Anda di halaman 1dari 10

AWAKE INTUBATION FOR NEWBORN WITH MENINGOENCEPHALOCELE

A Case Report
Emilzon Taslim
Fran S Widodo, Rifaatul Mardiana F
Abstract.

Abstrak

Two major forms of dysraphism affect the


skull, resulting in protrusion of tissue
through a bony midline defect, called
cranium bifidum. A cranial meningocele
consists of a CSF-filled meningeal sac only,
and a cranial encephalocele contains the
sac plus cerebral cortex, cerebellum, or
portions of the brainstem1,6

Dua bentuk utama dysraphism yang


mempengaruhi tulang tengkorak sehingga
menyebabkab protusi jaringan melalui defek
pada garis tengah tulang, disebut dengan
cranium bifidum pada cranial meningocele.
Cairan serebro spinal mengisi meningeal
sac sedangkan pada cranial encephalocele
terdapat di meningeal sac dan korteks
serebri, serebelum atau dapat juga bagian
batang otak.1,6

The newborn infant is an infant in the first


24 hours of life. This case focuses on the
neonatal period, which is defined as the first
30 days of extrauterine life and includes the
newborn period. 1,3,4

Infant didefinisikan saat 24 jam pertama


kehidupan, kasus ini difokuskan pada
periode neonatus yang didefinisikan sebagai
30 hari pertama kehidupan ekstra uterin.1,3,4

The most significant part of transition


occurs in the first 2472 hours after birth.
All systems of the body change during
transition, but the most important to the
anesthesiologist are the circulatory,
pulmonary, hepatic, and renal systems.1

Masa transisi terpenting kehiduan fetus ke


neonatus terjadi pada 24-72 jam pertama
kehidupan. Pada saat ini terjadi perubahan
seluruh sistem tubuh, tetapi yang terpenting
bagi seorang anestesiologi adalah sistem
sirkulasi, pulmonal, hepar, dan ginjal.1,3,4

Awake intubation should be considered


when there is a difficult intubation
anticipated in a patient at risk for
aspiration, uncertainty about the ability to
ventilate or intubate after induction of
general anesthesia (e.g.,neonatus, morbidly
obese patients).1,2,11

Awake intubation atau intubasi yang


dilakukan secara sadar dipertimbangkan
pada beberapa keadaan seperti : risiko tinggi
untuk terjadinya aspirasi, sulit untuk
mengendalikan ventilasi atau intubasi
setelah induksi maupun anestesi umum
(neonatus, pasien obese yang morbid).1,2,11

key word; awake intubation, newborn,


meningoencephalocele.

Kata kunci; awake intubation, newborn,


meningoensefalokel

PENDAHULUAN

PEMERIKSAAN FISIK

Insidens meningoensefalokel seperlimabelas


hingga sepersepuluh spina bifida: satu per 3.000
hingga
10.000 kelahiran. Sefalokel regio
oksipital umum di Eropa dan Amerika, sedang
sefalokel frontal lebih sering dari sefalokel
oksipital di Asia Tenggara.6,7,13

Keadaan umum ; cukup aktif

Anestesia pada bayi dan anak kecil berbeda


dengan orang dewasa , karena mereka bukanlah
orang dewasa dalam bentuk mini. beberapa
perbedaan dari orang dewasa adalah hal-hal
yang menyangkut psikologi, anatomi, fisiologi,
farmakologi dan patologi. Bayi lebih mudah
mengalami hipoglikemia, hipotermia atau
hipertermia, bradikardi dengan segala akibatnya.
Parasimpatis lebih dominan serta morbiditas
dan mortalitas tinggi. 1,2,3,5,7

berat badan : 3000 gram

Nadi : 120 kali/ menit


nafas : 35 kali / menit
suhu : 36, 5 oC

panjang badan : 47 cm
PEMERIKSAAN FISIK

Pada neonatus intubasi dapat dilakukan dengan


berbagai cara diantaranya intubasi dalam
keadaan sadar yang dilakukan pada pasien yang
kurang dari sepuluh hari. 3,6,8

KASUS
Seorang bayi perempuan usia 8 hari dengan
diagnosis
meningoensefalokel.
Pasien
direncanakan untuk operasi cell plasty pada
tanggal 26 September 2011.
ANAMNESIS

