Anda di halaman 1dari 41

Laporan Kasus

Epistaksis et causa Suspek


Angiofibroma Nasofaring
Luna Azhria
0310520110070

Pembimbing:
dr. Fahmi Novel, Sp. THT-KL, Msi. Med
dr. Heri Puryanto, Sp. THT-KL, Msc
dr. Nurbaiti, Sp. THT-KL
Bab I
Pendahuluan

• Epistaksis à keadaan • Angiofibroma • Meluas ke rongga hidung


gawat darurat THT nasofaring à neoplasma • Lesi lebih besar à SPN
• Epistaksis anterior à mesenkim jinak à 1% • Ekstensi à fisura orbital
trauma • Proliferasi vaskular sel, inferior & ruang masticator
• Epistaksis posterior à kolagen padat stroma. melalui fossa infratemporal
tumor à angiofibroma Asal à nasofaring • Keterlibatan orbita &
• Remaja laki-laki intracranial à berat (10-
nasofaring
37%)
BAB II
Tinjauan Pustaka
Anatomi
Anatomi
Anatomi
• Superior: base of skull
• Anterior: cavum nasi
• Posterior: dinding faring posterior.
• Inferior: langit-langit lunak.
• Lateral: pelat pterygoid medial dan
otot konstriktor faring superior
(dikelilingi oleh fasia visceral)
Fisiologi
Respirasi Kontrol Tuba
01
01 Eustachius

Penghidu Resonansi dan


02
02 Produksi Suara

Membantu
03 Fonetik Mengalirkan Kotoran
03
Hidung

04 Statistik dan Mekanik


Epistaksis
• Puncak usia à 2–10 tahun dan >70 tahun.
• Insiden tertinggi à pria, musim dingin
• Klasifikasi:
Epistaksis
Etiologi Trauma
Kelainan Pembuluh Darah (Lokal)
Infeksi Lokal
Trauma
Penyakit Kardiovaskular
Kelainan Darah
Kelainan Kongenital
Infeksi Sistemik
Perubahan Udara atau Tekanan Atmosfir
Gangguan Hormonal
Epistaksis
Patofisiologi
• Epistaksis anterior à pleksus Kiesselbach à pembuluh

darah penyebab dapat ditemukan pada pemeriksaan


hidung
• Epistaksis posterior à diduga akibat perdarahan

pleksus Woodruff à sulit dikendalikan à berhubungan


dengan perdarahan dari lubang hidung atau ke
nasofaring à hemoptisis
Epistaksis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Karakteristik epistaksis • Survey primer

• Faktor pencetus • Rhinoskopi anterior


• Riwayat epistaksis sebelumnya
• Riwayat penyakit sistemik Pemeriksaan Penunjang
• Penggunaan obat • Darah lengkap
• Keluhan tambahan • Nasoendoskopi/nasofaringoskopi
• Keluhan perdarahan di tempat lain • Radiologi
Epistaksis
Prinsip Tatalaksana
• Perbaiki keadaan umum
• Jalan napas, tanda vital
• Cari sumber perdarahan
• Anamnesis, PF
• Hentikan perdarahan à tampon sementara
• Kapas yang dibasahi adrenalin 1/5000-1/10.000
dan pantocain atau lidocain 2% à 10-15 menit.
• Cari faktor penyebab à cegah rekurensi
Epistaksis
Tatalaksana Epistaksis Anterior
• Tidak berhenti sendiri à tekan hidung 10-15 menit

• Sumber perdarahan terlihat à dikaustik (AgNO3)


25-30% à krim antibiotik.

• Masih berlangsung à masukkan 2-4 tampon à


susun teratur dan tekan asal perdarahan à
pertahankan 2 x 24 jam

• Selama 2 hari ini à pemeriksaan penunjang

• Perdarahan belum berhenti à tampon baru.


Epistaksis
Tatalaksana Epistaksis Posterior
• Pemasangan tampon Bellocq à kassa padat
kubus/bulat à pada tampon terikat 3 utas benang

• Perdarahan satu sisi à kateter karet dimasukan


sampai tampak orofaring à ditarik keluar mulut à
ujung kateter dikaitkan 2 benang tampon belloq à
kateter di tarik kembali sampai benang keluar dan
dapat ditarik. Masih ada perdarahan à tampon
anterior

• Perdarahan dua sisi à bantuan dua kateter masing-


masing melalui kavum nasi kanan dan kiri à tampon
posterior terpasang di tengah nasofaring.
Epistaksis
Komplikasi Prognosis

• Aspirasi • 50:50
• Syok • Faktor rekurensi: usia, riwayat
• Anemia hipertensi, obat antikoagulan,
tanda vital, jenis kemasan tampon
• Infeksi dan riwayat epistaksis posterior
• Tampon à laserasi, rinosinusitis, otitis berat sebelumnya
media, septikemia atau toxic shock
syndrome
• Hemotimpanum
• Bloody tears
Angiofibroma Nasofaring
• Neoplasma mesenkim jinak jarang à proliferasi vaskular sel,
kolagen padat stroma
• Remaja laki-laki
• Onset à 7-19 tahun

Etiologi
• Hormonal à proliferasi jaringan vaskular setelah mikrohemorrhage
• Produksi androgen >> pada masa pubertas à rangsang
pertumbuhan dan perluasan pembuluh darah tumor
• Genetik à delesi kromosom 17.
• Studi kecil à protein spesifik HPV dan DNA dalam jaringan
angiofibroma nasofaring
Angiofibroma Nasofaring
• Patofisiologi Bawah mukosa tepi posterior dan
lateral koana di atap nasofaring à
tepi posterior septum à ke bawah à
tonjolan massa di atap rongga hidung
posterior.

Intrakranial
Anterior Lateral
Fosa infratemporal dan
Mengisi rongga hidung à Melebar ke foramen sfenopalatina pterigomaksila à fosa serebri
mendorong septum ke à fisura pterigomaksila à media.
kontralateral à memipihkan mendesak dinding posterior sinus
konka. maksila. Sinus etmoid à fosa serebri
anterior atau sinus sfenoid à sinus
Meluas terus à fosa intratemporal kavernosus dan fosa hipofise.
à “muka kodok”.
Angiofibroma Nasofaring
Anamnesis Pemeriksaan Fisik

• Hidung tersumbat progresif • Rhinoskopi anterior


• Epistaksis berulang masif
• Rinorea kronis
• Gangguan penciuman
• Gangguan pendengaran
• Otalgia
• Sefalgia hebat
Angiofibroma Nasofaring
Pemeriksaan Penunjang
• Radiologi
o CT Scan
“Holman Millef” à pendorongan
prosesus pterigoideus ke belakang
à fisura pterigopalatina melebar.
o MRI
o Areteriografi
o Kadar hormonal dan
imunohistokimia
Angiofibroma Nasofaring

Klasifikasi menurut Session Klasifikasi menurut Fisch


Stadium IA : Tumor terbatas di nares posterior dan atau Stadium I Tumor terbatas di rongga
nasofaringeal voult hidung, nasofaring tanpa
Stadium IB : Tumor meliputi nares posterior dan atau mendestruksi tulang
nasofaringeal voult dengan meluas sedikitnya 1 sinus paranasal Stadium II Tumor menginvasi fossa

Stadium IIA : Tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila pterigomaksila, sinus paranasal

Stadium IIB : Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa dengan destruksi tulang
Stadium III Tumor menginvasi fossa
mengerosi tulang orbita
infratemporal, orbita dengan
Stadium IIIA : Tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan
atau
meluas sedikit ke intracranial
Stadium IV Tumor menginvasi sinus
Stadium IIIB : Tumor telah meluas ke intracranial dengan atau
kavernosus, regio chiasma
tanpa meluas ke sinus kavernosus
optic dan atau fossa pituitary
Angiofibroma Nasofaring
Tatalaksana Prognosis
• Tindakan Operatif
• Tindakan Pre-Operatif Entitas jinak à baik.
• Pengobatan Hormonal
• Radioterapi

Komplikasi
• Kehilangan darah
• Eksoftalmus
• Kelainan bentuk wajah/orbital
• Kehilangan penglihatan
• Feminisasi
BAB III
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 18 Tahun
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jalan Dewi Sartika, Kota Tegal
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Ruangan : Lavender Bawah
Anamnesis

KELUHAN UTAMA RPS RPD

• Keluar darah dari hidung • Riwayat trauma


kanan dan kiri yang tidak
hidung saat 3 tahun.
berhenti sejak 3 jam SMRS.
Keluar darah dari • Hari yang sama keluar • Pernah mengalami
hidung kanan dan darah dari hidung namun hal ini à kedinginan
kiri sempat berhenti. à berhenti 3-5 menit
• Keluar darah spontan • Skizofrenia dan rutin
• Darah merah segar, terasa
di tenggorokan konsumsi obat 1
• Lemas dan pusing tahun terakhir
• Trauma, hipertensi,
kelainan darah, konsumsi
obat antikoagulan
disangkal.
Anamnesis

RPK Riwayat Kebiasaan Riwayat Pengobatan

Tidak ada riwayat • Merokok 3-5 Belum mendapatkan


batang/hari, pengobatan apapun
keluhan serupa,
• Tidak
riwayat hipertensi, mengkonsumsi
dan DM alkohol.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum Tanda Vital

Kesan Sakit: sakit sedang Nadi: 98x/menit

Kesadaran: komposmentis TD: 120/70 mmHg

Kesan gizi: baik Pernapasan: 20x/m


Suhu: 36,6 celcius
Status Generalis dan Status Lokalis
Telinga
Dextra Sinistra
Normotia, benjolan (-), nyeri Daun telinga Normotia, benjolan (-), nyeri
tarik (-), nyeri tekan tragus (-) tarik (-), nyeri tekan tragus (-)
Hiperemis (-), fistula (-), Preaurikuler Hiperemis (-), fistula (-),
oedem(-), sikatriks(-) oedem(-), sikatriks(-)
Hiperemis (-), fistula (-), Retroaurikuler Hiperemis (-), fistula (-),
oedem(-), sikatriks(-), nyeri oedem(-), sikatriks(-), nyeri
tekan mastoid (-) tekan mastoid (-)
Lapang, Hiperemis (-), Kanalis akustikus eksternus Lapang, Hiperemis (-),
oedem(-), discharge(-) oedem(-), discharge(-)
Hiperemis (-), warna putih Membran timpani Hiperemis (-), warna putih
mengkilat, Refleks cahaya (+) mengkilat, Refleks cahaya (+)
Status Generalis dan Status Lokalis
Dextra Sinistra
Hidung Bulu hidung (+), hiperemis (-), Vestibulum Bulu hidung (+), hiperemis (-),
benjolan (-), nyeri (-), darah (+) benjolan (-), nyeri (-), darah (+)

Tidak terlihat Konka Superior Tidak terlihat


Tidak terlihat Konka media Tidak terlihat
Tidak terlihat Konka inferior Tidak terlihat
Tidak dapat dinilai Meatus nasi medius Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai Meatus nasi inferior Tidak dapat dinilai

Lapang(+), bekuan darah (+) Cavum nasi Lapang(+),bekuan darah (+)

Deviasi (-) Septum nasi Deviasi (-)


Sinus Frontal Nyeri tekan (-/-), nyeri
ketuk (-/-)
Sinus ethmoid Nyeri tekan (-/-), nyeri
ketuk (-/-)
Sinus maksila Nyeri tekan (-/-), nyeri
ketuk (-/-)
Status Generalis dan Status Lokalis
Orofaring Bibir dan Cavum Oris Simetris, sianosis (-), mukosa hiperemis (-), karies dentis (-)
Mulut Trismus(-)
Palatum Simetris, deformitas (-)
Arkus faring Simetris, hiperemis (-)
Mukosa faring Hiperemis(-), granulasi(-), secret (-)
Dinding faring Hiperemis(-), penebalan jaringan limfoid (-)
posterior
Uvula Simetris ditengah, hiperemis (-)
Tonsila Palatina Ukuran : T1 - T1
Warna : Hiperemis (-)

Kripta : dalam batas normal

Detritus: -/-

Massa : -/-
Kemampuan menelan Makanan padat (-), makanan lunak (+), air (+)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap (24 Januari 2023)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (26 Januari 2023)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (28 Januari 2023)
Pemeriksaan
Penunjang
Rontgen Thorax (24 Januari
2023)

Kesan:

o Cor dan pulmo normal


Pemeriksaan
Penunjang
CT Scan Nasofaring dengan
Kontras (25 Januari 2023)

Kesan:

o Massa sinus maxilaris dextra


dengan infiltrasi ke sinus
ethmoidalis dextra, cavum
nasi, dan sinus frontalis dextra
o Hipertrofi konka sinistra
Diagnosis Banding Tatalaksana
• Epistaksis et causa suspek • Medikamentosa
o Ringer Laktat 20 tpm + adona 2 ampul
angiofibroma nasofaring o Injeksi Cefotaxim 2x1 gram
• Epistaksis et causa suspek angioma o Injeksi Kalnex 3x500
o Vitamin K 2x1 ampul
• Epistaksis et causa suspek fibroma o Ketorolac 1 ampul
• Epistaksis et causa kelainan darah • Non Medikamentosa
o Pemasangan tampon hidung

Prognosis
Diagnosis Kerja
• Ad vitam: dubia ad bonam
Epistaksis et causa suspek angiofibroma • Ad sanationam: dubia ad bonam
• Ad functionam: dubia ad bonam
nasofaring
Follow Up
BAB IV
Pembahasan
• Berdasarkan kronologi à epistaksis posterior
• Berdasarkan usia dan jenis kelamin pasien à curiga angiofibroma
nasofaring
• Histopatologi à komponen fibrosa dan komponen vaskular à >> vaskular
hanya berupa bagian endotel tanpa selubung lemak à hilangnya
kemampuan kontraksi à perdarahan
• Diagnosis pasti à patologi anatomi
• Terapi konservatif à Embolisasi atau radioterapi
BAB IV
Pembahasan
Remaja laki-laki, epistaksis posterior

Status lokalis à darah mengalir, bekuan darah

CT scan à massa di sinus maxilaris dextra dengan infiltrasi ke sinus


ethmoidalis dextra, cavum nasi, dan sinus frontalis dextra, hipertrofi pada
konka sinistra.

Epistaksis ec suspek angiofibroma


nasofaring

Tindakan konservatif à embolisasi,


radioterapi
BAB V
Kesimpulan
Pasien An. A usia 18 tahun, jenis kelamin laki-laki, dengan diagnosis
epistaksis et causa suspek angiofibroma nasofaring berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang CT-Scan
nasofaring.
Terima Kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai