Anda di halaman 1dari 59

ANATOMI, FISIOLOGI,

PEMERIKSAAN FISIK,
PATOFISIOLOGI LARING
Oleh:
Bima Ghofaroli S
30101407154

Pembimbing :
Kolonel CKM (Purn) dr. Budi W, Sp. THT-KL
ADITUS LARINGIS :
Merupakan pintu masuk
kedalam cavum laringis:

Batas- batasnya:
-Ventral: Pinggir atas
epiglotis
-Lateral: plika
ariepiglotika
-Dorsal : tuberkulum
cuneiforme dan
corniculatum.
CAVUM LARING

Supraglotis (vestibulum superior),


Yaitu ruangan diantara permukaan atas pita
suara palsu dan inlet laring.

Glotis (pars media),


Yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara
sejati serta

Membentuk rongga yang disebut ventrikel laring morgagni.

Infraglotis (pars inferior)


Yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan
tepi bawah kartilago krikoidea
kartilago mayor, :

Kartilago
Kartilago Kartilago
Aritenoide
Tiroidea Krikoidea a
Ligamentum ekstrinsik :

 Membran tirohioid
 Ligamentum tirohioid
 Ligamentum tiroepiglotis
 Ligamentum hioepiglotis
 Ligamentum krikotrakeal
Ligamentum intrinsik :
 Membran quadrangularis
 Ligamentum vestibular
 Konus elastikus
 Ligamentum krikotiroid
media
 Ligamentum vokalis
OTOT INTRINSIK LARING
OTOT EKSTRINSIK LARING

Anterior view
OTOT LARING
Intrinsik Ektrinsik
 Krikotyroid → menegangkan lig. Elevator
Vokalis  nada suara tinggi  Mylohyoid
 Tyroaritenoid → mengendurkan  Tyrohyoid
plicavokalis.  Stylofaring
 Kricoaritenoid posterior = safety  Konstruklor faring
muscle = postikus → abduktor
Depresor
(membuka rima glottidis)
 Omotyoid
 Kricoariteroid lateral ( menutup
 Sternohyiod
rima glottidis)
 Sternotyroid
 Interariteroid obligue 
abduktor
 Interariteroid transversal →
adduktor
 Tyroepiglotika → membuka
aditus laring
 Ariepiglotis → menutup aditus
laring.
Vaskularisasi

 Laring mendapat perdarahan


dari cabang A. Tiroidea
Superior dan Inferior sebagai
A. Laringeus Superior dan
Inferior.
VASKULARISASI

Darah vena dialirkan melalui V. Laringeus


Superior dan Inferior ke V. Tiroidea
Superior dan Inferior yang kemudian
akan bermuara ke V. Jugularis Interna.
INERVASI
 Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus
yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn.
Laringeus Inferior (Nn. Laringeus
Rekuren) kiri dan kanan.
FISIOLOGI LARING
FONASI
 f/ laring sbg fonasi : dengan membuat suara serta menentukan
tinggi rendahnya nada

Ketegangan plika vokalis

Plika vokalis adduksi


( m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah & ke
depan, menjauhi kartilago aritenoid) bersamaan ( m. krikoaritenoid
posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang)
Sebaliknya kontraksi m. krioaritenoid lateral akan mendorong
kartilago arotenoid ke depan sehingga plika vokalis akan
mengendor

Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan


tinggi rendahnya nada
PROTEKSI
 u/ mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea
 Caranya: dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara
bersamaan
Kontraksi otot-otot ekstrinsik laring  pengangkatan laring keatas

Penutupan aditus laring

Kartilago aritenoid bergerak ke depan (kontraksi m.tiroaritenoid &
m.aritenoid transversal) & m. ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.
Penutupan rima glotis

Karena adduksi plika vokalis

Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot- otot
intrinsik
RESPIRASI
- Untuk mengatur besar kecilnya rima glotis

Bila m. krikoaritenoid posterior kontraksi

Menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid


bergerak ke lateral

Sehingga rima glotis terbuka (abduksi)


