Anda di halaman 1dari 16

1.

Anatomi Fisiologi Tulang Radius

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan


tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-
mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikon). Kalsium dan
fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksida patit), yang tertimbun
pada matriks garam (hidroksia patit) yang tertmbun pada matriks kolagen
dan proteaglikan matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid.
(Sylvia, A. Price, Patofisiologi, Buku II, Edisi 4, Penerbit EGC, 1995).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas.
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresi matriks
tulang.
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak dalam osteum (unit matriks tulang). Osteoklas adalah
sel multinuklear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,
resorbsi dan remodeling tulang.
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah merupakan tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari tulang ulna.
Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing
dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan kapitulum dari humerus.
Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di bawah
kepala terletak leher dan di bawah serta di sebeelah medial dari leher ada
tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendon dan insersi otot bisep.
Batang radius. Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih
bundar daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah.
Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa
permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor dan
pronator yang letaknya dalam di sebelah anterior dan di sebelah posterior
memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam lengan
bawah dan tangan.
Ujung bawah agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi
dua buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius berbendi
dengan ska foid dan tulang semilunar dalam formasi persendian
pergelangan tangan. Permukaan persendian di sebelah medial dari yang
bawah bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi persendian radio-
ulna inferior. Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah
menjadi prosesus stiloid radius.
Fungsi dari tulang pada lengan bawah atau tulaang radius adalah
untuk pronasi dan supinasi harus dipertahankan dengan menjaga posisi dan
kesejajaran anatomik yang baik.

Proses Penyembuhan Tulang

Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondial


ketika tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal
dengan jaringan parut, namun tulang mengalami regenerasi sendiri. Ada
beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :
1) Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama
dengan bila ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan
dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada
tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi
karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian akan
diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan
nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
2) Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan
untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dan osteosit, sel endotel, sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai
matriks kolagen pada patahan tulang.
3) Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan
tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang
serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk
menghubungkan defek-secara langsung berhubungan dengan jumlah
kerusakan dan pergeseran tulang.
4) Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu
patah tulang melalui proses penulangan endokondrial.
5) Remodeling
Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.
Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun
tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang,
dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus - stres
fungsional pada tulang.

2. Definisi Fraktur Radius

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai


jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002,
hal. 2357).
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Sylvia A., Patofisiologi, 1995).
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat
jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth,
Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2372).

3. Klasifikasi

a. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang tidak
menonjol keluar melewati kulit.
b. Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan kulit ke
tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan dengan lingkungan luar,
sehingga berpotensi terjadi infeksi. Fraktur terbuka lebih lanjut
dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya fraktur.
 Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang dari 1
cm.
 Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar pada
otot.
 Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada
pembuluh darah.
c. Fraktur komplit
Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari posisi
normal.
d. Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana yang
mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini disebut juga
green stick atau fraktur hickoristik.
e. Fraktur comminuted
Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
f. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang pokok,
seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut oblique (sekitar
45o) pada batang atau sendi pada tulang.
g. Fraktur longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
h. Fraktur transversal
Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
i. Fraktur spiral
Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.

4. Etiologi
Penyebab paling umum fraktur adalah :
a. Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu
lintas/jatuh.
b. Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakti seperti
osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase.
5. Tanda dan Gejala

a. Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila


ditekan/diraba.
b. Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
c. Spasme otot.
d. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada keadaan
normal.
e. Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
f. Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat oleh
fragmen tulang.
g. Krepitasi jika digerakkan.
h. Perdarahan.
i. Hematoma.
j. Syok
k. Keterbatasan mobilisasi

6. Patofisiologi Fraktur Radius

Fraktur kaput radii sering terjadi akibat jatuh dan tangan


menyangga dengan siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam
sendi siku (hemarthosis) harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan
memungkinkan gerakan awal.
Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan
eksisi kaput radii bila perlu. Paska operasi lengan dimobilisasi dengan
bebat gips posterior dan sling. Fraktur pada batang radius dan ulna (pada
batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak. Baik radius
maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap ketinggian,
biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.
Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan
kerusakan pada beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan
sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama
pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka
masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga
mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai pada
pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar
daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran
darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri
yang hebat karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan
kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan sumsum
tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah
tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai
dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.
b. Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi antara
lain :
- Darah lengkap
- Golongan darah
- Masa pembekuan dan perdarahan.
- EKG
- Kimia darah.

8. Penatalaksanaan Medik

Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat


menangani fraktur :
a. Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan
perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan
bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat
dilakukan misalnya pemasangan bidai.
b. Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
- Pemasangan gips
Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.
- Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-
tahankan posisi tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat,
paku yang dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat ini
diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.
c. Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar
fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
d. Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan fungsi normal.
e. Perlu dilakukan mobilisasi
Kemandirian bertahap.

B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-    Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan memadai.
-    Adanya kegiatan yang beresiko cedera.
-    Adanya riwayat penyakit yang bisa menyebabkan jatuh.
b.  Pola nutrisi metabolik
-  Adanya gangguan nafsu makan karena nyeri.
c.  Pola tidur dan istirahat
-  Pola tidur terganggu karena nyeri.
d.  Pola aktivitas dan latihan
-Ada riwayat jatuh/terbentur ketika sedang beraktivitas/kecelakaan
lain.
-  Tidak kuat menahan beban.
-   Ada perubahan bentuk/pemendekan pada bagian yang
kontraktur.
e.  Pola persepsi dan kognitif
-  Biasanya mengeluh nyeri pada daerah fraktur
-   Mengeluh kesemutan/baal
-   Kurang pemahaman tentang keadaan luka dan prosedur tindakan.
f.   Pola konsep diri dan persepsi diri
-  Adanya ungkapan ketidakberdayaan karena cedera.
-  Rasa khawatir akan dirinya, tidak mampu beraktivitas seperti
sebelumnya.
g. Pola hubungan peran
-  Peran terganggu karena adanya nyeri.
-  Kecemasan akan tidak mampu menjalankan kewajiban memenuhi
kebutuhan keluarga.
h. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.
-  Ekspresi sedih
-  Merasa terasing di rumah sakit.
-  Kaji kecemasan klien.

2.  Diagnosa Keperawatan


a.  Pre-Operasi
1)  Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
2)  Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan
sekitar.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan
lunak.
4) Gangguan pola tidur b.d nyeri.
b. Post Operasi
1) Nyeri b.d luka operasi.
2) Risiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.
3) Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips dan fiksasi.
4) Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
5) Kurang pengetahuan klien tentang perubahan tingkat aktivitas yang
boleh dilakukan dan perawatannya saat di rumah.
6)  Gangguan harga diri b.d perubahan peran dan perubahan bentuk
fisik atau tubuh.

3.      Perencanaan Keperawatan


a. Pre-Operasi
1. Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
Tujuan :
-    Nyeri berkurang atau terkontrol
-     Klien mengatakan nyeri berkurang.
-     Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
Rasional / Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
nyeri.
2)  Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.
Rasional /Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3)  Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.
Rasional / Posisi sesuai anatomi tubuh membantu relaksasi
sehingga mengurangi rasa nyeri.
4)  Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Rasional / Nafas dalam mengendorkan ketegangan syaraf.
5)  Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring,
gips.
Rasional / Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi
tulang yang cedera.
6)  Beri therapi analgetik sesuai program medik.
Rasional /Analgetik menghambat pembentukan prostaglandin
pada otak dan jaringan perifer.
2.  Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan
sekitar.
Tujuan :
-     Kebutuhan hygiene, nutrisi dan eliminasi.
-     Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan klien dan sesuai program medik.
Intervensi :
1)  Kaji tingkat kemampuan beraktivitas klien.
R/ Menentukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien.
2)  Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
Rasional / Sebagai data dasar dalam melakukan tindakan
keperawatan.
3)  Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat
dilakukan sendiri.
Rasional /Kerjasama antara perawat dan klien mengefektifkan
tercapainya hasil dari tindakan keperawatan.
4) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan.
Rasional / Klien dapat memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan
sendiri dengan cepat.
5)  Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.
Rasional / Membantu memenuhi kebutuhan klien.

3.   Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan jaringan


lunak.
Tujuan :
-     Infeksi tidak terjadi
-    Tidak ada kemerahan, pus, peradangan
-   Leukosit dalam batas normal
-    Tanda-tanda vital stabil.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital (S, TD, N, P)
Rasional / Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
infeksi.
2) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
Rasional /Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik
bagi perkembangbiakan bakteri.
3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.
Rasional / Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam
luka.
4) Rawat luka fraktur dengan teknik aseptik.
Rasional / Mencegah dan menghambat perkembangbiakan bakteri.
5) Beri therapi antibiotik sesuai program medik.
Rasional /Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya
bakteri.

b.  Post-Operasi
1.   Nyeri b.d luka operasi
Tujuan :
-     Nyeri berkurang sampai dengan hilang.
-    Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
1)  Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
Rasional / Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
nyeri.
2)  Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
Rasional / Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan
klien.
3)  Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
Rasional / Nafas dalam dapat mengendorkan ketegangan sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri.
4)    Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai anatomi.
Rasional / Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan
sirkulasi darah.
5)  Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring.
Rasional / Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi
tulang.
6)  Beri therapi analgetik sesuai program medik.
Rasional / Menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.

2.  Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips atau fiksasi.


Tujuan :
-     Kebutuhan hygiene, nutrisi, dan eliminasi terpenuhi.
-     Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan klien dan sesuai program medik.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital (S, N, TD, P)
Rasional / Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan
keperawatan.
2) Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas secara mandiri.
Rasional / Menentukan tindakan keperawatan sesuai kondisi klien.
3)  Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan hygiene nutrisi,
eliminasi yang tidak dapat dilakukan sendiri.
Rasional / Kerjasama antara perawat dan klien yang baik
mengefektif-kan pencapaian hasil dari tindakan keperawatan yang
dilakukan.
4)  Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.
Rasional / Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat
dilakukan sendiri.
5)  Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien.
Rasional / Kerjasama antara perawat dan keluarga klien akan
membantu dalam mencapai hasil yang diharapkan.
6)  Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara bertahap
sesuai kemampuan klien dan sesuai program medik.
Rasional /Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses
penyembuhan.

3.  Resiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.


Tujuan :
-    Komplikasi setelah operasi tidak terjadi.
Intervensi :
1)  Kaji keluhan klien
Rasional / Mengetahui masalah klien.
2) Observasi tanda-tanda vital (TD, N)
Rasional / Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda awal komplikasi.
3) Anjurkan klien mobilisasi secara bertahap
Rasional /Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan
aliran darah.
4) Kolaborasi dengan dokter.
Rasional / Mengetahui dan mendapatkan penanganan dengan tepat.
4.   Resiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
Tujuan :
-     Infeksi post operasi tidak terjadi.
-     Klien tidak mengalami infeksi tulang.
Intervensi :
1)  Observasi tanda-tanda vital (TD, N, S, P)
Rasional / Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
infeksi.
2)  Rawat luka operasi dengan tehnik aseptik.
Rasional / Mencegah dan menghambat berkembang biaknya
bakteri.
3)  Tutup daerah luka dengan kasa steril.
Rasional / Kasa steril menghambat masuknya kuman dalam luka.
4) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
Rasional / Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik
bagi perkembangbiakan bakteri.
5) Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
Rasional / Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya
bakteri.

5. Kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh


dilakukan dan perawatan di rumah b.d kurang informasi.
Tujuan :
-     Klien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan dan
perawatan saat di rumah.
Intervensi :
1)   Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penatalaksanaan perawatan
di rumah.
Rasional / Mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan klien.
2)  Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan latihan pasif dan aktf
secara teratur.
Rasional / Dengan latihan aktif dan pasif diharapkan mencegah
terjadinya kontraktur pada tulang.
3)  Berikan kesempatan pada klien untuk dapat bertanya.
Rasional / Hal kurang jelas dapat diklarifikasikan kembali.
4)  Anjurkan klien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat waktu.
Rasional / Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan
fraktur.
5)  Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan
yang fraktur.
Rasional/ Mencegah stres tulang.

Anda mungkin juga menyukai