DALAM
Rio Yansen Cikutra
112015140
Pendahuluan
abses peritonsil
abses retrofaring
abses parafaring
abses submandibula
Anatomi Mulut
Anatomi Faring
Vaskularisasi Tonsil
Abses Peritonsil
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Lab:
Darah perifer lengkap, elektrolit, kultur darah.
Tes Monospot
Kultur swab tenggorok
Pemeriksaan Radiologi:
Foto X-Ray Leher AP/Lateral
CT-Scan (kumpulan cairan hipodens pada apex tonsil yang terkena, dengan
penebalan pinggiran)
USG
Aspirasi jarum
Diagnosis
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Analgetik, antipiretik
Dosis penisilin dewasa 600 mg IV tiap 6 jam selama 12-24 jam, dan anak 12.50025.000 U/Kg tiap 6 jam
Metronidazole dosis awal dewasa 15 mg/kg dan maintenance dose 6 jam setelah
dosis awal dengan infus 7,5 mg/kg selama 1 jam diberikan selama 6-8 jam dan
tidak boleh lebih dari 4 gr/hari.
Antibiotik diberikan selama 7-10 hari, boleh peroral jika sudah bisa intake oral.
Penatalaksanaan
Bedah
Aspirasi Jarum
Tonsilektomi
Komplikasi
Angina Ludovici.
Prognosis
Abses Retrofaring
biasanya pada anak yang berusia di bawah 5 tahun, usia >6 tahun
kelenjar limfe atrofi.
Demam
Leher kaku
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab :
Darah Lengkap
Pemeriksaan radiologi :
Diagnosis
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Simptomatik
Non Medikamentosa
Komplikasi
penjalaran ke ruang parafaring, ruang vaskuler visera
mediastinitis
obstruksi jalan napas sampai asfiksia
pneumonia aspirasi dan abses paru
dislokasi atlantooksipital
abses epidural
sepsis
erosi vertebra servikal 2 dan 3
defisit nervus kranialis (nervus IX-XII ada di dalam fasia servikalis)
trombosis septik sekunder dari erosi ke dalam arteri karotid
kompresi arteri karotid dan vena jugularis interna
palsi nervus fasialis
Prognosis
Prognosis baik jika ditangani secara cepat dan tanpa komplikasi. Tingkat
kematian bisa setinggi 40-50% jika pasien mengalami komplikasi serius.
Abses Parafaring
Etiologi:
Supurasi kelenjar limfa leher bagian dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus
paranasal, mastoid, dan vertebra servikal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab :
Darah lengkap
Kultur
Pemeriksaan Radiologi :
CT-Scan
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Simptomatik
Non Medikamentosa
Komplikasi
Abses Submandibula
Etiologi :
Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur, atau
kelenjar limfa submandibula
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab :
Darah lengkap
Kultur
Pemeriksaan Radiologi :
CT-Scan
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Simptomatik
Non Medikamentosa
Angina Ludovici
Etiologi : berasal dari gigi atau dasar mulut, oleh kuman aerob dan
anaerob.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab :
Darah lengkap
Kultur
Pemeriksaan Radiologi :
CT-Scan
USG
Penatalaksanaan
3 fokus utama:
Komplikasi
Aspirasi
Sepsis
Mediastinitis
Efusi perikardial/pleura
Thrombophlebitis supuratif
Prognosis
Prognosis angina Ludwig tergantung pada kecepatan proteksi jalan napas
untuk mencegah asfiksia, eradikasi infeksi dengan antibiotik, serta
pengurangan radang.
diagnosis dini, perlindungan jalan nafas yang segera ditangani, pemberian
antibiotik intravena yang adekuat serta penanganan dalam ICU, penyakit
ini dapat sembuh tanpa mengakibatkan komplikasi.
Kesimpulan
Abses leher dalam merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa akibat
komplikasi-komplikasinya yang serius seperti obstruksi jalan napas,
kelumpuhan saraf kranial, mediastinitis, dan kompresi hingga ruptur arteri
karotis interna. Lokasinya terletak di dasar mulut dan dapat menjadi
ancaman yang sangat serius.
Oleh karena itu, penatalaksanaan abses leher dalam meliputi operasi
untuk evakuasi dan drainase abses, identifikasi kuman penyebab dan
pemberian antibiotik. Hal ini akan mengurangi komplikasi yang
mengancam jiwa dan mempercepat perbaikan.