Anda di halaman 1dari 12

ROM (Range Of Motion)

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Bunga Dewi Astuti (18059)

Devi Andharista (18060)

Nur Salsabila (18081)

Syifa Rifda (18090)

Indry Yani Saphira (18096)

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas harian secara khusus, ucapan
terimakasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing dan juga semua pihak yang telah
membantu dalam proses penulisan makalah ini.

Dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan masukan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini. Terimakasih, dan semoga
makalah ini bisa memberikan pembelajaran yang positif bagi kita semua.

Jakarta, 14 Maret 2019


i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………1
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..2

2.1 Pengertian ROM……………………………………………………………………..2

2.2 Klasifikasi Latihan ROM……………………………………………………………2

2.3 Prinsip Dasar ROM………………………………………………………………….2

2.4 Tujuan dilakukan ROM……………………………………………………………...3

2.5 Manfaat dilakukan ROM…………………………………………………………….3

2.6 Indikasi dilakukan ROM…………………………………………………………….3

2.7 Kontra indikasi dilakukan ROM…………………………………………………….3

2.8 Jenis Gerakan ROM…………………………………………………………………3

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….7

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….7

3.2 Saran…………………………………………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...8
ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapatdilakukan oleh sendi


yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang
dilakukan untuk mempertahankan ataumemperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secaranormal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus
otot (Potter &Perry, 2005).

Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak
dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermis total.

Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat memperbaiki tingkat kesempurnaan


kemampuan menggerakkan persendian secara normal, lengkap dan untuk meningkatkan massa
otot, ROM juga memiliki klasifikasi ROM, jenis ROM, indikasi serta kontradiksi dilaksanakan
ROM dan juga prinsip dilakukan ROM. Untuk da[pat mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka
dapat meninjau pembahasan pada makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian ROM ?
2. Apa saja klasifikasi ROM?
3. Bagaimana prinsip dasar ROM?
4. Apa tujuan dan manfaat dilakukan ROM?
5. Bagaimana indikasi dan kontradiksi dilakukan ROM?
6. Apa saja jenis gerakan ROM?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian ROM
2. Untuk mengetahui tentang klasifikasi ROM
3. Untuk mengetahui tentang prinsip dasar ROM
4. Untuk mengetahui tentang tujuan dan manfaat dilakukan ROM
5. Untuk mengetahui tentang indikasi dan kontradiksi dilakukan ROM
6. Untuk mengetahui jenis gerakan ROM
1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Latihan Range Of Motion (ROM) adalah latihan ynag dilakukan untuk mempertahankan
atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal
dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter dan Perry,2005). Latihan
Range Of Motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan gerakan
sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun menyatakan
batas gerakan sendi yang abnormal (Arif,M,2008). ROM adalah latihan gerakan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-
masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.

2.2 Klasifikasi Latihan ROM

1. Latihan ROM Pasif


Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien dengan bantuan perawat
pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien
dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang
gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total
(suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian
tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dank lien tidak mampu melaksanakannya
secara mandiri.
2. Latihan ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal
ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi diseluruh tubuh dari
kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif.

2.3 Prinsip Dasar ROM

1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM dilakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien diagnose, tanda-
tanda vital dan lamanya tirah baring.
2

4. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan,
siku, bahu, tumit, kaki dan pergelangan kaki.

5. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang
dicurigai mengalami proses penyakit.

6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin
telah dilakukan.

2.4 Tujuan dilakukan ROM


1. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot.
2. Memelihara mobilitas persendian.
3. Merangsang sirkulasi darah.
4. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.
5. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan.

2.5 Manfaat dilakukan ROM


1. Memperbaiki tonus otot.
2. Meningkatkan mobilisasi sendi.
3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan.
4. Meningkatkan massa otot.
5. Mengurangi kehilangan tulang.

2.6 Indikasi dilakukan ROM


1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.
2. Kelemahan otot.
3. Fase rehabilitasi fisik.
4. Klien dengan tirah baring lama.

2.7 Kontra indikasi dilakukan ROM


1. Trombus/emboli dan keradangan pada pembuluh darah.
2. Kelainan sendi atau tulang.
3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung).
4. Trauma baru dengan kemungkinan ada fraktur yang tersembunyi atau luka dalam.
5. Nyeri berat.
6. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak.

2.8 Jenis Gerakan ROM


Macam-macam gerakan ROM, yaitu :
a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian
b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian
c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut
3
d. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh
e. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh
f. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang
g. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar
h. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam
i. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak ke bawah
j. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak keatas
k. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang
sama

Menurut Potter&Perry (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebagai berikut:
1. Leher, spinal, servikal

Fleksi Menggerakkan dagu menempel ke dada rentang 45 derajat


Ekstensi Mengembalikkan kepala ke posisi tegak, rentang 45 derajat
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-
45 derajat
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin kearah setiap bahu,
rentang 40-45 derajat
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler,
rentang 180 derajat

2. Bahu

Fleksi Menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke


posisi di atas kepala, rentang 180 derajat
Ekstensi Mengembalikkan lengan ke posisi di samping tubuh,
rentang 180 derajat
Hiperekstensi Menarik lengan ke belakang tubuh, siku tetap lurus, rentang
40-45 derajat
Abduksi Menaikkan lengan ke posisi samping di atas kepala

3. Siku

Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke


depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150
derajat
Ekstensi Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 360
derajat

4. Lengan Bawah
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap ke atas, rentang 70-90 derajat
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap
ke bawah, rentang 70-90 derajat
4
5. Pergelangan Tangan

Fleksi Menggerakkan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan


bawah, rentang 80-90 derajat
Ekstensi Menggerakkan jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam
arah yang sama, rentang 80-90 derajat
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh
mungkin, rentang 89-90 derajat
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30
derajat
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring kea rah lima jari,
rentang 30-50 derajat

6. Jari-jari Tangan

Fleksi Membuat genggaman, rentang 90 derajat


Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90 derajat
Hiperekstensi Menggerakkan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin
rentang 30-60 derajat
Abduksi Merenggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain
rentang 30 derajat
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30 derajat

7. Ibu Jari

Fleksi Menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak


tangan, rentang 90 derajat
Ekstensi Menggerakkan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang
90 derajat
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30 derajat
Adduksi Menggerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30 derajat

8. Pinggul
Fleksi Menggerakkan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120
derajat
Ekstensi Menggerakkan kembali ke samping tungkai yang lain,
rentang 90-120 derajat
Hiperekstensi Menggerakkan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50
derajat
Abduksi Menggerakkan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang
30-50 derajat
Adduksi Menggerakkan tungkai kembali ke posisi media dan
melebihi jika mungkin, rentang 30-50 derajat
5
9. Lutut
Fleksi Menggerakkan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-
130 derajat
Ekstensi Mengembalikkan tungkai ke lantai, rentang 120-130 derajat

10. Mata Kaki


Dorsifleksi Menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas,
rentang 20-30 derajat
Plantarfleksi Menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke
bawah, rentang 45-50 derajat

11. Kaki
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10 derajat
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10 derajat

12. Jari-jari Kaki


Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60 derajat
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60 derajat
Abduksi Menggerakkan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang
15 derajat
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15 derajat
6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak
melelahkan pasien. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnose, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring

Bagian- bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat dilakukan pada semua
persendian atau hanya pada bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit
serta harus sesuai waktunya

3.2 Saran

berdasarkan makalah yangt kami buat ini, kami dapat menyarankan ke semua
pelayan kesehatan khususnya perawat untuk lebiuh dapat mengetahui, memahami tentang ROM
beserta semua prinsip, indikasi, dan kontra indikasinya agar mampu menjadi pertimbangan
dalam penerapannya di dunia kesehatan.
7

DAFTAR PUSTAKA

Warfield, Carol. 1996. Segala Sesuatu yang Perlu Anda ketahui Terapi Medis. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Potter, Patricia A & Perry, Anne Grifin. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
8

Anda mungkin juga menyukai