Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN DHF PADA ANAK

Disusun oleh :

1. Devi Andharista 18060


2. Dewi Septiyawati 18060

Dosen Pebimbing : Ns. Elfira AR.,M.Kep.,Sp.Kep.An

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpah hidayah, rahmat dan
lindungan-Nya. Akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami susun
untuk memenuhi tugas selain itu kami menyusun makalah ini untuk menambah wawasan tentang
askep DHF pada anak.

Tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, kami sadar akan kesuksesan
dalam mengerjakan sesuatu tidak akan mungkin bisa terselesaikan tanpa dukungan dari orang
lain yang senantiasa dengan kesungguhan hati turut berpartisipasi dalam penyusunan makalah
ini. Hanya sepatah kata yang sangat berarti penulis bisa ucapkan sebagai tanda terimakasih,
semoga Tuhan Yang Maha Esa menerima amal dan kebaikan yang pahalanya kelak akan
menuntunnya menjadi seorang yang sangat berarti dan berguna di dunia ini.

Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang
berkenan kami mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca.

Jakarta,23 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari orang
dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi permasalahan besar
karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional.
(WHO , 2003) . Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The
Conventionon the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di
bawah 18 tahun. ( Department of Child and Adolescent Health and Development , 2006)

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan
“perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya
saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk – bentuk
yang secara pilah berdiri sendiri – sendiri; akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan
diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk
dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai
kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.

Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan rantai


penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty
dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umumnya ada diair bersih yang
tergenang di permukaan tanah maupun di tempat – tempat penampungan air, melakukan program
3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).

Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga tahun terakhir,
secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan, penurunan terjadi hingga
tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu
mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009
penurunannya sangat signifikan hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus
DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010
menunjukkan, jumlah kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata
sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu 150
per 100.000 penduduk.

Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak 3.603 kasus. Dengan
rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720 kasus, Jakarta Barat 661 kasus, Jakarta
Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.Peran perawat untuk
mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif
yaitu memberi penyuluhan kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif
yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui
tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai,menjaga kebersihan lingkungan dan
penampungan air, kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta
mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus, kurma, dll. Dari aspek
rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol
kembali kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari demam berdarah (DHF) ?
2. Apa etiologi dari demam berdarah (DHF) ?
3. Bagaimana patofisiologi demam berdarah (DHF) ?
4. Apa saja klasifikasi demam berdarah (DHF) ?
5. Bagaimana manifestasi klinis demam berdarah (DHF) ?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada demam berdarah (DHF) ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien demam berdarah (DHF) ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian demam berdarah (DHF)
2. Untuk mengetahui apa etiologi dari demam berdarah (DHF)
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi demam berdarah (DHF)
4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi demam berdarah (DHF)
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis demam berdarah (DHF) ?
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis pada demam berdarah (DHF)
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien demam berdarah (DHF)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi, 2006).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006).

  Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus
yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang
terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2.2 Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk
batang, stabil pada suhu 37⁰ C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam ,2008) adalah :

 
1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak
mandi, vas bunga.

2.3 Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dimana virus
tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran
darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody
yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi
imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada
pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit
(trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini
mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah
mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah
dan terjadi hipoksia jaringan.

Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis jaringan
yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan semakin berat akan
menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan
hipotensi ,hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan
kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh
mual, muntah dan anoreksia. Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut
menganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak.
Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak
tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali,
dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila
virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine
dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah atau
terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.

2.4 Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:

1. Derajat I :Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniquet positif,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulit dan
atau perdarahan lain.
3. Derajat III :Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV :Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur.

2.5 Manifestasi Klinis


Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain :

1. Demam tinggi selama 5 –  7 hari


2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5.  Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
9. Tanda-tanda rejatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah)
2.6 Penatalaksanaan medis
1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat
diberikan teh manis, sirup, susudan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila
hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa. Jika terjadi
kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis
anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1tahun 75 mg. Jika 15
menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB.
Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg,
dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan
pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak dapat
diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematocrit yang
cenderung meningkat.
b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan
biasanya Ringer Laktat. Jika pemberiancairan tersebut tidak ada respon maka dapat
diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB. Pada
pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem infus
tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai
yang diharapkan, maka untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa
dengan spuit dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan.
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah.
Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, teh manis, sirup, susu, serta larutan oralit.
Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah
cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat  asidosis
dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % + dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat. Kebutuhan
cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam dan
pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, kadar hematocrit, dan jumlah
volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan
anti piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien
tampak gelisah, dapat diberikan sedative untuk menenangkan pasien seperti kloral hidrat
yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram).
Pemberian antibiotic yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin,
Ampisilin, sesuai dengan dosis yang ditemukan. Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan
pada semua pasien syok. Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai
keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.
Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15
sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

2.7 Asuhan Keperawatan


2.7.1 Pengkajian

1. Identitas pasien 
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun
buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan. Apabila
kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,
maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
8. Pola Kebiasaana.
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan
menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yangmengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IVsering terjadi hematuria
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF,keadaan anak adalah
sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah,tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital:  nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin. berkeringat dan kulit
tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat dingin,
dan lembab.
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy). konjungtiva anemis, hidung kadang mengalami  perdarahan (epitaksis)
pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan Nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada potothorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan asitesf.
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratoriumPada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hyponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
12. Pemeriksaan Diagnostik (Nursalam, 2008)
a. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mmᶟ atau kurang)
b. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test)
c. Rontgen thoraks : effusi pleura

2.7.2 Diagnosa Keperawatan (Doengoes, E Marilyn. 2000)

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas


kapiler, perdarahan, muntah dan demam.Hipertemia berhubungan dengan
proses penyakit (virus dalam darah/viremia).
2. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
4. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
5. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh akibat perdarahan.
6. Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan
pasien berhubungan dengan kurangnya informasi

2.7.3 Intervensi Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas


kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak muntah –
muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri:

a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam


Rasional : mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit tidak
elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit atau balance
cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, danserum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darahf.
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberiancairan yang
berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentangtanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalamtubuh supaya
lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
 
2. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit(viremia/virus).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi
Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (6-370'C). Mukosa lembab tidak
ada sianosis atau purpura
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau lebih
sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahuikeadaan
umum klien.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaatnya
bagi klien.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairanyang banyak.
d. Lakukan “Tepid Water Sponge”
Rasional : Tepid Water Sponge dapat menurunkan penguapan dan penurunan
suhu tubuh.
e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal
Rasional : Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas dalam tubuh.

Kolaborasi :
f. Berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.
Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting bagi klien
dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu tubuhnya.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan  : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil  : Berat badan stabil dalam batas normal.Tidak ada mual dan
muntah.
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi nafsu makan
klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan hidangkan saat
masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi
makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha menghabiskan
makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.

Kolaborasi :
i. Berikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/instruksi dokter.
Rasional : Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake nutrisi klien
meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.
j. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.

4. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.


Tujuan  : Perdarahan tidak terjadi.
Kriteria Hasil  : Tanda-tanda vital normal.Jumlah trombosit klien meningkat.
Tidak terjadi epitaksis, melena, dan hemotemesis.
Intervensi
Mandiri :
a. Monitor tanda – tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda –
tanda klinis.
Rasional : Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya perforasi
pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda – tanda
klinis berupa perdarahan (petekie,epistaksis, dan melena).
b. Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
c. Berikan penyelasan pada keluarga untuk segera melaporkan jika ada tanda-tanda
perdarahan.
Rasional : Mendapatkan penanganan segera mungkin.
d. Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi
lunak, memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai pengambilan
darah.
Rasional : Mencegah terjadinya pendarahan.

5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.


Tujuan  : Aktivitas sehari – hari klien kembali normal.
Kriteria Hasil :Keadaan umum membaikKebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti:
makan,minum, dan personal hyiene (mandi, menggosok gigi, dan
bershampoo).
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji kebutuhan klien.
Rasional : Mengidentifikasi masalah klien.
b. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan kelemahan
fisiknya.
Rasional : Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikansesuai dengan
masalah klien.
c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai tingkat
keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat
kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien ketergantungan terhadap perawat.

6. Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya volume cairan


tubuh akibat perdarahan.
Tujuan  : Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria Hasil  :Tanda-tanda vital dalam batas normal. Keadaan umum baik. Syok
hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi.
Mandiri :
a. Monitor keadaan umum kilen.
Rasional : Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
Rasional : Untuk memastikan tidak terjadi per syok.
c. Monitor tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.
d. Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Untuk membantu tim perawat untuk segaramenentukan tindakan
yang tepat.
e. Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
Rasional : Untuk membantu mengistirahatkan saluran pencernaan untuk
sementara selama perdarahan berasal dari saluran cerna.
f. Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin,sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.

Kolaborasi :
g. Berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.
Rasional : Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang
hebatyaitu untuk mengatasi syok hipovolemik.
h. Cek Hb, Ht, Trombosit (sito)
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
klien, dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
i. Berikan trasfusi sesuai instruksi dokter.
Rasional : Untuk menganti volume darah serta komponen yanghilang.

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan, dan obat-obatan


pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan  : Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria Hasil  :Pengetahuan klien/Keliarga tentang proses penyakit, diit,
perawatan dan obat penderita DHF meningkat dan klien/keluarga
mampu menjelasakan kembali.
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF.
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakityang diderita
klien.
b. Kaji latar belakang pendidikan klien dan keluarga.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat
pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang direncanakan
tercapai.
c. Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada klien dengan
bahasa yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.
d. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan penyakit
yang dialami.
Rasional : Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif selama
masa perawatan/penyembuhan.
e. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.
Rasional : Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan karena
dapat dilihat atau dibaca berulang kali.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan


3.1.1 Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas klien
Nama : An. F
Tgl. Lahir : kendari, 8 maret 2014
Usia : 4,5 tahun
Pendidikan : belum sekolah
Alamat : Jln. Subsidi kelurahan lepo-lepo
Tanggal masuk : 25 juli 2018
Tanggal pengkajian : 25 juli 2018
Diagnose medis : DBD
2) Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : Tn. D
Usia :36 tahun
Pendidikan :SMA
Pekerjaan : wiraswasta
Agama :islam
Alamat : jln. Subsidi kelurahan lepo-lepo
Suku : tolaki