Neonatus berat badan lahir cukup, lahir


spontan, cukup bulan, Berat badan lahir
3000 gram, ketuban jernih, langsung
menangis.
Terdapat benjolan di dahi sampai hidung
sejak lahir ukuran kira-kira sebesar
kepala bayi.
riwayat kejang (-)
sesak nafas (-)
biru pada bibir dan ujung-ujung jari (-)
Buang air besar (+)
Buang air kecil (+).
2

kepala : terdapat benjolan pada daerah


dahi sampai hidung dengan ukuran 19x
13x 10 cm, konsintensi kenyal,
permukaan licin.
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-)
hidung : bernafas melalui hidung
mulut : membuka mulut uvula terlihat
leher panjang
dada :
o jantung :
inspeksi : sianosis (-),
iktus tidak terlihat
palpasi : iktus teraba 1
jari medial LMCS RIC
V
perkusi : batas-batas
jantung dalam batas
normal
auskultasi
:
bunyi
jantung murni, irama
teratur, bising (-), gallop
(-)
o paru :
inspeksi : dada simetris,
normochest, retraksi (-),
jenis
pernafasan
abdomino-torakal.
palpasi : fokal fremitus
sama kiri dengan kanan

perkusi ; sonor di kedua


lapangan paru
auskultasi : suara nafas
pokok bronkovesikuler,
wheezing (-) ronki (-)
o tampak pembesaran kedua
mamme dengan ukuran 3 x 2 x
1
cm,
perabaan
padat,
permukaan rata, tidak terfiksir.
neurologis
o refleks
babinsky (+)
snout (+)
graps (+)
glabella (+)
o hemiparese(-)
o kejang (-)
laboratoruim
o Hb : 14,4 g/dl
o leukosit : 8000/mm3
o hematokrit : 45%
o trombosit :353.000/mm3
o Cl : 102 mmol/L
o K : 4,0 mmol/L
o Na : 133 mmol/L

PENGELOLAAN ANESTESI
Premedikasi

sulfas atropin 0,1 mg

Teknik anestesi:
Semi open jacksional rees, intubasi secara sadar
dengan menggunakan ETT no 3,5. Induksi
inhalasi O2;N2O:sevoflurance
Maintenance dengan O2; N20; sevofluran.
Monitoring selama operasi
9.0
0
Nadi
(kali/menit
)
Nafas
(kali/menit
)
Saturasi

KESIMPULAN

10
2
35
10
0

9.1
5
110

9.3
0
100

9.4
5
102

10.0
0
100

10.1
5
115

10.3
0
102

34

33

36

33

35

36

98

99

98

99

97

99

10.45
Nadi
(kali/menit)
Nafas
(kali/menit)
Saturasi

Pasien ASA 1

102

11.00
110

35

34

100

98

dilakukan ekstubasi dan pasien dirawat di NICU


FOLLOW UP DI NICU
Lockhart scor : 10
Nadi ; 120 kali/menit
Nafas; 38 kali/menit
Saturasi : 98 %
Gambar
1:
Pasien
meningoensefalokel

anak

dengan

27 September 2011
- kejang (-)
3

- menangis(+)

lebih jarang dari spina bifida. Biasanya dapat


ditindak dan karenanya menjadi malformasi
yang penting dibidang bedah saraf. Herniasi
dura dan jaringan otak melalui defek tulang
digaris tengah (sefalokel) dijumpai
pada
banyak kasus. Karanium bifidum terkadang
bersamaan dengan spina bifida. Insidens
kranium bifidum seperlimabelas hingga
sepersepuluh spina bifida: satu per 3.000 hingga
10.000 kelahiran. Sefalosel regio oksipital
umum di Eropa dan Amerika, sedang sefalosel
frontal lebih sering dari sefalosel oksipital di
Asia Tenggara.6,7,13

- cukup aktif

Vital Sign
nadi ; 120 kali/menit
Nafas; 38 kali/menit
saturasi : 98 %
Pasien di pindahkan ke covis dengan keadaan
umum stabil.

