinga luar terdiri dari Nervus
auricularis mayor cabang nervus spinalis C2-C3 yang menginervasi kulit auricula dan
1/3 lateral kulit di atas permukaan prosesus mastoideus. Nervus auriculo temporalis
merupakan cabang N. V yang menginervasi   kulit auricula 2/3 anterior, 1/2 bag
anterior KAE dan membrana timpani.  Nervus tympanicus, cabang dari N IX (N
glosopharyngeus) yang menginervasi permukaan luar membran timpani. Nervus
Arnold cabang dari nervus vagus (N. X) yang menginervasi sebagian kecil auricula,
1/2 bagian posterior kanalis auditorius eksternus dan membran timpani.

2.1.2 Fisiologi Mendengar


1. Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
2. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamflikasikan getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong.
3. Energi getar yang telah diamflikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak.
4. Getaran diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfa,
sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane basalis dan
membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39 – 40 ) di lobus temporalis.
5. Gelombang tekanan yang tersisa dipindahkan ke perilimfa di dalam skala timpani
dan diserap saat jendela bundar sedikit menonjol
Gambar 2. Fisiologi Pendengaran
B. OTITIS MEDIA AKUT

A. Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachii, antrum mastoid dan sel-se mastoid. Otitis media terbagi atas; (1) otitis media
supuratif yaitu otitis media supuratif akut atau otitis media akut dan otitis media
supuratif kronik. (2) otitis media non supuratif atau otitis media serosa yaitu otitis media
serosa akut (barotrauma atau aerotitis) dan otitis media serosa kronik (glue ear). (3)
otitis media spesifik seperti otitis media sifilitika atau otitis media tuberkulosa, dan (4)
otitis media adhesive.

Stadium dan gejala klinik OMA

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium: stadium oklusi tuba eustachius, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium
perforasi, stadium resolusi.

a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius


Disebut juga salphingitis. Fungsi tuba terganggu, terjadi retraksi timpani akibat
terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, didapatkan tanda dan gejala
penurunan pendengaran, sensasi penuh di telinga gembrebeg (tinitus low
frequency), otofoni (mendengar suara sendiri), tidak ada demam, membran
timpani retraksi dan suram (keruh pucat) atau terkadang terlihat normal.
b. Stadium Hiperemis/Pre supuratif
Patogen masuk dan menjadi radang di telinga tengah, tampak pembuluh darah
yang melebar di membrane timpani (membrane timpani tampak hiperemis).
Gejala muncul demam, tinnitus, gangguan pendengaran tipe CHL dan nyeri pada
telinga.
c. Stadium Supurasi/Pustulasi
Pus terbentuk di telinga tengah (bulging) dan terasa sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat serta nyeri ditelinga bertambah hebat. Bila tidak dilakukan
miringotomi pada stadium ini maka membrane timpani akan rupture (Perforasi)
dan nanah keluar keliang telinga luar.
d. Stadium Perforasi
Tekanan meningkat sehingga membrane timpani ruptur rupture dan nanah keluar
keliang telinga luar. Suhu badan turun dan anak yang tadinya gelisah jadi tenang
dan dapat tertidur.
e. Stadium Resolusi
Bila membrane timpani utuh maka perlahan akan normal kembali. Bila sudah
perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. OMA bisa menjadi
OMSK bila perforasi menetap dengan secret keluar terus menerus.
B. Tatalaksana
Pengobatan OMA disesuaikan berdasarkan stadium penyakitnya.
- Pada stadium oklusi tuba bertujuan mengembalikan fungsi tuba eustachius
dengan diberikan obat tetes HCL efedrin 0,5% (anak <12 tahun), HCL efedrin 1%
(>12 tahun). Dan pengobatan sumber infeksi (ispa,rhinitis alergi,dll) jika oleh
bakteri diberikan antibiotika .
- Stadium presupurasi diberikan analgetika,dekongestan,dan antibiotika selama
10-14 hari dengan golongan yang paling sering diberikan penisilin
- Stadium supuratif diberikan antibitik, miringotomi bila membrane timpani
masih utuh. Miringitomi adalah insisi pada pars tensa membrane timpani, agar
terjadi drainase secret dari telinga tengah ke telinga luar.
- Stadium Perforasi diberikan Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari,
antibiotik adekuat yang tidak ototoksik seperti ofloxacin tetes telinga sampai 3
minggu.
- Stadium Resolusi dilakukan observasi selama secret tenang,dan memperhatikan
proses penutupan dari membrane timpani
C. Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses sub-
periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah
ada antibiotic, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari
OMSK

Anda mungkin juga menyukai