Ibu
Nama : Ny. F
Usia : 33 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama :islam
Alamat :Jln. Subsidi kelurahan lepo-lepo
Suku : tolaki
3) Identitas Saudara Kandung
Ibu klien mengatakan anaknya memiliki 2 orang kakak dan klien merupakan
anak ke 3
b. keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya dibawa kerumah sakit karena demam
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan anaknya demam terus-menerus meningkat dimalam hari sejak 3 hari
yang lalu, batuk-batuk, saat dirumah anaknya hanya dikompres air hangat kemudian
dibawa ke UGD puskesmas lepo-lepo sebelum akhirnya dirujuk ke rumah sakit
bahteramas provinsi Sulawesi tenggara.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lampau
1) Prenatal
ibu mengatakan ia hamil selama 9 bulan tidak ada keluhan apapun selama masa
kehamilan dan sering memeriksakan kehamilannya ke bidan dengan rutin.
2) Natal
Ibu mengatakan anak F lahir di puskesmas dengan normal, persalinan
didampingi oleh suami dan ditolong oleh bidan, menangis kuat, dengan BBL
3000 gr, PB 50 cm, Apgar Score 8/9 dan tidak ada kelainan kongenital.
3) Post natal
Ibu mengatakan An. F minum ASI hari pertama sampai dengan usia ± 2 tahun
dan telah diimunisasi lengkap yaitu BCG, DPT, Polio dan Campak.
e. Riwayat Keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak ada yang sedang atau pernah menderita penyakit
keturunan atau menurun.
f. Riwayat Tumbuh Kembang
Ny. F mengatakan An. F tumbuh dan berkembang dengan baik.Ia mulai berguling
pada umur 6 bulan, duduk pada umur 9 bulan, merangkak pada umur 9,5 bulan,
berdiri pada umur 10 bulan dan berjalan pada umur 1 tahun.
g. Riwayat Nutrisi
Ibu mengatakan An. F diberi asi sejak lahir hinggga berusia 6 bulan. Cara pemberian
dengan Skin to skin.
h. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan An. F tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Ia adalah anak
yang ceria dan gemar bermain, namun sejak dirawat dirumah sakit ia sering
menangis dan hanya berbaring di tempat tidur. Ibu F mengatakan rumahnya
sederhana, lingkungan rumah bersih, ventilasi dan sanitasi juga cukup. Ibu F
mengatakan ia sangat peduli dengan kesehatan anaknya, jika ada anaknya yang sakit
langsung dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan.
i. Reaksi Hospitalisasi
An. F terkadang masih takut jika akan diinjeksi atau bahkan melihat seseorang
dengan seragam putih putih dan harus selalu didampingi oleh ibunya.
j. Aktivitas Sehari-Hari
1) Nutrisi
Ibu mengatakan anak F makan 3 kali sehari sebelum sakit, dan sejak sakit nafsu
makan menurun, ia hanya makan makanan yang diinginkan seperti rambutan, dan
snack.
2) Cairan
Ibu mengatakan An F minum ±5-6 gelas per hari, namun selama sakit An. F
kurang minum dan hanya minum ±1 gelas per hari.
3) Eliminasi
ibu mengatakan sebelum sakit An. F biasanya BAB 2x sehari, selama di rumah
sakit belum bab dan BAK 4-5x/hari berwarna kuning khas. Kebiasaan BAB dan
BAK An. F dilakukan di kamar mandi sejak umur 2 tahun.
4) Istrirahat dan tidur
Ibu mengatakan sebelum sakit An. F biasanya tidur ± 10-12 per hari, sejak sakit
An. F susah tidur san sering terbangun dimalam hari.
5) Personal hygene
Ibu mengatakan sebelum dirawat An. F mandi 2x sehari dengan didampingi
ibunya, sejak sakit belum mandi hanya dikompres hangat pada bagian dahi.
6) Rekreasi
Ibu mengatakan An. F adalah anak yang ceria dan gemar bermain, namun sejak
dirawat dirumah sakit ia sering menangis dan sebagian besar aktivitasnya hanya
berbaring di tempat tidur.
k. pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien
pasien nampak lemah, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, turgor kulit
kering, test rumple leed (+), tampak pathekie ≥20 pada lengan.
2) tanda tanda vital
tekanan darah : 100/60 mmmHg
nadi : 122x per menit
suhu : 38,20 C
pernafasan : 32x per menit
3) Antropometri
tingi badan : 93 cm
berat badan : 11 kg
lingkar lengan atas : 15 cm
lingkar kepala : 45 cm
lingkar dada : 47 cm
lingkar perut : 49 cm
4) system pernafasan
hidung bersih, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
pembsaran kelenjar limfe, bentuk dada normal (pigeon chest), ukuran anterior-
posterior transversal normal, gerakan dada kiri dan kanan searah, tidak ada suara
napas tambahan (vesikuler), tidak ada clubbing finger.

5) sistem cardiovaskuler
konjungtiva anemis, arteri karotis teraba, tekanan vena jugularis cepat dan kuat,
tidak ada pembesaran jantung, iktus kordis tidak Nampak, suara jantung 1, 2,
dan 3 normal (resonan), CRT ±3 detik.
6) System pencernaan
Sclera jernih, mukosa bibir kering, mulut kemerahan, peristaltic 10x per menit,
tidak ada nyeri abdomen, anus normal tidak ada kelainan kongenital.
7) System indra
Mata normal tidak ada polip, visus 6/6, lapang pandang normal, hidung
penciuman normal, tidak ada secret, telinga dan daun telinga normal, tidak ada
tanda radang, tidak ada nyeri tekan, fungsi pendengaran baik.
8) System syaraf
Fungsi cerebral status mental baik
Kesadaran GCS 15 (E4, V5, M6)
Fungsi saraf kranial baik
Fungsi motoric baik
Fungsi sensorik baik
9) System musculoskeletal
Kepala normal, vertebrata normal, pelvis normal, lutut normal, kaki normal,
bahu normal.
10) System integument
Rambut lurus dan kuat, kulit kepala bersih, kuku kotor, tampak pathekie pada
lengan.
11) System endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
12) System perkemihan
Tidak ada masalah perkemihan.
13) System reproduksi
Vagina normal, tidak ada kelainan kongenital
14) System imun
tidak ada alergi dan tidak ada penyakit yang berhubungan dengan cuaca
l. Test Diagnostik
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Trombosit 37.000 (40-150)
Leukosit 4.30 g/dl (14.5-45.0)
Hemoglobin 10.3 g/dl (11.5-15.5)
Hematocrit 3 2.1 % (35-45)

3.1.2 Klasifikasi Data


Data Subjektif Data Objektif
 ibu klien mengatakan anaknya  pasien nampak lemah, mukosa bibir
demam terus menerus sejak 3 hari yang kering, konjungtiva anemis, turgor
lalu meningkat dimalam hari, batuk-batuk. kulit kering, test rumple leed (+),
 Ibu mengatakan anaknya Ibu tampak pathekie ≥20 pada lengan.
mengatakan anak F makan 3 kali  GCS 15 (E4, V5, M6)
sehari sebelum sakit, dan sejak sakit nafsu  TD: 100/60 mmmHg
makan menurun, ia hanya memakan  nadi : 122x per menit
makanan yang diinginkan seperti  suhu : 38,20 C
rambutan, dan snack.  pernafasan : 32x per menit
 Ibu mengatakan An F minum ±5-6  berat badan: 11 kg
gelas per hari, namun selama sakit An. F Trombosit 37 ribu (nilai normal 40-150),
kurang minum dan hanya minum ±1 gelas Leukosit 4.30 g/dl (nilai normal 14.5-
per hari. 45.0), Hemoglobin 10.3 g/dl (nilai normal
 ibu mengatakan sebelum sakit An. 11.5-15.5), dan Hematokrit 32.1 % (nilai
F biasanya BAB 2x sehari, selama di normal 35-45).Kekurangan volume cairan.
rumah sakit belum bab dan BAK 4-5x/hari
berwarna kuning khas.

3.1.3 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
Ds : Arbovirus Kekurangan volume
 ibu klien mengatakan melalui cairan
anaknya demam terus nyamuk aedes
aegepty
menerus sejak 3 hari yang ↓
lalu meningkat dimalam Beredar dalam aliran darah
hari, batuk-batuk. ↓
 Ibu mengatakan anak F Infeksi virus dengue
makan 3 kali sehari ↓
sebelum sakit, dan sejak Hipertermi
sakit nafsu makan ↓
menurun, ia hanya Permeabilitas membrane
memakan makanan yang meningkat
diinginkan seperti ↓
rambutan, dan snack. Kebocoran plasma ke
 Ibu mengatakan An F ekstravaskuler
minum ±5-6 gelas per hari, ↓
namun selama sakit An. F Kekurangan volume cairan
kurang minum dan hanya
minum ±1 gelas per hari.
 ibu mengatakan sebelum
sakit An. F biasanya BAB
2x sehari, selama di rumah
sakit belum bab dan BAK
4-5x/hari berwarna kuning
khas.
Do :
 pasien nampak lemah,
mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis, turgor
kulit kering, test rumple
leed (+), tampak pathekie
≥20 pada lengan.
 GCS 15 (E4, V5, M6)
 TD : 100/60 mmmHg
 nadi : 122x per menit
 suhu : 38,20 C
 pernafasan : 32x per menit
 berat badan: 11 kg
 Trombosit 37 ribu (nilai
normal 40-150), Leukosit
4.30 g/dl (nilai normal
14.5-45.0), Hemoglobin
10.3 g/dl (nilai normal
11.5-15.5), dan
Hematokrit 32.1 % (nilai
normal 35-45).

3.1.4 Diagnosa Keperawatan


Kekurangan volume cairan berhubugan dengann pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuer ditandai dengan :

Ds :

 Ibu klien mengatakan anaknya demam terus menerus sejak 3 hari yang lalu
meningkat dimalam hari, batuk-batuk.
 Ibu mengatakan anaknya Ibu mengatakan anak F makan 3 kali sehari sebelum
sakit, dan sejak sakit nafsu makan menurun, ia hanya mmakan makanan yang
diinginkan seperti rambutan, dan snack.
 Ibu mengatakan An F minum ±5-6 gelas per hari, namun selama sakit An. F
kurang minum dan hanya minum ±1 gelas per hari.
 Ibu mengatakan sebelum sakit An. F biasanya BAB 2x sehari, selama di rumah
sakit belum bab dan BAK 4-5x/hari berwarna kuning khas.

Do :

 Pasien nampak lemah, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, turgor kulit
kering, test rumple leed (+), tampak pathekie pada daerah lengan.
 GCS 15 (E4, V5, M6)
 TD : 100/60 mmmHg
 nadi : 122x per menit
 suhu : 38,20 C
 pernafasan : 32x per menit
 berat badan: 11 kg
 Trombosit 37 ribu (nilai normal 40-150), Leukosit 4.30 g/dl (nilai normal 14.5-
45.0), Hemoglobin 10.3 g/dl (nilai normal 11.5-15.5), dan Hematokrit 32.1 %
(nilai normal 35-45).

3.1.5 Intervensi Keperawatan


Menurut Nursing intervention clasification (NIC) intervensi yang dapat dilakukan
pada masalah kekurangan volume cairan untuk tujuan Nursing Outcome Clasivication
(NOC) keseimbangan cairan adalah :

a. Monitor vital sign dengan rasional tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien dan sebagai dasar untuk menentukan intervensi.
b. Monitor status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik) jika diperlukan
c. Monitor status cairan termasuk intake dan output dengan rasional membantu
mempertahankan catatan intake dan output yang adekuat.
d. Dorong pasien untuk meningkatkan masukan oral dengan rasional peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
asupan cairan yang banyak.
e. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan dengan rasional untuk
meningkatkan asupan intake pasien.
f. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi Antipiretik dan Antibiotik dengan
rasional Antibiotik untuk mengurangi atau mencegah terjadinya infeksi dan
Antipiretik untuk menurunkan panas.
g. Kolaborasi pemberian cairan intravenadengan rasional untuk membantu menjaga
keseimbangan cairan.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DHF adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk
aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat menimbulkan kematian,
terutama anak serta sering menimbulkan wabah.

Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat yaitu Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniquet positif, trombositopeni
dan hemokonsentrasi. Derajat II : Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulit
dan atau perdarahan lain. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi
cepat dan lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran kepada masyarakat
diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan melaksanakan program pemerintah
untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program 3M, menguras
tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas,membersihkan lingkungan rumah dan
sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC

Nursalam, dkk. 2008.Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika

Hendarwanto. 2003.I l m u P e n y a k i t D a l a m , hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta: EGC

Hidayat alimul aziz. 2006.P e n g a n t a r   i l m u   k e p e r a w a t a n a n a k . Jakarta : salemba


medika

Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC

Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004.Konsep dasar  keperawatan  anak.Jakarta : EGC

Suriadi. 2010.Asuhan keperawatan pada anak  .Jakarta : cv sagung seto.

Anda mungkin juga menyukai