Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHALUAN

WAHAM

I. Kasus atau Masalah Utama : Waham

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Waham merupakan suatu keyakinan atau penilaian yang salah dan tidak dapat
dikoreksi, tidak sesuai dengan kenyataan dan dengan kepercayaan yang
berlaku dalam lingkungan masyarakat serta budaya tempat tinggal individu
tersebut, namun tetap dipertahankan walaupun telah diperlihatkan dengan
bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya (Keliat, akemat, Helena, &
Nurhaeni, 2007). Waham diklasifikasikan menjadi dua, yaitu waham primer
dan waham sekunder. Waham primer waham yang tidak dapat dipahami dari
sudut riwayat hidupdan kepribadian (personality) individu tersebut, sedangkan
waham sekunder merupakan waham yang masih dapat dipahami secara
psikologis dan biasanya muncul dari keadaan pikiran yang morbid dan dari
keadaan pikiran lainnya, seperti kecurigaan dan lain sebagainya.
b. Jenis Waham
Menurut Keliat, akemat, Helena, & Nurhaeni (2007):
1. Waham kebesaran, yaitu seseorang yang meyakini bahwa dia memiliki
kebesaran dan kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
2. Waham curiga, yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau sekelompok orang
yang berusaha untuk mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
3. Waham agama, yaitu memiliki keyakinan akan agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
4. Waham somatic, yaitu memilikikayakinan bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
5. Waham nihilistic, yaitu meyakini bahwa dirinya sudah tidak berada di dunia
lagi atau meninggal dunia, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
6. Waham siar pikir, yaitu meyakini bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar.
7. Waham sisip pikir, yaitu meyakini bahwa ada pikiran orang lain yang masuk
ke pikirannya.

c. Tanda dan Gejala


1. Klien mengungkapkan hal-hal yang diyakininya, seperti kebesaran, agama
secara berlebihan, kecurigaan, dan mengenai keadaan dirinya secara
berulang kali dan diungkapkan secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
2. Klien tampak menyendiri dan terkadang dapat merusak (diri, orang lain,
lingkungan)
3. Klien bersikap takut, cemas, curiga dan sangat waspada
4. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
5. Ekspresi wajah klien tampak tegang
6. Klien mudah tersinggung

III. A. Pohon Masalah

Isolasi Diri

Waham

Harga Diri Rendah Situasional

IV. Masalah Keperawatan dari data yang perlu dikaji


1. Masalah Keperawatan :
a.  Gangguan proses pikir: waham
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi social
d. Harga diri rendah kronik
2. Data perlu di kaji
Data subyektif
a. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
b. Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus.
Data obyektif
a. Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya.
b.  Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
c. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

V. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Utama : Waham
Tujuan Umum : Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2. Klien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3. Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya.
4. Klien mampu meningkatkan kualitas hidupnya
5. Klien menununjukkan adanya harapan hidup
 Diagnosis dalam NANDA

Diagnosis 1
Diagnosis Keperawatan

Dx:
Domain 6
Kelas 1
Kode Diagnosis 00121
Gangguan identitas pribadi
Data Objektif :
Berpakaian rapih seperti hendak kerja.
Data Subjektif :
Ibu dan istri Tn. Kusno menyampaikan bahwa Tn. Kusno stres lantaran gagal
mencalonkan diri sebagai caleg DPRD Kota Bekasi;
Tn. Kusno mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Soekarno yang dapat
memajukan Indonesia dan anggota DPRD Kota Bekasi.

Diagnosis 2
Diagnosis Keperawatan

Dx:
Domain 5
Kelas 5
Kode Diagnosis 00051
Hambatan komunikasi verbal
Data Objektif :
- (dapat dikaji dengan mengajak klien komunikasi mengenai dirinya)
Data Subjektif :
Tn. Kusno mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Soekarno yang dapat
memajukan Indonesia dan anggota DPRD Kota Bekasi serta mengatakannya
pada tetangga atau orang yang Ia temui.
Diagnosis 3
Diagnosis Keperawatan

Dx:
Domain 1
Kelas 2
Kode Diagnosis 00080
Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
Data Objektif :
(dapat dikaji dengan mengajak keluarga diskusi mengenai pengetahuan
kesehatan keluarga)
Data Subjektif:
Keluarga mengatakan sempat membawanya ke dukun atau orang pintar.

