Anda di halaman 1dari 7

ANGIOFIBROMA JUVENILIS

OLEH:
Muhammad Noer Shoffi, dr. Sp.T.H.T.K.L. FICS
FKU Universitas HangTuah Surabaya/ RSPAL Dr. Ramelan Surabaya

1
BATASAN
 Suatu tumor pembuluh darah yang berasal dari dinding posterolateral nasofaring,
 secara histopatologi jinak,
 namun secara klinis ganas karena mempunyai sifat ekspansi kuat dan progresif sehingga menekan tulang
dan jaringan sekitarnya.

PATOFISIOLOGI
 Penyebab terjadinya angiofibroma nasofaring juvenilis (ANJ) masih belum jelas,
 diduga terbentuknya berkaitan dengan ketidakseimbangan hormonal.
 Pada awalnya tumor tumbuh pada mukosa bagian posterolateral nasofaring;
 perluasan ke arah lateral menuju ke fosa sphenopalatina masuk ke fissura pterigomaksilaris dan akan
mendesak dinding belakang sinus maksila, bila berkembang akan memasuki fosa intratemporalis sehingga
terjadi benjolan di pipi.
 Perluasan ke intrakranial biasa terjadi melalui intratemporalis atau fissura pterigomaksila menuju ke fosa
media, sedangkan bila melalui sinus etmoid menuju ke fosa anterior.

2
PATOFISIOLOGI
 Secara makroskopis ANJ berupa tumor berbentuk oval/bulat, padat kenyal, berwarna merah keabuabuan atau
merah keunguan.
 Gambaran mikroskopis terbentuk dari pembuluh darah dan jaringan ikat fibrous, dimana pembuluh darah tersebut
berdinding tipis tanpa lapisan otot.

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
 Laki-laki usia muda (pubertas)
 epistaksis hebat dan berulang
 gejala – gejala yang berhubungan dengan pertumbuhan tumor:
 ke rongga hidung: buntu hidung unilateral/bilateral
 ke dorsum nasi: frog face
 ke orbita: protrusio bulbi
 ke tuba Eustachius: otitis media
 ke fissura pterigomaksilaris, fosa temporalis: benjolan di pipi
 ke palatum molle: bombans
 ke orofaring: gangguan menelan dan sesak nafas
 ke dasar tengkorak dan masuk ke rongga tengkorak mendesak otak
3
DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan Fisik:
 Inspeksi: tampak mata menonjol dan bentuk muka frog face
 Rinoskopi anterior: didapatkan tumor di bagian posterior rongga hidung, fenomena palatum molle
negatif.
 Rinoskopi posterior: tampak tumor di nasofaring yang berwarna merah keunguan

3. Pemeriksaan Tambahan:
 Foto Water’s dan tengkorak lateral untuk mengetahui perluasan tumor.
 CT scan untuk melihat perluasan tumor pada tumor yang besar.
 Angiografi untuk melihat vaskularisasi tumor.
 Biopsi tidak dianjurkan mengingat bahaya perdarahan, sehingga diagnosis ANJ dapat ditegakkan
secara klinis.

4
UNTUK MENENTUKAN DERAJAT PERLUASAN TUMOR:
T1: terbatas di nasofaring.
T2: tumor meluas ke rongga hidung atau sinus sfenoid.
T3: tumor meluas ke satu atau lebih jaringan sekitar antara lain antrum, etmoid, fosa pterigomaksilaris, fosa
intra temporal, orbita dan atau pipi.
T4: Tumor meluas ke intra kranial.
 
DIAGNOSIS BANDING
1. Polip koanal: permukaan rata, pucat mengkilap
2. Adenoid: permukaan tidak rata, posisi di tengah, tak ada keluhan epistaksis
3. Karsinoma nasofaring: usia 30-50 tahun, sering disertai pembesaran kelenjar leher.

5
TERAPI

1. Pembedahan, dengan pendekatan:


 Ekstrasi melalui mulut dengan kabel (khusus yang bertangkai)
 Transpalatal
 Rinotomi lateral
 Midfacial degloving
2. Radiasi
Untuk tumor yang besar (T4) atau untuk tumor yang residif, sisa tumor setelah operasi.
3. Hormonal
Pemberian hormon estrogen, bertujuan untuk mengecilkan tumor dan mengurangi risiko perdarahan,
sehingga pembedahan lebih mudah dilakukan.

6
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai