Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. Kasus (Masalah Utama)


Defisit Perawatan Diri

II. Proses terjadinya masalah:


a. Definisi
Defisit perawatan diri adalah penurunan kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas perawatan diri (Keliat, 2007). Defisit perawatan diri terbagi
menjadi beberapa jenis, yaitu mandi/personal hygiene, berpakaian/berhias,
makan, dan toileting. Defisit perawatan diri mandi adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan diri secara mandiri (NANDA, 2018). Lalu, defisit perawatan diri
berpakaian adalah ketidakmampuan untuk mengenakan atau melepas pakaian
secara mandiri. Defisit perawatan diri makan adalah ketidakmampuan untuk
makan secara mandiri. Dan, defisit perawatan diri toileting adalah
ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang berhubungan dengan BAB dan
BAK (NANDA, 2018).
b. Tanda dan gejala (Keliat, 2007):
1. Rambut kotor.
2. Gigi kotor
3. Kulit berdaki dan bau.
4. Rambut acak-acakan.
5. Pakaian kotor dan tidak rapi.
6. Kesulitan makan secara mandiri.
7. Makanan berceceran.
8. Makan tidak pada tempatnya.
9. Tidak mampu membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau BAK.
c. Rentang respons

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan


diri seimbang diri tidak seimbang perawatan diri

d. Penyebab
1. Faktor predisposisi
Nn. P hanya berdiam diri di kamar dan menolak untuk membersihkan diri.
2. Faktor presipitasi
Nn. P ditinggal menikah oleh tunangannya 1 bulan lalu.
3. Akibat
Menarik diri: individu mengalami perubahan proses pikir sehingga aktivitas
perawatan diri menurun.
4. Proses terjadinya masalah sesuai kondisi klien
Defisit perawatan diri yang dialami oleh klien disebabkan oleh klien yang
menarik diri dari lingkungan sosial karena sedih dan malu ditinggal menikah
oleh tunangannya.

III. Pohon Masalah

Kebersihan diri tidak adekuat (Berhias, makan-minum, BAB/BAK)

Defisit Perawatan Diri: Hygiene dan berpakaian

Isolasi Sosial
IV. Masalah Keperawatan Dan Data yang Perlu dikaji
1. Masalah Keperawatan
a. Defisit perawatan diri
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah
2. Data Yang Perlu Di Kaji
 Gangguan kebersihan diri
- Ketidakmampuan dalam mengakses kamar mandi
- Ketidakmampuan dalam mengambil perlengkapan mandi
- Ketidakmampuan dalam membasuh tubuh
 Ketidakmampuan berhias/berdandan
- Ketidakmampuan dalam berhias diri
- Ketidakmampuan dalam berpakaian
 Ketidakmampuan makan secara mandiri
- Ketidakmampuan makan sendiri
- Ketidakmampuan makan dengan tertib
 Ketidakmampuan berkemih/defekasi secara mandiri
- Ketidakmampuan dalam berkemih/defekasi pada tempatnya
- Ketidakmampuan membersihkan diri setelah berkemih/defekasi
 Penurunan motivasi dalam merawat diri
Kendala lingkungan dalam merawat diri

V. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit perawatan diri

VI. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
1. Untuk Klien
Tujuan Umun: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda
percaya pada perawat:
1) Wajah cerah, tersenyum
2) Mau berkenalan
3)  Ada kontak mata
4) Menerima kehadiran perawat
5) Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi :
1) Berikan salam setiap berinteraksi.
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
3) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4)  Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5)  Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6)  Buat kontrak interaksi yang jelas.
7) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8) Penuhi kebutuhan dasar klien.
2.  Untuk Keluarga
1)  Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan memotivasi klien
untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
2) Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga

b. Defisit Perawatan Diri
1. Untuk Klien
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi, berpakaian, makan, dan BAB/BAK
Intervensi:
a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara mandiri
b. Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berhias,
makan/minum, BAB/BAK secara mandiri
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengawali masalah
kurang perawatan diri
2.  Untuk Keluarga
a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan diri
b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan memantau klien
dalam merawat klien
c. Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan klien dalam
merawat diri.
Daftar Pustaka

Keliat, B.A, Akemat, Helena, N, & Nurhaeni, H. (2007). Keperawatan kesehatan jiwa
komunitas :CMHN (basic course). Jakarta: EGC.