VI. Rencana Tindak Keperawatan


1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
• Bersikap tenang
• Empati terhadap klien
• Pertahankan kontak mata
• Perkenalkan diri
• Buat kontrak yang jelas dengan klien, tepati kontrak yg telah disepakati
• Dengarkan ekspresi perasaan klien
• Tidak mencoba menjelaskan/membantah klien

2. Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi


• Diskusikan harapan-harapan klien selama ini
• Diskusikan harapan yang tercapai dan tidak tercapai
• Diskusikan perasaan klien terhadap harapan yang tidak tercapai tersebut
• Diskusikan hubungan antara perasaan klien dengan keyakinan (waham)
klien

3. Bantu klien mengontrol waham


• Diskusikan perasaan takut, cemas, dan marah yang dirasakan oleh klien.
• Diskusikan kaitan perasaan klien dengan keyakinan klien (yang salah)
• Diskusikan konsekuensi keyakinan klien terhadap kehidupan sehari-hari
klien.
• Paparkan klien pada realita sesuai kondisi lingkungan.

4. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk mengatasi waham klien


• Jelaskan masalah waham yang dialami oleh klien
• Jelaskan adanya kebutuhan / harapan klien yang tidak terpenuhi
sehingga muncul waham
• Jelaskan cara berkomunikasi verbal dan non verbal dengan klien
• Jelaskan perlunya dukungan keluarga agar klien minum obat secara
teratur

5. Jelaskan dan fasilitasi minum obat


• Jelaskan jenis obat yang digunakan oleh klien
• Jelaskan manfaat masing-masing obat
• Jelaskan efek samping yang mungkin terjadi
• Jelaskan cara benar mengkonsumsi obat (5 benar)
• Jelaskan cara mendapat informasi terkait dengan penggunaan obat dan
bila efek samping terjadi

DAFTAR PUSTAKA
Herdman T Heather. (2018). NANDA-I: Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
2018-2020 edisi 11. Jakarta: EGC
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., Nurhaeni, H. (2007). Keperawatan kesehatan jiwa
komunitas : CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN WAHAM


SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi.

 ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat X yang dinas pagi ini
di Ruang...... Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu perawatan
bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?” “Bisa kita berbincang-
bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?” “Berapa lama bapak R mau
kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?” “Dimana enaknya kita
berbincang-bincang pak?”

 KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa
kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?” “Tampaknya pak R gelisa sekali,
bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri pak R sendiri?” “Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur
diri pak R?” “Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R
yang lain?” “Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?” “Ooo, Bagus pak R sudah
punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.” “Coba kita tuliskan rencana dan jadwal
tersebut pak R.” “Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di
luar rumah sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?”

 TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?” “Apa saja tadi
yang telah kita bicarakan? Bagus.” “Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan,
setuju pak?” “Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan
lagi.” “Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”
SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekannya.
 ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus” “Apakah pak R
sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?” “Bagaimana kalau
kita bicarakan hobi tersebut sekarang?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang
tentang hobi pak R tersebut?” “Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit?”

 KERJA :
“Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?” “Wah, rupanya pak R
pandai main suling ya.” “Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar
main Suling, siapa yang dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?” “Bisa pak R
peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.” “Wah, bagus sekali
pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan pak R ini. Berapa kali
sehari/seminggu pak R mau bermain suling?” “Apa yang pak R harapkan dari
kemampuan bermain suling ini?” “Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain
selain bermain suling?”

 TERMINASI :
“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan
kemampuan pak R?” “Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai
denga jadwal yang telah kita buat ya?” “Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat
ini kita akan lanjutkan lagi.” “Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita
ketemuan di taman saja, setuju pak?” “Nanti kita akan membicarakan tentang obat
yang harus pak R minimum, setuju?”

SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.


 ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R.” “Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya?
Bagus sekali.” “Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat
yang harus pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?” “Berapa lama
pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30 menit saja?”

 KERJA:
“Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?”
“Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari,
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.” “Bila nanti setelah minum obat mulut pak
R terasa kering, untuk membantu mengatasinya pak R bisa banyak minum dan
mengisap-isap es batu.” “Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak
obat apakah benar nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
benar!” “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter.”

 TERMINASI :
“Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?” “Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri
obatnya pada perawat!” “Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”
“Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
“Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?” “Sampai besok ya pak.”

Anda mungkin juga menyukai