Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI

Disusun Oleh :

Bunga Dewi Astuti (18059)

Devi Andharista (18060)

Dhea Alfa Ananda (18062)

Nadia Dwi Anggreani (18076)

Nur Salsabila (18081)

Shafira Ananda TD (18088)

Syifa Rifda (18090)

Indry Yani Saphira (18096)

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas harian secara khusus,
ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing dan juga semua pihak
yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini.

Dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu,


kami mengharapkan masukan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini.
Terimakasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan pembelajaran yang positif
bagi kita semua.

Jakarta, 6 Maret 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...…….i

DAFTAR ISI…………………………...…………………………………….…...…..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...
……..1

1.1. Latar Belakang……………………………………………………..…..


….1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………..…..
…2
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………….…..
…..2

BAB II PEMBAHASAN…………………………..………………………………….
…….…3

2.1 Pengertian………………………………………………………………..3
2.2 Teori Nyeri………………………………………………………………3
2.3 Klasifikasi Nyeri…………………………………………………………5
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri……………………………..7
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Nyeri………………………..10
2.6 Pengukuran Nyeri………………………………………………………11
2.7 Manajemen nyeri……………………………………………………….12
2.8 Peran Perawat Dalam Menangani Nyeri……………………………….16

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….18

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………...18
3.2. Saran…………………………………………………………………….18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..19

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan.
Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang
medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang
merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri
tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Tidak ada
dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada kejadian nyeri yang
sama menghasilkan respon yang identik pada seseorang.
Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama
yang menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang individu. Pada sebagian besar
klien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup
kuat untuk berpotensi mencederai. Bagi dokter nyeri merupakan masalah yang
membingungkan. Tidak ada pemeriksaan untuk mengukur atau memastikan
nyeri. Dokter hampir semata-mata mengandalkan penjelasan dari pasien tentang
nyeri dan keparahannya. Nyeri alasan yang paling sering diberikan oleh klien
ditanya kenapa berobat.
Dampak nyeri pada perasaan sejahtera klien sudah sedemikian luas diterima
sehingga banyak institusi sekarang menyebut nyeri “tanda vital kelima”, dan
mengelompokkannya dengan tanda-tanda klasik suhu, nadi, pernapasan, dan
tekanan darah.
Nyeri dibanding tenaga professional perawatan kesehatan lainnya dan perawat
mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang
membahayakan. Peran Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama
pasien yang mengalami pemberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi
dan mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan
nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga professional kesehatan
lain tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas
intervensi pereda nyeri.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan nyeri ?
2. Apa saja teori dari nyeri ?
3. Apa saja klasifikasi nyeri ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi respon nyeri ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri ?
6. Bagaimana pengukuran nyeri ?
7. Apa saja manajemen nyeri ?
8. Bagaimana peran perawat dalam menangani nyeri ?

1.3. Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan nyeri
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi respon nyeri
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri
Untuk mengetahui dan memahami peran perawat dalam menangani nyeri
2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Nyeri adalah respon subjektif terhadap stressor fisik dan psikologis.
Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri didalamnya (Tetty, 2015). Menurut Smeltzer &
Bare (2002), definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang ada
kapanpun individu mengatakkannya.
Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah destruktif jaringan seperti
ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut, mual
dan mabuk. Terlebih setiap perasaan nyeri dengan intensitas sedang sampai
kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari
atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan mekanisme
pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan
menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri
(Gayton & Hall, 1997).

2.2 Teori Nyeri


1. Teori Intensitas (The Intensity Theory)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap
rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup kuat (Saifullah,2015).
3

2. Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)


Teori Gate Kontrol dari Melzack dan Wall (1965) menyatakan bahwa
impuls nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan
disepanjang sistem saraf pusat, dimana impuls nyeri dihantarkan saat
sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan
ditutup (Andarmoyo, 2013).
3. Teori Pola (Pattern Theory)
Teori Pola diperkenalkan oleh Goldscheider (1989), teori ini
menjelaskan bahwa nyeri disebabkan oleh berbagai reseptor sensori
yang dirangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat
dari stimulasi reseptor yang menghasilkan pola dari impuls saraf
(Saifullah, 2015). Teori pola adalah rangsangan nyeri masuk melalui
akar ganglion dorsal medulla spinalis dan rangsangan aktifitas sel T. hal
ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang bagian yang lebih
tinggi yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot
berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh
modalitas respon dari reaksi sel T (Margono,2014).
4. Endogenous Opiat Theory
Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan
bahwa terdapat substansi seperti opiet yang terjadi selama alami
didalam tubuh, substansi ini disebut endorphine yang mempengaruhi
transmisi impuls yang diinterprestasikan sebagai nyeri. Endorphine
kemungkinan bertindak sebagai neurotransmitter maupun
neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan nyeri
(Hidayat,2014).

2.3 Klasifikasi Nyeri


Klasifikasi nyeri dapat berdasarkan waktu, yaitu : nyeri akut dan kronis
dan dapat berdasarkan etiologi, yaitu : nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik.
1. Nyeri berdasarkan waktu
a. Nyeri akut : nyeri akut terjadi karena adanya kerusakan jaringan
yang akut dan tidak berlangsung lama. Nyeri ini mengindikasi
bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama
terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun
sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi
kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Salah
satu nyeri akut yang terjadi adalah nyeri pasca pembedahan (Meliala
& Suryamiharja,2007). Tiga jenis utama nyeri akut meliputi:
 Nyeri Somatik yang dalam dan bagian dalam kulit, yang
berasal dari reseptor saraf yang berasal dari kulit, jaringan
subkutan, atau struktur tubuh dalam seperti periosteum, otot,
tendon, sendi, dan pembuluh darah. Nyeri somatik dapat
tajam dan terlokalisasi dengan baik,atau tumpul atau
menjalar.
 Nyeri Viseral, yang berasal dari organ tubuh. Nyeri viseral
bersifat tumpul dan tidak terlokalisasi dengan baik karena
jumlah nosiseptor yang rendah. Viseral bersifat sensitif
terhadap luka garukan, inflamasi, dan iskemia.nyeri viseral
sering menjalar atau berhubungan. Nyeri viseral ini dapat
ditunjukkan dengan kram yang mendalam, nyeri robek atau
bacokan, nyeri sementara.

Batu ginjal melewati ureter ke kandung kemih


menyebabkan nyeri viseral yang berat dan akut.
 Nyeri yang diungkapkan, merupakan nyeri yang dirasakan di
area yang jauh dari tempat stimulus. Nyeri ini biasanya
terjadi pada nyeri yang berasal dari
b. Nyeri Kronik : nyeri kronis merupakan nyeri yang memanjang, atau
nyeri yang menetap setelah kondisi yang menyebabkan nyeri
tersebut menghilang. Nyeri ini merupakan nyeri konstan atau
intermitern yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini
berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan
sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera fisik.
Nyeri kronis dapat tidak memiliki awitan yang ditetapkan dengan
tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini sering
tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya (Strong, Unruh, Wright & Baxter, 2002). Nyeri kronik
ini juga sering di definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama
enam bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu
periode yang dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri
kronik (Potter & Poetry, 2005). Nyeri kronis dapat dibagi menjadi
tiga kategori:
 Nyeri akut berulang, dicirikan dengan episode nyeri yang
mudah ditemukan dan diselingi dengan episode bebas nyeri.
Sakit kepala migraine merupakan contoh nyeri akut
berulang.

 Nyeri maligna kronis, disebabkan oleh berkembangnya


penyakit yang mengancam jiwa atau berkaitan dengan terapi.
Nyeri kanker merupakan jenis nyeri maligna kronis.
 Nyeri nonmaligna kronis, nyeri yang tidak mengancam jiwa
dan tidak terjadi melebihi waktu penyembuhan yang
diharapkan. Nyeri punggung bawah kronis, penyebab utama
penderitaan dan merupakan penyita waktu kerja, masuk ke
dalam kategori ini

2. Nyeri berdasarkan etiologi


a. Nyeri nosiseptif : Adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh
rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi
maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang bertanggung
jawab terhadap rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya memberikan
respon terhadap analgesic opioid atau nonopioid.
b. Nyeri neuropatik : Merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan
neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi
jalur saraf aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa
terbakar dan menusuk. Pasien yang mengalami nyeri neuropatik sering
membri respon yang kurang baik terhadap analgesic opioid

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri yaitu :
a. Usia
Usia mempunyai peranan penting dalam mempersepsikan dan
mengekspresikan rasa nyeri. Pasien dewasa memiliki respon yang
berbeda terhadap nyeri dibandingkan dengan lansia.

Nyeri dianggap sebagai kondisi yang alami dari proses penuaan. Cara
menafsirkan nyeri ada dua. Pertama, rasa sakit adalah normal dari
proses penuaan. Kedua, sebagai tanda penuaan. Usia sebagai faktor
prnting dalam pemberian obat. Perubahan metabolic pada orangyang
lebih tua mempengaruhi respon terhadap analgesic opioid. Banyak
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh usia terhadap
persepsi nyeri dan hasilnya sudah tidak konsisten.
Washington, Gibson dan Helme (2000) menemukan bahwa orangtua
membutuhkan intensitas lebih tinggi dari rangsangan nyeri
dibandingkan orang usia muda. Menurut Edwards dan Fillingham
(2000) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pada persepsi nyeri
antara orang muda dengan orangtua, sedangkan menurut Li, Green-wald
dan Gennis (2001) menemukan bahwa nyeri pada pasien lansia
merupakan bagian dari proses penuaan. Pasien usia lanjut melaporkan
nyeri kurang signifikan dibandingkan pasien yang lebih muda.
b. Jenis Kelamin
Respon nyeri dipengaruhi oleh jenis kelamin. Logan dan Rose (2004)
telah melakukan penelitian terhadap sample 100 pasien untuk
mengetahui perbedaan respon nyeri antara laki-laki dan perempuan.
Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam merespon nyeri yaitu perempuan mempunyai respon
nyeri lebih baik dari pada laki-laki.
c. Etnis
Data-data menunjukkan bahwa golongsan kulit hitam di Amerika
menunjukkan toleransi yang rendah bila dibandingkan dengan orang
kulit hitam untuk stimulus spesifik termasuk rasa panas, nyeri iskemik,
tekanan, dingin.

Orang kulit hitam juga menu jukkan rating yang lebih tinggi terhadap
interfitas dan ketidaknyamanan nyeri dan lebih sering melakukan
strategi penghindaran nyeri pasif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
melaporkan bahwa orang kulit hitam memiliki level nyeri lebih tinggi
untuk migraine, nyeri paska operasi, nyeri myofasial dan nyeri kronik
nonkanker. Hal ini menunjukkan bahwa faktor etnik dapat memiliki
hubungan langsung terhadap aspek sensitifitas nyeri dan pelaporannya.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan negative dengan persepsi
nyeri, semakin rendah pendidikan menyebabkan peningkatan intensitas
nyeri dan disabilitas akibat nyeri. Hal tersebut berhubungan dengan
strategi coping, yaitu konsekuensi masing-masing individu untuk
menilai suatu keadaan.
e. Budaya
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan
bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka
melakukan kesalahan jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri. Suza
(2003), menemukan bahwa orang Jawa dan Batak mempunyai respon
yang berbeda terhdap nyeri. Dia menemukan bahwa pasien Jawa
mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan hanya diam, menunjukkan
sikap tabah, dan mencoba mengalihkan rasa sakit melalui kegiatan
keagamaan. Ini berarti bahwa pasien Jawa memiliki kemampuan untuk
mengelolanya. Disisi lain pasien Batak merespon nyeri dengan
berteriak, menangis, atau marah dalam rangka untuk mendapatkan
perhatian dari orang lain, sehingga menunjukkan ekspresif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan budaya yang


berbeda dinyatakan dalam cara yang berbeda yang mempengaruhi
pesepsi nyeri.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Nyeri


Beberapa faktor yang diperkirakan mempengaruhi terjadinya nyeri
mencakup (Kaplan and Sadock, 1997) :
1. Faktor psikodinamik, arti simbolik dari gangguan tubuh mungkin
berhubungan dengan penebusan dosa atau kesalahan atau agresi yang
ditekan. Nyeri dapat berfungsi sebagai cara untuk mendapatkan cinta,
suatu hukuman karena kesalahan, dan cara untuk menebus kesalahan
serta bertobat akan keburukan. Mekanisme pertahanan yang digunakan
oleh pasien dengan gangguan nyeri adalah pengalihan, substitusi, dan
represi.
2. Faktor perilaku, perilaku sakit adalah didorong jika disenangi dan
dihambat jika diabaikanatau dihukum.
3. Faktor interpersonal, nyeri yang sukar disembuhkan dipandang sebagai
cara untuk memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam
hubungan interpersonal.
4. Faktor biologis, korteks cerebral dapat menghambat pemicuan srabut
nyeri aferen. Serotonin kemungkinan merupakan neurotransmitter
utama didalam jalur inhibitor desenden, dan endorphin juga berperanan
dalam modulasi nyeri oleh system saraf pusat. Defisiensi endorphin
tampaknya berhubungan dengan penguatan stimulasi sensorik yang
dating. Beberapa pasien mungkin memiliki gangguan nyeri, bukannya
gangguan mental lain, karena structural sensorik dan limbic atrau
kelainan kimiawi yang mempredisposikan mereka mengalami nyeri.

10

2.6 Pengukuran Nyeri


Ada beberapa metode yang umumnya digunakan untuk menilai
intensitas nyeri antara lain:
a. Verbal Rating Scale (VRSs)
Menggunakan suatu wordlist untuk mendiskripsikan nyeri yang
dirasakan. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas
nyeri dari saat pertama kali muncul sampai tahap penyembuhan.
Penilaian ini menjadi beberapa kategori nyeri:
 Tidak nyeri (none)
 Nyeri ringan (mild)
 Nyeri sedang (moderate)
 Nyeri berat (servere)
 Nyeri sangat berat (very servere)
b. Numeric Rating Scale (NRSs)
Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range
dari intensitas nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas
nyeri yang dirasakan ari angka 0-10. 0 menggambarkan tidak ada nyeri
sedangkan 10 menggambarakn nyeri yang hebat.
c. Visual Analogue Scale (VASs)
Metode ini menggunakan garis sepanjang 10cm yang menggambarkan
keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai
angka pada garis yang menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah sensitive untuk
mengetahui perubahan intensitas nyeri, mudah dimengerti dan
dikerjakan, dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis.

11

Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah 8


tahun dan mungkin sukar diterapkan jika pasien berada pada nyeri
hebat.
d. The Face Pain Scale
Dengan cara melihat mimic wajah pasien dan biasanya untuk menilai
intensitas nyeri pada anak-anak.
e. McGill Pain Questionnaire (MPQ)
Menggunakan check list untuk mendiskripsikan gejala-gejala nyei
yang dirasakan. Metode ini menggambarkan nyeri dari berbagai aspek
antara lain sensorik, afektif, dan kognitif. Intensitas nyeri digambarkan
dengan meranking dari 0-3.

2.7 Manajemen Nyeri


1. Pendekatan farmakologi
Tehnik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk
menghilangkan nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri
terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama
berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Menurut Smeltzer dan Bare(2002)
ada 3 jenis analgesic, yaitu :
a. Non narkotik dan anti inflamsi nonsteroid (NSAID) :
menghilangkan nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat
berguna bagi pasien yang rentan terhadap efek pendepresi
pernafasan.
b. Analgesic narkotik atau opiad : analgesic ini umumnya diresepkan
untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi.
Efek samping dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan,
sedasi, konstipasi, mual muntah.

12

c. Obat tambahan atau ajuvant : ajuvant seperti sedative, anti cemas,


dan relaksa otot meningkatkan control nyeri atau menghilangkan
gejalanya terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual.
2. Intervensi keperawatan mandiri (non farmakologi)
Merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara
mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam
pelaksanaannya perawat dengan pertimbangan dan kepurusannya
sendiri, naum banyak aktiviats keperawatan non farmakologi yang dapat
membantu menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri non farmakologi
memiliki resiko yang sangat rendah.
a. Masase dan stimulasi kutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum. Sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Sedankagn stimulasi kutaneus
adalh stimulasi kulit yang dilakukan selama 3-10 menit untuk
menghilangkan nyeri, bekerja dengan cara melepaskan endofrim,
sehingga memblok transmisi stimulus nyeri (Poetter dan Perry,
2006).
b. Efflurage massage
Efflurage adalah bentuk masase dengan menggunakan telapak
tangan yang memberi tekana lembut ke atas permukaan tubuh
dengan arah sirkular secara berulang. Langkah-langkah melakukan
tehnik ini adalah kedua telapak tangan melakukan usapan ringan,
tegas dan konstan denga pola gerakan melingkari abdomen, dimulai
dari abdomen bagian bawah diatas simphisis pubis, arahkan
kesamping perut terus ke fundus uteri kemudia turun ke umbilicus
dan kembali ke perut bagian bawah diatas simphisis pubis. Masase
ini dilakukan selama 3-5 menit dan berikan lotion atau minyak
tambahan jika dibutuhkan.
13
c. Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain pereda nyeri dapat terjadi strategi yang sangat berhasil dan
mungkin merupakan mekanisme terhadap tehnik kognitif efektif
lainnya.
d. Terapi music
Terapi music adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan
mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme,
harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga
tercipta music yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.
Music menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi,
kesunyian, ruang dan waktu. Music harus didengarkan minimal 15
menut supaya dapat memberikan efek terapeutik.
e. GIM (Guided Imagery Music)
GIM merupakan intervensi yang digunakan untuk mengurangi
nyeri GIM dilakukan dengan memfokuskan imajinasi pasien. GIM
mengombinasikan intervensi bimbingan imajinasi dan terapi music.
Music digunakan untuk memperkuat relaksasi. Keadaan relaksasi
membuat tubuh lebih berespon terhadap bayangan dan sugesti yang
diberikan sehingga pasien tidak berfokus pada nyeri.
f. Terapi music klasik
Pada dewasa ini banyak jenis music yang dapat diperdengarkan
naum music yang menempatkan kelasnya sebagai music bermakna
medis adalah music klasik karena music ini maknitude yang luar
biasa pada perkmbangan ilmu kesehatan, diantaranya memiliki nada
yang lembut, nadanya memberikan stimulasi gelomban alfa,
ketenangan dan membuat pendengarnya lebih rileks.

14

g. Tehnik relaksasi nafas dalam


Merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal
ini perawat mengajrkan kepada klien bagaimana cara melakukan
nafas dalam, nafas lambat dan bagaimana menghembuskan nafas
ecara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, tehnik
relaksasi bernafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah. Tehnik relaksasi nafas dlaam dapat
mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dan
system saraf otonom.
h. Imajinasi terbimbing
Adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara
yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positis tertentu.
i. Aroma terapi
Merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan
yang digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan.
j. Kompres dingin
Terapi dingin menimbulkan efek analgetik dengan
memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang
mencapai otak lebih sedikit. Kompres dingin merupakan suatu
prosedur menempatkan suatu benda dingin pada tubuh bagian luar
dampak fisiologisnya adalah vasokontriksi pada pembuluh darah,
mengurangi rasa nyeri, dan menurunkan aktifitas ujung saraf pada
otot.
k. Kompres hangat
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu
hangat yang dapat menimbulkan efek fisiologis. Kompres hangat
dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot-
otot yang tegang.
15
l. Teknik akuplesur
Teknik ini menggunakan teknik penekanan, pemijatan, dan
pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energy.
Teknik akuplesur ini dapat menurunkan nyeri.

2.8 Peran Perawat Dalam Menangani Nyeri


Peran perawat dalam menangani nyeri yang dialami pasien menurut
Doctherman dan Bulecheck dalam buku Nursing Interventions Classification
(2004) adalah
1. Mencari faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya nyeri yang
dialami pasien.
2. Mengevaluasi riwayat nyeri pasien dan keluarga dalam menghadapi nyeri.
3. Mengevaluasi efektifitas tindakan pengendalian nyeri yang telah
dilakukan pada masa lalu.
4. Membantu memberi dukungan pada pasien dan keluarga.
5. Menentukan berapa sering melakukan penilaian dan pemantauan
kenyamanan pasien.
6. Memberi informasi kepada pasien tentang nyeri pasien seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri akan berlangsung dan prosedur yang akan
dilakukan.
7. Mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor yang memicu atau
menyebabkan nyeri (misalnya ketakutan, kelelahan,kurangnya
pengetahuan).
8. Kaji penggunaan metode farmakologi nyeri pasien.
9. Berkolaborasi dengan pasien dan profesionalisme kesehatan lainnya untuk
memilih dan menerapkan farmakologi yang sesuai.
10. Mengevaluasi efektifitas langkah-langkah control nyeri yang digunakan
melalui penilaian yang berkelanjutan.
11. Menyarankan pasien untuk istirahat dalam mengurangi nyeri.
12. Mendorong pasien untuk mendiskusikan rasa nyeri yang dialaminya.
13. Memberikan informasi kepada perawat lainnya serta anggota keluarga
mengenai strategi manajemen nyeri non farmakologi.
14. Menggunakan pendekatan multidisiplin untuk manajemen nyeri.

16

15. Pertimbangkan kesediaan pasien untuk berpatisipasi, kemampuan pasien


berpatisipasi untuk memilih strategi nyeri.
16. Mengajarkan prinsip-prinsip manajmen nyeri.
17. Mengajarkan penggunaan tehnik non farmakologi (misalnya relaksasi,
terapi music, distraksi, terapi aktivitas, akupresur, terapi es dan panas,dll).
17

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat dari kerisakan jaringan yang actual atau potensial. Nyeri adalah alasan
utama seseorrang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi
bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostic atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu
menyulitkan banyak orang disbanding suatu penyakit manapun

3.2. Saran
Hendaknya kita dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada nyeri dan
agar lebih memudahkan kita dalam membuat asuhan keperawatan pada
praktek lapangan nantinya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Bauldoff, Gerene dkk. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Isnani, Uswatun dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: CV


BUDI UTAMA.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
19

Anda mungkin juga menyukai