PATOFISIOLOGI LARING
KELUHAN PADA ORGAN FONASI
 Gangguan suara (disfonia) :
 Roughness ( suara kasar)
 Hipofonia ( suara lemah)
 Afonia (suara hilang)
 Spastik ( suara tegang dan susah keluar)
 Diplofonia ( suara terdiri dari beberapa nada)
 Odinofonia (nyeri saat bersuara)
PENYEBAB DISFONIA
 Radang
 Tumor
 Paralisis otot laring
 Sikatriks akibat operasi
 Fiksasi pada sendi krikoaritenoid
KELAINAN LARING
 Congenital
 Peradangan laring
 Lesi jinak laring
 Kelumpuhan pita suara
KELAINAN KONGENITAL
 Laringomalasi
 Stenosis subglotik
LARINGOMALASIA
STENOSIS SUB GLOTIK
Peradangan Laring

Laringitis

Kronis
Akut Kronis
spesifik

Laringitis Laringitis
tuberkulosis luetika
LARINGITIS AKUT

Radang akut laring, pada umumnya


kelanjutan dari rinofaringitis (common cold)

Bakteri yg menyebabkan radang lokal atau


virus yg menyebabkan peradangan sistemik
GEJALA DAN TANDA

Gejala Tanda
 Afonia (suara hilang)  Laring hiperemis
 Dysphonia (suara parau)  Laring edema
 Odynophonia (nyeri saat
bersuara)
 Odynophagia (nyeri saat
menelan)
 Demam
PEMERIKSAAN PENUNJANG

PX. LAB

• gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi


sekunder, leukosit dapat meningkat.

LARINGOSKOPI

• mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan


tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis
yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus
elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
DIAGNOSIS
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSIS BANDING
 Benda asing pada laring
 Faringitis
 Lesi jinak laring : nodul, polip
TATALAKSANA
 Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
 Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
 Menghirup uap hangat
 Paracetamol atau ibuprofen
 IV Kortikosteroid 0,5 mg/kgBB/hari tid 1-2 hari
 IV Ampisilin 100 mg/kgBB/hari
 Tracheostomy
LARINGITIS KRONIS

Etiologi


Sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis, vocal abuse

Gejala

Suara parau menetap,

Rasa tersangkut di tenggorokan,

Pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa menebal

Pemeriksaan


Mukosa menebal, hiperemis, permukaan tidak rata
TATALAKSANA
 Istirahat berbicara
 amoksisilin
 perubahan pola hidup adalah faktor yang jauh lebih penting dalam
mencegah terjadinya laringitis kronik, meliputi: berhenti merokok dan
menghindari lingkungan berasap; hindari makanan dan minuman 2-3
jam sebelum tidur untuk mencegah sekresi aktif asam lambung selama
tidur; tinggikan kepala ketika tidur, yang akan melindungi laring dari
refluks asam lambung selama tidur; obat-obatan yang dapat mengurangi
produksi asam lambung pada pasien yang mempunyai gejala
peningkatan asam lambung; hindari tindakan membersihkan
tenggorokan yang dapat memperburuk gejala.
KOMPLIKASI
 penyebaran infeksi ke sistemik atau struktur di sekitarnya
 stenosis laring
 edema atau stenosis sekunder
 kerusakan struktur pita suara yang permanen
 transformasi menjadi keganasan.
LARINGITIS KRONIS

Etiologi


Sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis, vocal abuse

Gejala

Suara parau menetap,

Rasa tersangkut di tenggorokan,

Pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa menebal

Pemeriksaan


Mukosa menebal, hiperemis, permukaan tidak rata
TATALAKSANA
 Istirahat berbicara
 perubahan pola hidup adalah faktor yang jauh lebih penting dalam
mencegah terjadinya laringitis kronik, meliputi:
 berhenti merokok dan menghindari lingkungan berasap;
 hindari makanan dan minuman 2-3 jam sebelum tidur untuk mencegah sekresi aktif
asam lambung selama tidur;
 tinggikan kepala ketika tidur, yang akan melindungi laring dari refluks asam lambung
selama tidur;
 obat-obatan yang dapat mengurangi produksi asam lambung pada pasien yang
mempunyai gejala peningkatan asam lambung;
KOMPLIKASI
 penyebaran infeksi ke sistemik atau struktur di sekitarnya
 stenosis laring
 edema atau stenosis sekunder
 kerusakan struktur pita suara yang permanen
 transformasi menjadi keganasan.
PENCEGAHAN
 Jangan merokok, dan hindari asap rokok
 Minum banyak air
 Batasi penggunaan alkohol dan kafein
 Jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan
LARINGITIS KRONIS SPESIFIK

Laringitis tuberkulosa

Laringitis Luetika
LARINGITIS TUBERKULOSA
Patogenesis laringitis tuberkulosa
Infeksi kuman ke laring melalui udara pernapasan, sputum yg mengandung
kuman, penyebaran limfogen/hematogen

Stadium Stadium
Stadium Stadium
perikondriti fibrotuberk
infiltrasi ulserasi
s ulosis
Stadium infiltrasi :

• Pembengkakan dan hiperemis mukosa


laring bagian posterior, pita suara
• Submukosa : terbentuk tuberkel,
mukosa tdk rata, tampak bintik-bintik
kebiruan, tuberkel ini makin membesar
 tuberkel berdekatan bersatu
mukosa diatasnya meregang  pecah
 ulkus
Stadium ulserasi

• Akhir stadium infiltrasi  ulkus


yang dangkal, dasarnya ditutupi
oleh perkijuan sangat nyeri
Stadium
perikondritis
• Ulkus yang mengenai kartilago
laring  merusak tulang rawan,
sehingga terbentuk nanah dan bau
 berlanjut terbentuk sequester
• >> Kartilago Aritenoid dan
epiglotis
Stadium
fibrotuberkulosis

• Terbentuk fibrotuberkulosis pada


dinding posterior, pita suara dan
subglotik
GEJALA KLINIS
 Rasa kering, panas, dan tertekan di daerah laring
 Suara parau,
 Afoni (st. lanjut)
 Hemoptisis
 Nyeri waktu menelan
 Keadaan umum buruk
TERAPI
 Obat Anti tuberkulosis
 Vocal rest
LARINGITIS LUETIKA

 Etiologi : Treponema Palidum


 Gambaran Klinis :
 Jika guma pecah  ulkus
 Sifat ulkus : sangat dalam, bertepi dgn dasar keras, warna
merah tua, eksudat warna kekuningan, tidak nyeri , menjalar
cepat
Gejala Klinis Terapi

 Penisilin
 Dosis 1,2 juta U ,IM
 Suara parau  Pengangkatan sekuester
 Batuk kronis  Jika ada sumbatan Laring 

 Disfagia (sulit menelan) Trakeostomi


TRAKEOSTOMI

- Adalah tindakan membuat


lubang pada dinding anterior
trakea tujuan untuk bernafas
Indikasi:
- Obstruksi laring
- Mengurangi dead air
space
- Mempermudah
pengisapan secret
- Memasang alat bantu
nafas
- Untuk mengambil benda
asing dari subglotik
LESI JINAK JARINGAN

 Nodul pita suara


 Polip pita suara
 Kista pita suara
NODUL PITA SUARA
POLIP PITA SUARA
KISTA PITA SUARA
KELUMPUHAN PITA SUARA
 Terganggunya pita suara karena disfungsi saraf ke otot
laring
 Kelainan ini berupa gejala dan bukan suatu penyakit
 Penyebab : diduga kelainan pada batang otak atau trauma
kepala pada prosses kelahiran, keganasan pada paru,
esofagus atau tiroid, tindakan pembedahan tiraoid, trauma
kepala dan leher, tuberkulosis, aneurisma aorta,
 Gejala tersering stridor pada bayi
 Gejala didapat: suara parau, stridor, kesulitan menelan
 Pemeriksaan :
 Laringoskop
 Laryngeal electromyography
 Untuk menentukan penyebab : foto thoraks, MRI

 Pengobatan : terapi suara, pembedahan pita suara


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai