Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

FAMILY CENTERED CARE (FCC)

Disusun oleh :

1. Adinda Junitha Sari 18049 13. M. Fadilah Maulana 18073


2. Agil Afrianto 18050 14. M. Husen Barata 18074
3. April Lili Ningsih 18056 15. Nadia Dwi Anggraini 18076
4. Devi Andharista 18060 16. Nurhasanah 18080
5. Dewi Septiyawati 18061 17. Rizky Noor Falih 18085
6. Dhea Alfa Ananda 18062 18. Shafira Ananda Tiya D. 18088
7. Dinauli Sitorus 18063 19. Tiara Siti Rahmah 18091
8. Esti Qomariah 18067 20. Vivi Marzona 18092
9. Hana Pidia W.S 18068 21. Wahyu Abimanyu 28093
10. Intan Budiani 18069 22. Yusnia Yuliawati 18095
11. Lyvia Fitra 18070 23. Indry Yani Saphira 18096
12. M. Rafli H.S 18071

Dosen Pebimbing : Ricky Riyanto Iksan, Ns.,M.Kep.

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpah hidayah, rahmat dan
lindungan-Nya. Akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami
susun untuk memenuhi tugas selain itu kami menyusun makalah ini untuk menambah
wawasan tentang KEPERAWATAN KELUARGA.

Tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, kami sadar akan
kesuksesan dalam mengerjakan sesuatu tidak akan mungkin bisa terselesaikan tanpa
dukungan dari orang lain yang senantiasa dengan kesungguhan hati turut berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini. Hanya sepatah kata yang sangat berarti penulis bisa ucapkan
sebagai tanda terimakasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa menerima amal dan kebaikan yang
pahalanya kelak akan menuntunnya menjadi seorang yang sangat berarti dan berguna di
dunia ini.

Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang
kurang berkenan kami mohon maaf sebesar – besarnya, semoga makalah ini bermanfaat
untuk pembaca.

Jakarta, 23 Juli 2020

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................4
2.1 Pengertian Family Centered Care (FCC).........................................................................4
2.2 Sejarah Family-Centered Care.........................................................................................5
2.3 Alasan dilakukan Family-Centered Care..........................................................................5
2.4 Tujuan Family Centered Care..........................................................................................5
2.5 Element Family Centered Care........................................................................................6
2.6 Konsep dari Family Centered Care................................................................................10
2.7 Kebijakan Family Centered Care...................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................13
3.2. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hospitalisasi pada anak pra sekolah akan menimbulkan ketidaknyaman, anak pra
sekolah akan merasa kehilangan berkaitan dengan keterbatasan fisik, kehilangan rutinitas,
ketergantungan, takut cidera dan nyeri pada tubuh.perpisahan dalam halini akan
mempengaruhi anak yang mengganggap haltersebut sebagai perasaan ditinggalkan.
Hospitalisasi ini mengakibatkan ansietas perpisahan pada anak (Muscary, 2009).

Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang selama 24 jam mendampingi


pasien harus memberikan kontribusi dalam perannya sebagai perawatan terutama membanu
anak dan keluarga unuk meperoleh pengalaman positif selama hospitalisasi. Perawat anak
harus memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenal pertumbuhan dan perkembangan
anakuntuk merencanakan asuhan keperawatan yang sesuai sehingga membantu anak dan
keluarga untuk beradaptasi dengan kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan baik eksternal maupun internal (Potter & Perry, 2007).

Dalam praktik keperawatan anak, asuhan keperawatan yang diterapkan berdasarkan


padafilosofi keperawatan anak. Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau
pandangan yang dimiliki oleh perawat untukmemberikan pelayanan kepada anak. Salah
satunya adalah Family Center Care (perawatan yang berfokus pada keluarga). Family Center
Care menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam memberikan perawatan pada anak
di rumah sakit (Hidayat, 2008).

Family Center care (FCC) merupakan pendekatan yang digunakan dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada anak dengan melibatkan orang tua. Family Center Care juga
menekankan keterlibatan orang tua atau keluarga anak dalam pemberian asuhan keperawatan
pada anak di rumah sakit (hidayat, 2008). Keluarga didukung dalam peran pemberian asuhan
keperawatan dan keputusan dengan melihat keluarga sumeber kekuatan dalam masalah
keperawatan(Wong, 2008).

Penerapan Family Center Care bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama yang


optimal pada keluarga dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari keluarga
(Saleeba, 2008). Tujuan penerapan Family Center Care dalam perawatan anak, menurut

1
Brunner & Sudard (1986dalam Fretes, 2012) adalah memberikan kesempatan bagi orang tua
merawat anak mereka dalam proses hospitalisasi dengan pengawasan dari perawat dengan
aturan yang berlaku.

Pelaksanaan Family Center Care pada rumah sakit anak di negara-negara maju sudah
terstandar dengan baik, namun di Indonesia kemungkinan dapat diterapkan tetapi untuk
mewujudkannya secara ideal tidak mudah, karena banyak petugas terutama perawat yang
belum memahami family Center Care. Kondisi ini mengakibatkan asuhan keperawatan sering
terjebak dalam kegiatan rutinitas di rumah sakit (Purmailani 2014).

Family Center Care merupakan suatu metode perawatan bagi anak dan keluarganya,
tidak hanya ditujukan padaindividu tetapi semua anggota keluarga dianggap sebagai
menerima perawatan. Konsep FCC didasrkan padasejumlah elemen pendukung yang
diantaranya: adanya pengakuan bahwa keluarga merupakan konstanta dalamkehidupan anak,
pengakuan terhadap kekuatan keluarga, serta fasilitas koaborasi antara keluarga pasien
dengan tenaga professional kesehatan (Institute for patient and family centered care, 2011).

Patient and family Centered care setelah sekian lama dilupakan, kini concern dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dahulu, dokter adalah captain of ship yang menjadi
center dalam segala hal yang terkait dengan pengambilan keputusan dan tanggung jawab
dalam pelayanan kesehatan kepada pasien.perubahan paradigm ini tidak lain bertujuan untuk
mendapatkan outcomes pelayanan kesehatan yang lebih baik, pengalokasian sumber daya
yang tepat, dan mencapai kepuasan pasien dan keluarga yang lebih besar.halini
dimungkinkan karena patien and family centered care adalah pendekatan yang melibatkan
pasien.keluarga pasien dan staf dalam pembuatan kebijakan,program kesehatan, fasilitas yang
didapatkan, dan program perawatan dari hari ke hari. (Piper, 2009).

Perawat merupakan salah satu tenaga professional kesehatan yang berperan dalam
upaya meningkatkan kesehatan pasien dan keluarga melalui kegiatan promosi kesehatan.
Dalam penerapan di lapangan, perawat memegang peranan sebagai agen pembawa perubahan
(change agent), sebagai fasilitator dalam pemberdayaan, dan sebagai praktisi pembuat strategi
(Piper, 2009).

Oleh karena itu perawat harus memiliki pengetahuan dan kompetensi yang cukup
dalam pelaksanaan Family Center Care sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
baik. Pengetahuan (knowledge) juga diartikan sebagai hasilpengindraan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebaginya),

2
dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal
tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
(Notoadmojo, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Family Centered Care (FCC)?


2. Bagaimana Sejarah dari Family Centered Care (FCC) ?
3. Apa alasan dilakukan Family Centered Care (FCC)?
4. Apa tujuan dari Family Centered Care (FCC) ?
5. Apa saja element Family Centered Care (FCC) ?
6. Bagaimana konsep dari Family Centered Care (FCC)?
7. Apa saja Kebijakan Family Centered Care (FCC) ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Family Center Care (FCC)


2. Untuk mengetahui Sejarah dari Family Centered Care (FCC)
3. Untuk mengetahui alasan dilakukan Family Centered Care (FCC)
4. Untuk mengetahui tujuan Family Centered Care (FCC)
5. Untuk mengetahui Element Family Centered Care (FCC)
6. Untuk mengetahui konsep Family Centered Care (FCC)
7. Untuk mengetahui Kebijakan Family Centered Care (FCC)

3
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Family Centered Care (FCC)

Familly centered care merupakan hal terpenting dalam hospitalisasi anak yang
didasarkan pada kolaborasi antara anak, dan profesional lainnya dalam perawatan klinis yang
berdasarkan pada perencanaan, pemberian dan evaluasi pelayanan kesehatan (American
Academy of pediatric, 2012).

Familly centered care digambarkan sebagai sebuah pendekatan kemitraan untuk


pembuatan keputusan perawatan kesehatan. Sebagai falsafah perawatan, family centered care
telah diakui oleh banyak tenaga medis dan sistem perawatan kesehatan (Institute of Medicine,
2012).

Family Center Care (FCC) didefinisikan oleh Association for the Care of Children’s
Health (ACCH) sebagai filosofi dimana pemberi perawatan mementingkan dan melibatkan
peran penting dari keluarga, dukungan keluarga akan membangun kekuatan, membantu untuk
membuat suatu pilihan yang terbaik, dan meningkatkan pola normal yang ada dalam
kesehariannya selama anak sakit dan menjalani penyembuhan.

Family Center Care didefinisikan menurut Hanson (dalam Dunst dan Trivette 2009)
sebagai pendekatan inovatif dalam merencanakan, melakukan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yang diberikan didasarkan pada manfaat hubungan antara perawat dan keluarga
yaitu orang tua.

FCC adalah sebuah pendekatan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi


pelayanan kesehatan yang didasarkan pada kemitraan yang saling menguntungkan antara
pasien, keluarga, dan penyedia layanan kesehatan. Hal ini didirikan pada memahami bahwa
keluarga memainkan peran penting dalam memastikan kesehatan dan kesejahteraan pasien
dari segala usia (American Academy of Pediatric, 2016)

Stower (1992 dalam Fiane, 2012), family Center Care merupakan suatu pendekatan
yang holistic. Pendekatan Family Center Care tidak hanya memfokuskan asuhan keperawatan
kepada anak sebagi klien atau individu dengan kebutuhan biologis, psikologi, social, dan
spiritual (biopsikospiritual) tetapi juga melibatkan keluarga sebagai bagian yang konstan dan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak.

4
2.2 Sejarah Family-Centered Care

Pada tahun 1987, ACCH mengidentifikasiadanya delapan element Family-Centered


Care (Shelton et al., 1987) yang dikemukakan oleh C. Everest Koop dalam Surgeon General's
Report: Children With Special Health Care Needs(U.S. Departmentof Health and Human
Services, 1987). Sejak saat itu, definisi Family-Centered Care telah mendapatkan perhatian
social dan cultural dari keluarga (Johnson et al., 1992) dan mendukung peran administrasi
para staff. Family-Centered Care tidak hanya diperuntukkan pada standar praktik perawatan
pada anak sakit tetapi juga didukung USA dengan tindakan yang dilakukan legislatifnya pada
Maternal Child Health Block Grant Amendments in the Omnibus Budget and Reconciliation
Act of 1989, the Individuals with Disabilities Education Act, the Developmental Disabilities
Assistance and Bill of Rights Act, and the Mental Health Amendments of 1990 (Johnson et
al., 1992)

2.3 Alasan dilakukan Family-Centered Care

1. Membangun sistem kolaborasi daripada kontrol.


2. Berfokus pada kekuatan dan sumber – sumber keluarga daripada kelemahan keluarga
3. Mengakui keahlian keluarga dalam merawat anak seperti sebagaimana professional
4. Mebangun pemberdayaan daripada ketergantungan
5. Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien, keluarga dan pemberi
pelayanan dari pada informasi hanya diketahui oleh professional.
6. Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku.

2.4 Tujuan Family Centered Care

Tujuan penerapan konsep Family Centered Care dalam perawatan anak, menurut
Brunner and Suddarth (1986 dalam Fretes, 2012) adalah memberikan kesempatan bagi
orangtua untuk merawat anak mereka selama proses hospitalisasi dengan pengawasan dari
perawat sesuai dengan aturan yang berlaku.

Selain itu Family Centered Care juga bertujuan untuk meminimalkan trauma selama
perawatan anak dirumah sakit dan meningkatkan kemandirian sehingga peningkatan kualitas
hidup dapat tercapai.

5
2.5 Element Family Centered Care

Menurut Shelton (1987, dalam Fretes 2012), terdapat beberapa elemen Family
Centered Care, yaitu:

a. Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan
anak, sementara system layanan dan anggota dalam system tersebut berfluktuasi.
Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagian yang konstan, merupakan hal
yang penting. Fungsi perawat sebagai motivator menghargai dan menghormati
peran keluarga dalam merawat anak serta bertanggung jawab penuh dalam
mengelola kesehatan anak. Selain itu, perawat mendukung perkembangan sosial
dan emosional, serta memenuhi kebutuhan anak dalam keluarga. Oleh karena itu,
dalam menjalankan sistem perawatan kesehatan, keluarga dilibatkan dalam
membuat keputusan, mengasuh, mendidik, dan melakukan pembelaan terhadap
hak anak-anak mereka selama menjalani masa perawatan. Keputusan keluarga
dalam perawatan anak merupakan suatu pertimbangan yang utama karena
keputusan ini didasarkan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang ada dalam
keluarga. Dalam pembuatan keputusan, perawat memberikan saran yang sesuai
namun keluarga tetap berhak memutuskan layanan yang ingin didapatkannya.
Beberapa hal yang diterapkan untuk menghargai dan mendukung individualitas
dan kekuatan yang dimiliki dalam satu keluarga seperti
1) Kunjungan yang dibuat dirumah keluarga atau ditempat lain dengan waktu dan
lokasi yang disepakati bersama keluarga,
2) Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga,
3) Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi fokus utama dari
perawatan yang diberikan mereka turut merencanakan perawatan dan peran
mereka dalam perawatan anak.
4) Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawatan
memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada
anak, dukungan kepada orangtua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan
emosional (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012).
b. Memfasilitassi kerjasama antara keluarga den perawat di semua tingkat pelayanan
kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program, pelaksanaan
dan evaluasi serta pembentukan kebijakan hal ini ditujukan ketika:

6
1) Kalaborasi untuk memberikan perawatan kepada anak peran kerjasama antara
orang tua dan tenaga perofesional sangat penting dan vital. Keluarga bukan
sekedar sebagai pendamping, tetapi terlibat didalam pemberian pelayanan
kesehatan kepada anak mereka. Tenaga professional memberikan pelayanan
sesuai dengan keahlian dan ilmu yang mereka peroleh sedangkan orangtua
berkontribusi dengan memberikan imformasi tentang anak mereka. Dalam
kerja sama antara orangtua dengan tenaga professional, orangtua bisa
memberikan masukan untuk perawatan anak mereka. Tapi, tidak semua tenaga
professional dapat menerima masukan yang diberikan. Beberapa disebabkan
karena kurangnya pengalaman tenaga professional dalam melakukan
kerjasama dengan orang tua (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012).
2) Kerjasama dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit
Pada tahap ini anak-anak dengan kebutuhan khusus merasakan mampaat dari
kemamfuan orangtua dan perawat dalam mengembangkan, melaksanakan dan
mengevaluasi program. Hal yang harus diutamakan pada tahap ini adalah
kalaborasi dengan bidang yang lain untuk menunjang proses perawatan.
Family Centered Care memberikan kesempatan kepada orangtua dengan
professional untuk berkontribusi melalui pengetahuan dan pengalaman yang
mereka miliki untuk mengembangkan perawatan terhadap anak di rumah sakit.
Pengalaman merawat anak membuat orangtua dapat memberikan perspektif
yang penting, berkaitan dengan perawatan anak serta cara perawat untuk
menerima dan mendukung keluarga (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012).
3) Kolaborasi dalam tahap kebijakan Family Centered Care dapat tercapai
melalui kolaborasi orangtua dan tenaga professional dalam tahap kebijakan.
Kalaborasi ini untuk memberikan mamfaat kepada orangtua, anak dan tenaga
professional. Orangtua bisa menghargai kemampuan yang mereka miliki
dengan memberikan pengetahuan mereka tentang sistem pelayanan kesehatan
serta kompotensi mereka. Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan
menambah kualitas pelayanan kesehatan.
c. Menghormati keanekaragaman ras, etnis budaya dan sosial ekonomi dalam
keluarga.
Tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan anak mereka
dirumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak diagnosa
medis. Hal ini akan menjadi sulit apabila program perawatan diterapkan
7
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga (Shelton, 1987, dalam
Fretes, 2012).
d. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan perbedaan
mekanisme koping dalam keluarga elemen ini mewujudkan 2 konsep yang
seimbang pertama, Family Centered Care harus menggambarkan keseimbangan
anak dan keluarga.
Hal ini berarti dalam menemukan maslah pada anak, maka kelebihan dari anak
dan keluarga harus dipertimbangkan dengan baik. Kedua menghargai dan
menghormati mekanisme koping dan individualitas yang dimiliki oleh anak
maupun keluarga dalam kehidupan mereka.
e. Memberikan imformasi yang lengkap dan jelas kepada orangtua dan secara
berkelanjutan dengan dukungan penuh.
Memberikan imformasi kepada orangtua bertujuan untuk mengurangi
kecemasan yang dirasakan orangtua terhadap perawat anak mereka. Selain itu,
dengan demikian imformasi orangtua akan merasa menjadi bagian yang penting
dalam perawatan anak. Ketersedian imformasi tidak hanya memiliki pengaruh
emosional, melainkan hal ini merupakan faktor kritikal dalam melibatkan
partisifasi orangtua secara penuh dalam proses membuat keputusan terutama
untuk setiap tindakan medis dalam perawatan anak mereka (Shelton, 1987, dalam
Fretes, 2012).
f. Mendorong dan mempasilitasi keluarga untuk saling mendukung.
Pada bagian ini, Shelton menjelaskan bahwa dukungan yang lain yang dapat
diberikan kepada keluarga adalah dukungan antar keluarga. Elemen ini awalnya
diterapkan pada perawatan anak-anak dengan kebutuhan kusus misalnya down
syndrome atau autisme. Perawat ataupun tenaga professional yang lain
memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan dari keluarga lain yang juga
memiliki masalah yang sama mengenai anak mereka. Dukungan antara keluarga
ini berfungsi untuk:
1) Saling memberikan dukungan dan menjalin hubungan persahabatan
2) Bertukar imformasi mengenai kondisi dan perawatan anak dan
3) Memamfaatkan dan meningkatkan system pelayanan yang ada untuk
kebutuhan perawatan anak mereka.
g. Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi,
anak – anak, remaja dan keluarga mereka ke dalam system perawatan Kesehatan.
8
Pemahaman dan penerapan setiap kebutuhan dalam perkembangan anak
mendukung perawat untuk menerapkan pendekatan yang komprehensif terhadap
anak dan keluarga agar mereka mampu dalam melewati setiap tahap
perkembangan dengan baik (Shelton, 1987, dalam Fretes, 2012)
h. Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program program yang
memberikan dukungan emosional dan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Dukungan kepada keluarga bervariasi dan berubah setiap waktu sesuai dengan
kebutuhan keluarga tersebut. Jenis dukungan yang diberikan misalnya mendukung
keluarga untuk memenuhi waktu istrahat mereka, pelayanan home care, pelayan
konseling, promosi kesehatan, program bermaian, serta koordinasi layanan
keseehatan yang baik untuk membantu keluarga memamfaatkan layanan
kesehatan yang ada untuk menunjang kebutuhan layanan kesehatan secara
pinansial. Dukungan yang baik dapat membantu menurunkan stress yang dialami
oleh keluarga karena ketidak seimbangan tuntutan kadaan kondisi dengan
ketersediaan tenaga yang dimiliki oleh keluarga saat mendampingi anak selama
dirawat dirumah sakit. Oleh karena itu perawat harus kritis dalam mengkaji
kebutuhan keluarga sehingga dukungan dapat diberikan dengan tepat termasuk
mempertimbangkan kebijakan yangberlaku baik dirumah sakit maupun
dilingkungan untuk menunjang dukungan yang akan diberikan kepada keluarga
(Shelton, 1987, dalam Fretes, 2012).
i. Merancang system perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau dengan
mudah dan responsip terhadap kebutuhan keluarga teridentifikasi.
Sistem pelayanan kesehatan yang fleksibel didasarkan pada pemahaman
bahwa setiap anak memiliki kebutuhan terhadap layanan kesehatan yang berbeda
maka layanan kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan
kelebihan yang dimiliki oleh anak dan keluarga. Oleh karena itu, tidak hanya satu
intervensi kesehatan untuk semua anak tetapi lebih dari satu intervensi yang
berbeda untuk setiap anak.
Selain layanan yang fleksibel, dalam Family Centered Care juga mendukung
agar layanan kesehatan mudah diakses oleh anak dan keluarga misalnya sistem
pembayaran layanan kesehatan yang dipakai selama anak menjalani perawatan
dirumah sakit baik menggunakan asuransi atau jaminan kesehatan pemerintah dan
swasta, konsultasi kesehatan, prosedur pemeriksaan dan pembedahan, layanan
9
selama anak menjalani rawat inap dirumah sakit dan sebagainya. Oleh karena itu
perawat harus mengkaji kebutuhan anak atau keluarga terhadap akses layanan
kesehatan yang dibutuhkan lalu melakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan
anak dan keluarga. Apabila layanan kesehatan yang direncanakan fleksibel dan
dapat diakses oleh anak dan keluarga maka layanan kesehatan tersebut akan lebih
responsif karena memproritaskan kebutuhan anak dan keluarga (Shelton, 1987,
dalam Fretes, 2012).

2.6. Konsep dari Family Centered Care


1. Martabat dan kehormatan
Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati pandangan dan pilihan
pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar belakang budaya pasien dan
keluarga bergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan.
2. Berbagi informasi
Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan informasi yang
berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak kepada pasien
dan keluarga.Pasien dan keluarga menerima informasi setiap waktu, lengkap, akurat
agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
3. Partisipasi
Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan dan
pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka buat.
4. Kolaborasi
Pasien dan keluarga juga termasuk ke dalam komponen dasar kolaborasi.
Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam pengambilan kebijakan dan
pengembangan program, implementasi dan evaluasi, desain fasilitas kesehatan dan
pendidikan profesional.

2.7. Kebijakan Family Centered Care


a. Pengaturan jadwal kegiatan untuk anak-anak
Mengatur jadwal aktivitas anak pada saat dirawat dengan melibatkan anak dan
orang tua. Pengaturan jadwal dengan berdasarkan aktivitas yang dilakukan dirumah
seperti jam mandi, makan, menonton televisi, bermain, pengaturan jadwal ini akan
membantu anak beradaptasi, meningkatkan control dii terhadap aktivitas selama
dirawat dan meminimalkan kejadian anak kekurangan istirahat seperti : anak sedang

10
istirahat kemudian ada suster yang memberikan tindakan pada anak, sehingga waktu
anak berkurang.
b. Fasilitas kemandirian anak
Anak dilibatkan dalam proses keperawatan dengan melibatkan kemandirian
melalui software seperti: mengatur jadwal kegiatan, memilih makanan mengenakan
baju mengatur waktu tidur. Prinsip tindakan ini adalah perawat respek terhadap
individualitas pasien dan keputusan yang diambil.
c. Berikan pemahaman atau informasi
Anak prasekolah memiliki kemampuan kognitif berpikir magis yang
mengakibatkan kesalahan interprestasi terhadap sakit sebagai hukuman titik petugas
kesehatan memberikan informasi yang jelas tentang prosedur yang akan dilakukan
berikan kesempatan anak memegang alat yang akan dilakukan misalnya stetoskop
atau kompetensi anak selama dan menggunakan sebagai dasar pengalaman untuk di
masa mendatang.
d. Mempertahakan sosialisai
Memfasilitasi terbentuknya support group di antara orang tua dan anak
sehingga orangtua dan anak mendapatkan dukungan dari lingkungan titik misalnya
grup orang tua dengan thalasemia grup anak dengan penyakit asma. Perawat dapat
memfasilitasi grup untuk tukar-menukar pengalaman selama merawat anak baik
melalui kegiatan informal atau formal seperti seminar.
e. Fasilitas
Ruangan pengkajian huruf untuk anak titik pengadaan ruangan khusus yang
menjamin privasi orang tua untuk menjelaskan riwayat kesehatan anak akan
memberikan dampak orang tua tidak ragu-ragu tidak khawatir informasi
dipertahankan oleh tenaga kesehatan titik Setelah data tentang anak didapatkan
petugas kesehatan dapat melibatkan orang tua dalam perencanaan asuhan
keperawatan anak yang merupakan salah satu prinsip family Centered care titik
Selain itu terkait dengan konsep automatic care dan hospitalisasi, maka ruang rawat
anak perlu di dekorasi untuk meningkatkan rasa nyaman toddler dan ruang tindakan
harus dapat menurunkan kecemasan toddler. Diperlukan juga adanya ruangan
bermain dan berbagai macam permainan untuk menunjang dengan stimulasi tumbuh
kembang, menurunkan Stranger ansietas, takut dalam pain dan hospitalization

f. Menyediakan ruangan bermain


11
Pengadaan ruang bermain akan membantu anak beradaptasi selama perawatan
di rumah sakit. Kegiatan bermain akan memberikan stimulasi perkembangan motorik
halus kasar personal sosial dan bahasa pada anak. Kegiatan bermain akan
menimbulkan perasaan Relax pada anak dan meminimalkan kebosanan selama
perawatan. Anak dengan bermain diharapkan dapat mengekspresikan kekreatifan dan
perasaan (Dennis,2012).

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penerapan Family Centered Care dalam perawatan melibatkan semua aspek dari
kebijakan, fasilitas dan perawat menjadi satu kesatuan sinergi dalam perawatan. Proses
perubahan dalam perawatan melibatkan semua aktifitas perawatan dari prosedur penerimaan
pasien, minimalkan kecemasan perpisahan, minimalkan kehilangan kontrol, minimalkan
injuri, dan nyeri, kaji pengalaman positif terkait dengan hospitalisasi. Strategi pelaksanaan
FCC memerlukan sosialisasi dan evaluasi keberhasilan dan pengembangan pada unit yang
lebih besar.

3.2. Saran
Penerapan Family Centered Care dalam bidang keperawatan harus lebih ditingkatkan
tidak hanya secara lisan namun perawat juga dapat mendampingi dan mempraktikkan
langsung bersama keluarga.

13
DAFTAR PUSTAKA

De Fretes, Fiane. 2012. Hubungan Family Centered Care Dengan Efek Hospitalisasi Anak
Usia 3-6 Tahun. Skripsi Universitas Kristen Satya Wicana.

Purmailani. 2014. Pengaruh Pendekatan Family Centered Care terhadap Penurunan


Kecemasan Pasien Anak Toddler di Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara.
Jurnal Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Tanaem, Gito Hardani, Mariana Dary, Emi Istiarti. 2019. Family Centered Care pada
Perawatan Anak di RSUD Soe Timor Tengah Selatan. Jurnal Riset Kesehatan, 8(1), 2.

Yugistyowati, Anafrin, Selamet Santoso. 2018. Pengetahuan Perawat Tentang Family


Centered Care Dengan Sikap Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat
Inap Anak. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(1), 40.

iii

Anda mungkin juga menyukai