Anda di halaman 1dari 24

Struktur dan Anatomi Telinga

Struktur dan Anatomi Telinga


Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
bagian dalam.

(http://www.britannica.com/EBchecked/topic-art/175622/530/Structure-of-the-human-ear)

a. Telinga luar (outer ear)

Bagian yang termasuk telinga luar meliuputi daun telinga (pinna), saluran telinga,
dan gendang telinga (membrane tympanum)Telinga bagian luar terdiri atas daun
telinga dan saluran telinga. Rangka daun telinga ini terdiri dari tulang rawan elastis
yang berfungsi untuk mengumpulkan getaran suara menuju saluran telinga luar.

Panjang saluran telinga luar ini 2,5 cm. Saluran ini memiliki sejenis kelenjar
sebaceae (sejenis minyak) yang menghasilkan kotoran teling (cerumen). Selain itu
terdapat pila kelenjar lilin yang berfungsi menjaga agar permukaan saluran telinga
dan gendang telinga agar senantiasa lembab. Cerumen dan rambut telinga ini dapat
mencegah masuknya benda asing ke dalam telinga.
b. Telinga tengah (middle ear)

Telinga tengah meerupapak sebuah rongga yang berisi udara. Di dalamnya terdapat
saluran Eustachio yang berfungsi menjaga keseimbangan tekanan udara dalam
faring.Telinga bagian tengah ini dibatasi dan dimulai dari membran timpani (gendang
telinga) yang didalamnya terdapat rongga kecil berisi udara yang terdiri atas tulangtulang pendengaran yang terdiri atas maleus (martil), inkus (landasan) dan stapes
(sanggurdi). Pada bagian telinga tengah ini juga terdapat saluran eustacius yang
menghubungkan telinga bagian tengah dengan faring. Antara telinga bagian dalam dan
telinga bagian tengah dibatasi oleh tingkap oval (fenestra ovalis) dan tingkap bulat
(venestra rotundra). Ketiga tulang pendengaran itu berfungsi mengirimkan gelombang
suara dari gerendang telinga menyebrangi rongga telinga tengah menuju jendela oval.
c. Telinga dalam (inner ear)

Bagian dalam telinga ini terdapat organ pendengaran yang terdiri atas koklea (rumah
siput) dan organ keseimbangan yang terdiri atas kanalis semi sirkularis, sakulus dan
ultrikulus.Koklea ini terdiri atas dua ruangan atau saluran, canal vestibulat bagian
atas dan canal timpanik pada bagian bawah. Kedua ruangan tersebut berisikan cairan
perilimfe dan dibatasi oleh duktus koklea. Sedangkan duktus koklea berisikan cairan
endolimfe. Pada bagain dasar duktus koklea ini lah terdapat reseptor pendengaran
yang disebut dengan organ corti.
A. Proses Pendengaran
Untuk mempermudah dalam memahami proses pendengaran pada manusia,
perhatikanlah video dan animasi berikut ini :
http://www.youtube.com/watch?v=skXQ6PuIc4s

Selain berfugsi sebagai organ pendengaran, telinga juga berfungsi sebagai organ
keseimbangan. Keseimbangan terbagi menjadi dua, yaitu keseimbangan statis dan
keseimbangan dinamis.
a. keseimbangan statis

Keseimbangan statis ini merupakan keseimbangan yang berhubungan dengan orientasi


letak kepala (badan) terhadap gravitasi bumi. Yang berperan pada keseimbangan
statis ini adalah sakulus dan ultrikulus( pada kanalis semi sirkularis).Bila kepala miring
ke satu arah, otolith yang berat akan tertauk ke bawah oleh gravitasi bumi, hal ini
akan menarik lapisan gelatin ke bwah yang kemudin merangsang sel-sel rambut.
Impuls keseimbangan ini kemudian dijalarkan melalui bagian vetibularis dari syaraf ke
VIII medula kemudian ke korteks otak.
b. Keseimbangan dinamis

