Anda di halaman 1dari 52

Oleh :

Putu Ayu Riska Pusvita Suandiwi


17710050

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RSUD SIDOARJO
2019
1
Carsinoma
Hidung Nasopharing

Carsinoma
Sinonasal

Angiofibroma
Nasopharing
Juvenilis

Inverted Papiloma

Laring Carsinoma Laring

2
Definisi
Tumor ganas yang berasal dari epitel

mukosa nasofaring atau kelenjar yang

terdapat di nasofaring.

TUMOR

3
1.Tumor terganas dibidang THT
2.Banyak dijumpai di Indonesia
3.Sebagian besar pasien pertama kali datang
ke dokter umum
4.Pasien datang ke dokter THT terlambat

Diagnosa Terlambat

Pasien dikirim ke Poliklinik yang salah


4
 Nasofaring = rinofaring = epifaring
 Ruang yg terletak langsung di bawah tengkorak,
di belakang kavum nasi, di atas palatum

Anterior : koane / nares posterior


Posterior : setinggi kolumna vertebra C1-2
Inferior : dinding atas palatum mole
Superior : basis kranii (os occipital & sfenoid)
Lateral : fossa Rosenmülleri kanan & kiri
5
 Dorsal dari Torus Tubarius :
Fossa Rosenmulleri (resessus pharyngealis) epitel
peralihan antara epitel berlapis pipih (60-80%) dan epitel
silindris bersilia asal tumor ganas nasopharynx

1-2 cm diatas dari Fossa Rosenmulleri : Foramen Lacerum


Carsinoma nasopharynx mudah menjalar ke endocranium

 Saluran getah bening di nasopharynx tidak


mengindahkan garis tengah tubuh metastase
kontralateral

6
 ♂: ♀ : 2: 1
 Umur : rata-rata 30-50 tahun
tertua 79 tahun termuda 1 tahun
 Banyak ditemukan di Indonesia : pribumi dan keturunan
tionghoa.
 Di Indonesia, KNF merupakan keganasan terbanyak ke-4.
 87.000 kasus baru nasofaring muncul tiap tahunnya
(61.000 pada ♂ dan 26.000 pada ♀).
 51.000 kematian akibat KNF
(36.000 pada ♂ , dan 15.000 pada ♀) (GLOBOCAN ,2012)

7
Virus Hormonal

Virus Epstein Barr


nasopharyngitis
(EBV)
kronik

Hormonal Bahan karsinogenik

Estrogen asap rokok

Genetik

Pribumi & Tionghoa

8
Berdasarkan Histopatologi
 Well diffentiated epidermoid carcinoma :
• Jenis keratinising (cornificans)
• Jenis non keratinising (non cornificans)
 Undifferentiated epidermoid carsinoma
(anaplastik carsinoma)
• Jenis trantitional
• Jenis lymphoepitelioma
Adenocystic carsinoma ( cylindroma)

9
Berdasarkan Patologi Anatomi, menurut WHO :

 Sel skuamosa dengan penandukan = WHO tipe I


diferensiasi baik, sedang dan jelek
 Sel skuamosa tanpa penandukan = WHO tipe II
 Karsinoma tanpa diferensiasi (undifferentiated Ca)
= WHO tipe III
Kars. sel transisional & kars. limfoepitelial

Berdasarkan bentuk dan cara tumbuh :

Ulseratif Exophilik Endophilik

10
LOKASI
 Fossa Rosenmülleri (tersering)
 Sekitar tuba Eustachius
 Dinding belakang nasofaring
 Atap nasofaring

11
GEJALA DINI GEJALA LANJUT

 Timbul saat • Timbul karena telah


tumor tumbuh melewati nasopharyx
dalam batas (metastase/infiltrasi)
nasopharynx
 Disebabkan oleh
tumor primer

12
Ekspansif
Dini
Menyumbat koane : Buntu hidung
Tumor terbatas pada Mendesak palatum mole : sesak nafas,
Nasofaring ggn menelan
-Telinga : tinitus, grebek-
grebek,pendengaran
berkurang Infiltratif
-Hidung : Pilek kronis, Ke atas : lewat Foramen laserum :cephalgia
ingus/dahak bercampur Paresis N III, IV, V, VI, (diplopia, strabismus,
darah ptosis) Gangguan pada mata
Gejala Ke samping : lewat spatium parafaring
- N.IX, N.X : Parese palatum mole, faring,
(ggn menelan, regurgitasi
makanan,minuman ke cavum nasi,
rhinolalia aperta dan suara parau)
- N.XII : Deviasi lidah
Lanjut
Metastasis
-Pemebesaran getah bening leher
Jauh : - hati, paru, ginjal, limpa,
tulang dll.
GEJALA METASTASE
Limfogen

Pembesaran KGB : ke KGB servikalis profunda


laterokranialis (tumor koli)
Letak :
• Kaudal ujung planum mastoid
• Dorsal angulus mandibula
• Medial ujung atas m.sternokleido mastoideus
Hematogen

 Hati
 Paru-paru
 Ginjal
 Limpa
 Tulang
14
Tumor leher Tumor leher
Gejala telinga Gejala intrakranial
Gejala hidung Gejala hidung

Gejala intrakranial
Gejala telinga
Gejala hidung

15
Diagnosis dini sulit (tidak khas)
 Diagnosa klinis berdasarkan :
• Umur (30-50 thn)
• Gejala klinik subjektif (gejala dini dn lanjut)
• Pemeriksaan objektif (RA & RP)
Diagnosa histopatologi
• Biopsi (diagnosa pasti)

16
Angiofibroma nasofaring juvenilis
Angiofibroma nasofaring
Adenoid persisten
TBC nasofaring

17
UTAMA : RADIASI
ADJUDVANT : KEMOTERAPI

PROGNOSIS

STADIUM DINI : HIDUP LEBIH DARI 5 TAHHUN


STADIUM LANJUT : KURANG DARI 3 TAHUN

18
Definisi

Penyakit yang disebabkan


akibat terjadinya
pertumbuhan sel (ganas)
pada sinus paranasal dan
rongga hidung.

19
Penggunaan
tembakau

Jenis
alkohol
kelamin

Faktor
resiko Ca
Sinonasal Inhalasi
usia
spesifik

Sinar
virus
ionisasi
20
Papiloma skuamosa

Papiloma inversi
Jinak
Displasia fibrosa
Angiofibroma
nasofaring juvenil
Klasifikasi Ca cell skuamosa

Undifferentiated Ca

phabdomyosarkoma

chondrocarsinoma
Ganas
Limfoma maligna
Adenocarsinoma
sinonasal
Olfactory neuroblastoma
Mukosa melanoma
05/03/2019 21
maliga
• obstruksi hidung unilateral
Gejala nasal • rinorea

• diplopia
• proptosis atau penonjolan bola mata
Gejala orbital • oftalmoplegia
• gangguan visus
• epifora

Gejala oral • ulkus di palatum atau di prosesus alveolaris.

• penonjolan pipi
• nyeri
Gejala facial • anesthesia atau parestesia muka jika sudah mengenai
nervus trigeminus
• sakit kepala hebat.
Gejala kranial

22
Terapi

Pembedahan Radioterapi Kemoterapi

23
 Suatu tumor  Etiologi :
nasofaring yang
secara klinis :  Belum diketahui
 Ganas  Keseimbangan hormon
 Tumbuh ekspansif seks dan sistim pituitary
 Histopatologi jinak.
androgenital

 Insidens :  Lokasi :
 Usia 10-17 tahun  Atap nasofaring
 Laki > wanita  Unilateral
 bangsa Indonesia  Jarang pada garis
tengah (dinding lateral
nasofaring)
 Sifat tumor pembuluh darah:  Sifat tumor tumbuh
ekspansif :

• Pendengaran turun sampai


otitis media
Epistaksis hebat dan berulang
• obstruksi nasi
unilateral/bilateral
“rhinolaliaclusa”
• obstruksi hidung yg sehat

• Keluar dari vestibulum nasi


• pansinusitis (sekret
• bombans palatum mole, mukupurulen & cephalgia)
sukar bernafas & menelan • pipi bengkak & malformasi
• desak basis cranii, masuk bentuk muka (frog face)
cavum cranii • pthisis bulbi & gangguan
N.II
25
Pemeriksaan fisik
ANAMNESA  Inspeksi :
UMUR 10-17 thn mata menonjol & bentuk muka
Laki-laki > perempuan menonjol “frog face”
 Pansinusitis sekret mukopurulen
GEJALA-GEJALA  RA : Tumor pada bagian
SUBJEKTIF : posterior rongga hidung,
 Epistaksis hebat fenomena palatum mole (-)
 Pendengaran menurun  RP : Tampak Tumor warna
 Cephalgia merah ungu
 Hidung buntu
 Hiposmia, anosmia

Pemeriksaan penunjang

- Biopsi

26
Obat- • Estrogen
obatan
hormonal • Zytonal

• Tumor mengecil
Radiasi dan perdarahan
berkurang

• Pengikatan : residif
• Operatif : Cryo dan elektro
Pengangkatan koagulasi bermanfaat pada
operasi tumor ini untuk
menghentikan perdarahan.

27
Koanal Polip
Adenoid
Kanker Nasopharing
Fibroma Nasopharing

Prognosa
Keadaan dini : baik
Keadaan lanjut : jelek (kavum cranii)
28
Inverted Papilloma adalah neoplasma lokal jinak yang
muncul di rongga hidung dan berhubungan dengan
karsinoma sel skuamosa

ETIOLOGI GEJALA KLINIS

 Belum diketahui pasti


 Kemungkinan Alergi, Virus • Unilateral
(HPV tipe 6 dan 11) • Hidung tersumbat
 Infeksi kronis hidung dan • Rhinorrhea (runny nose)
sinus paranasal discharge
 Polip yang mengalami • Epistaksis
proliferasi dan • Sinusitis
metaplasia. • Nyeri wajah (Facial pain)
 Lingkungan karsinogen • Hiposmia atau anosmia
dan kebiasaan merokok • Sakit kepala frontal

29
PEMERIKSAAN FISIK
• Tampak tumor SERUPA polip hidung.
• Masa tumor dapat soliter atau multipel, berbentuk polipoid,
mulberry-like
• Permukaan tak rata.
• Konsistensi lebih padat dari polip
• Warna putih keabu-abuan sampai kemerahan (reddish grey-
livid)
• Rapuh dan mudah berdarah.
• Septum nasi dapat terderong ke kontralateral.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

BIOPSI CT SCAN/ MRI

PENATALAKSANAAN

 Tindakan operatif : Pembedahan


 Radioterapi
30
Karsinoma yang mengenai laring (supraglotik, glotik dan
subglotik)

31
• Belum diketahui pasti.
ETIOLOGI • Rokok dan alkohol berpengaruh besar
terhadap karsinoma laring.

FAKTOR • Tersering pada usia 40-50 Tahun.


PREDISPOSISI • Laki-laki lebih banyak daripada wanita

• Suara Parau (gejala dini bila tumor di glotis


dan subglotis)
• Rasa mengganjal pada tenggorokan.
GEJALA KLINIS • Sesak nafas perlahan memberat.
• Pembesaran kelenjar pada leher stadium
lanjut)

32
SUPRAGLOTIS
Tumor pada
plika
ventrikularis,
aritenoid,
epiglotis dan
sinus piriformis.

LOKASI TUMOR GLOTIS

Tumor pada
korda vokalis

SUBGLOTIS

Tumor di bawah
korda vokalis.

33
Stadium
(T) Keadaan tumor
(N) Pembesaran kelenjar regional
(M) Metastase jauh

Stadium 1 : T1 N0 M0
T1 : Tumor masih di satu daerah,
Stadium 2 : T2 N0 M0
kanan dan kiri Stadium 3 : T3 N0 M0
T2 N1 M0
T2 : Tumor di dua daerah
T3 N1 M0
T3 : Sudah ada fiksasi gerakan terganggu Stadium 4 : T3 N0 M0
Semua T N2 M1
T4 : Sudah keluar dari daerah laring
Semua T, N dan M

34
Terapi

Stadium 1 dan 4 Stadium 2 dan 3

Radiasi Laringektomi

35
SINONIM
• Haemorragia nasi
• Nasal hemorrhage

Keluarnya darah dari cavum nasi.


Bukan peyakit tetapi merupakan gejala yang timbul
akibat suatu penyakit.

36
LOKAL UMUM
Penyakit darah
TRAUMA
• Trombositopenia
• Hidung di korek- korek
• Haemophylia, leukimia
• Sisi/ bersin terlalu keras
Penyakit pembuluh darah
RADANG • Arteriosclerosis hipertensi (pada
• Rhinitis akut orang tua), Teleangiectasis.
• Diphtheria nasi Tekanan udara yang rendah
• Saat di pegunungan/ dipesawat.
TUMOR
• Carcinoma nasi/ sinus Penyakit pembuluh darah
paranasalis/ nasopharynx • Arteriosclerosis hipertensi (pada
• Angiofibroma nasofaring orang tua), Teleangiectasis.
juvenilis (perdarahan
profus) Tekanan vena tinggi
• Pertusis, penyakit jantung
pulmonal
Gangguan hormonal
• Vicarious menstruation
37
ANTERIOR CAVUM NASI POSTERIOR CAVUM NASI

• Biasanya pada hipertensi/


• Biasanya pada anak-anak
arteriosclerosis, pada
dan dewasa muda berasal
setengah posterior concha
dari daerah antero inferior
inferior (dari arteri
septum nasi terdapat plexus
sphenopalatina).
kieselbach (Area Little).

38
39
EPISTAKSIS

Baru saja Sudah lama, Kadang-kadang

Ada trauma Adakah buntu hidungnya ?

Ya Tidak Ya Tidak
Deformitas os nasi Panas Umur

Ya Tidak Ya Tidak Anak Dewasa


Sek. Bau

Ya Tidak

DIAGNOSA :

Fraktur Laesi Sinusitis Rhinitis Kel. Angiofibroma Tumor Cavum nasi Kel. Darah
Os Nasal Maksilaris Akut Darah juvenilis Tumor Nasofaring Hipertensi

40
LOKAL
1. Bekuan darah dikeluarkan
• Bekuan darah dikeluarkan dengan cara sisi.
2. Jepit ala nasi
• Jepit ala nasi 5-15 menit (perdarahan plexus kiesselbach)
3. Vasokonstriktor dan larutan anastesi
• Kapas dibahasi larutan Vasokonstriktor dan larutan anastesi
(tetrakain/lidocain+ephedrin 1%). lalu dimasukan kedalam cavum nasi
selama 10menit.
4. Tampon boorzalf
• Tampon kain kasa seperti pita panjang dimasukan ke dalam cavum nasi
yang berdarah biarkan 24 jam.
5. Tampon bellocq
• Bila perdarahan terjadi di cavum nasi posterior.
6. Ligasi arteri
• Dilakukan apabila semua tindakan di atas tidak berhasil, maka dilakukan
ligasi arteri al. a. carotis interna.
41
UMUM
• PEMBERIAN INFUS
• TRANFUSI DARAH
• PEMBERIAN ANTIBIOTIKA
(BILA TAMPON DIPASANG DALAM WAKTU YANG LAMA)

PENYEBAB EPISTAKSIS HARUS DISELIDIKI LEBIH


LANJUT

42
43
 Hilangnya kontinuitas tulang hidung, patah,
pecah disertai atau tidak kerusakan pada septum
nasi dan tulang yang berhubungan.
 Maksila tidak termasuk.

Kelainan Akibat
trauma tergantung
dari :

- Arah Trauma
- Kekuatan Trauma

44
Fraktur nasal

Tertutup Terbuka Kombinasi

Penyebab Depan
Hidung melesak

Rudapaksa Arah
pukulan Tekanan
Samping
Benturan pada Deviasi kontralateral
Dipengaruhi
KLL
oleh
Perkelahian rusak tulang &
Kekuatan
tulang rawan
Trauma
Perkelahian septum nasi
Deviasi 45
Riwayat
trauma pada Epistaksis
hidung

GEJALA
KLINIS
Bengkak,
bentuk
Buntu hidung
berubah
(deformitas)

46
Odema dan hiperemi pada bagian tulang
hidung.
Pada fraktur terbuka tampak luka pada
kulit dan tulang mencuat keluar
(exposed)

Pada palpasi terdapat nyeri


PEMERIKSAAN tekan dan krepitasi
FISIK Dapat ditemukan epistaksis yang
masih aktif

RA > evaulasi luka pd mukosa atau


deviasi septum

47
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan radiologi tidak
banayak membantu
• X-foto skull lateral

Penatalaksaan
• Reposisi segera
• Bila dlm 3jam hasil maksimal
• Reposisi tertutup

48
Perdarahan yang terjadi dibawah sub
perichondrium. (jarang pada subperiosteum).

49
• Hidung mengalami trauma
• Obstruksio nasi yang progresif dalam waktu pendek
• Tidak menghilang dengan tetes hidung
ANAMNESA • Dapat disertai nyeri dan epistaksis

• RA Tampak tumor pada septum nasi


• Unilateral jarang bilateral, merah tua kebiruan
• Permukaan licin, terasa elastis (saat disentuh dengan
sonde)
PEMERIKSAAN • Pungsi percobaan didapatkan darah

50
TERAPI KOMPLIKASI

Incisi pada
bagian antero- Bila tidak incisi darah
inferior alami organisasi fibrosis
septum nasi tebal timbul
obstruksi permanen
Pasang tampon
(selama
24jam)

Infeksi sekunder abses


septum nasi

51
52

Anda mungkin juga menyukai