2.5
2.5.1
Akses
Pada saat ini, tidak diketahui apa yang terjadi lebih dahulu pada si
peracun. Apakah pengetahuannya tentang racun atau si peracun memiliki
racunnya terlebih dahulu. Bagaimanapun dapat dihipotesis bahwa sepertinya
peracun yang cerdik mencari racun yang dapat memenuhi karakteristik yang ia
inginkan. Maka dari itu kita dapat berasumsi bahwa pengetahuan akan racun
datang terlebih dahulu pada si peracun.
2.5.2
Pengetahuan
Darimanakah informasi tentang toksikologi dapat diperoleh? Criminal
investogator harus mempertimbangkan beberapa sumber yang dapat digunakan si
peracun dalam menyediakan sejumlah informasi untuk perencanaan kejahatannya.
b.
c.
Di internet, semua orang dapat secara mudah mencari panduan yang dijual
yang mencakup sejumlah informasi mengenai racun , cara mendapatkannya,
cara penggunaan, dosis yang mematikan dan dan juga didapat cara
menghindari deteksi dari kejahatan dengan penggunaan racun tersebut.
1.
4.
Dari mulut ke mulut : dari beberapa kasus, dari hasil percakapan dengan
pelaku, diketahui bahwa pelaku mendapat pengetahuan tersebut melalui
pembicaraan tentang racun dan pemakaiannya
2.5.1
Sumber
Setelah peracun mengetahui atau mendapatkan pengetahuan tentang racun yang
dipilih, kemana tempat dimana ia dapat mendapatkan racun
tersebut ?
2.3.5.2
Terdapatnya bahan atau substansi racun langka yang berbahaya di rumah dapat menimbulkan
bahaya untuk peracunan karena aksidental atau tidak disengaja dan juga percobaan bunuh diri.
Bila kolektor dari botol antik atau langka mengkoleksi beserta dengan isinya, maka akan
menimbulkan berbagai resiko di rumah. Salah satu kasus yang terjadi yaitu anak laki- laki dari
seorang farmasis, yang pada saat itu mempunyai pikiran untuk bunuh diri. Ia menelan kapsul
yang berisi sodium arsenat dari koleksi botol langka atau anti sang ayah. Dampak psikologi dari
logam berat merugikan si anak seumur hidupnya dan selain psikologi, terdapat pula kerusakan
sistem saraf . Setelah berberapa bulan perawatan di rumah saki, dan juga rehabilitasi, arsenik
menyebabkan neuropati perifer yang tidak bisa pulih secara sempurna. Sang ayah sangat
menyesal telah menyimpan racun tersebut di rumah dan tersedia saat anak laki-lakinya dalam
tekanan emosional.
2.3.5.2.1
Usaha mendapatkan Racun yang berhubungan dengan pembunuhan atau
maksaud pengerusakan.
Hal tersebut selalu menjadi perhatian personil penegak
hukum dan sosial dimana keberadaan racun yang berpotensi untuk
pembunuhan dan penghancuran di kontrol secara hati- hati.
Penjualan substansi tersebut harus secara jelas di dokumentasikan
atau dicatat. Salah satunya dengan cara mengirimkan bukti
kepemilikian harus selalu dilakukan. Oleh hukum, farmasi
diwajibkan untuk mengurus poison register (pendaftaran ttg
racun) untuk merekam atau mencatat penjualan dari semua bahan
yang beracun. Pencatatan penjualan tersebut meliputi tanggal
pembelian, nama pembeli, alamat pembeli, racun yang dijual,
jumlah yang dijual, dan kegunaan atau tujuan penggunaan.
Penjualan substansi beracun tanpa surat bukti dapat membiarkan
para
peracun
yang
bermaksud
membunuh
atau
merusak
menggunakan
perusahaan
pembuangan
racun
yang
Penyelesaian
Penyelesaian untuk menjaga agar kimia yang beracun tidak jatuh secara
sembarangan pada kalayak umum sangat sederhana. Botol antik / langka yang
masih menandung atau berisi bahan berbahaya tidak boleh dijual. Bahan
berbahaya harus dihilangkan dan dibuang dengan cara yang sesuai dengan
panduan legal di negara dan daerah. Harus terdapat catatan /record yang lengkap
mengenai cara pembuangan bahan kimia yang tepat. Ahli penegak hukum dan
kesehatan harus tetap waspada akan penjualan bahan kimia tersebut kepada
seseorang yang tidak mempunyai lisensi dan juga harus menegaskan kepada para
penjual akan bahayanya tindakan mereka. Para penjual yang menolak untuk
menarik bahan beracun dari penjualan harus dilaporkan kepada lembaga obat dan
makanan, komisi perlindungan konsumen dan badan perlindungan lingkungan.
2.6
Referensi
Deichman WB, Henschler D, Keil G: What is there that is not poison? A study of
theThird Defense by Paracelsus. Arch Toxicol 1986;58:207213.
Latham PM: htty://www.brainyquote.com/quotes/quotes/p/peterlatha204591.html
Meloy JR, McEllistrem JE: Bombing and psychopathy: an investigative review. J
Forensic Sci 1998;43(3):556562.
Poisoning
by
an
illegally
imported
Chinese
rodenticide
containing
Ford MD, Delaney KA, Ling LJ, et al: Clinical Toxicology. W.B. Saunders,
Philadelphia,2001.
Goldfrank LR, Flomenbaum NE, Lewin NA, et al. Goldfranks Toxicologic Emergencies,
7th ed. McGraw-Hill, New York, 2002.
Haddad LM, Shannon MW, Winchester JF: Clinical Management of Poisoning and Drug
Overdose, 3rd ed. W.B. Saunders, Philadelphia, 1998.
Thompson CJS: Poison Mysteries in History, Romance and Crime. J.B. Lippincott,
Philadelphia, 1924.
pantas untuk tipe obat ini adalah antidote bukan anekdot yang terkadang
digunakan secara keliru). Dalam kenyataannya sekarang ini hanya terdapat
5 obat-obatan yang telah diakui oleh badan pemerintahan yang menangani
obat dan makanan yang dapat membuat perubahan antara hidup atau mati
dalam keracunan darurat. Antidote atropine (insektisida organofosfat, nerve
agent ). Antidote sianida (intoksikasi sianida), epinehrine (untuk alergi
kejutan), naloxone (untuk opiat dan narkotik) dan oxygen (untuk korban
monoksida) .
Mitos terakhir, dan pertanyaan yang sering ditanyakan : apakah ada
sebuah racun yang sempurna yang tidak dapat dideteksi? Jawabannya bisa
ya atau tidak, tergantung pada bagaimana cara menjelaskannya kata tidak
dapat dideteksi . Jawabannya seharusnya tidak, jika kita mengingat bahwa
tidak ada zat kimia yang tidak dapat terdeteksi, bagaimana cara
mengetahui keberadaanya?, jika sudah memiliki nama, seseorang
seharusnya telah mendeteksi paling tidak 1 untuk menamakannya. Dan
oleh sebab itu, segala sesuatu yang mempunyai nama secara teoritis dapat
terdeteksi. Seandainya, bila jawaban ya itu berarti tidak terdeteksiini
adalah sebuah kesempatan bahwa racun akan secara rutin terlihat pada
analisis tosikologi sederhana. Jika racun telah dicurigai, dan para ahli analisis
telah memberikan garis-garis petunjuk secara jelas, hampir setiap zat kimia
dapat diidentifikasi. Bagaimanapun, jika tidak terdapat garis-garis petunjuk
untuk membantu mereka, ini lebih seperti mencari sebuah jarum
ditumpukan jerami. Jika zat kimia tidak dapat tersaring pada panel zat
kimia , itu akan seperti tak terdeteksi. Permasalahannya adalah bukan
pada kesempurnaan sebuah racun, tetapi ketidaksempurnaan proses analisa.
Disini seharusnya ditekankan bahwa penyaringan toksikologi negatif
bukan berarti tidak terdapat racun didalam spesimen, tetapi ini untuk
racun yang bila dites secara rutin untuk dianalisa dan hasilnya tidak ada.
Yang lainnya,yaitu pencampuran racun yang hebat membuat sisanya tidak
dapat terdeteksi.
3.3. SKEMA PELAKU PERACUNAN
Untuk penegak hukum mempunyai sebuah kesempatan yang lebih
besar untuk menyelesaikan kasus pembuhan mengunakan racun, ini penting
untuk dimengerti bahwa seorang individu akan memilih senjata tipe ini
(racun) daripada senjata-senjata tradisional seperti sebuah pistol, pisau,
tongkat, pemukul atau tali. Untuk memahami motif dibelakang penggunaan
pemilihan racun dan untuk mengembangkan sebuah analisis penyelidikan
kriminal (terkadang mengacu kepada profil psikologis pelaku), pada tipe
pelanggaran ini, para penyidik kejahatan harus menyelesaikan dengan
cermat rencana penyelidikan dari pelaku peracunan yang telah dihukum, dan
mencari pengunaan bahan yang sesuai dengan latar belakang dan
kebiasaannya. Seperti sebuah penelitian yang menghasilkan nilai yang luas
dalam panduan para penyelidik pembunuhan dalam tugasnya.Pada saat ini
saya dan sahabat saya sudah lebih dulu mendesain tingkatan-tingkatan
yang lainnya, hal yang lainnya biasanya seputar masalah uang ( asuransi ),
menyingkirkan penghalang dari tujuannya, cemburu (cinta segitiga), balas
dendam ( membayar seseorang), sadisme (membuat seseorang menderita),
penghukuman (motif politik seperti pembunuh bayaran atau terorisme),
kebosanan ( menginginkan kesenangan dengan melanggar hukum), dan ego.
3.6. PERSSEPSI PUBLIK MENGENAI PELAKU PERACUNAN
Ketika seseorang melihat bagaimana publik memandang seorang
pelaku peracunan , seringkali terdapat sejenis daya tarik yang abnormal
dengan jenis kejahatan ini. Secara umum publik memiliki kebencian yang
khusus pada sifat jahat pelaku. Publik percaya bahwa racun adalah sebuah
senjata yang menakutkan karena dapat memperpanjang penderitaan
korban. Publik membenci pelaku karena tidak memiliki rasa belas kasihan.
3.7. TOXICOMANIAC
Sebuah kondisi mental yang sangat jarang adalah racun mania.
Seorang individu yang mempunyai maniac racun menggangu dengan racun,
seperti seseorang dengan pyromania adalah menganggu dengan api. Para
maniac racun menikmati kekuatan perasaan mereka dengan racun sebagai
senjata mereka. Suatu contoh dari kondisi ini adalah Orang Inggris pada
kasus Graham Frederick Young, yang telah dibahas pada Bab 1, sejak usia 11
tahun terobsesi dengan racun, pada percobaanya menyebabkan beberapa
kematian pada saudaranya dan teman teman kerjanya dengan berbagai
macam jenis racun. Ia memperlakukan korban- korbannya bukan seperti
manusia, tetapi seolah-olah mereka adalah tikus dalam studi toksikologi.
Buku Pedoman film 1995 di Inggris The Young Poisoner, sebuah komedi
gelap,beridasarkan pada hidup Young sebagai pelaku peracunan;
bagaimanapun itu tidak mungkin, kebanyakan para penyidik pembunuhan
akan menemukan film humor tersebut.
3.8. PEMBUNUHAN SECARA MEDIS
Pelaku peracunan dapat ditemukan di dalam sistem perawatan
kesehatan, meskipun ini mengejutkan bahwa seseorang yang sudah
bersumpah pada standar keprofesionalan mereka (contoh : pada sumpah
hipokrates) dapat menjadi pembunuh berdarah dingin bagi pasien mereka.
Pembunuhan mereka kadang ditutupi oleh fakta dengan cara menerangkan
kematian korban karena sakit yang serius atau orang tersebut sudah tua.
Banyak terdapat kasus dari dokter dan perawat yang menjadi pembunuh
berseri untuk beberapa kasus yang berbeda. Beberapa untuk menciptakan
suatu keadaan yang gawat dan supaya mereka dianggap sebagai seorang
pahlawan yang berusaha menyelamatkan nyawa pasien (contoh: Genene
berbagai alasan dasar untuk percaya bahwa ia mempunyai hak seperti itu,
dan dengan tujuan untuk menyebabkan luka secara fisik kepada orang lain
atau dengan tujuan untuk membuat takut orang lain bahwa ia dapat
menyebabkan luka secara fisik seperti, merubah suatu produk ,
mencemarkan, atau jika tidak mencemari produk konsumsi. Merusakkan
suatu produk konsumsi di dalam derajat dua adalah termasuk kelas A yaitu
pelanggaran hukum ringan.
Merusakkan suatu produk konsumsi dalam derajat pertama:
Seorang yang bersalah atas pengrusakkan suatu produk konsumsi
dalam derajat pertama, adalah ketika ia tidak mempunyai hak untuk
melakukannya atau apapun alasan dasarnya untuk mempercayai bahwa ia
mempunyai hak seperti itu, dan dengan tujuan untuk menyebabkan luka
secara fisik kepada orang lain atau dengan tujuan untuk membuat takut
orang lain dan ia akan menyebabkan luka secara fisik seperti, merubah,
mencemarkan, atau jika tidak mencemari suatu produk konsumsi dengan
demikian menciptakan suatu resiko besar dan serius pada luka fisik kepada
satu orang atau lebih. Merusakkan suatu produk konsumsi dalam derajat
pertama adalah suatu kejahatan pidana kelas E.
Seorang hakim atau juri akan memutuskan apakah kejahatan itu
lebih pantas masuk dalam derajat pelanggaran hukum ringan atau
kejahatan pidana, berdasarkan dari tujuan pelaku dan "bahaya potensial"
pada korban yang ditimbulkan oleh racun tersebut. Penyidik dan pengacara
dihadapkan pada jenis kasus pengrusakkan dan harus dilihat status lokal
untuk memutuskan cara koreksi yang paling baik untuk diproses.
3.10. TERORIS SEBAGAI PELAKU PERACUNAN
Tentu saja sejak serangan 9 september, membuat dunia menjadi
sadar tentang peran para teroris yang sudah menyebabkan banyak kematian
di seluruh dunia. Peralatan teroris mempunyai banyak bahan peledak dan
meriam, tetapi racun juga terdapat didalam persenjataan mereka. Ada
banyak contoh dari kelompok radikal yang sudah ditemukan tidak hanya
pengetahuan tentang caranya menggunakan racun, tetapi juga racun-racun
sebenarnya. Beberapa contoh kelompok ini dan racun-racun yang mereka
digunakan di dalam serangan-serangan mereka:
3.12. REFERENCES
American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th
ed., Text Revision. American Psychiatric Association, Washington, DC,2000, 714717.
Douglas JE, Burgess AW, Burgess AG, et al: Crime Classification Manual. Lexington Books,
New York, 1992.
Glaister J: The Power of Poison. William Morrow, New York, 1954, pp. 153182. Hubbard FM:
http://en.thinkexist.com/quotations/when_you_consider_what_a_chance...)
Rowland J: Poisoner in the Dock. Arco Publications, London, 1960, pp. 230237.
Schonberg H: New York Times, October 8, 1972.
Bab 4. Korban
sebagian besar tanda dan gejala berhubungan dengan penyakit alami dapat dihasilkan
oleh beberapa racun dan setiap tanda dan gejala yang diobservasi pada peracunan bisa
menyerupai dengan hal hal yang berhubungan dengan penyakit alami.
-L Adelson
Sering korban peracunan terlihat seperti meninggal secara alami. Dalam efeknya,
kejahatan dengan peracunan merupakan kejahatan dengan pergerakan yang lama, karena
membutuhkan waktu yang panjang , tergantung dari dosis dan racun yang dipilih sebagai senjata.
2 faktor utama yang menentukan mematikan atau tidaknya suatu substansi adalah konsentrasi
dan durasi dari paparan.
4.1
Kematian juga dapat diakibatkan dari penggunaan substansi yang berbahaya pada
anak yang digunakan untuk menghentikan perilaku yang menyimpang (seperti
mengompol, menggigit kuku dan tidak mendengarkan perintah orang tua). Beberapa
kematian yang tidak disengaja yang dilaporkan diakibatkan karena penggunaan lada
hitam yang sangat kuat (piper negrum) dan dalam satu kasus, penanganan ini
mengakibatkan
kematian
Craham,et,al,1988)
karena
aspirasi
pada
anak.
(Cohle,
Trestraill,
Satu dari kondisi psikologi abnormal yang banyak didiskusikan adalah yang
sekarang dikenal sebagai Sindrom Munchausen oleh proxy. Kondisi ini diketahui atau
dinamakan setelah kisah dari Baron Von Munchausen , seorang pendongeng terkenal dari
Jerman. Sindrom ini merupakan fenomena dari gangguan mental dimana orang tua
memberikan racun kepada anaknya untuk menjadikan dirinya perhatian dari orang lain.
Orang tua semacam itu sangt menikmati menjadi pusat perhatian dan menggunakan
anaknya sebagai objek dari kegawatdaruratan medis. Pelaku akan mendapat keuntungan
psikologi karena dokter mendengarkan pelaku dan pelaku mulai membesar- besarkan
gejalanya.
Tipe lain dari peracun biasanya seorang ibu dan menunjukkan karakter- karakter
sebagai berikut (Levin & Sheridan, 1995) :
dan pengakhiran dari suatu penyakit pada pasien dengan perawatan di rumah. Hal ini
dipubikasikan juga oleh Dr. Jack Kevorkian yaitu seseorang yang melawan tindak
euthanasia dengan bantuan dokter. Hal ini juga dibuktikan oleh buku panduan euthanasia
Final exit yang menyediakan instruksi untuk memperbolehkan pengakhiran hidup bagi
orang yang mempunyai suatu penyakit yang mematikan.
4.2
Pertimbangan Penyelidikan
Apa yang dapat digunakan untuk membantu penyelidik investigasi dalam
menentukan bahwa pembunuhan secara peracunan mungkin terjadi ? penyelidik harus
mencari relatif atau kerabat yang dicurigai sama seperti kecurigaan terhadap segala
sesuatu yang ditemukan disekitar kematian seperti kematian mendadak pada korban
setelah korban makan, minum, ke kamar mandi dan botol botol obat atau zat kimia yang
ada disekitar kematian. Karena banyak sekali kasus yang dipaerkirakan bunuh diri
namun ternyata merupakan kasus pembunuhan dengan peracunan.
Perjalanan klinis antemortem ( sebelum kematian) dapat mengindikasi bahwa si
korban yang meninggal menunjukkan gejala gejala yang sesuai dengan keracunan, tetapi
akan mudah bagi penyelidik untuk terkecoh. Seseorang mungkin berpikir bahwa otopsi
dapat memberikan kejelasan terhadap sebab kematian selain kematian alami, namun
banyak otopsi yang tidak dilakukan dikarenakan adanya kendala pada biaya dan
pelayanan atau fasilitas yang tersedia. Dan dokter jantung serta dokter umum lainnya
biasanya membuat
Apakah lesi sistemik muncul tanpa adanya luka yang nyata pada tempat
masuknya racun? Substansi racun yang mungkin termasuk arsen dan
nitrobenzene.
Apakah luka yang muncul pada tempat masuk tidak menunjukkan bukti
kerusakan langsung dari sel ? Substansi racun yang mungkin termasuk adalah
yang menyebabkan nekrosis sel yang segera (korosif) atau gas iritan (clorine dan
sulfur dioksida)
Apakah luka sistemik dan lokal muncul ? Substansi yang mungkin termasuk
logam berat seperti mercuri klorida atau raksa, arsen antimony dan timbal.
4.4
Odor/ bau mulut : beberapa racun mempunyai bau pada mulut yang dapat
dideteksi pada korban. Contohnya keracunan arsen seperti bau bawang putih,
Vacor rodenticide berbau seperti kacang dan nitrobenzena berbau seperti semir
sepatu.
Luka bakar pada mulut : area mulut dan wajah dapat terdapat luka bakar yang
disebabkan oleh bahan kaustik dan korosif ( asam atau basa seperti sodium
hidroksid.
Perubahan warna kulit : warna kulit seperti cherry red dihasilkan oleh karbon
monoksida dan warna biru (sianosis) dari nitrit (methemoglobinemia)
Alur tusukan atau injeksi : dapat terlihat dari cara memasukkan racun secara
parenteral.
Noda atau bintik pada kulit : terlihat seperti tetesan air yang ada pada permukaan
jalan yang berdebu (raindrops hitting the surface of a dusty road),dapat
disebabkan oleh dosis kronik dari arsen
Brittle nail ( kuku brittle) dan garis Aldrich Mees ( garis putih transversal yang
menyeberang lempeng kuku) : logam berat dapat mengubah striktur kuku. Garis
ini dapat dibedakan dengan leukonikia dimana area yang putih dihasilkan melalui
adalanya trauma pada kuku atau lunula, dimana area normal yang pucat biasanya
terlihat pada akar kuku.
Paralisis ( menyeluruh atau sebagian) : timbul akibat alterasi dari sistem saraf
yang dapat disebabkan oleh botulisme, sianida, talium, arsen dan sebagainya.
Tabel 4. 1 merupakan kesimpulan dari gejala dan racun yang dapat menyebabkannya.
Setelah penetapan secara benar bahwa korban merupakan target dari usaha si
pengeracun, fokus mengarah kepada tindak kriminal. Investigator lebih jauh lagi
menyelidiki eviden sumber dari racun dan si pengeracun
4.5.
REFERENSI
Cole SD, Trestrail JH, Graham MD, et al: Fatal pepper aspiration. American Journal of
Diseases in Children, 1988;142:633636.
Levin AV, Sheridan MS: Munchausen Syndrome by Proxy: Issues in Diagnosis and
Treatment. Lexington Books, New York, 1995.
4.6.
SUGGESTED READING
Adelson L: Pathology of Homicide. Charles C Thomas, Springfield, IL, 1974.
Ferner RE: Forensic Pharmacology: Medicines, Mayhem, and Malpractice. Oxford
University Press, New York, 1996.
True B-L, Dreisbach RH: Dreisbachs Handbook of Poisoning, 13th ed. Pantheon
Publishing Group, Boca Raton, FL, 2002.
Bab 5
Olah TKP
Pembunuhan asalnya bermula dari hati. Tetapi jika hal itu tetap ada di sana-seperti
yang sering terjadi-itu bukanlah kejahatan, walaupun hal itu dapat menjadi dosa.
Pikiran membunuh mempunyai arti yang dapat diterima sebagai keinginan seseorang
untuk mendapatkan sesuatu lewat langkah yang tegas. Untuk kebanyakan orang yang
waras, pikiran seperti itu dapat terjadi. Akhirnya mereka tersenyum kepada dirinya
sendiri dan berkata apa yang sedang kupikirkan? lalu pikiran itu berlalu dan hilang ke
tempat terbuang dari fantasi terlupakan. Tetapi jika pikiran tersebut tidak terlupakan?
Dan jika pikiran itu datang kembali? Jika pikiran itu pertamanya dapat diterima
sebagian, kemudian mencakup semuanya? Dari hal ini ada seorang wanita yang berniat
membunuh dan kita beralih pada strategi dan taktik.Gerald Sparrow
Pelaku
peracunan
sangat
mementingkan
deteksi
kejahatannya,
dan
ini,
dapat
ditentukan
apakah
ada
individu
yang
akan
Berkaitan dengan TKP, lokasi peracunan multipel dapat berperan selama perencanaan dan
eksekusi si pembunuh. Tiap lokasi dapat memberikan petunjuk penting yang harus dimasukkan
pada investigasi kasus lengkap. Beberapa lokasi dan hal yang harus dicari untuk menemukan
petunjuk adalah sebagai berikut:
Dimana korban ditemukan (bahan yang terkena muntahan, pakaian yang terkontaminasi dengan
sisa racun).
Dimana racun disimpan (botol obat, botol bekas minuman atau makanan).
Dimana racun dibuang (tempat penyimpanan, tempat sampah, terjebak di bak cuci piring, tas
vacuum cleaner).
Dimana racun dipersiapkan (alat-alat dengan sisa racun, perkakas, pakaian, botol).
Darimana racun didapatkan (barang curian, bon pembelian, tanda tangan pada daftar racun, file
komputer).
Penyelidik harus melihat lebih dekat dan lebih teliti lagi ke lingkungan TKP untuk
memperhatikan tempat dan waktu. Apakah TKP menunjukkan bahwa TKP tersebut telah
dimanipulasi? Dengan kata lain, terlalu bersih?
Berapa banyak orang yang terlibat pada kasus kejahatan ini? Pada kasus peracunan, mayoritas
akan melibatkan satu orang pelaku dan satu orang korban. Tipe kejahatan ini biasanya bukanlah
aktivitas kelompok, walaupun ada beberapa kasus ditemukan melibatkan beberapa pelaku
terhadap satu atau banyak korban.
Yang
dipermasalahkan
bukanlah
kesempurnaan
kejahatan
peracunan,
tetapi
derajat
ketidaksempurnaan dari proses pendeteksian! Pelaku peracunan tidak perlu khawatir terhadap
bagaimana caranya untuk membuang tubuh korban. Ia mengharapkan sistem medis yang akan
melakukan hal itu untuknya.
Jika ada orang yang menjadi penolong pertama terhadap korban, orang tersebut harus ditanyakan
pertanyaan tentang terlihat seperti apakah korban sebelum terapi diberikan. Apakah korban telah
dibersihkan? Jika benar begitu, dimanakah alat yang digunakan untuk membersihkan? Benda itu
mungkin berisi bukti toksikologi yang berharga. Sebagai tambahan, penyelidik harus tetap
mengingat beberapa hal ini. Pertama, mereka harus ingat bahwa apa yang jelas terlihat bisa saja
salah total. Kedua, tidak boleh ada pemikiran memilah-milah bukti yang tidak disadari; buktibukti tersebut harus diperiksa secara keseluruhan dan tidak hanya bagian-bagian yang
mendukung pemikiran mereka. Ketiga, mereka tidak boleh mencoba memanipulasi bukti atau
interpretasinya, karena berusaha untuk menyenangkan penegak hukum atau pengacara.
Penyelidik juga harus melakukan hal-hal dibawah ini saat melakukan penggeledahan:
Membaca keseluruhan surat penggeledahan dan harus sudah terbiasa dengan semua detail yang
harus dicari sebelum melakukan penggeledahan.
Ingat untuk meninggalkan salinan surat penggeledahan pada setiap lokasi yang telah digeledah.
Tinggalkan tanda terima, dan catat tanggal serta waktu dilakukannya penggeledahan juga
jangan lupa untuk mengamankan barang bukti.
Memelihara inventaris rinci dan komplit dari barang-barang yang dirampas.
Jangan mengkonsumsi apapun yang dapat di makan di TKP, karena mereka bisa saja sudah
ternoda, atau malah dapat menghancurkan bukti penting.
Sebagai perbandingan tambahan, korban peracunan biasanya tanpa pertahanan, proteksi, maka
dari itu mungkin tidak ditemukan bukti pertahanan diri. Si pelaku mempunyai pengetahuan
tingkat tinggi tentang kekuatan mematikan dari racun yang digunakan, karena ia telah meneliti
racun tersebut.
Telah dikatakan bahwa peracunan adalah metode pembunuhan yang paling sedikit digunakan,
dihitung dari hanya 36% kasus pembunuhan yang diketahui (Adelson, 1974). Oleh karena
pembunuhan dengan racun merupakan kasus yang kompleks, pembunuhan dengan cara ini
adalah satu dari pembunuhan yang paling sulit dibuktikan. Pembunuhan dengan racun hampir
selalu merupakan pembunuhan terencana, tidak pernah pembunuhan tak terencana (kecuali jika
si pelaku telah ditetapkan tidak waras secara legal), karena hal tersebut melibatkan perencanaan,
pertimbangan yang mendalam, dan niat untuk membunuh.
penggunaannya. Apakah ada sumber komersial, seperti perusahaan supply bahan kimia, yang
mungkin mempunyai catatan penjualan? Apakah ada jejak komputer yang mungkin
menunjukkan pembelian bahan melalui internet? Apakah pelaku memiliki hubungan dengan
perusahaan atau institusi pendidikan yang memungkinkan ia dapat mencuri bahan-bahan
tersebut?
Perlu dingat, jika hasilnya negatif, artinya hanyalah tidak ada satupun dari zat yang telah diuji,
terdapat dalam kuantitas yang terdeteksi, bukanlah bahwa spesimen yang ada telah terbebas dari
semua zat kimia. Akan lebih baik jika suatu hari, seperti Dr. McCoy yang ada di dalam Star Trek,
kita dapat menyebarkan Tricorder medis ke seluruh tubuh sehingga dapat diteliti lebih dari
sejuta bahan kimia berbeda. Sayangnya, teknologi seperti itu terlalu jauh berada di masa depan
untuk dapat menolong kita saat ini.
Bagaimanapun, cukup memungkinkan bagi para penyelidik dan patologis untuk menjadi asisten
yang hebat dari tim analisis toksikologi, dengan memberikan petunjuk zat apa yang dicurigai.
Bantuan ini berasal dari TKP dan kelainan yang ditemukan dari otopsi. Perlu diingat bahwa yang
satu tidak dapat menemukan apa yang lainnya tidak cari.
Biasanya laboratorium analisis toksikologi akan menggunakan satu atau lebih dari metode di
bawah ini pada analisis kualitatif dan kuantitatifnya:
Test warna: Murah, mudah, dan cepat.
Immunoassays (radioimmunoassay [RIA]): Penggunaan reaksi antibody.
Thin-layer chromatography,atau TLC: Metode ini berdasarkan pada pemisahan zat yang
didasarkan pada pergerakannya melewati sebuah matriks oleh sistem larutan yang sudah
ditetapkan. Yang tidak diketahui kemudian dibandingkan dengan standard yang diketahui
tergantung pada apa yang dikenal sebagai nilai Rf mereka.
Gas chromatography, atau GC.
Ultraviolet spectroscopy, atau UV.
Mass spectrometry, atau MS: Prosedur yang sama dengan molekul fingerprinting.
Gas chromatography/mass spectrometry, atau GC/MS: Saat ini merupakan metode yang sangat
kuat untuk konfirmasi indentifikasi zat.
Penting juga diingat bahwa menjalani analisis hanya dapat menunjukkan adanya bahan racun dan
kemungkinan jumlahnya, bukan untuk menunjukkan alasan terpapar. Dalam hal menentukan
alasan pemaparan, diserahkan kepada penyelidik kematian. Pemantauan yang mungkin akan
dapat membantu adalah pemantauan yang dapat membedakan jumlah kuantitatif dari bahan
mematikan. Pada pembunuhan, biasanya hanya jumlah tepat untuk dosis mematikan yang
diberikan, sedangkan pada bunuh diri, biasanya dikonsumsi dalam jumlah yang banyak.
Untuk mendapatkan analisis toksikologi yang sesuai, analis harus mempunyai spesimen yang
sesuai pula. Dalam pengumpulan spesimen untuk diujicobakan, harus benar-benar yakin bahwa
semua wadah spesimen telah bersih dan tidak terkontaminasi, dan bahwa rantai tepat dari barang
bukti harus dijaga. Idealnya, spesimen dan jumlah yang dibutuhkan untuk analisis dapat kita lihat
seperti yang ada di bawah ini:
Urin = semua yang tersedia.
Isi lambung = semua yang tersedia.
Darah = 25 mL (jantung), 10 mL (perifer).
Otak = 100 g.
Hati = 100 g (untuk melihat metabolit).
Ginjal = 50 g.
Empedu = semua yang tersedia.
Cairan Vitreous (dari mata) = semua yang tersedia. (Level spesimen ini biasanya tertinggal di
belakang level darah sekitar 1 2 jam).
Rambut dan kuku = rambut (termasuk akarnya), kuku (satu specimen penuh). (Rambut
biasanya tumbuh kira-kira 0.5 inci [1.25 cm] setiap bulan dan dapat digunakan untuk analisis
segmental).
Gambar 5-2 Merangkum hal ini.
Hasil analisis harus diinterpretasi dengan hati-hati. Pertanyaan berikut harus selalu dijawab:
Apakah ada kemungkinan terjadinya kesalahan laboratorium yang menyebabkan kontaminasi?
Apakah wadah pencuci asam digunakan?
Apakah laboratorium mampu? Apakah laboratorium bersertifikat?
Apakah hasilnya dapat diulang? Opini kedua harus diperoleh dengan menggunakan
laboratorium berbeda tetapi menggunakan prosedur analisis yang sama.
Jika ditemukan suatu level itu tinggi, siapa yang membuat ketentuannya, dan dengan referensi
standard apa? Istilah tinggi dapat menjadi persoalan dalam interpretasi dengan menggunakan
analisis yang dipimpin oleh perorangan.
5.6.3. Analisis Sisa Pembakaran Jenazah/ Kremasi
Walaupun pada pandangan pertama akan terlihat bahwa abu dari orang yang sudah meninggal
dapat dianalisis untuk zat toksik, hal ini menimbulkan beberapa masalah analisis yang sangat
nyata dan masalah hukum. Contohnya, banyak zat kimia akan tidak terbakar pada suhu tinggi
yang biasanya digunakan untuk kremasi, dimana hal ini akan menimbulkan hasil false negative.
Sebagai tambahan, secara hukum, tidak dapat dibuktikan bahwa suatu contoh itu adalah murni,
karena hal itu dapat terkontaminasi oleh sisa-sisa kremasi; maka dari itu, rantai barang bukti
terputus. Juga tidak dapat di buktikan bahwa racun itu ada di dalam sirkulasi sistemik, maka dari
itu dapat menyebabkan kematian. Lebih jauh lagi, tidak dapat dibuktikan bahwa di dalam organ
apakah racun tersebut berasal, maka dari itu tidak akan ada dasar perbandingan (co: sekian
milligram arsen setiap sekian gram hati). Walaupun analisis dari sisa kremasi telah digunakan
pada penghukuman kasus peradilan peracunan yang dilakukan oleh Graham Young di Inggris
pada tahun 1972, sepertinya barang bukti tipe ini mempunyai terlalu banyak kekurangan untuk
menjamin penggunaannya.
5.6.4. Kapan Seharusnya Kecurigaan Penyelidik Ditimbulkan?
Penyelidik yang cerdas mungkin mulai bertanya-tanya apakah mungkin untuk mendeteksi
pembunuhan menggunakan racun, dan apakah ada hal yang mungkin dapat mengingatkan
penyelidik akan kemungkinan tersebut. Beberapa hal yang mungkin muncul pada penyelidikan
dan harus diberi bendera merah adalah sebagai berikut:
Kematian terjadi pada orang yang sehat dan normal. Pastinya seseorang dapat meninggal tanpa
peringatan terlebih dahulu, tetapi saat tipe kematian ini terjadi, pengamatan lebih dalam
terhadap penyebab diperlukan, termasuk melakukan otopsi.
Adanya orang yang mengganggu korban menerima perhatian medis. Hal ini dapat mengacu
kepada pemikiran jika orang tersebut tidak ingin adanya seseorang dengan mata dan pikiran
terpelajar menyelidiki kemungkinan penyebab dari kondisi yang sedang dipertanyakan.
Tidak adanya tanda kekerasan terhadap tubuh. Hal ini selalu menjadi suatu petanda bahwa
kematian mungkin merupakan hasil dari kecelakaan karena racun.
Adanya penderitaan yang muncul akibat gagalnya korban merespons metode pengobatan
terhadap penyakit alamiah natural disease.
Penyakit muncul kembali dalam siklus; yaitu korban menjadi sakit saat berada di rumah, lalu ia
pergi ke fasilitas kesehatan dan tampaknya membaik, ia kembali ke rumah dan menjadi sakit
kembali, dan seterusnya. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa ada sesuatu di lingkungan
rumah yang terbukti tidak menyehatkan untuk dirinya. Mungkinkah hal itu terjadi akibat
pemberian logam berat (co: arsen) jangka panjang dalam makanannya? Pastinya telah tercatat
kasus kriminal dengan keadaan seperti ini, dan si pelaku seringkali tidak tertangkap pada
percobaan pembunuhan tahap awal.
Adanya gejala misterius yang sering terjadi pada sekelompok orang. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa ada perusakan massal, atau target spesifik yang seharusnya berada di luar
pengawasan si pelaku.
Adanya orang yang cemas untuk membuang makanan, minuman, atau obat-obatan yang ikut
digunakan oleh korban. Pada kasus ini, jelaslah bahwa orang tersebut mencoba untuk
menggagalkan penyelidikan dengan menghancurkan barang bukti penting.
Adanya orang mencegah teman dan relasi menjenguk selama korban sakit. Penyelidik harus
mempertanyakan apakah orang tersebut tidak ingin ada orang yang menjadi saksi mata.
Adanya desakan untuk tidak melakukan otopsi. Penyelidik harus secara jelas menegaskan
bahwa hal ini harus dilakukan. Dan sekali lagi kita menemukan adanya keinginan untuk tidak
membiarkan seseorang yang memiliki pikiran yang terpelajar untuk ikut campur.
Adanya desakan untuk lebih cepat melakukan kremasi. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai usaha
untuk membakar barang bukti utama dari kejahatan dan menghalangi penyelidikan. Penyelidik
harus dengan jelas menyatakan bahwa penyelidikan harus dilakukan sebelum kremasi
dilakukan.
Sementara sedang berkabung karena kehilangan anggota keluarga dekat atau teman, seseorang
tidak merasa bebas untuk pertama kalinya menawarkan diri memberikan penjelasan tentang
penyebab kematiannya. Baik maupun orang tersebut berusaha untuk menuntun penyelidikan.
Jika orang tersebut benar melakukan hal tersebut, hal itu sangat mungkin merupakan usaha
untuk mengalihkan perhatian penyelidik dari kejahatan yang telah diperbuat olehnya, maka
dari itu penyelidik harus mewaspadainya.
Adanya seseorang yang menunjukkan bahwa ia mengetahui racun yang digunakan dan
memiliki kepustakaan tentang racun tersebut. Pada kasus ini, tidak hanya diberikan bendera
merah, tetapi harus diberikan kembang api yang memenuhi langit.
Gambar 5-3 Merangkum hal-hal penting di atas.
dalam tubuh? Dengan gabungan tipe seperti ini, menjadi mudah untuk menjawab pertanyaan ini.
Biasanya, pada saat sel beta pankreas menghasilkan insulin, ia menghasilkan satu molekul
insulin ditambah dengan satu molekul yang disebut C-peptida dengan perbandingan 1:1. Maka
dari itu, jika level insulin korban tinggi seiring dengan tingginya level C-peptida, maka sumber
insulin adalah dari dalam tubuh (co: dari insulinoma [tumor yang menghasilkan insulin]).
Walupun begitu, jika level insulin tinggi tetapi tidak diiringi dengan kenaikan level C-peptida
yang seimbang, maka sumber insulin adalah dari luar tubuh (disuntikkan dengan tidak sengaja,
bunuh diri, atau pembunuhan).
Secara keseluruhan, TKP peracunan adalah satu hal yang dikelilingi oleh misteri dan petunjuk
yang tidak kasat mata. Tetapi saat penyelidik mulai fokus terhadap kemungkinan-kemungkinan
yang ada, kabut misteri akan mulai tersingkir perlahan-lahan, dan wajah si pelaku akan menjadi
makin jelas terlihat.
Kemampuan kita untuk mendeteksi adanya racun telah mengalami banyak kemajuan selama 100
tahun terakhir ini, tetapi kemampuan kita untuk pertama kali mencurigai adanya peracunan
tidaklah berkembang, dan mungkin sebenarnya bertambah buruk saja.
5.8. Referensi
Adelson L: Murder by poison. In: The Pathology of Homicide. Charles C Thomas, Springfield,
IL, 1974, pp. 725875.
Department of the Army: Crimes Involving Poison. Department of the Army Technical Bulletin
TB PMG 21. Department of the Army, Washington, DC, 1967, pp. 1113.
Sparrow G: Women Who Murder. Abelard-Schuman, New York, 1970, p. 156.
Thorwald J: Crime and Science: The New Frontier in Criminology. Harcourt, Brace & World,
New York, 1966.
Otopsi
Selama otopsi, patologis forensik melihat berbagai pertanda atau petunjuk yang
mengindikasikan keterlibatan racun dengan kematian. Termasuk diantaranya iritasi
jaringan (dari komponen atau bahan yang bersifar korosif dan kaustik), berbau khas (bau
seperti almond dari sianida) ,Aldrich- Mees lines ( guratan putih pada kuku yang
mengindikasi adanya paparan kronik dari logam berat seperti arsenik.
6.2
Redistribusi Postmortem NekrokinetikSeorang patologis harus mengkaji hasil dari pemeriksaan toksologi dan
dibandingkan dengan temuan patologi, apakah sesuai atau tidak. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada inteprestasi dari hasil analisis toksikologi harus diamati.
Konsentrasi dari substansi yang ditunjukkan oleh tes analisis akan bervariasi
tergantung dari asal lokasi spesimen diambil. Keabsahan suatu spesimen postmortem
berhubungan dengan pengambilan dan penyimpanan spesimen itu sendiri. Konsentrasi
obat dalam darah sangat bergantung dari lokasi pengambilan. Konsentrasi dalam darah
dapat mejadilebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan pada saat kematian terjadi.
Apabila seorang patologis mengeluarkan darah dari sisi kiri dari jantung dan lebih
buruknya lagi bila mendapatkan dari rongga dada atau rongga abdomen, maka hasil yang
didapatkan terkadang akan menjauhi hasil analisis yang akurat dan bermakna
Kita kurang beruntung karena literatur yang tersedia yang berhubungan
dengan kadar postmortem pada intiksokasi yang fatal, hanya berupa laporan kasus.
Sangatlah berguna, bermanfaat dan bernilai, apabila ilmuan forensik mempunyai data
internasional yang memuat substansi kimia yang yang terdeteksi dari dalam tubuh yang
berkaitan dengan interval setelah kematian terjadi. Data ini sebaiknya memuat nama
substansi , tipe spesimen interval waktu perolehan dan analisis spesimen dengan waktu
kejadian kematian, kadar determinasi atau pembuangan dan tipe dari tehnik analisis yang
digunakan.
Diketahui bahwa substansi kimia mengalami redistribusi dalam tubuh. Fenomena
ini sngat mengacu kepada anatomical site consentration (konsentasi sesuai lokasi
anatomis) atau redistribusi postmortem. Fenomena ini disebut juga nekrokinetik atau
pergerakan substansi setelah kematian terjadi.
Banyak penelitian mengatakan bahwa konsentrasi dari beberapa obat seperti
propoxyphene dan antidepresant trisiklik meningkat dalam darah pada saat postmortem.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa konsentrasi suatu obat yang diambil dari
spesimen hati merupakan indikator toksisitas yang lebih baik. ( Hilberg, Rodge &
Morland,1999 ; Jones & Pounder ,1987,Langford & Pounder,1997)
Tanda otopsi forensik- racun yang umum
Arsen
o Garis Aldrich Mees
o Pigmentasi coklat ( pelipis, kelopak mata, dan leher)
o Hiperkeratosis ( tangan dan telapak kaki)
o Iritasi lambung
Sianida
o Sianosis pada wajah
Busa pada bibir
Muntah proyektil
Memerah ( tidak umum)
Korosi jaringan dari garam alkali
Penebalan dinding lambung / perut
Striknin
o Tanda kemungkinan tidak ditemukan
o Kongesti lambung ringan
o Kontraksi mioglobin dari otot otot yang kuat
Talium
o Rambut rontok
o Garis Aldrich Mees
o Pada hati terlihat infiltrasi lemak
o Pada jantung terlihat degenerasi lemak = striasi tabby cat
o Stomatitis
o
o
o
o
o
o
Edema pulmoner
Bluish line (3 sampai 4 minggu dari paparan kronik)
Gambar 6.1
Faktor yang dapat merubah pergerakan dari substansi dan kadar konsentrasi akhir
spesimen yaitu perubahan asam basa pada tubuh setelah kematian dan volume distribusi
(Vd ) dari suatu substansi. Volume distribusi didefinisikan sebagai volume cairan yang
dibutuhkan suatu obat untuk berdistribusi sehingga mencapai keadaan yang sama dalam
Panduan Analisis
Panduan berikut harus diingat saat mengeluarkan dan membuat analisis
toksikologi ,yaitu :
Sampel yang diambil dari lokasi yang sama pada tubuh terkadang dapat
menunjukkan hasil konsentrasi yang berbeda beda tergantung lama waktu sample
diambil.
Dari pemeriksaan tunggal postmortem, kalkulasi dari dosis yang yang diserap
sangat tidak realistik
Saat pengumpulan sampel untuk analisis, instrument yang bersih dan kering
harus dipergunakan untuk mencegah adanya kontaminasi silang dari spesimen
yang akhirnya memberikan hasil yang salah.
6.4
Referensi
Hilberg T, Rogde S, Morland J: Postmortem drug redistributionhuman cases related to
results in experimental animals. J Forensic Sci 1999;44(1):39.
Jones GR, Pounder DJ: Site dependence of drug concentrations in postmortem blooda
case study. J Anal Toxicol 1987;11:187191.
Langford AM, Pounder DJ: Possible markers for postmortem drug redistribution. J
Forensic Sci 1997;42(1):8892.
Orfila MJB: A General System of Toxicology, or a Treatise in Poisons Found in the
Mineral, Vegetable and Animal Kingdoms Considered in their Relations with
Physiology,Pathology and Medical Jurisprudence. Carey & Son, Philadelphia, PA,
1817.
6.5
tissues
during
early-states
postmortem.
Forensic
Sci
1999;44(1):1016.
Pounder DJ, Jones GR: Postmortem drug redistributiona toxicological nightmare.
Forensic Sci Int 1990;45:253263.
Repetto MR, Repetto M: Habitual, toxic, and lethal concentrations of 103 drugs of abuse
in humans. Clin Toxicol 1997;35(1):19.
Repetto MR, Repetto M: Therapeutic, toxic, and lethal concentrations in human fluids of
90 drugs affecting the cardiovascular and hematopoietic systems. Clin Toxicol
1997;35(4):345351.
Repetto MR, Repetto M: Therapeutic, toxic and lethal concentrations of 73 drugs
affecting respiratory system in human fluids. Clin Toxicol 1998;36(4):287293.
Repetto MR, Repetto M: Concentrations in human fluids: 101 drugs affecting the
digestive system and metabolism. Clin Toxicol 1999;37(1):18.
Watson WA: The toxicokinetics of poisoning and drug overdose. Am Assoc Clin Chem
1991;12(8):712.
sendiri
suatu
spesimen
yang
diminta
dan
tidak
dapat
Ilmu Forensik dan Ilmu Kedokteran : Tindak kejahatan dengan peracunan, Edisi kedua
Oleh: J.H. Trestrail, III Humana Press Inc., Totowa, NJ
7.1.
Maksud
merupakan
tujuan
dari
seseorang
individu
yang
bahwa
tersangka
mempunyai
akses
dari
tempat
organ
tubuh.
Jika
adanya
bukti
racun
di
saluran
dikategorikan
untuk
menyingkirkan
kemungkinan
bahwa
sangat
untuk
memastikan
kemungkinan
penting
sekali
pembuktian
bahwa
adanya
dari
dasar
substansi racun tersebut dan terdakwa tersebut mengetahui efek dari dosis
letal pada korban.
7.2
SERIKAT.
Berdasarkan pengetahuan yang telah ada, tidak ada penelitian
epidemiologik yang telah dilakukan sebelum tahun 1990, menurut data
tentang pembunuhan atas dasar peracunan di AS. Penelitian pertama kali
dilakukan oleh Westveer, Testrail dan Pinizotto (1996) dan dipublikasikan
pada
tahun
1996.
Penyelidik
kasus
peracunan
memutuskan
untuk
memeriksa data yang terdapat dalam Uniform Crime Reports (UCR), dibawah
departemen peradilan, mulai tahun 1980 sampai 1989. Laporan ini,
disampaikan secara tahunan oleh polisi diseluruh AS, berisi informasi yang
berasal dari korban dan pelaku dari berbagai macam kasus peracunan.
Informasi ini termasuk keterangan bulan, tahun, kota, informasi korban (jenis
kelamin, umur dan ras) ; informasi pelaku (jenis kelamin, umur dan ras) ;
klasifikasi senyawa racun berbentuk obat, bukan obat atau asap; hubungan
antara korban dengan pelaku; dan klasifikasi kelompok berdasarkan tujuan
dari peracunan ini. Mulai tahun 1980 sampai 1989, total jumlah pembunuhan
sebanyak 202,785 telah dilaporkan dan pada laporan ini, dari seluruh kasus
pembunuhan yang terjadi, terdapat 292 kasus peracunan dengan satu
pelaku terhadap satu korban. Hasil ini mewakili terdapat 14 kasus
pembunuhan dengan peracunan dalam setiap 10.000 kasus pembunuhan
yang terjadi. Informasi dibawah ini ditetapkan dari analisis statistik data
UCR ;
Jenis kelamin
Jika korban adalah pria, pelaku biasanya dapat seorang wanita atau
pria.
Pelaku laki laki jumlahnya lebih banyak dua kali bila dibandingkan
dengan pelaku wanita.
Ras
Jika korban berkulit putih, pelaku biasanya adalah seorang laki laki.
Jika korban adalah orang negro, pelaku bisa laki laki atau wanita.
Korban orang negro pada seorang laki laki biasanya dua kali lebih
besar bila dibandingkan dengan wanita.
Angka korban berkulit putih yang wanita dan pria jumlahnya sama.
Kasus peracunan rata rata jumlahnya sekitar 1,47 juta per tahunnya.
wanita. Dan bahan racun yang berasal dari golongan obat obatan
digunakan lebih banyak tiga kali daripada yang bukan dari golongan
obat, dengan perbandingan antara wanita dan pria sama banyaknya.
Saya mempunyai tiga aturan, saya tidak pernah mempercayai apa yang jaksa atau polisi
katakan. Saya tidak pernah mempercayai apa yang media massa katakan dan saya tidak
akan pernah percaya apa yang klien saya katakan Pengacara Alan M. Dershowitz-
Ilmu Forensik dan Ilmu Kedokteran : Tindak kejahatan dengan peracunan, Edisi kedua
Oleh: J.H. Trestrail, III Humana Press Inc., Totowa, NJ
8.1
dalam melakukan tindakan kejahatan ini, akan tetapi kasus kejahatan ini
dapat juga dipertimbangkan sebagai tindak kejahatan yang biasa
8.2
penghukuman bagi pelaku akan tidak mudah. Saat ini adalah penentuan dari
hasil penyidik yang telah dilakukan sangat hati hati dan kerja yang teliti
akan menjadi sangat penting. Pada bagian ini, saya akan membahas
beberapa strategi penuntutan dan taktik pembelaan yang nantinya akan
sangat berperan.
Tidak seperti pengadilan dengan dakwaan pembunuhan yang telah
diketahui penyebabnya secara nyata seperti senjata yang dapat dideteksi
(contohnya, senapan, pisau, tali), pada pengadilan dengan dakwaan
pembunuhan dengan racun, kita harus mengingat bahwa sebagian besar
tanda bukti yang ada merupakan tanda bukti yang tidak secara langsung,
atau tanda bukti yang ada pada saat kejadian. Pada tindak kriminal
peracunan, akan terdapat sedikit atau jika ada saksi mata pada saat
kejadian.
Terdakwa
akan
memberikan
pembelaan
mengenai
fakta
yang
karena
penyebab
yang
lain.
Sebagai
contoh,
tim
pembela
akan
8.2.2.
dalam
kematian
korban
dengan
mencoba
untuk
meyakinkan
Hal ini dapat memberi kesan bahwa zat kimia yang dimasukkan oleh
pelaku bukan dengan maksud untuk membunuh. Seperti kasus yang terjadi
pada Arthur ford di Inggris, yang telah dibahas pada bab 1, dimana pelaku
memberikan
permen
yang
berisi
kantarida
dengan
maksud
untuk
dakwaan
pembunuhan
tanpa
rencana,
karena
pengadilan
letal dari suatu senyawa kimia adalah tergantung dari konsentrasi dan
lamanya pajanan.
Hal ini dijelaskan pada tahun 1915 oleh seorang ahli kimia dari jerman,
yang mengembangkan suatu pernyataan yang dikenal sebagai produk CT.
Rumus yang dia buat adalah C x T = konstan a.
Maksudnya adalah hasil konsentrasi dari racun (C) dan waktu korban
dapat bertahan hidup (T) adalah nilai yang tetap.
Sebagai contoh,
sebagai
pestisida
untuk
rumahnya
atau
herbisida
untuk
8.3.
DISENGAJA.
Pengacara dari pihak penuntut biasanya membatasi dirinya jika
menangani masalah peracunan dalam pengadilan. Salah satu masalah
utama adalah tanda bukti yang akan menjadi kunci utama, akan tampil
secara tidak langsung. Pada jenis pembunuhan dengan menggunakan racun,
tidak adanya saksi mata pada saat kejadian. Masalah lainnya adalah akan
memberikan
racun
karena
mereka
mampunyai
akses
dan