Keseimbangan ini merupakan suatu upaya pertahanan keseimbangan tubuh terhadap


gerakan-gerakan berbagai arah, misalnya berputar, jatuh, percepatan, dsb.Bila kepala
bergerak kesegala arah, maka cairan didalam canalis semi sirkularis akan bergerak ke
arah sebaliknya sehingga akan menekukan cupula. Dengan demikian sel-sel rambut
terangsang dan timbul ilmpuls menuju syaraf ke VIII. Karena ketiga canalis
semisircularis ini letaknya saling tegak lurus maka gerakan kepala kesegala arah dapat
terkontrol oleh alat keseimbangan.
Read more: http://cosmo-burn.blogspot.com/2011/03/struktur-dan-anatomitelinga.html#ixzz28s482vpv

Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga banyak
berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga pada hewan vertebrata memiliki dasar
yang sama dari ikan sampai manusia, dengan beberapa variasi sesuai dengan fungsi dan spesies.
Setiap vertebrata memiliki satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian
yang berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara.
Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah
gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi
dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf
yang menyambungkan telinga dan otak (nervus vestibulokoklearis).

Daftar isi

1 Telinga manusia
o

1.1 Bagian telinga

1.1.1 Telinga luar

1.1.1.1 Telinga luar dan kebudayaan

1.1.2 Telinga tengah

1.1.3 Telinga dalam

1.1.3.1 Pendengaran

1.1.3.2 Organ Keseimbangan

2 Organ pendengaran hewan invertebrata

3 Pranala luar

Telinga manusia

Anatomi telinga manusia


Bagian telinga

Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Telinga luar

Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang
telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau

meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Bagian daun telinga
berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju
gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap
suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan
rawan yang dilapisi kulit tipis.
Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut
serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang
memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga
dalam.
Peradangan pada bagian telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya terjadi
karena kebiasaan mengorek telinga & akan menjadi masalah bagi penderita diabetes mellitus
(DM/sakit gula)
Telinga luar dan kebudayaan

Walaupun bagian daun telinga tidak begitu penting, bagian ini sering digunakan untuk
memperbaiki tampilan wajah. Dalam masyarakat Barat, telinga yang terlalu besar dan terlihat
tidak simetris akan memperburuk penampilan. Bedah pertama untuk mengatasi hal ini
dipublikasikan pada 1881.

Tindik telinga.

Telinga juga menjadi tempat perhiasan selama ribuan tahun, terutama dengan menindik telinga.
Dalam beberapa kebudayaan, perhiasan tersebut ditempatkan untuk menarik dan memperbesar
daun telinga. Kebudayaan ini masih ditemukan di Indonesia, yakni pada suku Dayak di
Kalimantan.

Telinga tengah

Telinga tengah adalah rongga udara di belakang gendang telinga, yang meliputi, 3 tulang
pendengaran (martil atau malleus, landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). Ujung dari
saluran Eustachius juga berada di telinga tengah.
Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran.
Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang
sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah
siput.
Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara
dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak
berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga
tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachius dan telinga
tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa
penumpang pesawat terbang merasa 'tuli sementara' saat lepas landas. Rasa tuli disebabkan
adanya perbedaan tekanan antara udara sekitar. Tekanan udara di sekitar telah turun, sedangkan
di telinga tengah merupakan tekanan udara daratan. Perbedaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap.
Peradangan atau infeksi pada bagian telinga ini disebut sebagai Otitis Media
Teknik menghafal 3 macam tulang pendengaran supaya tidak terbalik,sbb : 3 tulang pendengaran
adalah martil, landasan dan sanggurdi. Tekniknya adalah perhatikan huruf belakang setiap nama
tulang pendengaran, dan samakan dengan huruf depan nama yang berikutnya (Marti(l),
(l)anda(san), (san)ggurdi) yang penting kita tau huruf depan /kata depannya ,,, (Graciella Eunike
Satriyo.Sanjose,Bali 2011)
Telinga dalam
Pendengaran

Potongan melintang koklea. Endolimfe terdapat di skala media - daerah hijau terang
pada tengah diagram.

Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang
pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang
terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea terdiri dari tiga
bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli
berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval,
sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah
bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang
berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel
penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur,
sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.
Organ Keseimbangan

Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat Indra Pengatur Keseimbangan atau
organ Vestibular. Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk
struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau Saluran Gelung atau
semisirkular. Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan Tubuh dan memiliki sel
rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf Pendengaran.

Organ pendengaran hewan invertebrata


Hanya hewan vertebrata yang memiliki telinga, walaupun beberapa invertebrata mampu
mendeteksi suara dengan indera tertentu. Pada serangga, organ timpani digunakan untuk
mendengar suara.
Beberapa hewan juga menggunakan kakinya untuk mengenal suara seperti pada laba-laba dan
kecoa. Ulat bulu menggunakan bulu pada tubuhnya untuk merasakan getaran dan memungkinkan
mereka untuk merespon suara.

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA


PENDAHULUAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui
bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang
dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi,
pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang
terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang
keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringologyhead and neck nursing).
Anatomi Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan
dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke
sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah

kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa
padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.
Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung
kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut
serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian
luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan
bagi kulit.
Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul
otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak
pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1
cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah
merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara
di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.
Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga
tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara
dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi
oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur
berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini
terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan
fistula perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah
ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot
palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi
sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan
tekanan atmosfer.
Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran
(koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan
VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea
dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior,
superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ
yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan
kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah
lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di
dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam
cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal
dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus,
dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang
cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe
dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini
terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam
kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris
yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi
kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan
aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis
auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan
nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi
nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis
auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus
mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak
Keseimbangan dan Pusing
Kelainan sisten keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang
berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada
populasi lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif),
mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi mengenai
keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak,
tentu saja, mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu gangguan pada salah
satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan
gangguan keseimbangan.
Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik mengenai gerakan dan posisi kepala,
mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.

pusing
sering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk menggambarkan stiap
gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak bisa menggambarkan dengan
jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh pasien,
penting untuk menentukan apa gejala yang sebenrnya dirasakan oleh pasien.
Vertigo
didefinisikan sebagaihalusinasi atau ilusi gerakan gerakan seseorang lingkungan seseorang yang
dirasakan. Kebanyakan orang yang menderita vertigo menggambarkan rasa berputar putar atau
merasa seolah-olah benda berputar mengitari. Vertigo adalah gejala klasik yang dialami ketika te
disfungsi yang cukup cepat dan asimetris sistem vestibuler perifer (telinga dalam).
Ataksia
adalah kegagalan koordinasi muskuler dan dapat terjadi pada pasien dengan penyakit vestibuler.
Sinkope, pingsan, dan kehilangan kesadaran bukan merupakan bentuk vertigo, juga merupakan
karakteristik masalah telinga biasanyaji menunjukkan adanya penyakit sistem kardiovaskuler.
Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi
Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan membrana
timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis, melalui gerakan
pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke
koklea, di mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus
vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan diterjemahkan dalam bentuk
akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih kecil, dari
aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng batkan peningkatan
amplitudo bunyi.
Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat
Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan
membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi
bunyi, getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi
berlawanan duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh,
jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada
membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai
sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila
ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi
merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan
menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel
rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan
dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel
yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada
dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan
membrana basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak
seperti gelombang

. Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah
koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke
korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan
tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui
tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi
udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau
terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan mengakibatkan
hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.
Kehilangan Pendengaran
Ada dua jenis kehilangan pendengaran.
Kehilangan konduktif
biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga
tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien
suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
kehilangan sensoris
melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan
sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan
pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik
konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang.
Kehilangan suara fungsional (atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan
dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai
manifestasi gangguan emosional.
Lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita berbagai tingkat kehilangan pendengaran.
Kebanyakan di antaranya dapat ditolong dengan terapi medis atau bedah atau dengan alat bantu
dengar dan memandu pasien ke pusat pelayanan.
Pendekatan Psikososial
Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap, kemampuan
berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan kemampuan untuk melindungi diri
sendiri. Di dalam ruang kelas, pelajar dengan gangguan pendengaran dapat menunjukkan tingkat
ketidaktertarikan, kurang perhatian dan kegagalan. Orang akan merasa terasing di rumah karena
ketidak mampuannya mendengar bunyi lonceng, dengungan, suara burung berkicau, atau
kendaraan yang melintas.
Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan pada saat yang
tidak tepat karena tak mampu mendengar mobil yang mendekat. Individu yang menderita
kehilangan pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa yakin bahwa orang
lain membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari bahwa pendengarannya
secara bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan mereka yang menderita gangguan tetapi
orang yang berkomunikasi dengan mereka yang pertama kali mengenali adanya gangguan tersebut.

Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan medis. Oleh
karena rasa takut bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia lanjut, banyak orang
menolak mengenakan alat bantu dengar. Sedangkan orang lain merasa kurang percaya diri bila
mengenakan alat bantu. Pasien yang mampu melakukan introspeksi diri biasanya akan
menanyakan kepada orang yang diajaknya berkomunikasi untuk memberi tahu. ketika
melakukan penyuluhan pasien yang memerlukan bantuan pendengaran. Perawat harus ingat
bahwa keputusan mengenakan alat bantu dengar adalah sangat pribadi dan sangat dipengaruhi
oleh sikap dan perilaku orang tersebut.
Pendekatan Gerontologik
Bersama proses penuaan, dapat terjadi perubahan telinga yang kemudian dapat mengarah ke
defisit pendengaran. Beberapa perubahan terjadi pada telinga kecuali bila serumen cenderung
menjadi lebih keras danj lebih kering sehingga terjadi peningkatan kemungkinan imfeksi.
Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi atau menjadi sklerotik. Telinga tengah
dapat mengalarni degenerasi sel pada dasar koklea. Tampaknya ada predisposisi familier pada
terjadinya kehilangan pendengaran sensorineural. Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan
suara berfrekuensi tinggi, kemudian oleh kehilangan frekuensi menengah dan rendah. Istilah
presbikusis dipakai untuk menerangkanl kehilangan pendengaran yang progresif. Namu
presbikusis merupakan diagnosis eksklusi, sehingga kehilangan pendengaran sensorineural harus
dah disingkirkan.
Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan ketidakmampuan
mendengar pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan volume televisi.
Literatur (Paparella et a!., menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65

tahun dan 50% orang berusia di atas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran.
Penyebabnya tidak diketahui hubungannya dengan diet, metabolisme, arteriosklen stres,
dan keturunan tidak konsisten.

Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti pemajanan sepanjang
terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin),
Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik gangguan
ginjal dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada manula. Banyak manula menelan quinin
untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakib hilangnya pendengaran.
Faktor psikogenik dan pn penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan
kehilangan pendengaran sensorineural.
Gejala Kehilangan Pendengaran
Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tldak jelas atau dihllangkan, atau mengeluarkan
kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik, Telinga memandu suara,
baik kekerasan maupun ucapannya.
Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan bisa

disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut menjadl
mudah tersinggung.
Acuh
individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan
ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak mampu
rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan pendengaran
menarlk diri dari situasi yang dapat memalukannya.
Rasa tak aman
Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menclptakan suatu perasaan tak aman pada
kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun yang menginglnkan
untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung membuatnya nampak bodoh.
Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal
Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat kesulitan
untuk membuat keputusan.
Kecurigaan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang
dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian percakapan
yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga la tak dapat
mandengarkan
Kabanggaan semu
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan
pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya tidak.
Kesepian dan ketldak bahaglaan Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun
kesunyian yang dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan
kehilangan pendengaran sering merasa (terasing)
Kecenderungan untuk mendominasi pembicaran
Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi percakapan,
mengetahui bahwa selama pembicaraan terpusat padanya sehingga ia dapat mengontrol maka la
tidak akan melakuKan kesalahan yang memalukan.
(Seizin Maico Hearing Instruments.)
Kebisingan dan Efeknya pada Pendengaran
Kebisingan suara yang tak diinginkan dan tak dapat dihindari) telah diidentifikasi sebagai salah
satu bahaya lingkungan pada abad ke-20. Besarnya volume kebisingan yang mengelilingi kita
setiap hari telah meningkat dari kejengkelan sederhana sampai berpotensi sebagai sumber bahaya
kerusakan fisik dan psikologis.
Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terbukti menyebabkan konstriksi
pembuluh darah perifer,
peningkatan tekanan darah dan
kecepatan denyut jantung (akibat sekresi adrenalin),
dan peningkatan aktivitas gastrointestinal

Mekanisme yang paling sering adalah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh kebisingan.
Namun untungnya kelainan yang dapat dicegah. Istilah kehilangan pendengaran yang diinduksi
oleh kebisingan digunakan untuk menjelaskan kehilangan pendengaran yang terjadi setelah
pemajanan jangka lama terhadap kebisingan keras {mis. mesin-mesin berat, motor dan
persenjataan), sementara trauma akustik merujuk pada kehilangan pendengaran akibat
pemajanan tunggal terhadap kebisingan yang sangat intens, seperti ledakan. Biasanya
kehilangan suara yang diinduksi kebisingan terjadi pada frekwensi tinggi (sekitar 4000 Hz),
meskipun dengan pemajanan kebisingan terus-menerus kehilangan pendengaran dapat menjadi
lebih berat dan meliputi pula frekwensi di sekitarnya
Pengkajian Kemampuan Mendengar
Pemeriksaan Telinga .
Telinga luar diperiksa dengan
inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah
dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan otoskop pneumatic
Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus
dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di
belakang aurikulus biasanya menunjukkan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di
kulit kepala dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.
Otoskop dipegang dengan satu tangan sementara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya
dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus
kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana
timpani.
Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan ke
lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang
dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke
bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi
selapis epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan
nyeri.
GAMBAR 57-2. Teknik untuk menggunakan otoskop.

Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.
Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan
pada dasar kanalis. Penanda harus dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo,
manubrium mallei, dan prosesus brevis.
Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus
dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut
cahaya dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.
Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat
dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di kanalis
eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat
diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.
Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan
bisikan kata atau detakan jam tangan.
Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh.
Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,

pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2
kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal
dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan,
pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa
mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama
dari aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi
daripada suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satusatunya cara mengkaji ketajaman auditorius.
Penggunaan uji Weber dan Rinne
memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineural
Uji Weber
memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa.
Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah
kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan mendengar
suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala. Bila
ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih jelas
terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara,
sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara
akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna
untuk kasus kehilangan pendengaran unilateral.
Uji Rinne
gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(konduksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra). Pada
keadaan normal pasien dapat terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara
berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi
tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah
menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif
yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang
dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor,
yang buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.
Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah satu-satunya instrumen
diagnostik yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:
(1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin
keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya),
dan
(2) audiometri wicara
di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan mendengar dan
membedakan suara.

Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang
didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita
mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme
konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri
dilakukan di ruangan yang kedap suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang
dinamakan audiogram.

Frekwensi
merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus
perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran
frekwensi dari
20 sampai 20.000Hz.
500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari (yang
dikenal sebagai kisaran wicara. Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada
dengan
frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada
10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas
suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan oleh rsuara. Kehilangan pendengaran
diukur dalam decibel, yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah
dikonversikan ke persentase.
Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa contoh internsitas suara yang biasa
termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB; per kapan
rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB. Suara yang lebih keras i
80 dB didengar telinga manusia sangat keras. Suara ya terdengar tidak nyaman dapat merusak
telinga dala Timpanogram atau audiometri impedans, meng refleks otot telinga tengah terhadap
stimulus suara, kelenturan membrana timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga
yang tertutup (Gbr. Kelenturan akan berkurang pada penyakit telinga tertutup)

Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris
yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori asendens batang
otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur pendengaran
karena partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti pada audiogram perilaku.
Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli akustik, biasanya dalam bentuk detak,
diperdengarkan ke telinga. pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan
tingkat desibel berapa yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada kelainan sepanjang alur
syaraf,
seperti tumor pada nervus kranialis VIII. Elektrokokleografi (ECoG) adalah perekaman potensial
elektrofisologis koklea dan nervus kranialis VIII bagai respons stimuli akustik. Rasio yang
dihasilkan digunakan untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan
telinga dalam seperti penyakit Mniere dan fistula perilimfe.
Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan koklea, baik di
kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui elektroda
transtimpanik yang diletakkan melalui mambrana timpani dekat mem-bran jendela bulat. Untuk
persiapan pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48 jam sebelum uji
dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah.
Elektronistagmografi (ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan potensial
elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan secara spontan,
posisional atau kaloris. Digunakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan vestibular dan
interaksi yang terjadi antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini, udara atau air panas
dan dingin (uji kalori bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius eksternus, dan kemudian
gerakan mata diukur. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkularis
lateralis paralel dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda dipasang pada dahi dan
dekat mata. Pasien diminta tidak meminum supresan vestibuler seperti sedativa, penenang,
antihistarnin, atau alkohol, begitu pula stimulan vestibuler seperti kafein, selama 24 jam sebelum
pengujian.
ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius
internus atau fosa posterior.
Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural. Diuji
integrasi antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan keluaran
respons motoris dan koordinasi anggota bawah. Pasien berdiri pada panggung (platform),
dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seperti panggung bergerak dengan layar
bergerak.
Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu tepat
membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara menentukan
kemampuan pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat
desibel di mana suara masih terdengar.
pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem mana yang
terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.
Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal harmonic acceleration), atau kursi berputar,
mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai
respons putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat
mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk

mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien


sama dengan yang diperlukan pada EN
Berkomunikasi pada Kerusakan Pendengaran
Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih bafik dengan penderita gangguan pendengaran
yang wicaranya sulit dipahami.
1. Pusatkan seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya. Perhatikan dan
dengarkanjangan IM-coba melakukan pekerjaan lain sementara menJe ngarkannya.
2. Libatkan pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi jawaban. Hal
ini mungkinkan anda menjadi terbiasa dengan pola wicaranya yang khusus.
3. Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya; anda kemudian
mungkin dapat mengisi detil dari konteks tersebut.
4. Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.
5. Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai kemampuan
memahami apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menulis-kan pesan yang ingin
disampaikannya daripada meng-ambil risiko salah pengertian. Meminta orang tersebut
mengulang pesan dalam bentuk wicara, setelah anda mengetahui isinya, juga dapat membantu
anda mem-biasakan diri dengan pola wicaranya.
Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang dapat
membaca gerak bibir adalah sebagai berikut:
1. Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.
2. Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin; posisikan diri anda sedemikian rupa
sehingga wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai hindari terhalang oleh bayangan
cahaya yang terlalu terang;jangan menutupi penglihatan orang tersebut terhadap mulut anda
dengan cara apapun; hindari berbicara sambil mengunyah sesuatu dalam mulut anda.
3. Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal anda sebelum
meneruskan dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan ini memung-kinkan orang
tersebut menggunakan petunjuk konteks-tual dalam membaca gerak bibir.
4. Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila anda
berbicara normal.
5. Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruk-si telah dipahami, lakukan pengecekan
untuk meya-kinkan bahwa pasien telah memahami secara penuh pesan anda.
6. Bila mulut anda terpaksa ditutup dengan alasarTapapun (misalnya memakai masker) dan anda
wajib memberi arahan atau instruksi kepada pasipn, maka tak ada jalan lain kecuali anda harus
menulis pesan yang ingin anda sampaikan.

Gangguan Telinga Luar


Otalgia
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus
kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat
ini menjadi sangat sensitif.
Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat juga
disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya

akibat nyeri di dekat ser ndi temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih c 50% pasien yang
mengeluh otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.
Impaksi Serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan warna yang
bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat mengalami infaeksi,
menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen
terutama bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengar Usaha membersihkan
kanalis auditorius dengan bata korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma
terhadap kulit dapat mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.
Penatalaksanaan.
Serumen dapat diambil denga irigasi, pengisapan, atau instrumentasi. Kecuali bila riwayat
perforasi membrana timpani atau terdapat inflamasi telinga luar (otitis eksterna), irigasi lembut
kan prosedur yang dapat diterima untuk mengambil serumen.
Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditorius eksteni
Pengambilan serumen yang berhasil dengan irigasi ha bisa dicapai bila aliran air dapat mencapai
bela serumen yang menyumbat agar dapat mendorongnya lateral dan ke luar dari kanalis.
Meskipun irrigator pic air biasanya aman, namun instrumen ini berhubungan den perforasi
membrana timpani dan bahkan cedera otologik yang lebih serius. Maka harus digunakan tekanan
serdah mungkin yang digunakan untuk mencegah trail mekanik.
Bila sebelumnya sudah terdapat perforasi membran timpani di belakang impaksi serumen, air
dapat mema ruang telinga tengah. Masuknya air dingin ke da telinga tengah dapat
mengakibatkan vertigo akut dengan cara menginduksi arus konveksi termal dalam kanalis semi
sirkularis. Memasukkan air ke dalam rongga teli tengah dapat juga meningkatkan risiko infeksi.
Irigasi kanalis juga terbukti mengakibatkan otitis eksterna: na (osteomielitis tulang temporal)
pada manula pende diabetes. Bila harus melakukan irigasi aural pada penderita diabetes, harus
digunakan larutan steril. Bila irigasi ti berhasil sempurna atau bila impaksi serumen tidak purna,
maka dapat dilakukan pengangkatan secara mekanis, dengan pandangan langsung pada pasien
yang koope-ratif oleh tenaga profesional yang terlatih.
Serumen juga dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes gliserin hangat, minyak
mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan setengah selama 30 menit sebelum
pengangkatan. Bahan seruminolitik, seper-ti peroksida dalam gliseril (Debrox) atau Cerumenex
juga tersedia; namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk dermatitis.
Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama beberapa hari biasanya sudah
mencukupi untuk memudahkan pengangkatan im-paksi. Bila impaksi serumen tak dapat
dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat oleh petugas perawatan kesehatan dengan instrumen
khusus seperti kuret serumen dan pengisap aural yang menggunakan mikroskop binokuler untuk
pembesaran.Benda Asing
Otitis Eksterna
Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling sering pada telinga.
Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam kanalis auditorius
eksternus (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan masuknya organisme ke
jaringan, dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan kelainan endokrin. Kanalis telinga
normal steril pada beberapa orang; sedang lainnya mengandung Staphylo-coccus albus dan/atau

organisme lain seperti difteroid. Patogen otitis eksterna yang paling sering adalah Staphylococcus aureus dan spesies Pseudomonas. Jamur yang paling sering dapat terisolasi dari telinga
normal maupun yang terinfeksi adalah Aspergillus. Otitis eksterna sering disebabkan oleh
dermatosis seperti psoriasis, ekzema, atau dermatitis sebore. Bahkan reaksi alergi terhadap
semprot rambut, cat rambut, dan losion pengeriting rambut permanen dapat mengakibatkan
dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya dihilangkan.
Manifestasi Klinis.
Pasien biasanya datang dengan nyeri, cairan dari kanalis auditorius eksternus, nyeri tekan aural
(biasanya tak terdapat pada infeksi telinga tengah), dan kadang demam, selulitis, dan
limfadenopati. Keluhan lain dapat meliputi pruritus dan kehilangan pendengaran atau perasaan
penuh. Pada pemeriksaan otoskopis kanalis telinga nampak eritema dan edema. Cairan berwarna
taming atau hijau dan berbau busuk. Pada infeksi jamur bahkan dapat terlihat spora hitam seperti
rambut.
Penatalaksanaan. Prinsip terapi ditujukan untuk menghilangkan ketldaknyamanan, mengurangi
pembeng-kakan kanalis telinga, dan mengeradikasi infeksi. Tak jarang pasien mendapat resep
analgetik selama 48 sampai 92 jam pertama. Bila jaringan di kanalis eksternus meng-alami
edema, perlu dipasang sumbu untuk menjaga kanalis tetap terbuka sehingga cairan obat (mis.
larutan Burow, sediaan antibiotika telinga) dapat dimasukkan). Obat tersebut dapat diberikan
dengan penetes dengan suhu ruangan. Obat yang dipakai biasanya kombinasi antibiotika dan
kortikosteroid untuk melemaskan jaringan yang terinflamasi. Jika terdapat selulitis atau demam,
maka perlu diberikan antibiotika sistemik. Bahan anti-jamur dapat diberikan bila perlu.
Pasien diingatkan untuk tidak membersihkan sendiri kanalis auditorius eksternus menggunakan
lidi kapas. Pasien juga dilarang untuk berenang atau memasukkan air ke dalam telinga ketika
mencuci rambut atau mandi. Wool kambing atau kapas dapat diolesi jel yang tak larut air (seperti
vaselin) dan diletakkan di telinga untuk mencegah kontaminasi air. Pasien dapat mencegah
infeksi dengan menggunakan preparat antiseptik telinga sehabis

Anda mungkin juga menyukai