NANDA International. (2018). Nursing diagnoses definition and classification 2018-2020 11th
Edition. New York: Thieme Publishers.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 1)

PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

1. Diagnosa Keperawatan: Defisit perawatan diri: kebersihan diri


2. Tujuan Klien:
1. Klien mampu mengetahui pentingnya perawatan diri.
2. Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
3. Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
4. Klien mampu mempraktekan cara menjaga kebersihan diri.
3. Tindakan Keperawatan:
a. Bantu klien membina hubungan saling percaya
b. Bantu klien menjelaskan pentingnya perawatan diri
c. Bantu klien menjelaskan manfaat menjaga kebersihan diri
d. Bantu klien menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk kebersihan diri
e. Bantu klien menjelaskan cara menjaga perawatan diri
f. Bantu klien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri dengan bantuan perawat

A. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Fase Orientasi

1. Selamat pagi mba. Perkenalkan nama saya Ners ..., saya adalah perawat yang bertugas
merawat mba pagi hari ini dari pukul 08.00 s.d. 15.00. Apakah benar ini dengan
bapa/ibu....?
2. Mba lebih senang dipanggil apa?
3. Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini?
4. Oh bapa/ibu merasa tidak nyaman karena berkeringat dan gatal-gatal ya. Apakah ada lagi
hal lainya?
5. Sudah berapa lama bapa/ibu merasakan hal tersebut?
6. Lalu, apa yang bapa/ibu lakukan kalau merasa tidak nyaman seperti itu? Bagaimana
hasilnya?
7. Bagaimana kalau kita bicarakan tentang ketidaknyamanan yang bapa/ibu rasakan?
Tujuannya agar bapa/ibu dapat merawat diri dengan benar
8. Waktunya kira-kira 30 menit dari sekarang. Apakah bapa/ibu bersedia?
9. Kalau begitu, bapa/ibu ingin kita melakukan diskusi dimana? Disini atau ditempat lain?
10. Baiklah kalau begitu, selama kurang lebih 30 menit kita akan berdiskusi disini ya bapa/ibu
membicarakan mengenai kebersihan diri.

Fase Kerja

1. Tadi bapa/ibu mengatakan merasa tidak nyaman karena berkeringat dan gatal-gatal, ya.
2. Kalau saya boleh tahu berapa kali bapa/ibu mandi dalam sehari? Apakah bapa/ibu sudah
mandi hari ini? Bagaimana caranya?
3. Menurut bapa/ibu, apa kegunaan mandi?
4. Berapa kali bapa/ibu keramas dalam seminggu? Apa saja peralatannya? Bagaimana
caranya?
5. Berapa kali bapa/ibu menggosok gigi dalam sehari? Apa saja peralatan menggosok gigi?
Bagaimana caranya?
6. Sekarang, coba saya lihat gigi dan mulutnya.
7. Menurut bapa/ibu apa manfaat yang kita dapatkan kalau kita menjaga kebersihan diri?
8. Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri itu seperti apa ya bapa/ibu?
9. Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri, menurut bapa/ibu masalah apa yang
bisa muncul?
10. Menurut bapa/ibu mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang biasa bapa/ibu
persiapkan?
11. Benar sekali, bapa/ibu perlu meyiapkan pakaian ganti yang bersih, handuk kering, sabun
mandi, shampo, sikat gigi, dan odol.
12. Menurut bapa/ibu kalau kita mandi itu tempatnya dimana?
13. Ya, betul sekali, kalau mandi tempatnya di kamar mandi. Bagaimana kalau kita ke kamar
mandi untuk membersihkan badan sekarang, apakah bapa/ibu bersedia? Nanti saya akan
membantu mba melakukannya.
14. Pertama kita gosok gigi dulu ya bapa/ibu dengan sikat gigi dan jangan lupa diberikan
odol. Kemudian sikat gigi dengan gerakan memutar dari atas kebawah pada gigi depan
hingga gigi geraham di kanan dan kiri. Setelah itu bapa/ibu berkumur-kumur
menggunakan air bersih. Bagus sekali bapa/ibu, sekarang buka pakaian bapa/ibu,
nyalakan kran air dan siram seluruh tubuh bapa/ibu dengan menggunakan air
secukupnya mulai dari rambut, wajah, badan, hingga kaki. Kemudian ambil shampo
sedikit dan gosokan ke atas kepala bapa/ibu sampai berbusa, sekarang bilas sampai
bersih. Nah, sekarang ambil sabun dan gosokan ke seluruh badan bapa/ibu secara merata
pada bagian kanan, kiri, depan dan belakang. Setelah itu, bilas kembali badan bapa/ibu
dengan air sampai bersih dan kesat. Sekarang keringkan badan bapa/ibu menggunakan
handuk kering yang sudah disiapkan tadi. Setelah seluruh badan sudah kering,
selanjutnya gunakan pakaian bersih yang sudah bapa/ibu siapkan.

Fase Terminasi

1. Bagaimana perasaan bapa/ibu setelah mandi dan mengganti pakaian?


2. Coba mba jelaskan kembali apa saja alat-alat yang digunakan untuk mandi? Dan
bagaimana cara-cara mandi yang baik seperti yang tadi bapa/ibu lakukan?
3. Bagus sekali bapa/ibu, saya rasa bapa/ibu sudah paham dan mengerti bagaimana cara
mandi yang baik. Ternyata bapa/ibu masih memiliki kemampuan yang baik dalam
menjaga kebersihan diri. Bapa/ibu dapat menerapkan cara-cara yang tadi kita sudah
lakukan dalam kegiatan keseharian bapa/ibu.
4. Lalu selanjutnya apa yang akan bapa/ibu lakukan untuk menjaga kebersihan diri
bapa/ibu?
5. Baguslah kalau begitu bapa/ibu. Mungkin bapa/ibu juga dapat membuat jadwal harian
untuk membersihkan diri. Misalnya, bapa/ibu mau berapa kali sehari mandi dan sikat
gigi dalam sehari? Lalu, berapa kali bapa/ibu akan keramas dalam seminggu?
6. Kalau ingin dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Ingin membersihkan diri pagi jam
berapa? Dan sore jam berapa bapa/ibu? Mungkin bapa/ibu dapat memberikan tanda
pada jadwal kegiatan bapa/ibu yaitu tanda (M) untuk mandiri yaitu melakukan
kegiatan membersihkan diri tanpa disuruh. Tanda (B) untuk bantuan yaitu melakukan
kegiatan membersihkan diri apabila diingatkan. Tanda (T) untuk tidak melakukan
kegiatan membersihkan diri.
7. Baiklah kalau begitu bapa/ibu, besok kita akan bertemu lagi ya bapa/ibu untuk latihan
berpakaian dan berdandan.
8. Bapa/ibu ingin kita melakukan diskusi selanjutnya jam berapa? Dan dimana?
9. Baiklah kalau begitu bapa/ibu, kita akan melakukan diskusi lagi besok ya mba sekitar
jam 8 pagi di kamar bapa/ibu. Besok kita akan membahas mengenai bagaimana cara
berpakaian dan berdandan yang baik.
10. Diskusi kita pada hari ini cukup sampai disini saja bapa/ibu. Ini ada jadwal kegiatan
membersihkan diri, mungkin untuk selanjutnya mba bisa mengisinya.
11. Baiklah saya permisi terlebih dahulu ya bapa/ibu. Sampai bertemu besok jam 8 pagi
bapa/ibu.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 2)
PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

A. Proses Keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri: Berpakaian/Berhias
2. Tujuan Klien
1) Klien mengetahui cara berhias/berdandan yang baik.
2) Klien mampu mempraktikan berhias/berdandan.
3) Klien mampu melakukan berhias/berdandan secara mandiri.
3. Tindakan Keperawatan
Melatih klien untuk berdandan/berhias secara mandiri. Untuk melatih klien yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan alat yang digunakan untuk berdandan/berhias.
2) Menjelaskan cara untuk berdandan/berhias: menyisir rambut dan berpakaian.
3) Membantu klien untuk praktik berdandan/berhias.
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, bapa/ibu. Saya perawat yang seminggu lalu datang bertemu
bapa/ibu. Bagaimana kabar bapa/ibu hari ini? Baik?”
“Ya. Jadi sesuai dengan rencana kita pertemuan yang lalu. Hari ini kita akan
melakukan cara berdandan yang baik.”
2. Evaluasi/Validasi
“Sekarang wajah bapa/ibu kelihatan lebih segar ya. Sudah mandi ya, bapa/ibu?”
“Bagaimana untuk mandinya? Apakah sudah mulai teratur, bapa/ibu?”
“Coba saya lihat catatan jadwalnya ya. Wah sebagian besar sudah terisi ya Mba.
Hebat sekali.”
3. Kontrak
“Nah, sesuai dengan perjanjian pertemuan sebelumnya, hari ini kita akan
melakukan cara berdandan ya, bapa/ibu. Apakah bapa/ibu bersedia?”
“Untuk waktunya kira-kira 15 menit ya. Apakah bapa/ibu bisa?”
“Bisa ya. Untuk tempatnya di kamar saja tidak apa-apa. Karena biasanya setelah
mandi kan untuk ganti pakain dan lain-lain di kamar juga.”

Kerja
“bapa/ibu setelah mandi biasanya ngapain aja nih sebelum melakukan hal yang
lain?”
“Langsung pakai baju saja ya? Tidak menyisir rambut dulu?”
“Baju yang dipakai setelah mandi juga baju yang sudah dipakai sebelumnya ya?”
“Baju yang dipakai bapa/ibu sekarang yang masih bersih atau yang sudah digunakan
sebelumnya?”
“Oh yang sekarang dipakai yang sudah dipakai kemarin? Kenapa dipakai lagi,
bapa?”
“Karena malas mencari baju lagi di lemari ya?”
“Baik. Kalau begitu karena pas nih waktu saya baru datang bapa/ibu sudah mandi
jadi kita bisa langsung belajar berdandan ya.”
“Jadi setelah mandi bapa/ibu harus mengganti baju dengan yang bersih ya, kemudian
menyisir rambut supaya rapi dan kepala terasa ringan, dan kalau ingin bisa
menggunakan parfum setelah mandi.”
“Saya bawa sisir sama parfum nih. Saya bawa sisir yang warna pink dan parfum juga
warna pink. Bapa/ibu suka?”
“Kita mulai dengan baju dulu ya.”
“Jadi, setelah mandi pun baju bapa/ibu harus ganti yang bersih ya. Supaya badannya
tidak gatal-gatal.”
“Iya jadi badan bapa/ibu itu gatal karena bajunya belum ganti yang bersih. Ya sudah
yuk kita cari baju yang bapa/ibu suka lalu ganti ya dengan yang bersih.”
“Nah sudah ganti baju dengan yang bersih. Sekarang kita coba menyisir rambut
yuk.”
“Wah rambut bapa/ibu lumayan lebat ya. Kita coba sisir sedikit-sedikit ya.”
“Karena rambut bapa/ibu lebat, cara menyisirnya dari bawah dulu. Kemudian sedikit
demi sedikit naik ke atas sampai ke pangkal rambut.”
“Coba bapa/ibu menyisir rambut, sedikit-sedikit dari bawah.”
“Nah iya benar begitu.”
“Sudah selesai menyisirnya? Wah jadi rapi sekarang rambutnya. Jadi makin cantik
bapa/ibu.”
“Oh iya tadi saya bawa parfum nih. Saya coba semprot ke pergelangan tangan ya
kira-kira bapa/ibu suka atau tidak.”
“Bagaimana bapa/ibu? Suka? Suka ya. Nah sisir sama parfumnya buat bapa/ibu ya
biar rambutnya rapi dan wangi pakai parfum.”

Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapa/ibu setelah mengganti pakaian, menyisir rambut, dan
pakai parfum?”
“Untuk cara menyisir rambut bapa/ibu tadi apakah sudah dimengerti?”
Evaluasi objektif
“Nah, coba apakah bapa/ibu bisa menyebutkan apa saja yang dilakukan setelah
mandi?”
2. Tindak lanjut klien
“Nah iya bagus, bapa/ibu sudah bisa berdandan ya sekarang. Supaya bapa/ibu
terbiasa berdandan kita buat jadwal juga ya seperti mandi? Bagaimana?”
“Karena berdandan dilakukan setelah mandi jadi jadwalnya disamakan ya dengan
jadwal mandi bapa/ibu.”
3. Kontrak yang akan datang
“Nah untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita akan membahas tentang tata
cara makan, apakah bapa/ibu setuju?”
“Untuk waktunya dua hari lagi bagaimana apakah bisa bapa/ibu?”
“Baik untuk jamnya sama dengan hari ini ya, bapa/ibu?”
“Oke, kalau begitu kita bertemu lagi dua hari lagi ya. Jangan lupa untuk mengisi
jadwalnya ya bapa/ibu. Saya pamit dulu.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 3)
PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

a. Proses Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri: makan
2. Tujuan Klien
1) Klien mengetahui cara mempersiapkan makan
2) Klien mengetahui alat-alat makan
3) Klien mengetahui cara makan yang tertib
4) Klien mengetahui cara merapikan peralatan makan setelah makan
5) Klien dapat mempraktikan makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
3. Tindakan Keperawatan
Melatih klien untuk makan secara mandiri. Untuk melatih klien yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
2) Menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk makan
3) Menjelaskan cara makan yang tertib
4) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
5) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
b. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi Mba Putu, saya Ners A yang dua hari lalu datang bertemu Mba,
bagaimana kabarnya hari ini?”
“Jadi sesuai agenda kita kemarin, hari ini saya datang untuk memberikan beberapa
pengetahuan mengenai tata cara makan yang baik.”
2. Evaluasi/validasi
“Wah sudah mandi ya Mba? Rapi banget nih soalnya. Bagaimana jadwal latihan
membersihkan diri dan berdandadnnya? Apakah sudah mulai teratur?”
“Coba boleh saya lihat jadwalnya?”
“Wah sudah banyak yang terisi ya ini, bagus sekali Mba!”
3. Kontrak
“Baiklah sesuai dengan perjanjian kemarin, hari ini kita akan lakukan latihan cara
makan yang baik dan benar ya. Apakah Mba bersedia?”
“Untuk waktunya mungkin akan sekitar 15 menit, bagaimana apakah Mba bersedia?”
“Baik karena kita akan latihan makan, sebaiknya kita lakukan di ruang makan ya.
Yuk kita ke ruang makan.”

Kerja
“Biasanya Mba Putu bagaimana kebiasaan makannya?”
“Mba biasanya makan dimana dan siapa yang menyiapkan makanannya? Oh biasanya
makan bersama keluarga ya, yang menyiapkan makanannya biasanya Ibu dan Mba juga
suka membantu Ibu masak ya. Wah Mba Putu heba sekali bisa masak!”
“Sebelum makan apa yang harus dilakukan terlebih dahulu? Sebelum mengambil
piringnya kita harus cuci tanga pakai sabun dulu ya. Yuk kita praktikkan!”
“Setelah dicuci tangannya jangan lupa dikeringkan dulu ya Mba. Setelah itu mari kita
duduk!”
“Mba Putu mau duduk dimana? Setelah duduk dengan rapi, sekarang ambil makanan,
lauk, dan sayurnya ya. Taruh lauk dan makanannya di atas piring. Nah iya bagus Mba.”
“Kemudian ambil sendok juga ya. Pakai sendok untuk mengambil makanan dan
menyuapkannya ke dalam mulut.”
“Jangan lupa ambil air di dispenser ya Mba, gelasnya bisa diambil di rak samping
dispenser. Ya bagus, setelah itu taruh di meja makan ya, supaya kalau Mba ingin minum
airnya sudah tersedia.”
“Sebelum makan, apa yang harus dilakukan? Ya, kita harus berdoa dulu. Mba yang
pimpin doanya ya! Bagus.”
“Mari silahkan makan.”
“Saat makan harus menyuapkan makanan satu persatu dan pelan-pelan ya. Makanannya
jangan sampai keluar dari piring dan berantakan.”
“Ayo sayurnya jangan lupa dimakan ya Mba.”
“Sudah makannya? Tidak mau dihabiskan? Ini baru beberapa suap loh Mba.”
“Ayo Mba dihabiskan, saya juga udah mau habis loh ini.”
“Ya bagus! Makanannya sudah habis ya Mba, tidak apa-apa ini masih ada nasi yang
berceceran di meja, nanti Mba berlatih lagi ya agar nasinya tidak berceceran lagi. Minum
dulu air putihnya Mba.”
“Setelah makan kita bersihkan piring dan gelas yang kotor ya.”
“Ya setelah itu kita harus cuci tangan juga ya.”
“Nah karena sudah selesai makan, sekarang waktunya minum obat ya Mba (pasien
melakukan minum obat dengan pengetahuan yang telah dilatih untuk minum obat).”

Terminasi
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Mba setelah kita lakukan latihan makan?”
“Apakah penjelasan dan arahan makan saya dapat dimengerti?”
Evaluasi objektif
“Coba apakah Mba Putu bisa menyebutkan kembali bagaimana cara makan yang baik
dari awal hingga akhir?”
5. Tindak lanjut klien
“Nah bagus, Mba Putu sudah bisa ya. Nanti Mba bisa praktikan cara makannya saat
sedang makan, mau kita masukkan juga ke dalam jadwal?”
“Kita masukkan ke dalam jadwal ya, supaya Mba Putu juga mudah dalam
berlatihnya.”
6. Kontrak yang akan datang
“Mba bagaimana jika dua hari lagi kita bertemu lagi?”
“Kita akan membahas terkait cara menjaga kebersihan buang air kecil, apakah Mba
setuju?”
“Baiklah, untuk waktunya di jam yang sama ya Mba?”
“Baik sampai jumpa lusa ya Mba, jangan lupa untuk mengisi jadwal berlatihnya.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP 4)
PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

a. Proses Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan: Defisit perawatan diri : Eliminasi
2. Tujuan Klien:
1. Klien mampu membina hubungan saling percaya
2. Klien mampu menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
3. Klien mampu mempraktikkan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK
3. Tindakan Keperawatan:
1. Menjelaskan tempat yang digunakan untuk BAB/BAK
2. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK
b. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat siang Putu, saya Ners Rahma yang minggu kemarin datang kesini?”
“Bagaimana keadaan Putu sekarang?”
“Jadi sesuai agenda kita kemarin, hari ini saya datang untuk memberikan beberapa
pengetahuan mengenai latihan BAK.”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana dengan latihan mandi, berpakaian dan makan yang kemarin saya ajarkan,
apakah Putu sudah mempraktikkannya dengan rutin?”
“Alhamdulillah, Putu juga sudah terlihat bersih dan wangi karena Putu sudah mandi hari
ini.”
“Kali ini kita kan berlatih cara membersihkan diri setelah BAB/BAK. Apakah Putu
mengerti cara membersihkan diri setelah BAB/BAK?”
3. Kontrak:
“Baiklah karena Putu masih bingung bagaimana cara membersihkan diri setelah
BAB/BAK, kita akan berdiskusi tentang cara membersihkan diri setelah BAB/BAK.”
“Sebelumnya apakah Putu bersedia kalau kita berdiskusi selama 30 menit?”
“Kemudian apakah Putu nyaman jika kita berdiskusi di sini? Atau kita perlu pindah ke
tempat lain?”
“Jadi Putu setuju ya kita akan berdiskusi selama 30 menit ke depan dan Putu mau
berdiskusi disini saja karena sudah nyaman. Latihan ini berguna untuk membuat tampilan
Putu menjadi lebih bersih dan wangi”

Kerja

“Baiklah Putu, kita akan memulai diskusi kali ini mengenai latihan membersihkan diri setelah
BAB/BAK.”

” Putu biasanya kalau BAB/BAK dimana?”

“Iya benar. BAB/BAK yang baik itu di toilet, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan
ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi jika Putu ingin BAB/BAK bisa ke toilet dan tidak
di sembarang tempat ya.”

“Sekarang, coba Putu jelaskan kepada Ners, bagaimana cara Putu membersihkan bagian
kemaluan setelah BAB/BAK?”

“Sudah bagus ya Putu, yang perlu diingat saat Putu membersihkan kemaluan setelah Putu
BAB/BAK yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya.
Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian
kemaluan kita”

“Setelah Putu selesai membersihkannya, jangan lupa tinja/air pipis yang ada di toilet
dibersihkan. Caranya siram tinja/air pipis tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air
pipis itu tidak tersisa di toilet. Jika Putu membersihkan tinja/air pipis seperti ini, berarti Putu
ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air pipis.”

“Nah setelah itu, Putu jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari toilet, lalu
cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Terminasi

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Putu setelah kita membicarakan tentang cara membersihkan diri
setelah BAB/BAK yang baik?”
“Apakah penjelasan tentang cara membersihkan diri setelah BAB/BAK yang baik saya
dapat Putu mengerti?”
Evaluasi objektif
“Nah Putu, sekarang coba jelaskan ulang kepada ners tentang cara membersihkan diri
setelah BAB/BAK yang baik bagaimana?
” Bagus Putu untuk selanjutnya Putu bisa melakukan cara-cara yang telah ners jelaskan tadi
ya.”
2. Tindak lanjut klien
“Alhamdulillah, Putu bisa melakukannya dengan benar dan semua informasi yang tadi ners
berikan sudah Putu pahami. Untuk selanjutnya, Putu harus sering mempraktikkan latihan ini
secara berulang terutama ketika Putu sehabis BAB/BAK.”
“Jika Putu melakukannya dengan rutin maka tubuh Putu akan tetap bersih, wangi, dan
sehat.”
3. Kontrak yang akan datang
“Putu bagaimana kalau minggu depan kita akan bertemu lagi? Untuk melihat sejauh mana
kamu sudah menerapkan jadwal-jadwal yang sudah kita susun mulai dari mandi, berias
makan, dan BAB/BAK.”
“Baiklah, bagaimana kalau lusa kita bertemu di sini lagi. Untuk waktu bagaimana kalau di
jam yang sama saja. Apakah Putu setuju?”
“Sampai bertemu minggu depan ya Putu.”

Anda mungkin juga menyukai