PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada masa yang modern ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sudah mencakup seluruh bidang kehidupan, terutama dalam dunia medis, termasuk
bidang anesthesiologi. Kemajuan ilmu anestesi mampu membawa perubahan yang
pesat bagi ilmu kedokteran lainnya karena bisa memberi kenyamanan dan
menghilangkan rasa sakit saat tindakan operasi dan tindakan diagnostik dilakukan.
Dengan demikian, tingkat kesejahteraan manusia juga bisa meningkat. Tentu hal ini
harus diimbangi dengan pengetahuan yang memadai dari masyarakat sehingga bisa
menghilangkan pandangan yang keliru mengenai anestesi.
Pada umumnya, orang orang menganggap anestesi yang dilakukan adalah
sama pada semua tingkatan umur. Ini merupakan paradigma yang salah yang harus
diubah sejak dini karena anak kecil bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini. Anak
-anak memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan orang dewasa, baik dari segi
anatomi, psikologis, maupun fisiologis tubuh, sehingga applikasi ilmu anestesi juga
berbeda pada pediatrik. Oleh karena itu, dalam referat ini dibahas mengenai
perbedaan anatomi yang mendasar antara orang dewasa dan anak anak, fisiologis
dan psikologis anak saat kunjungan preoperatif , premedikasi, penggunaan obat obat
dan teknik teknik anestesi pada pediatrik, serta etika dan nilai - nilai yang harus
diterapkan pada prosedur anestesi pediatrik.
I.2 Tujuan
Referat ini disusun dengan tujuan agar bisa mempelajari dan memahami
secara lebih mendetail mengenai ilmu anestesi dalam aplikasi pada pediatrik, lebih
memahami struktur anatomi pada anak anak yang berhubungan dengan tatalaksana
anestesi, bisa mengetahui penggunaan obat obatan yang sesuai untuk kondisi
fisiologis dan psikologis anak sehingga bisa meminimalisir resiko yang terjadi, serta
bisa mengetahui cara cara pendekatan dan komunikasi yang baik terhadap anak
anak saat dilakukan anestesi sehingga kenyamanan dan keberhasilan anestesi bisa
tercapai.
I.3 Epidemiologi
Praktek anestesi pada 10.000 anak-anak telah dianalisis dan dievaluasi dengan
bantuan Epi-Info, Versi 5. Ada 545 neonatus, 1573 bayi, 3.147 anak-anak berusia 1
5 tahun, dan 4735 anak-anak berusia antara 6 - 15 tahun. Rasio perempuan : laki-laki
adalah 1:1.9. 92% anestesi dilakukan untuk kepentingan bedah dan 8% untuk
prosedur diagnostik. Regio yang tersering dari pembedahan adalah kepala dan leher
(19%), mata (12%), alat kelamin (9%) dan regio inguinalis (8%).1
Jenis operasi elektif sebanyak 6%, darurat 16% dan rawat jalan 8% pasien.
Distribusi dalam kelas ASA adalah ASA I 92% , ASA II 4% ,ASA III 2,7% dan 1,1%
ASA IV + V. Premedikasi diberikan pada 66% kasus. 98,5% dilakukan anestesi umum
dan sisanya diberi blok regional. Induksi dilakukan dengan obat - obatan intravena
sebanyak 59% dan pemeliharaan dengan obat inhalasi sebanyak 92%. Penggunaan
relaksan otot sebanyak 82%, terutama succinylcholine diikuti oleh vecuronium. 1
Intubasi endotrakeal dilakukan pada 86% kasus, dengan kesulitan serius
sebanyak 1,3%. 91% dari bayi yang baru lahir diintubasi, 2,8% dengan kesulitan
intubasi. 9,2% dilakukan transfusi darah. Terdapat komplikasi serius sebanyak 4,4%
dan 28 serangan jantung, di mana 20 berhasil diresusitasi. Epi-Info, Versi 5
memuaskan untuk analisis epidemiologi dan evaluasi pada anestesi, dan informasi
yang diperoleh dengan bantuan yang telah dibahas dalam data yang diterbitkan. 1
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Definisi
Anestesi pediatri merupakan pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa atau
dengan menghilangkan kesadaran pada anak anak.
Pembagian pediatri berdasarkan perkembangan biologis:
1. Neonatus
2. Bayi
3. Anak
Beberapa perbedaan dengan orang dewasa adalah hal hal yang menyangkut
masalah psikologi, anatomi, fisiologi, farmakologi dan patologi.2
II.2. Anatomi
Bayi matur dengan berat 3 kg normalnya mempunyai 1/3 panjang badan orang
dewasa, 1/9 permukaan badan dan 1/20 berat badan orang dewasa normal. Kepala
neonatus lebih besar dibandingkan dengan badannya, maka otot leher neonatus tidak
mempunyai kekuatan yang cukup untuk mempertahankan posisinya tanpa bantuan
penyokong dari luar.
Sejak lahir, bayi bernafas melalui hidung. Faktor faktor yang meningkatkan
resiko terjadinya obstruksi jalan nafas pada anak anak adalah :
Pada anak anak, bagian paling sempit pada jalan nafas atas terletak pada
kartilago krikoid, bukan pada pita suara seperti orang dewasa. Hal ini dikarenakan
pita suara pada anak terletak lebih tinggi (pada C4 sedangkan pada dewasa C6), serta
adanya epiglottis yang memanjang pada sudut 45 terhadap pita suara. Oleh karena
diameter yang kecil pada lokasi ini, sehingga bila terjadi iritasi mekanikal atau infeksi
maka akan menyebabkan trakea menyempit secara signifikan. Perbedaan kualitatif
antara anak dan orang dewasa ini akan hilang saat anak berusia 8 tahun.3
Bagian thoraks neonatus dan bayi mempunyai keunikan yaitu:
Frekuensi pernafasan pada bayi dan neonatus lebih cepat dibanding orang
dewasa. Pada neonatus dan bayi antara 30 40 x semenit. Tipe pernafasan
neonatus dan bayi ialah abdominal, lewat hidung, sehingga gangguan pada
kedua bagian ini memudahkan timbulnya kegawatan pernafasan. Epiglottis
neonatus menempel pada langit langit lunak, sehingga neonatus bernafas
lewat hidung.2
Regular : inspirasi dan ekspirasi menggunakan waktu yang sama panjang dalam satu
siklus pernafasan
Cogwheel
Periodik
Respirasi periodik dapat dilihat pada bayi prematur, bayi dengan trauma lahir atau
hipoksia dari pusat respirasi. Oleh karena adanya variasi pada jenis respirasi neonatus
maka sangat sulit untuk menentukan respiratory rate neonatus yang normal
walaupun ada nilai rata-rata 30-40 kali/menit. Volume tidal rata-rata pada neonatus
adalah 7 ml/kg atau 20 ml. Trakea bercabang menjadi dua setinggi T2. Jalan nafasnya
sempit dan hal ini menyebabkan resistensi jalan nafas yang tinggi dengan compliance
yang rendah.5
II.3.2 Kardio sirkulasi
Frekuensi jantung/ nadi bayi dan anak berkisar antara 100 120 x/menit.