Pada evaluasi preoperasi didapatkan kesimpulan


pasien tergolong ASA 1. Kesimpulan ini
didapatkan berdasarkan kriteria American
Society of Anesthesiologists , bahwa yang
tergolong class I : no organic, phycologic,
biochemical, and phyciatric distrurbance. Pada
anamnesis didapatkan pasien lahir dengan berat
badan lahir normal, spontan, dan langsung
menangis, riwayat sesak nafas tidak ada, riwayat
biru pada bibir dan ujung-ujung ekstremitas
tidak ada, BAB seperti dempul tdak ada. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan vital sign stabil
dengan nadi 120 kali/ menit, nafas 35 kali/menit
dan suhu 36,5 oC. Jantung dan paru dalam batas
normal. Laboratorium Hb 14,4 g/dl leukosit ;
8000/mm3 , trombosit 353.000/mm3 , Cl 102
mmol/L, K 4,0 mmol/L, Na ;133mmol/L.1,2,5

Foto post op

Gambar 2: Pasien bayi selesai operasi cell


plasty.

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik


dan laboratorium tersebut tidak ada kelainan
sitemik yang dapat sebagai penyulit dalam
melakukan tindakan anestesi. 1,5,12

DISKUSI
Telah dilakukan tindakan anestesi pada seorang
neonatus jenis kelamin perempuan usia 8 hari.
Dengan diagnosis meningoensefalokel dan
rencana terapi Cell Plasty.

Pasien dipuasakan 4 jam sebelum dilakukan


tindakan anestesi. Hal ini berdasarkan usia
pasien kecil dari 6 bulan, sesuai dengan teorinya
bahwa usia kecil dari 6 bulan pusa terhadap
makanan padat/ susu formula/ASI 4 jam dan
cairan jernih tanpa partikel 2 jam sebelum
tindakan anestesi. Hal tersebut bertujuan untuk
menghindari resiko aspirasi selama tindakan

Meningoencephalocele merupakan salah satu


bentuk kranium bifidum dimana kranium
bifidum atau kranioskhisis, seperti spina bifida,
adalah defek tabung neural disrafik. Anomali ini
4

anestesi yang dapat menyebabkan pneumonia


aspirasi yang dapat berakibat fatal.9,10,12

disebabkan oleh ukuran pipa yang terlalu besar


dan terlalu panjang masuk kedalam trakea.
ukuran kasar untuk anak normal sehat diatas usia
2 tahun dapat dihitung dengan rumus umur
dibagi 4 dan ditambah 4,5. Untuk neonatus
dengan berat badan 3000 gram dan usia
kehamilan besar dari 38 minggu digunakan pipa
yang berukuran 3,5-4 mm.1,3,11

Tindakan anestesi pada neonatus bebeda dari


orang dewasa. Perbedaan itu meliputi :

Pernafasan
Frekuensi pernafasan lebih cepat dibanding
orang dewasa, biasanya pada neonatus frekuensi
pernafasan 30- 40 x permenit dengan jenis
pernafasan abdominal, sehingga gangguan pada
sistem ini akan sangat ,memudahkan terjadinya
gangguan pernafasan. epiglotis menempel pada
langit-langit sehingga neonatus bernafas lewat
hidung.1,11

Sirkulasi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis,
akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih
tinggi dibanding tahanan vaskular sistemik
=SVR) hanya 10% dari keluaran ventrikel kanan
yang sampai ke paru, sedang sisanya (90%)
terjadi shunting kanan ke kiri melalui duktus
arteriosus Bottali.3,4

Laring pada bayi berbeda dari orang dewasa,


pada orang dewasa tempat tersempit aliran darah
adalah pada tingkat pita suara(gambar A),
sedangkan pada anak/bayi dibawah pita suara
yaitu pada kartilago krikoidea(gambar B), jalan
nafas yang berbentuk sirkuler pada potongan
melintang sehingga dapat digunakan pipa
endotrakea tanpa balon.1,3,4,11

Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari


plasenta secara mendadak (saat umbilical cord
dipotong/dijepit), tekanan atrium kanan menjadi
rendah, tahanan pembuluh darah sistemik (SVR)
naik dan pada saat yang sama paru
mengembang,
tahanan
vaskular
paru
menyebabkan penutupan foramen ovale
(menutup setelah beberapa minggu), aliran darah
di ductus arteriosus Bottali berbalik dari kiri ke
kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi.
Penutupan ductus arteriosus secara fisiologis
terjadi pada umur bayi 10-15 jam yang
disebabkan kontraksi otot polos pada akhir arteri
pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3
minggu.3,4

Gambar 2: Perbedaan Laring orang dewasa (A)


dan bayi (B) 4

Pada neonatus reaksi pembuluh darah masih


sangat kurang, sehingga keadaan kehilangan
darah, dehidrasi dan kelebihan volume juga
sangat kurang ditoleransi. Manajemen cairan
pada neonatus harus dilakukan dengan secermat
dan seteliti mungkin. Tekanan sistolik
merupakan indikator yang baik untuk menilai

Jalan nafas bayi relatif lebih sempit, sehingga


edema sedikit saja dapat menyebabkan obstruksi
jalan nafas. Edema mudah terjadi akibat tekanan
pipa endotrakea, sehingga bila diduga pipa
terlalu besar segera diganti dengan ukuran yang
lebih kecil. Cedera pada trakea pada umumnya
5

sirkulasi volume darah dan dipergunakan


sebagai parameter yang adekuat terhadap
penggantian volume. Autoregulasi aliran darah
otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara
normal pada tekanan sistemik antara 60-130
mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata 120
kali/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60
mmHg.1,3,11

asidosis metabolik. Hipotermia dapat pula


menyebabkan hipoglikemia.2
Cadangan glikogen hati sangat rendah. Kadar
gula normal pada bayi baru lahir adalah 50-60%.
Hipoglikemia pada bayi (dibawah 30 mg%)
sukar diketahui tanda-tanda klinisnya, dan
diketahui bila ada serangan apnoe atau terjadi
kejang. Sintesis vitamin K belum sempurna.
Pada pemberian cairan rumatan dibutuhkan
konsentrasi dextrose lebih tinggi (10%). Secara
rutin untuk bedah bayi baru lahir dianjurkan
pemberian vitamin K 1 mg i.m. Penggunaan
opiat dan barbiturate harus hati-hati, karena
kedua obat tersebut dioksidasi dalam hati.5

SISTEM EKSKRESI DAN ELEKTROLIT


Ginjal neonatus belum matang sehingga filtrasi
glomerulus hanya sekitar 30% dibanding orang
dewasa. Fungsi tubulus belum matang, resorbsi
terhadap natrium, glukosa, fosfat organic, asam
amino dan bikarbonat juga rendah. Bayi baru
lahir sukar memekatkan air kemih, tetapi
kemampuan mengencerkan urine seperti orang
dewasa. Kematangan filtrasi glomerulus dan
fungsi tubulus mendekati lengkap sekitar umur
20 minggu dan kematangannya sedah lengkap
setelah
2
tahun.
(Cote
CJ,2000)
Karena
rendahnya
filtrasi
flomerulus,
kemampuan mengekskresi obat-obatan juga
menjadi
diperpanjang.
Oleh
karena
ketidakmampuan ginjal untuk menahan air dan
garam, penguapan air, kehilangan abnormal atau
pemberian air tanpa sodium dapat dengan cepat
jatuh
pada
dehidrasi
berat
dan
ketidakseimbangan
elektrolit
terutama
2,5
hiponatremia.

SISTEM SYARAF
Waktu perkembangan sistem saraf, sambungan
saraf, struktur otak, dan mielinisasi akan
berkembang pada trimester tiga (myelinisasi
pada neonatus belum sempurna, baru matang
dan lengkap pada usia 3-4 tahun), sedangkan
berat otak sampai 80% akan dicapai pada umur
2 tahun. Waktu-waktu ini otak sangat sensitive
terhadap keadaan-keadaan hipoksia.2,6
Persepsi tentang rasa nyeri telah mulai ada,
namun neonatus belum dapat melokalisasinya
dengan baik seperti pada bayi yang sudah besar.
Sebenarnya anak mempunyai batas ambang rasa
nyeri yang lebih rendah dibanding orang
dewasa.10,14

Pemberian cairan dan perhitungan kehilangan


atau derajat dehidrasi memerlukan kecermatan
lebih disbanding pada orang dewasa. Begitu pula
dalam hal pemberian elektrolit, yang biasa
disertakan pada setiap pemberian cairan. 5

Perkembangan yang belum sempurna pada


neuromuscular junction dapat mengakibatkan
kenaikan sensitifitas dan lama kerja obat
pelumpuh
otot
nondepolarizing.
Saraf simpatis belum berkembang dengan baik
sehingga parasimpatis lebih dominan yang
mengakibatkan kecenderungan terjadinya refleks
vagal (mengakibatkan bradikardia; nadi <110
kali/menit) terutama kalau bayi dalam keadaan

FUNGSI HATI
Fungsi detoksifikasi obat masih rendah dan
metabolisme karbohidrat yang rendah pula yang
dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia dan
6

hipoksia atau bila ada stimulasi daerah


nasofaring. Sirkulasi bayi baru lahir stabil
setelah berusia 24-48 jam.6,7,10

yang tebal dan pemberian obat penahan keringat


(misal: atropin, skopolamin). Hipotermia bisa
disebabkan oleh suhu lingkungan yang rendah,
permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan
infus/ tranfusi darah dingin, irigasi oleh cairan
dingin, pengaruh obat anestesi umum (yang
menekan pusat regulasi suhu) atau obat
vasodilator.10,14

Belum sempurnanya mielinisasi dan kenaikan


permeabilitas blood brain barrier akan
menyebabkan akumulasi obat-obatan seperti
barbiturat dan narkotik, mengakibatkan aksi
yang lama dan depresi pada periode pasca
anestesi.4,5

Suhu lingkungan yang direkomendasikan untuk


neonatus adalah 27 oC. Paparan dibawah suhu
ini akan menimbulkan resiko diantaranya:
cadangan energi protein akan berkurang, adanya
pengeluaran
katekolamin
yang
dapat
menyebabkan terjadinya kenaikan tahanan
vaskular paru dan perifer, lebih jauh lagi dapat
menyebabkan letargi, shunting kanan ke kiri,
hipoksia
dan
asidosis
metabolik.
Hipotermia bisa dicegah dengan ; memantau
suhu tubuh, mengusahakan suhu kamar optimal
atau pemakaian selimut hangat, lampu
penghangat, inkubator, cairan intravena hangat.
Gas anestesi, cairan irigasi maupun cairan
antiseptik yang digunakan juga hangat.10,14

Sisa
dari
blok
obat
relaksasi
otot
dikombinasikan dengan zat anestesi IV dapat
menyebabkan kelelahan otot-otot pernafasan,
depresi pernafasan dan apnoe pada periode
pasca anestesi.4
Setiap keadaan bradikardia harus dianggap
berada dalam keadaan hipoksia dan harus cepat
diberikan oksigenasi. Kalau pemberian oksigen
tidak
menolong
baru
dipertimbangkan
9
pemberian sulfas atropin.
PENGATURAN SUHU
Pusat pengaturan suhu di hipotalamus belum
berkembang, walaupun sudah aktif. Kelenjar
keringat belum berfungsi normal, mudah
kehilangan panas tubuh (perbandingan luas
permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya
lemak subkutan, kulit lebih permeabel terhadap
air) sehingga neonatus sulit mengatur suhu
tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu
lingkungan (bersifat poikilotermik). Produksi
panas mengandalkan proses non-shivering
thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan
lemak coklat yang terletak diantara skapula,
aksila, mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia
mencegah produksi panas lemak coklat.1,3,4

FARMAKOLOGI
Farmakokinetik dan farmakodinamik obat-obat
yang diberikan pada neonatus berbeda dibanding
dengan dewasa karena pada neonatus :
1.Perbandingan volume cairan intravaskular
terhadap cairan ekstravaskular berbeda dengan
orang dewasa.
2.Laju filtrasi glomerulus masih rendah
3.Laju metabolisme yang tinggi
4.Kemampuan obat berikatan dengan protein
masih rendah
5.Hati yang masih immature sehingga
mempengaruhi proses biotransformasi obat.

Hipotermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu


sekitar yang panas, selimut atau kain penutup
7

6.Aliran darah ke organ relatif lebih banyak


(seperti pada otak, jantung, hati dan ginjal)

Hampir selalu diberikan terutama pada


penggunaan Halotan, Enfluran, Isofluran,
suksinil kholin atau eter. Dosis atropine 0,02
mg/kg, minimal 0,1 mg dan maksimal 0,5 mg.
Pemberian secara intravena lebih digemari
dengan pengenceran. Hati-hati pada bayi
demam, takikardi, dan keadaan umum yang
jelek.9,12,13,15

7.Khusus pada anestesi inhalasi, perbedaan


fisiologi sistem pernafasan; ventilasi alveolar
tinggi, minute volume, FRC rendah, lebih
rendahnya MAC dan koefisien partisi darah/gas
akan meningkatkan potensi obat, mempercepat
induksi dan mempersingkat pulih sadarnya.
Tekanan darah cenderung lebih peka terhadap
zat anestesi inhalsi mungkin karena mekanisme
kompensasi yang belum sempurna dan depresi
miokardiak hebat.2,5,9,14

Penenang
Tidak dianjurkan, karena susunan syaraf pusat
belum berkembang, mudah terjadi depresi,
kecuali pascaanestesi dirawat diruang perawatan
intensif..9,12

PERSIAPAN ANESTESI
Sebelum anestesi dan pembedahan dilaksanakan,
keadaan hidrasi, elektrolit, asam basa harus
berada dalam batas-batas normal atau mendekati
normal. Sebagian pembedahan bayi baru lahir
merupakan kasus gawat darurat. Proses transisi
sirkulasi neonatus, penurunan PVR (Pulmonary
Vascular Resistance) berpengaruh pada status
asam-basa.

MASA ANESTESI
Induksi
Pada waktu induksi sebaiknya ada yang
membantu. Usahakan agar berjalan dengan
trauma sekecil mungkin. Umumnya induksi
inhalasi dengan Halotan-O2 atau HalotanO2/N2O.12.15

Transportasi neonatus dari ruang perawatan ke


kamar bedah sedapat mungkin menggunakan
incubator yang telah dihangatkan. Sebelum bayi
masuk kamar bedah hangatkan kamar dengan
mematikan AC. Peralatan anestesi neonatus
bersifat khusus. Tahanan terhadap aliran gas
harus rendah, anti obstruksi, ringan dan mudah
dipindahkan. Untuk anestesi yang lama, jika
memungkinkan gas-gas anestetik dihangatkan,
dilembabkan dengan pelembab listrik. Biasanya
digunakan sistem anestesi semi-open modifikasi
system pipa T dari Ayre yaitu peralatan dari
Jackson-Rees.

Intubasi
Intubasi neonatus lebih sulit karena mulut kecil,
lidah besar-tebal, epiglottis tinggi dengan bentuk
U. Laringoskopi pada neonatus tidak
membutuhkan bantal kepala karena occiputnya
menonjol. Sebaiknya menggunakan laringoskop
bilah lurus-lebar dengan lampu di ujungnya.
Hati-hati bahwa bagian tersempit jalan nafas
atas adalah cincin krikoid. Waktu intubasi perlu
pembantu guna memegang kepala. Intubasi
biasanya dikerjakan dalam keadaan sadar
(awake intubation) terlebih pada keadaan gawat
atau diperkirakan akan dijumpai kesulitan.
Beberapa penulis menganjurkan intubasi sadar

Premedikasi
Sulfas Atropin

untuk bayi baru lahir dibawah usia 10-14 hari


atau pada bayi prematur. Yang berpendapat
dilakukan intubasi tidur atas pertimbangan dapat
ditekannya trauma, yang dapat dilakukan dengan
menggunakan ataupun tanpa pelumpuh otot.
Pelumpuh otot yang digunakan adalah suksinil
kholin 2 mg/kg secara iv atau im. 2,11

dalam melakukan tindakan anestesi diperlukan


pengetahuan dan keterampilan khusus dan teliti
dalam manajemennya.
Perhatian khusus sangat diperlukan mengingat
perbedaan anatomi, fisiologi, dan farmakologi
pada neonatus. Jadi sebelum dilakukan tindakan
anestesi haruslah dipertimbangkan faktor sistem
pernafasan, sirkulasi, ginjal, dan heparnya.

Pipa trakhea yang dianjurkan adalah dari bahan


plastik, tembus pandang dan tanpa cuff. Untuk
prematur digunakan ukuran diameter 2-3 mm
sedangkan pada bayi aterm 2,5-3,5 mm. idealnya
menggunakan pipa trakhea yang paling besar
yang dapat masuk tetapi masih sedikit longgar
sehingga dengan tekanan inspirasi 20-25
cmH2O masih sedikit bocor.Pemeliharaan
Anestesi8,11

DAFTAR PUSTAKA

1. Cote, CJ. 2000. Pediatric Anaesthesia.


2.

Dianjurkan dengan intubasi dan pernafasan


kendali. Pada umunya menggunakan gas
anestesi N2O/O2 dengan kombinasi halotan,
enfluran,
isofluran
ataupun
sevofluran.
Pelumpuh otot golongan nondepol sangat
sensitif sehingga harus diencerkan dan
pemberiannya secara sedikit demi sedikit.13,15

3.

4.

Ekstubasi pada bayi dikerjakan


kalau bayi sudah sadar benar, anggota
badan bergerak, mata terbuka, nafas
spontan adekuat. Ekstubasi dalam keadaan
anestesia ringan, akan menyebabkan batuk,
spasme laring atau bronkus. Ekstubasi
dalam keadaan anestesia dalam digemari
karena kurang traumatis. Hal tersebut
dikerjakan kalau nafas spontannya adekuat,
keadaan umumnya baik, dan diperkirakan
tidak
akan
menimbulkan
kesulitan
3,4,14
pascaintubasi.

5.

6.

7.

KESIMPULAN
Anestesi pada neonatus merupakan hal yang lain
dari biasanya. Karena mereka bukanlah
merupakan miniatur orang dewasa sehingga

8.

5th edition, Churchil Livingstone.


Philadelphia.
Said A L, Suntoro A. Anestesi Pediatrik.
Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif FKUI. Jakarta. 1989:
Anonimus, Pediatric Anesthesiolgy:The
Basics. http://www.anesthesia.wisc.edu/
med3/ Peds/ pedshandout.html. Diakses
pada tanggal 3 Februari 2007.
Anonimus. Anatomy of The
Respiratory System.
http://www.ohsuhealth.com/dch/ health/
respire/acute_lower_bronchio. html
Diakses pada tanggal 3 Februari 2007.
Boulton TB. Anestesiologi. Alih
Bahasa : Oswari J. Editor: Wulandari
WD. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 1994 : 134-141.
Hamid RK, Newfi eld P. Pediatric
neuroanesthesia: Neural tube defects.
Anesthesiol Clin North America 2001;
19 : 219-28.
Krane EJ, Philip BM, Yeh KK, Domino
KB. Anesthesia for pediatric
neurosurgery. In: Motoyama EK, Davis
PJ, editors. Smiths Anesthesia for
Infants and Children. 7th ed.
Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006.
: 668-84
Fraser J, Petros A. High-frequency
oscillation via a laryngeal mask airway.
Anaesthesia 1999; 54:404

9. Whyte S, Birrell G, Wyllie J.

13. Topulos GP, Lansing RW, Banzett RB.

Premedication before intubation in UK


neonatal units. Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed 2000;82 : 38-41
10. Anand KJ. Clinical importance of pain
and stress in preterm
neonates. Biol Neonate 1998;73:1-9
11. Rabb MF and Szmuk P, Chapter 33:
The difficult pediatric airway, Benumof
(2007) pp. 783833
12. Vogel S, Gibbins S, Simmons B, Shah
V. Premedication for endotracheal
intubation (EI) in neonates: A Canadian
perspective [Abstract]. Pediatric
Academic Societies and American
Academy of Pediatrics Joint Meeting.
Boston, May 12 to 16, 2000.

The experience of complete


neuromuscular blockade in awake
humans. J Clin Anesth 1993; 5 : 369-74
14. American Academy of Pediatrics,
Committee on Fetus and Newborn,
Section on Surgery and Section on
Anesthesiology and Pain Management;
Canadian Paediatric Society, Fetus and
Newborn Committee. Prevention and
management of pain and stress in the
neonate: An update. Paediatr Child
Health 2007; 12 : 137-8.
15.
Hassid S, Nicaise C, Michel F,
et al. Randomized controlled trial of
sevoflurane for intubation in neonates.
Pediatric Anesth 2007;17:1053-8.

10

Anda mungkin juga menyukai