Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI FARING
ANATOMI FARING
Definisi ANJ
Tumor jinak yang berasal dari dinding nasofaring
 Secara histologik jinak namun secara klinis bersifat ganas,
karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang &
meluas ke jaringan sekitarnya, seperti ke sinus paranasal,
pipi, mata & tengkorak, serta sangat mudah berdarah yang
sulit dihentikan & terjadi pada laki-laki prepubertas dan
remaja.
Epidemiologi
Insiden JNA  1 dari 5000-60.000 kasus THT
Dilaporkan 0,05% dari semua tumor kepala dan
leher.
JNA jarang terjadi setelah usia 25 tahun.
Etiologi

Teori Hormonal

Gangguan keseimbangan hormon


androgen & estrogen
Patologi
Makroskopis
•Tumor berbentuk oval/bulat, berlobus-
lobus, kadang bertangkai
•Konsistensi padat kenyal, diliputi mukosa
•Warna kemerahan, atau merah-ungu
•Berbatas jelas
Patologi
Histopatologi
 tumor t.d. stroma dgn sel2 fibroblas &
sejumlah serat2 kolagen, ditemukan banyak
pembuluh darah seperti kapiler berukuran
besar tanpa tunika muskularis

Gejala utama  epistaksis profus


Reseksi pasca operasi dari JNA. Tampak sebuah massa yang besar, tidak
bertangkai (sessile), berwarna kemerahan yang sebelumnya berada dalam
nasofaring. JNA jugadapatberbentukbertangkai (pedunculated) atau polypoi
Gambaran histologis dari JNA. Tampak gambaran fibrosit
berbentuk bintang (tanda *) dalam stroma jaringan ikat, dan
pembuluh darah berdinding tipis (tanda panah).
Hidung
Tersumbat

Epistaksis Mata
menonjol

Gangguan
Anamnesis Bengkak
Penciuman wajah

Rinorea Diplopia
Pemeriksaan Fisik

• Massa tumor kenyal


Rinoskopi
Posterior
• Berwarna abu – merah muda

• Di nasofaring :Selaput lendir berwarna ungu


Tumor • Luar nasofaring : putih / abu-abu

• Hipervaskularisasi
Mukosa • Ulserasi
Penonjolan mata & bagian tengah wajahnya
karena penekanan dari tumor
Pemeriksaan Penunjang

Biopsi Ct-scan arteriografi


Klasifikasi menurut Session :
• Stadium IA : Tumor terbatas di nares posterior dan atau nasofaringeal
voult
• Stadium IB : Tumor meliputi nares posterior dan atau nasofaringeal
voult dengan meluas sedikitnya satu sinus paranasal
• Stadium IIA : Tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila
• Stadium IIB : Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa mengerosi
tulang orbita
• Stadium IIIA : Tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan meluas
sedikit ke intrakranial
• Stadium IIIB : Tumor telah meluas ke intra kranial dengan atau tanpa
meluas ke sinus kavernosus
Klasifikasi menurut Fisch :
• Stadium I : Tumor terbatas di rongga hidung, nasofaring
tanpa mendestruksi tulang
• Stadium II : Tumor menginvasi fossa pterigomaksila,
sinus paranasal dengan destruksi tulang
• Stadium III : Tumor menginvasi fossa infra temporal,
orbita dengan atau region paraselar
• Stadium IV : Tumor menginvasi sinus kavernosus, region
kiasma optik dan fossa pituitari
Klasifikasi menurut Chandler :
•Stadium I : Tumor di nasofaring
•Stadium II : Tumor meluas ke rongga hidung
atau sinus sphenoid
•Stadium III : Tumor meluas kedalam antrum,
sinus eitmoid, fossa pterigomaksila, fossa
infratemporalis, orbita dan atau pipi
•Stadium IV: Tumor meluas ke rongga
intrakranial
Tatalaksana
•Embolisasi

•Operasi
•Terapi Hormonal
•Radioterapi
Komplikasi
• perdarahan yang tak terkontrol
• Iatrogenic injury
• Infeksi SSP
• Defisit neurologis
• transient blindness
• anesthesia of the cheek
• kebutaan
BAB IV
PEMBAHASAN
• Anak laki-laki 13 tahun
• Mimisan kurang lebih 5 bulan. hidung kanan tersumbat diiringi mimisan dari
hidung kanan yang muncul tiba-tiba tanpa penyebab, mimisan dalam satu
hari bisa sampai 3 kali sehari. Mimisan berhenti sendiri jika hidung dipencet,
setelah mimisan pasien sering mengeluh pusing. 3 bulan terakhir pasien
juga mengeluh bahwa susah bicara atau terdengar sengau. Keluhan hidung
tersumbat juga diikuiti dengan menurunnya fungsi penghidu, keluarga juga
mengeluhkan kalau napas pasien berbau. Keluhan tidak disertai dengan
nyeri telinga,keluar cairan dari telinga maupun hidung. Pasien menyangkal
keluhan nyeri menelan, penglihatan terganggu, pembengkakan pipi dan
rahang susah dibuka.
KASUS TEORI
• Laki-laki • Predileksi ANJ yang khas pada
• 13 tahun remaja laki-laki
• Hidung tersumbat • Etiologi berhubungan dengan
hormone seks
• Epistaksis
• Hidung tersumbat yang progresif
• Berbicara sengau
• Epistaksis yang masif
• Penurunan fungsi penghidu
• Gangguan penciuman
• Massa di hidung kanan warna
keabuan, mudah berdarah • ANJ tumor jinak  vaskularisasi
• Massa soliter dibungkus merman yang banyak
mukosa licin dan
hipervaskularisasi
KASUS TEORI
• Hb 6,5 g/dl • Epistaksis yang massif  • Pasien di rawat 
menurunkan kadar Hb perbaikan Hb 
dalam darah transfuse PRC sampai
Hb >10 g/dl
• Massa
hipervaskularisai • Pembuluh darah mudah
 biopsi tidak pecah  dindingnya
dianjurkan hanya dari lapisan elastic
dan lapisan otot halus 
tidak dapat mengalami
vasokontriksi 
perdarahan banyak suli
berhenti
KASUS TEORI
• CT scan  • Perluasan dan destruksi tulang
• massa solid yang terkesan menunjukkan sifat agresif lesi.
berasal dari cavum nasi kanan Pada CT scan angiofibroma
yang meluas ke depan dan nasofaring menyangat kuat.
belakang kearah pharing dan
sinus sphenoid kanan, kearah
atas sinus ethmoidalis anterior
dan posterior massa
menyebabkan septum nasalis
miring ke arah kiri dan
mendestruksi os ethmoidalis
kanan. Massa tampak sangat
menyangat post pemberian
kontras ( 108 HU)
• Rencana  angiografi di RSUD dr. Doris Sylvanus sebelum dirujuk ke
RSUD Ulin Banjarmasin
• Dilakukan perbaikan Hb lebih dahulu dengan transfuse darah sambil
menunggu jaminan BPJS pasien aktif.
• Pasien dipulangkan setelah kadar Hb membaik dan rencana dirujuk ke
RSUD Ulin Banjarmasin untuk penatalaksanaan selanjutnya.
BAB V
KESIMPULAN
• Telah dilaporkan anak laki-laki usia 13 tahun pada anamnesis
didapatkan epistaksis berulang sejak ± 5 bulan terakhir disertai
berbicara sengau, dan penurunan fungsi penghidu yang terjadi tiba-
tiba tanpa adanya riwayat trauma. Pada pemeriksaan fisik pada
hidung didapatkan massa di rongga hidung kanan bewarna keabu-
abuan, tidak nyeri, dan mudah berdarah yang mengarah ke
angiofibroma nasofaring juvenile.
• Pada CT scan Massa tampak sangat menyengat post pemberian
kontras ( 108 HU). Pada CT scan tak tampak pembesaran kelenjar
getah bening. Perluasan dan destruksi tulang menunjukkan sifat
agresif lesi. Pada CT scan angiofibroma nasofaring menyengat kuat
sehingga hal ini mendukung ke arah angiofibroma nasofaring juvenile
• Pasien ini dilakukan rawat inap untuk perbaikan HB sebelum dirujuk
untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Daftar Pustaka
• Roezin A, Dharmabakti US, Musa Z. Angiofibroma Nasofaring Belia. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi
Keenam. Editor: Soepardi EA, dkk. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007:188-190.
• Adams L. George, Boies R. Lawrence, Higher H. Peter. BOIES – Buku Ajar Penyakit THT. Editor: Effendi Harjanto. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta: EGC, 1997. Hal: 324-325
• Kirschner, C. G., Netter, F. H., & American Medical Association. (2005). Netter's atlas of human anatomy for CPT coding. Chicago, Ill.: American Medical
Association
• Adams L. George, Boies R. Lawrence, Higher H. Peter. BOIES – Buku Ajar Penyakit THT. Editor: Effendi Harjanto. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta: EGC, 1997. Hal: 324-325
• Nicolai P, Schreiber A, Villaret AB. Juvenile Angiofibroma: Evolution of Management. International Journal of Pediatrics.; [cited Maret 1 2019]. available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3228400/
• Tewfik TL MD. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma, [online], (http://emedicine.medscape.com/article/872580-overview#showall) [cited Maret 1
2019].
• Tony R, Bull. Color Atlas of ENT Diagnosis 4th Edition. Thieme. 2003; 148
• Park, Chul-Kee et.al. Recurrent Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma Treated with Gamma Knife Surgery. In: http://jkms.org/fulltext/html/jkms-21-
773.html . Korean Academy of Medical Sciences. August 21 2006
• Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head & Neck Surgery- Otolaryngology. 4thEdition. Lippincot Williaws &Wilkins. 2006; pg; 1815-1817
• Rahmani, Shervin et.al. Meningitis And Coma As The First Manifestation Of Juvenile Angiofibroma. In:
http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_otorhinolaryngology/volume_4_number_1_37/article/meningitis_and_coma_as_the_first_ma
nifestation_of_juvenile_angiofibroma.html . The Internet Journal of Otolaryngology ISSN:1528-8420.
• Sivanandan R, Jr. WFE. “Benign and Malignant Tumors of The Nasopharynx”, in Cummings Otolaryngology-Head & Neck Surgery. 4thedition. Elsevier
Mosby. Philadelphia. 2005; pg ; 1669-1681
• Frenz D, Smith RV. “Surgical Anatomy of The Pharynx and Esophagus”. In Otolaryngology Basic Science and clinical Review. Thieme. New York. 2006; pg;
552-565.

Anda mungkin juga menyukai