Hipoksia menimbulkan bradikardia, karena parasimpatis yang lebih dominan.2
Pada fetus, ventrikel kiri akan memompa darah ke aorta dan ke jaringan
badan serta ke plasenta dengan proporsi 1/3 2/3 dari total volume darah. Darah
yang teroksigenisasi dari plasenta bercampur dengan darah vena dalam perjalanan
balik ke jantung. Kurang lebih separuh dari darah yang tercampur ini melewati
Lebih dari 20 kg
Pemasangan infus pada bayi dapat dikerjakan pada beberapa lokasi, yaitu pada
vena di kepala (dengan jarum sayap), vena di punggung tangan, punggung kaki dan
kalau terpaksa di vena cubiti.2
II.3.5 Metabolisme
Lemak merupakan sumber energi yang penting pada bayi dan kadar
metaboliknya hampir 2 kali dibanding dewasa. Lemak ini memiliki reseptor adrenergik. Asfiksia pada waktu kelahiran dapat menyebabkan berkurangnya
penyimpanan karbohidrat di otot, hati dan miokard hingga dapat menyebabkan
hipoglikemia dan asidosis. Neonatus normal biasanya mengalami asidosis
metabolik dan alkalosis respiratorik sedang. Pemberian glukosa diindikasikan
bila bayi dipuasakan sebelum menjalani pembedahan. Hipoglikemia terdapat
pada pasien yang dipuasakan waktu pre operatif, terutama bagi yang berusia <
4 tahun dan dengan berat badan di bawah 15.5 kg. Metabolik asidosis dapat
dikompensasi dengan hiperventilasi saat anestesi, namun kadar bikarbonat yang
sudah dihitung harus diberikan pada akhir operasi apabila respirasi spontan
sudah ada. Pada keadaan ini kadar gula darahnya harus diketahui. Bila nilai <
1.5 mmol/L, maka harus diberikan infus larutan glukosa, dengan konsentrasi
20% atau 25% melalui vena sentral. Untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia anak seharusnya dioperasi secepat mungkin.5
Inti dari etika kedokteran adalah mementingkan hak otonomi pasien ( menentukan
nasib sendiri ). Dokter memfasilitasi proses ini dengan melakukan informed consent,
dengan menjelaskan kepada pasien resiko, manfaat, prosedur, rencana tindakan alternatif,
dan membina hubungan yang aktif antara pasien dan dokter sehingga terdapat otorisasi
bagi pasien untuk memilih rencana medis tertentu.
Dalam pediatri, meskipun orang tua bertindak sebagai pengganti pengambil keputusan
untuk anak-anak mereka, persetujuan pengganti ini tidak memenuhi syarat informed
consent, yang mengharuskan pasien untuk mengotorisasi sendiri tindakan medis. Untuk
ini, American Academy of Pediatrics telah menyarankan bahwa peran yang tepat bagi
pengganti pengambil keputusan adalah memberikan ijin untuk melakukan perawatan,
yang memiliki unsur-unsur yang sama dengan informed consent, tetapi mengakui bahwa
orang tua mempunyai kuasa untuk pengobatan untuk anaknya.
Untuk pasien anak, digunakan "rule of seven" sebagai salah satu pendekatan dalam
pengambilan keputusan untuk perawatan anak. "Rule of seven" menyatakan bahwa
anak-anak berusia < 7 tahun tidak mampu untuk membuat keputusan, anak-anak antara
usia 8 tahun dan 14 tahun tidak memiliki kapasitas pengambilan keputusan, dan mereka
yang lebih tua dari 14 dianggap memiliki kapasitas untuk membuat keputusan .
Bayi, Balita, dan Anak Kecil
Dalam pengambilan keputusan perawatan kesehatan bagi anak usia < 7 tahun,
orang tua dan dokter harus mengambil keputusan yang terbaik bagi anak anaknya
secara objektif.
Ahli anestesi dapat menentukan pengobatan terbaik dengan mempertimbangkan
rasio resiko dan manfaat pengobatan untuk anak, serta rasio kegagalan dan
keberhasilan yang mungkin terjadi. Ahli anestesi dapat bekerja sama dengan dokter
lain untuk meninjau rencana pengobatannya dan melibatkan orang tua dalam
membahas keputusan yang diambil.
Anak Anak Sekolah dan Remaja Muda
Pasien antara usia 7 - 14 tahun harus berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan sesuai dengan kemampuan mereka. Partisipasi harus ditingkatkan sesuai
dengan tingkat kematangan anak.
BAB III
PENERAPAN ANESTESI
Untuk pembedahan
Indikasi untuk pemberian sedasi:8
Prosedur Diagnostik meliputi:
* Lumbal pungsi
* Arthrocentesis
* Biopsi sumsum tulang
* Pemeriksaan gangguan seksual
* Evaluasi radiologic (CT, MRI)
* Perawatan luka
* Abses insisi dan drainase
* Reduksi fraktur
* Dislokasi
* Mengangkat korpus alienum
* Debridemen luka bakar
* Tuba thoracostomy
* Setiap prosedur menyakitkan lainnya
Meskipun prosedur sedasi umumnya digunakan dalam prosedur mayor
(misalnya, reduksi fraktur), seorang dokter harus mempertimbangkan
prosedur sedasi ketika prosedur multiple (misalnya, penempatan jalur
intravena, pungsi lumbal, kateterisasi uretra) dilakukan pada seorang anak.
Prosedur sedasi dapat meminimalisasi memegang pasien supaya tidak
banyak bergerak dan mengurangi stres prosedur pada pasien dan
keluarganya.
Penggunaan klasifikasi status fisik ASA dikembangkan untuk pasien yang menjalani
anestesi endotrakeal umum. Klasifikasi ini menunjukkan risiko komplikasi dari
prosedur sedasi. Pasien dengan ASA I dan II paling baik menggunakan anestesi
endotrakeal umum. 8
*
* II. Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang baik karena penyakit
bedah atau penyakit lainnya.
* III. Pasien dengan penyakit sistemik berat yang diakibatkan oleh berbagai
penyebab.
* IV. Pasien dengan penyakit sistemik berat yang secara langsung mengancam
hidupnya
* V. Pasien tidak diharapkan hidup baik dengan operasi maupun tanpa operasi
* E. Prosedur gawat darurat.
Namun, kondisi fisik atau psikologis yang sudah ada sebelumnya bukan
merupakan kontraindikasi mutlak bagi prosedur sedasi. Sebaliknya, ini akan
membantu dokter untuk memilih dengan hati-hati jenis dan cara pemberian obatobatan.8
III. 7 Puasa2
Puasa yang lama menyebabkan dehidrasi dan hipoglikemia. Lama puasa yang
dianjurkan oleh Liu sebagai berikut:
Usia
Neonates
1-6 bulan
- 3 tahun
Lebih 3 tahun
Minum cairan
2 jam
2 jam
6 jam
8 jam
III. 8 Premedikasi
Sebagian ahli anestesi memberikan premedikasi sedasi kepada anak atau bayi dengan
tujuan supaya bayi atau anak tersebut sampai ke ruang operasi dalam keadaan sudah tidur,
kemudian dilanjutkan dengan induksi anestesi dengan menggunakan nitrogen oksida atau
siklopropane. Ada juga ahli anestesi lain yang lebih senang untuk mewujudkan suasana
yang menyenangkan dengan pasien anak sehingga tidak takut, premedikasi yang lebih
ringan dapat diberikan, induksi anestesi dilakukan secara inhalasi dan intravena.
Premedikasi sedatif bukan suatu keharusan apabila beratnya kurang 10 kg. Trauma,
cemas dan rasa nyeri mungkin memperlambat proses pengosongan lambung. Penggunaan
metoklopramide 0.1 mg dapat membantu pengosongan lambung. Puasa yang lama dapat
menyebabkan hipoglikemia pada bayi, jadi bayi dibolehkan untuk minum susu 4 jam
sebelum operasi atau air putih 3 jam sebelum operasi.5
Gangguan tidur, tingkah laku, dan maladaptif dapat terjadi setelah pemberian induksi,
dapat bertahan hingga beberapa minggu setelah operasi, sehingga sangat mengganggu
orang tuanya. Premedikasi dengan midazolam telah dibuktikan dapat menurunkan insiden
ini. Dapat juga diberikan pada anak - anak yang umurnya > 6 9 bulan yang mengalami
kecemasan. Midazolam 0.25 - 0.5 mg/kg berat badan dicampur ke dalam sirup dapat
diberikan secara oral 10 20 menit sebelum dilakukan induksi anestesi. Dosis midazolam
maksimum yang direkomendasikan adalah 20 mg per oral. Pada anak anak yang
mengalami gangguan perkembangan mental, pada anak anak yang lebih besar yang
tidak kooperatif dapat diberikan kombinasi midazolam dan ketamine (0.5 mg/kg and 3
mg/kg).
Bagi anak anak yang lebih tua dan remaja remaja yang menjalani tindakan yang
lebih lama, biasanya diberikan diazepam 0.1 mg/kg berat badan. Midazolam intranasal
(0.2 mg/kg) telah digunakan tetapi memiliki kerugian dimana anak anak akan terasa
perih dan jika masuk ke mulut, maka anak anak akan terasa tidak menyenangkan,
sehingga banyak anak yang menolak obat tersebut secara oral.
Kehadiran orang tua selama induksi anestesi ternyata sangat membantu bagi anak > 1
tahun karena dapat memberi kenyamanan bagi mereka dan menghindari kecemasan yang
berlebihan pada anak, serta dapat meningkatkan kepuasan pada orang tua. Walaupun bagi
kebanyakan orang tua, tindakan induksi anestesi terhadap anak mereka merupakan suatu
pengalaman yang menyakitkan bagi mereka, tetapi sebenarnya sangatlah membantu bagi
keberhasilan proses anestesi anaknya. Keikutsertaan orang tua lebih tidak efektif jika
dibandingkan dengan premedikasi untuk mengatasi kecemasan, tetapi dapat memberikan
kepuasan dan ketenangan bagi orang tua.9
Jalur premedikasi sedatif
a. Cara oral
Cara oral biasanya merupakan cara yang paling dapat diterima. Hal hal
yang perlu diperhatikan adalah jumlah obat, onset, durasi, tingkah laku selama
penyembuhan, interaksi dengan obat lain, dan efek samping. Kadang kala anak
membuang kembali obat yang telah ditelan. Biasanya ini terjadi karena anak kurang
kooperatif ataupun sikap premedikator kurang lembut. Obat-obat yang sering
digunakan per oral dapat dilihat pada tabel 1.10
b. Cara nasal
Premedikasi intranasal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu tetes
dan inhalasi. Diperlukan dosis yang tepat dan onset yang berulang dapat
tercapai jika cara nasal digunakan. Namun, pasien biasanya akan merasa tidak
nyaman, meskipun hanya sebentar.10
Midazolam 100g/kgBB intranasal dibandingkan dengan 10g/kgBB
afentanil intranasal, efek sedasi yang didapatkan sama, namun tidak
ditemukan rasa hidung seperti terbakar pada anak-anak yang menerima
afentanil, di mana 70% dari anak-anak yang menggunakan midazolam
merasakan hidung seperti terbakar.10
c. Cara rektal
Cara ini kadang kala bergantung pada ahli anestesi sendiri. Telah
dilaporkan bahwa cara rektal merupakan yang paling popular di Eropa,
sedangkan di negara-negara lain tidak. Cara rektal lebih dipakai pada anak
kecil. Pada anak yang lebih besar, cara rektal tidak begitu dianjurkan karena
alasan estetika dan volume yang dibutuhkan untuk menghantarkan dosis yang
adekuat.10
d. Cara intramuskular dan subkutan
Cara ini tidak begitu dianjurkan. Keuntungan cara ini adalah tidak
dibutuhkannya sikap kooperatif dari pasien, dan tanpa harus mengkhawatirkan
pasien tersebut memuntahkan kembali obat yang telah diberikan secara oral.10
e. Cara sublingual
Meskipun cara ini memiliki keuntungan, yaitu onset lebih cepat,
namun tidak begitu popular karena sulit memberikannya pada anak yang tidak
kooperatif.10
Tabel 1. Nama obat premedikasi, cara pemberian, dosis, onset dan efek samping
Nama Obat
Agen
Cara
Dosis
Onset (menit)
Efek Samping
Benzodiazepin Midazolam
Diazepam
Pemberian
Oral
0,3-0,7mg/
15-30
Depresi
system
Nasal
5-10
pernafasan,
eksitasi
kgBB
0,1-0,2mg/
Dissosiatif
Ketamin
postoperative
Oral
kgBB
3-8mg/kgBB
10-15
Eksitasi
Eksitasi
IM
2-5mg/kgBB
2-5
Meningkatkan
tekanan
Opioids
TD,
intra
Morfin
IM
0,1-0,2
15-30
meningkat
Depresi
Meperidin
IM
mg/kgBB
15-30
pernafasan
Fentanil
Oral
Depresi
10-15 g/kgBB
pernafasan
cranial
sistem
sistem
Depresi
Barbiturat
sitem
Pentobarbital Oral
3mg/kgBB
60
pernafasan
Eksitasi postoperative
Tiopental
30mg/kgBB
5-10
yang memanjang
Rectal
Depresi
pernafasan,
postoperative
Antikolinergik Atropin
Scopolamin
H2 Antagonis Cimetidine
Oral
20g/kgBB
15-30
memanjang
Flushing
IM
20g/kgBB
5-15
Mulut kering
IV
10-20g/kgBB 30
Rasa gembira
IM
Oral
20g/kgBB
7,5mg/kgBB
Halusinasi
Ranitidine
Oral
2 mg/kgBB
Atropine dan hiosin
15-30
60
60
sistem
Eksitasi
yang
memiliki efek analgesik dan untuk prosedur yang penuh rasa nyeri, midazolam sering
digunakan dengan opioid. Bila menggunakan benzodiazepine dan opioid bersamasama harus hati hati karena resiko hypoxia dan apnea lebih besar daripada
digunakan sebagai obat tunggal. Efek dari midazolam bisa dihilangkan dengan
antagonis flumazenil.11
Barbiturates
Barbiturat telah digunakan untuk obat anestesi preinduksi selama lebih dari 30
tahun dan memiliki tingkat keamanan yang cukup. Obat tersebut juga terkenal sebagai
obat utama yang memfasilitasi pencitraan diagnose bagi anak anak 3 tahun atau
lebih. Walaupun memiliki efek analgesik yang lemah, obat tersebut mampu
menyebabkan imobilisasi yang efektif dan dapat digunakan melalui berbagai cara.
Pentobarbital i.v , methohexital , dan thiopental rektal merupakan jenis barbiturate
yang paling banyak digunakan untuk prosedur sedasi.11
Clinical effects
Indications
Doses
Time of
onset
Duration
Sedativehypnotic agents
Chloral
hydrate
Sedation, motion
control,
anxiolysis. No
analgesia.
Not reversible.
Diagnostic
imaging
(age <3 yr)
1530
60120
Midazola
m
Sedation, motion
control,
anxiolysis. No
analgesia.
Reversible with
flumazenil.
Procedures
requiring
sedation or
anxiolysis
23
4560
1020
60120
1530
6090
1015
60
1030
6090
35
1545
1015
60120
1560
60240
PR: 25 mg/kg
1015
60
PR: 25 mg/kg
1015
60 - 120
Pentobar
bital
Sedation, motion
control,
anxiolysis. No
analgesia.
IV: 16 mg/kg,
adjusted in
increments of 12
mg/kg to desired
effect
Diagnostic
imaging
Not reversible.
IM: 26 mg/kg, to a
maximum of 100 mg
PO or PR (<4 yr): 3
6 mg/kg, to a
maximum of 100 mg
PO or PR (4 yr):
1.53 mg/kg, to a
maximum of 100 mg
Methohe
xital
Sedation, motion
control,
anxiolysis. No
analgesia.
Diagnostic
imaging
Not reversible.
Thiopent
al
Sedation, motion
control,
anxiolysis. No
analgesia.
Diagnostic
imaging
Not reversible.
Analgesic agents
Fentanyl
Analgesia.
Reversible
with
Procedures
with
moderate-
naloxone.
to-severe pain
Analgesia,
dissociation,
Ketamine
amnesia,
motion
control.
Not reversible.
Nitrous
oxide
Anxiolysis,
analgesia,
sedation,
amnesia (all
mild)
Procedures
with moderate
to severe pain
or requiring
immobilizatio
n
Procedures
requiring
IV: 1.0g/kg/dose,
may repeat every 3
min, adjust to desired
effect
mild analgesia
or sedation
by demand-valve
mask (requires
(age >4 yr)
cooperative child)
23
30 - 60
Dissociati
on: 15;
1
35
recovery:
60
Dissociati
on: 1530;
recovery:
90150
<5
<5 min
after
discontinu
ation
Naloxone
Flumazenil
Opioid
reversal
Benzodiazepin
e reversal
Overdose of
opioids
IV or IM: 0.1
mg/kg/dose, to a
maximum of
IV : 2
2 mg/dose; may be
repeated every 2 min
as required
IM: 1015
IM: 6090
12
3060
IV: 2040
*Dosis dari obat obat intravena harus diberikan secara hati hati untuk mencapai dosis
yang aman. Dosis individual sangat bervariasi bila obat obat dikombinasikan dengan obat
obat lain terutama bila benzodiazepine dikombinasikan dengan opioid.
*PO = per oral, IV = intravena, IM = intramuskuler, IN = intranasal, PR = per rektal
*Midazolam lebih disukai daripada benzodiazepine ( diazepam dan lorazepam ) karena
memiliki durasi kerja yang lebih singkat dan pemberian obat dengan berbagai cara.
*Fentanil lebih disukai daripada opioid ( morfin dan meperidin ) karena onset yang lebih
cepat dan periode pemulihan yang lebih pendek dan tidak menginduksi pelepasan histamine.
Tidak ada data yang memadai bahwa intranasal sufentanil direkomendasikan untuk prosedur
sedasi dan analgesik.
*Kontraindikasi umum pada ketamin adalah bayi < 3 bulan, adanya riwayat jalan nafas yang
tidak stabil, operasi trakea, stenosis trakea, infeksi pulmoner ( ISPA ); penyakit
kardiovaskuler, termasuk angina, gagal jantung hipertensi, trauma kepala, massa di CNS, atau
hydrocephalus; glaucoma; psikosis; gangguan tiroid atau penggunaan obat tiroid.
*Kontraindikasi penggunaan nitrogen oksida adalah hamil, mual muntah, pneumothoraks,
obstruksi usus, infeksi telinga tengah.11
Ultra-Short-Acting Agents
Obat obatan intravena ultra-short-acting ( etomidate, methohexital, propofol,
remifentanil, dan thiopental) secara teoritis telah teruji untuk memberi efek sedasi
dimana dosisnya bisa diatur untuk mencapai kedalaman sedasi yang cukup, dan
pemulihan yang cepat. Akan tetapi, bisa terjadi sedasi yang berlebihan jika ahli yang
menggunakan obat obatan tersebut tidak memiliki teknik yang memadai.11
Induksi inhalasi
Dikerjakan pada bayi dan anak yang sulit dicari venanya atau anak yang takut
disuntik. Diberikan halotan dengan oksigen atau campuran N20 dalam oksigen 50%.
Konsentrasi halotan mula mula rendah 1 vol%, kemudian dinaikkan setiap beberapa
kali bernafas 0,5 vol% sampai tidur. Sungkup muka mula mula jaraknya beberapa
sentimeter dari mulut dan hidung, kalau sudah tidur baru dirapatkan ke muka
penderita.2
Nitrogen oksida
Gas nitrogen oksida terdiri dari campuran minimal 40% oksigen atau dapat
dicampur dengan oksigen dalam flowmeter. Ini diberikan melalui sungkup dengan
menciptakan tekanan inspirasi negative untuk mengalirkan gas dan hanya bisa dipakai
untuk anak yang kooperatif ( biasanya usia di atas 4 tahun ). Walaupun nitrogen
oksida mudah digunakan dan tidak invasive serta memiliki onset sedasi dan
pemulihan yang cepat, di dalam dosis yang dipakai untuk prosedur ini memberikan
efek analgesik, sedasi, dan anxiolitik yang lemah.11
Induksi intravena
Dikerjakan pada anak yang tidak takut pada suntikan atau pada mereka yang
sudah terpasang infus. Vena yang dipilih harus sesuai, contohnya vena pada belakang
tangan, vena pada dorsum pedis, vena saphena interna, dan di depan malleolus
medial.2,5
1. Obat Intravena
pada
anak
usia
10-16
tahun.
Namun
obat
ini
menyebabkan
ketidaknyamanan pada injeksi dan harus dihindari penggunaannya pada pasien yang
ada riwayat epilepsi.
2. Ketamin
Ketika pemberian secara parenteral ( intramuskular dan intravena ), ketamin
mampu secara cepat menginduksi kesadaran yang menurun seperti kondisi katalepsi
yang dikenal dengan khas analgesik, yaitu sedasi, amnesia, dan imobilisasi. 11
Ketamin mempengaruhi tonus otot jalan nafas atas dan melindungi reflex jalan
nafas. Respirasi spontan dapat tercapai walaupun saat ketamin diberikan secara
intravena harus diberikan secara perlahan kurang lebih 1 2 menit untuk mencegah
depresi nafas. Meskipun mimpi dan halusinasi yang tidak menyenangkan terjadi
selama periode pemulihan telah membatasi penggunaan ketamin. 11
Ketamin digunakan secara meluas pada prosedur nyeri pada reduksi fraktur
dan memberikan efek imobilitas, juga untuk memperbaiki robekan di muka pada anak
anak kecil. Oleh karena kemampuannya yang unik untuk melindungi refleks jalan
nafas, ketamin lebih dipilih untuk keadaan emergensi dibanding dengan obat obatan
pernah
menyebabkan aspirasi.11
Dosis obat ini 2 mg/kg intravena atau 10 mg/kg intramuskular. Obat ini
dianjurkan bagi tindakan diagnosis dan operasi minor pada anak kecil dan bayi.
Contohnya pada tindakan manipulasi ortopedik, mengganti perban pada luka bakar,
radiologi dan radioterapi. Penggunaan obat ini juga dianjurkan bila terdapat luka
bakar pada leher yang dapat mengganggu jalan nafas sewaktu dilakukan induksi.
Anestestik volatile
Kadar absorpsi halotan, enfluran dan metoksifluran oleh tubuh pada anak lebih cepat
dibanding dewasa. Usia tidak ada pengaruhnya pada pemakaian isofluran. Absorspi yang
cepat pada anak ini boleh mempengaruhi konsentrasi miokardial menjadi tinggi.
Halotan dapat ditoleransi secara lebih baik pada anak yang mempunyai resiko rendah untuk
mendapat hepatitis terkait halotan pada penggunaan yang berulang. Penggunaan enfluran
harus dihindari pada anak yang mempunyai riwayat epilepsy. Siklopropane induksinya cepat
namun dapat menyebabkan spasme pada laring.5
Teknik Open Drop
Teknik ini dapat digunakan pada anestesi dietil eter. Pertukaran tidal pada bayi baru
lahir boleh sekecil 20 ml, jadi walaupun dengan masker yang kecil, dead space harus
ditingkatkan melainkan oksigen ( 1 liter/menit) dialirkan untuk membawa pergi
karbon dioksida yang lebih tadi.5
Masker dan beg anestesi
Metode induksi yang sesuai dipilih supaya nitrogen oksida dan oksigen dapat
mengalir melalui masker yang diletakkan 5cm dari wajah pasien. Kurang lebih 10
liter/menit diperlukan. Apabila pasien hilang kesadaran, masker diletakkan pada wajah pasien
dan aliran udara atau gas dikurangkan dan agen volatile ditambahkan bila diperlukan.
Siklopropane dapat digunakan sebagai induksi pada keadaan yang serupa. Harus diingatkan
bahwa dead space haruslah seminimal mungkin apabila anak kecil dan bayi dianestesi
dengan menggunakan metode ini. Suxamethonium, spuit, jarum suntik dan tuba trakea harus
selalu tersedia sebagai langkah berjaga-jaga. 5
Intubasi
Laringoskopi pada bayi dan anak tidak membutuhkan bantal kepala. Kepala bayi
terutama neonates oksiputnya menonjol. Dengan adanya perbedaan anatomis pada jalan nafas
bagian atas, lebih mudah menggunakan laringoskop dengan bilah lurus pada bayi. 2
Intubasi dalam keadaan sadar dikerjakan pada keadaan gawat atau diperkirakan akan
mengalami kesulitan. Beberapa penulis menganjurkan intubasi sadar pada neonatus usia
kurang dari 10 14 hari. Harus berhati hati terhadap hipertensi dan meningginya tekanan
intracranial yang mungkin dapat menyebabkan perdarahan dalam otak akibat laringoskopi
dan intubasi. 2
Pada umumnya, lebih digemari intubasi sesudah tidur pada anak baik dengan maupun
tanpa pelumpuh otot. Kalau tidak menggunakan pelumpuh otot, bayi atau anak ditidurkan
sampai dalam lalu diberikan analgesia topical baru dikerjakan intubasi.
Dengan pelumpuh otot digunakan suksinil kolin dosis 2mg/kgBB secara intravena
setelah bayi atau anak tidur.
Pipa trakea pada bayi dan anak dipakai yang tembus pandang tanpa cuff. Untuk usia
diatas 5 6 tahun boleh dengan cuff pada kasus- kasus laparotomi atau jika ditakutkan akan
terjadi aspirasi. 2
Secara kasar ukuran besarnya pipa trakea sama dengan besarnya jari kelingking atau
besarnya lubang hidung. 2
Bayi premature menggunakan pipa bergaris tengah 2.0 3.0 mm, bayi cukup bulan
2.5 3.0 mm. Sampai 6 bulan 4.0 mm dan sampai 1 tahun 4.5 mm. Untuk usia diatas 1 tahun
digunakan rumus sebagai berikut:
Garis tengah bagian dalam pipa trakea ialah: umur dalam tahun /4 + 4.5 mm. 2
Memilih pipa trakea yang paling besar yang dapat masuk dengan sedikit longgar dan
pada tekanan aspirasi 20 25cm H20 terjadi sedikit kebocoran. Dianjurkan menggunakan
pipa mulut faring untuk fiksasi pipa trakea supaya tidak terlibat. 2
Intubasi hidung tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan trauma, perdarahan
adenoid dan infeksi.2
Pemeliharaan anestesia.
Anestesia neonatus sangat dianjurkan dengan intubasi dan respirasi kontrol.
Penggunaan sungkup muka dengan respirasi spontan pada bayi hanya untuk tindakan ringan
yang singkat.2
Gas anestetika yang umum digunakan adalah N20 dicampur dengan O2 perbandingan
(0-65%) dan (35 100%). Walaupun N20 mempunyai sifat analgesia kuat, tetapi sifat
anestetikanya sangat lemah. Karena itu sering dicampur dengan halotan, enfluran atau
isofluran. 2
Narkotika hanya diberikan untuk usia di atas 1 tahun atau pada berat di atas 10 kg.
Morfin dengan dosis 0,1 mg/kg atau petidin dosis 1-2 mg/kg.
Pelumpuh otot non depolarisasi sangat sensitive, karena itu harus diencerkan dan
diberikan secara sedikit demi sedikit.2
Pelumpuh otot
Dosis awal
Dosis ulang
Lama kerja
Tubokurarin
0,2 mg/kg
40 menit
Gallamin
1-3
20 menit
Alkuronium
0,15 0,20
0,10
30 menit
Pankuronium
0,04 0,07
0,04
30 menit
Infus
Banyaknya cairan yang harus diberikan per infuse disesuaikan dengan banyak cairan
yang hilang. Untuk bedah kecil yang ringan, singkat, dan perdarahan yang sangat minimal
tidak diperlukan terapi cairan. Apalagi segera setelah pembedahan diperbolehkan minum.
Walaupun demikian diperlukan jalur vena terbuka untuk memasukkan obat obatan pada
waktu anestesia, atau kalau diperlukan infuse segera dapat diberikan. Biasanya dipasang
semprit berisi NaCl fisiologis dengan jarum sayap. 2
Terapi cairan dimaksudkan untuk mengganti cairan yang hilang pada waktu puasa,
pada waktu pembedahan (translokasi), adanya perdarahan dan oleh sebab sebab lain
misalnya adanya cairan lambung, cairan fistula dan lain lainnya. 2
Besarnya cairan yang hilang akibat trauma bedah /anestesia yang harus diganti
menurut Lockhart:2
Cairan hilang
Pembedahan
Cairan hilang
Kecil
Kraniotomi
0 ml/kg/jam
Ringan
Hernia inguinalis
2 ml/kg/jam
Sedang
Torakotomi
4ml/kg/jam
Besar
Obstruksi usus
6ml/kg/jam
Cairan yang seharusnya masuk, karena puasa harus diganti. Misalnya puasa 6 jam
harus diganti 25% dari kebutuhan dasar 24 jam.
Cara menggantinya sebagai berikut:
-pada jam 1 diberikan 50% nya.
-pada jam 2 diberikan 25% nya.
- pada jam 3 diberikan 25%nya.
Cairan hilang akibat peredaran darah yang kurang dari 10% diganti dengan cairan
kristaloid dalam dektrosa, misalnya cairan dekstrosa 5% dalam ringer laktat.2
Transfusi
Banyaknya perdarahan dapat diperkirakan dengan: 2
1. Mengukur darah dalam botol penyedot, menimbang kain kasa sebelum dan sesudah
kena darah dengan bantuan kolorimeter. Jumlahkan keduanya kemudian tambahkan
25% untuk darah yang sulit dihitung misalnya yang menempel di tangan pembedah,
yang melengket di kain penutup dan lain lain.
2. Mengukur hematokrit secara serial. Perdarahan melebihi 10% pada neonates harus
diganti dengan darah.
Peralatan anestesia
Peralatan anestesi pediatri bersifat khusus, apalagi untuk teknik anestesia spontan.
Tahanan terhadap aliran gas harus serendah mungkin, ruang ruginya sekecil mungkin, anti
obstruksi, hendaknya ringan dan mudah dipindah pindah.
Untuk anestesia yang lama, sebaiknya gas gas anestetikanya dihangatkan dan
dilembabkan. Peralatan anestesia yang digunakan ialah sistem Jackson rees modifikasi dari
sistem T dari Ayre, sistem Bain khusus untuk bayi dan anak, dan di Amerika dengan sistem
tertutup khusus bayi.2
Ayres T-piece
Alat ini mempunyai hambatan respirasi yang minimal. Rees telah memodifikasikan
system ini dengan menambah beg berukuran 500ml kepada expiratory limb. Hal ini
menyebabkan ventilasi control dan pengawasan respirasi lebih mudah. Sewaktu pasien
bernafas spontan, aliran udara segar harus mengalir 2 kali lipat minute volumenya untuk
menghilangkan rebreathing.5
Volume darah pada bayi relative sedikit yaitu 85 ml/kgBB ( 300 ml pada bayi baru
lahir), maka penggantian darah yang hilang sewaktu operasi harus akurat. Pengukuran
kehilangan darah dapat dilakukan dengan pertolongan dari botol penyedot terkalibrasi yang
kecil, pengukuran berat kasa, atau menggunakan metode kolorimetrik. Tranfusi darah boleh
dilakukan dengan menggunakan spuit 20 ml atau tap tiga hala. Penggantian darah hanya
dilakukan bila terjadi perdarahan lebih dari 10%. Darah harus dihangatkan terlebih dahulu
untuk mencegah terjadinya hipotermia.5
2. Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan dan elektrolit preoperasi jarang harus dikoreksi selama 12 jam
pertama hidup bayi namun 0.25 % cairan garam fisiologis dan 5% dekstrose dapat digunakan
untuk bayi tersebut. Nilai haemoglobin, hematokrit dan gula darah bayi harus diketahui
sebelum operasi yang besar. Pada bayi usia lebih 12 jam, koreksi kadar cairan dan elektrolit
yang abnormal sangat penting. Pada waktu operasi, dianjurkan pemberian Ringer Laktat 2
ml/kg/jam. 5
Pada operasi major, yang harus dimonitor adalah nadi, pernafasan, tekanan arteri,
CVP, ECG, suhu, pengeluaran urin, gas darah dan elektrolit. Untuk mendapatkan jumlah
cairan infuse masuk yang akurat, buret harus merupakan sebagian dari set infuse atau dengan
menggunakan pompa infuse.5
3. Kebutuhan kalori
Neonatus membutuhkan energi sebanyak 0.45 MJ/kg/hari supaya dapat tumbuh sehat.
Lemak dan glukosa membekali hampir seluruh kebutuhan kalori yang dibutuhkan bayi.
Namun, diperlukan juga nutrisi dari parenteral seperti asam amino untuk sintesis protein.5
4. Suhu
Bayi baru lahir akan cepat kehilangan panas bila diletakkan di tempat dingin.
Mekanisme pengaliran panas pada bayi premature dan bayi baru lahir beberapa minggu tidak
stabil. Bayi baru lahir mempertahankan panas tubuhnya melalui aktivitas metabolic,
pembakaran lemak coklat, yang mana banyak dijumpai di daerah sekitar ginjal dan punggung
belakang. Lemak ini kaya dengan darah dan saraf -adrenergik dan selnya dibekali dengan
mitokondria. Jumlahnya mungkin kurang pada bayi yang premature atau bayi yang kecil.
Monitor yang ketat harus dilakukan supaya tidak terjadinya kehilangan panas di atas
meja operasi. Karena kepala bayi mempunyai luas permukaan yang lebih besar berbanding
permukaan badan yang lain, maka adalah amat berguna untuk menutup kepala bayi dengan
topi stockinet untuk mengekalkan kenyamanan. Walaupun penggunaan primernya adalah
untuk mencegah kontaminasi bacteria pada luka, namun ia menyediakan insulasi yang
effisien terhadap permukaan yang terdedah tadi.
Transfusi cairan dan darah yang dingin dapat mengakibatkan hipotermia. Panas juga
hilang untuk menyiapkan evaporasi panas laten apabila gas kering dihirup dan cairan hilang
lewat traktus respiratori. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gas humidifikasi yang
hangat. Stress dingin dan hipotermia dapat menyebabkan hipoglikemia. Pada anak yang
usianya lebih tua mungkin dapat terjadi hiperpireksia non maligna. Hal ini terjadi apabila :5
Anak pireksia
Pada kondisi panas
Terlalu banyak kain yang menutupi anak
Inhibisi untuk berpeluh diikuti dengan pemberian atropine sebagai
premedikasi dapat mengganggu kehilangan panas.
Pengakhiran anestesia
Setelah pembedahan selesai, obat anestesia dihentikan pemberiannya. Berikan zat
asam murni 5 15 menit. Bersihkan rongga hidung dan mulut dari lendir kalau perlu. 2
Kalau menggunakan pelumpuh otot, netralkan dengan prostigmin (0,04 mg/kg) dan
atropine (0,02mg/kg). Depresi nafas oleh narkotika analgetika netralkan dengan naloksin
0,2 0,4 mg secara titrasi. 2
Ekstubasi pada bayi dikerjakan kalau bayi sudah sadar benar, anggota badan, bergerak
bergerak, mata terbuka, nafas spontan adekuat. Ekstubasi dalam keadaan anestesia ringan,
akan menyebabkan batuk batuk, spasme laring atau bronkus. Ekstubasi dalam keadaan
anestesia dalam digemari karena kurang traumatis. Dikerjakan kalau nafas spontannya
adekuat, keadaan umumnya baik dan diperkirakan tidak akan menimbulkan kesulitan pasca
intubasi.2
Perawatan di ruang pulih
Setelah selesai anestesia dan keadaan umum baik, penderita dipindahkan ke ruang
pulih. Di sini diawasi seperti di kamar bedah, walaupun kurang intensif dibandingkan
pengawasan sebelumnya.2
Penjagaan yang intensif adalah penting pada neonates. Perhatian yang lebih harus
diberikan pada :5
Suhu sekitar
Makan ; penurunan berat badan sebanyak 44 g/hari/kg dari berat badan lahir
Yang dinilai
pergerakan
Nilai
gerak bertujuan
diam
Pernafasan
Teratur, batuk, menangis
Depresi
Perlu dibantu
Warna
Merah muda
Pucat
Sianosis
Tekanan darah
Kesadaran
Sadar benar benar
Bereaksi
Tidak bereaksi
2.
yang mana cenderung untuk menghilang stelah usia 2 tahun. Mungkin dibutuhkan
penjahitan pada lidah sampai ke alveolar ridge dari mendibula untuk melepasakn
arteriosus serta foramen ovale. Penggunaan tolazoline, 2 mg/kg diberikan secara bolus
diikuti dengan infuse dosis yang sama tiap jam menyelesaikan masalah ini. Relaksasi
muskuler mungkin diperlukan untuk periode yang singkat. Infuse koloid dengan cepat
(contohnya
plasma)
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
terjadi
kolaps
kulit.
Hal ini menyebabkan bayi tersebut makin tambah sakit, dehidrasi, alkalosis,
maksimumnya 25 mg.
Ekstubasi dilakukan saat anak sudah sadar.
Memberikan garam fisiologis 0.18% dan glukosa 4.3% sampai anak tersebut
sudah sadar sepenuhnya maupun parsial.
Analgesic post operasi kadang diperlukan, kadang tidak.
Teknik analgesic local. Dosis maksimum lignocaine 0.25% adalah 8 mg/kg digunakan
dengan adrenalin 1-400000. Teknik ini berguna sekiranya tidak ada ahli anestesi yang
kompeten namun hasilnya tidak sebagus anestesi umum.penggunaan ketamin tidak
dianjurkan. 5
5. Fistula trakeo-esofageal dengan atresia esofageal.
Aspirasi makanan dan sekresi akan menyebabkan pneumonia beberapa hari
setelah kelahiran. Operasi merupakan prosedur yang membahayakan dan tidak ada
operasi yang sukses sehingga tahun 1938 apabila Leven dan Ladd melakukan operasi
multistage di USA. Anostomosis esofageal primer pertama kali dilakukan oleh Haight
tahun 1941. 5
Terdapat berbagai variasi anatomis. Yang paling sering ditemukan adalah pada
esofageal bagian atas, terdapatnya fistula yang menghubungkan trakea posterior dan
esogafus bagian bawah. Manajemen anestesi pada kasus ini lebih sukar dijalankan. 5
Anjuran teknik5.
o Premedikasi : atropine 0.15 mg.
o Infusi intravena sudah terpasang sebelum induksi anestesi dilakukan.
o Intubasi dilakukan saat anak tersebut masih sadar.
Hanya memerlukan anestesi umum yang ringan dan tidak terlampau dalam
dengan menggunakan pipa orotrakea. Halotan merupakan zat yang berguna pada
anak-anak karena respirasi pada anak selalunya quiet namun hipoventilasi harus
dicegah. Penggunaan ketamin berguna pada tindakan diagnostic.
a. Hidrosefalus. Intubasi sukar dilakukan karena bagian dahi yang luas dan besar
menyebabkan visualisasi laring tidak normal.
b. Meningokel. Anestesi harus dilakukan sehati-hati mungkin. Operasi dijalankan
Intubasi trakea
dilakukan untuk membantu suction bronchial dan infus intravena sudah terpasang
bagi mencegah dehidrasi. Pada kasus ini mungkin terjadi disfungsi hepar. 5
11. Luka bakar
Masalah timbul apabila anak memerlukan anestesi untuk menggantikan perban pada
luka bakar. Anak tidak boleh dipuasakan berlebihan waktu. Administrasi halotan secara
berulang kali adalah amat tidak dianjurkan. Teknik yang mungkin adalah analgesic
neuroleptik, ketamin dan analgesic inhalasi. 5
12. Disautonomi familial
Penyakit ini pertama kali dijelaskan pada tahun 1949. Ini merupakan penyakit
keturunan yang mana menunjukkan keaktifan abnormal pada system parasimpatik
dengan adanya aktivitas system simpatik secara sporadic. Semua agen anestetik dapat
menyebabkan bradikardia dan hipotensi maka penggunaan harus secara hati-hati.
Penggunaan nitrogen oksida dan oksigen biasanya suffisien. 5
13. Sindroma Prader-Willi
Pasien mempunyai karies gigi, hipotonia congenital, retardasi mental, obesitas,
hipogonadisme dan kadang abnormalitas kardiovaskular. 5
14. Pasien diabetes
Diabetes tipe juvenile adalah sangat labil dan memerlukan perhatian khusus pada
waktu operasi. Pada kasus sakit berat, perhitungan keseimbangan elektrolit dan asambasa amat penting. Tujuan anestesi adalah supaya pasien cepat sadar pada akhir operasi
tanpa muntah. 5
15. Anestesi pada asma
Anestesi tidak boleh dilakukan bila terjadi serangan asma. Pada pasien yang
menggunakan terapi steroid jangka panjang, harus diinjeksi dengan hidrokortison pre
operasi. Broncospasme mungkin terjadi saat operasi karena adanya masalah pada ETT
contohnya iritasi. 5
Manajemen anestesi pada operasi spinal
Pendekatan surgical pada spinal adalah melalui jaringan vaskuler dan kehilangan
cairan yang besar. Maka diperlukan jalur intravena yang bagus beserta monitor yang ketat. 5