Anda di halaman 1dari 239

TBL THT-KL 1

PERIODE MEI 2021


1.
SOA
L
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke UGD Rumah Sakit diantar istrinya dengan keluhan nyeri telan
yang hebat sejak 7 hari yang lalu, yang semakin hari dirasa semakin berat. Keluhan disertai dengan bau mulut.
Pasien memiliki riwayat sering menderita tonsilitis. Pasien juga mengeluh sering keluar air liur yang banyak.
Tanda vital didapat tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 92 x/m, RR 18 x/m, temp 38,6oC. Pemeriksaan fisik
tenggorok didapatkan edema palatum mole, fluktuasi (+), uvula terdorong ke sisi kanan dan edem, tonsil T1/T2
hiperemis tampak detritus. Komplikasi intrakranial kasus tersebut adalah...
A. Piema
B. Abses parafaring
C. Mediastinitis
D. Trombus sinus kavernosus
E. Perdarahan
D. TROMBUS SINUS KAVERNOSUS

Keyword:
• Seorang laki-laki berusia 30 tahun dengan keluhan nyeri telan yang hebat
sejak 7 hari yang lalu, keluhan ini semakin hari dirasa semakin berat.
• Keluhan disertai nyeri telinga kiri dan bau mulut. Pasien memiliki riwayat
sering menderita tonsilitis.
• Akhir-akhir ini pasien sering mengeluarkan banyak air liur.
• Tanda vital didapat tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 92 x/m, RR 18 x/m,
temp 38,6oC.
• Pemeriksaan didapatkan edem palatum mole, fluktuasi (+), uvula
terdorong ke sisi kanan dan edem, tonsil T1/T2 hiperemis tampak sedikit
detritus.

Komplikasi intrakranial kasus tersebut adalah...


Abses Peritonsil (Quinsy)

• Etiologi: Streptokokus, Staphylococcus.


• Gejala dan Tanda: mirip seperti tonsilitis akut juga terdapat odinofagia
hebat, otalgia, muntah, foetor ex ore, hipersalivasi, suara gumam (hot
potato voice) dan kadang sampai trismus, serta pembengkakan kelenjar
submandibula dengan nyeri tekan.
• Pemeriksaan: adanya trismus menyulitkan pemeriksa untuk evaluasi
keseluruhan faring. Palatum mole tampak udem teraba fluktuasi. Uvula
edem dan terdorong ke sisi kontralateral. Tonsil edem, hiperemis,
mungkin banyak detritus dan terdorong ke arah tengah, depan, dan
bawah.
Abses Peritonsil (Quinsy)

• Terapi:
• Stadium infiltrasi: antibiotik golongan pensilin atau klindamisin,
dan obat simtomatik, serta kumur dengan cairan hangat,
kompres dingin pada leher.
• Abses: pungsi daerah abses, kemudian insisi drainase untuk
mengeluarkan nanah. Kemudian pasien dianjurkan
tonsilektomi, yang umumnya diakukan sesudah infeksi tenang,
yaitu sekitar 2-3 minggu setelah drenase abses.
Abses Peritonsil (Quinsy)

Komplikasi:
• Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan
perdarahan, aspirasi paru (piema).
• Penjalaran infeksi dan abses kedaerah parafaring, sehingga
terjadi abses parafaring. Pada penjalaran selanjutnya masuk
kemediastinum sehingga menjadi mediastinitis.
• Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat
mengakibatkan trombus kavernosus, meningitis, dan abses
otak.
Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti
Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Piema  aspirasi paru, terjadi pada abses


peritonsilar yang pecah spontan
B. Abses parafaring  abses daerah parafaring, merupakan
penjalaran infeksi yang terjadi akibat abses peritonsillar ke
daerah parafaring
C. Mediastinitis  infeksi yang menjalar pada
mediastinum
E. Perdarahan  komplikasi yang terjadi pada abses
yang pecah spontan
Jadi, komplikasi intrakranial kasus tersebut adalah...

D. TROMBUS SINUS
KAVERNOSUS
2.
SOA
L
Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan kedua telinga terasa
penuh. Keluhan ini dirasakan setelah dia naik pesawat melakukan perjalanan ke luar negeri. Pasien juga
mengeluh kedua telinganya berdenging dan merasa pendengarannya menurun. Pasien memiliki riwayat sakit
vertigo. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Kemungkinan diagnosis pasien tersebut adalah...
A. Motion sickness
B. Vertigo paroksismal postural benigna
C. Aerotitis
D. Meniere disease
E. Sudden deafness
C. AEROTITIS

Keyword:
• Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke tempat praktek
dokter dengan keluhan kedua telinga terasa penuh. Keluhan ini
dirasakan setelah dia naik pesawat melakukan perjalanan ke
luar negeri.
• Pasien juga mengeluh kedua telinganya berdenging dan
merasa pendengarannya menurun.
• Pasien memiliki riwayat sakit vertigo. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal

Kemungkinan diagnosis pasien tersebut adalah...


Aerotitis (Barotrauma)

• Adalah keadaan terjadinya perubahan tekanan secara tiba-tiba diluar


telinga tengah sewaktu dalam pesawat terbang atau menyelam.
Apabila perbedaan tekanan 90 cmHg, maka otot yang normal tidak
mampu membuka tuba.
• Keadaan ini terjadi tekanan negatif dirongga telinga tengah,
sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan
kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di
telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
Aerotitis (Barotrauma)

• Keluhan pasien berupa kurang dengar, rasa nyeri dalam


telinga, aufoni, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-
kadang tinitus dan vertigo.
• Terapi: konservatif dengan memberikan dekongestan lokal
atau dengan melakukan perasat valsava selama tidak
terdapat infeksi di jalan napas atas. Bila cairan yang
bercampur darah menetap ditelinga tengah sampai
beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan
miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi.
• Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan
dengan selalu mengunyah permen karet.

Daftar Pustaka:
• Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny
Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…
A. Motion sickness  sindroma yang terjadi saat pasien terpapar
gerakan tertentu dan biasanya menghilang segera setelah
penghentiannya, gejala rasa penuh di epigastrium, mual hingga
muntah, malaise, dan iritabel.
B. Vertigo paroksismal postural benigna  akibat
terlepasnya otolith dari kanalis semisirkularis
D. Meniere disease  trias gejala: veritigo, tinnitus, tuli
sensorineural nada rendah
E. Sudden deafness  tuli sensorineural yang terjadi tiba- tiba,
etiologi tidak langsung diketahui, terjadi kerusakan koklea
sehingga merupakan SNHL
Jadi, kemungkinan diagnosis pasien tersebut
adalah...

C.
AEROTITIS
3.
SOA
L
Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke rumah sakit diantar anaknya dengan keluhan keluar ingus
bercampur darah. Pasien mengalami keluhan sejak 5 bulan yang lalu. Pasien merasakan telinga kanan
berdenging dan hidung sebelah kanan buntu. Sejak 3 bulan terakhir muncul benjolan di leher yang semakin
hari semakin besar, tidak nyeri tetapi sudah untuk digerakkan. Pasien juga mengeluh pandangannya ganda.
Pemeriksaan fisik didapatkan membran timpani retraksi dan bola mata tidak dapat melirik kearah lateral.
Pemeriksaan gold standard untuk menegakkan diagnosis adalah…
A. CT-Scan
B. MRI
C. Skull x-ray
D. Serologi
E. Biopsi
E. BIOPSI
Keyword:
• Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke rumah sakit diantar anaknya
dengan keluhan keluar ingus bercampur darah. Pasien mengalami
keluhan sejak 5 bulan yang lalu. Pasien merasakan telinga kanan
berdenging dan hidung sebelah kanan buntu. Sejak 3 bulan terakhir
muncul benjolan di leher yang semakin hari semakin besar, tidak nyeri
tetapi sudah untuk digerakkan. Pasien juga mengeluh pandangannya
ganda.
• Pemeriksaan fisik didapatkan membran timpani retraksi dan
bola mata tidak dapat melirik kearah lateral.

Pemeriksaan gold standard untuk menegakkan diagnosis


adalah…
Ca Nasofaring

• Adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan tempat


oredileksi di fosa Rossenmuller. Disebabkan oleh virus EBV dengan
faktor predisposisi lain yaitu ras, genetik, iritasi bahan kimia,
kebiasaan memasak dengan kayu bakar. Gejala ini dapat berupa
gangguan hidung, telinga, karena tempat asal tumor tumbuh
biasanya dekat dengan muara tuba eustachius, jika dibiarkan dapat
infiltrasi ke ruang intrakranial.
Ca Nasofaring

Gejala Manifestasi Klinis


Telinga Tinitus, pendengaran menurun, otalgia
Hidung Pilek lama, ingus bercampur darah, buntu hidung
Intrakranial Nyeri kepala, gangguan pada saraf kranialis (diplopia, kelumpuhan saraf wajah dan bola
mata, gangguan saraf sensorik daerah wajah, gangguan menelan, dan lain-lain)
Leher Benjolan atau tumor di leher yan gmerupakan metastase ke kelenjar getah bening
Pemeriksaan penunjang Ca Nasofaring

• CT-Scan kepala dan leher


• Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mendeteksi
virus Epstein-Barr  lebih sering digunakan untuk
menentukan prognosis terhadap pengobatan
• Biopsi nasofaring  Gold Standard penunjang
Ada 3 bentuk karsinoma secara histopatologi menurut WHO
yaitu karsinoma sel skuamosa (berkeratinisasi), karsinoma
tidak berkeratinisasi, dan karsinoma tidak berdiferensiasi
Stadium Ca Nasofaring
Tatalaksana Ca Nasofaring

• Stadium I: Radioterapi
• Stadium II dan III: Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N < 6 cm: Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N > 6 cm: Kemoterapi dilanjutkan dengan
kemoradiasi

Sumber: Soepardi EA, et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher,
Edisi ke enam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI hal 158-163
Jawaban lainnya…

A. CT-Scan  bukan gold standard


B. MRI  bukan termasuk pemeriksaan penunjang Ca
Nasofaring
C. Skull x-ray  bukan termasuk pemeriksaan
penunjang Ca Nasofaring
D. Serologi  bukan gold standard
Jadi, pemeriksaan gold standard untuk menegakkan
diagnosis adalah…

E.
BIOPSI
4.
SOA
L
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun datang ke tempat praktik dokter diantar oleh ibunya dengan
keluhan nyeri pada tenggorokannya sejak 5 hari yang lalu. Keluhan lain berupa suara serak dan demam.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan temperatur aksila 38,7oC. Pemeriksaan fisik ditemukan anak tampak
nyeri, disfoni, tonsil T2/T2 serta pseudomembran putih dan mengalami perdarahan saat diangkat, tampak
bull neck.
Etiologi kasus tersebut adalah…
A. Corynebacterium diphteriae
B. Haemophyllus influenzae
C. Streptococcus beta haemolyticus grup A
D. Corynebacterium minutissimum
E. Staphylococcus aureus
A. CORYNEBACTERIUM DIPHTERIAE
Keyword:
• Seorang anak perempuan berusia 6 tahun datang diantar oleh ibunya
ke tempat praktek dokter dengan keluhan nyeri pada
tenggorokannya sejak 5 hari yang lalu.
• Keluhan lain berupa suara serak dan demam.
• Pemeriksaan tanda vital didapatkan temperatur aksila 38,7oC.
Pemeriksaan fisik ditemukan anak tampak nyeri, disfoni, tonsil
T2/T2 serta pseudomembran putih dan mengalami perdarahan
saat diangkat, tampak bull neck.

Etiologi kasus tersebut adalah…


Tonsilitis Difteri

• Etiologi: Corynebacterium diptheriae


• Sering ditemukan pada anak usia < 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada
usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita
penyakit ini.
• Gejala umum: demam, beberapa diantaranya subfebris, nyeri kepala,
tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri telan.
• Gejala lokal: tonsil bengkak dengan ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin luas dan membentuk membran semu. Membran ini
dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea dan
bronkus serta dapat menyumbat saluran napas. Mudah berdarah saat
diangkat, bull neck.
Tonsilitis Difteri

• Gejala akibat eksotoksin: miokarditis sampai dekompensatio cordis,


albuminuria.
• Diagnosis: berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan preparat
langsung kuman yang diambil dari pseudoembran.
• Terapi:
Antidifteri serum 20.000 -100.000 unit tergantung usia dan berat penyakit.
 Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
 Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari.
 Antipiretik untuk simtomatis.
 Pasien harus diisolasi. Perawatan kurang lebih selama 2-3 minggu.
Tonsilitis Difteri

• Komplikasi: laringitis difteri, miokarditis, dekompensatio cordis,


kelumpuhan otot palatum mole, otot mata, otot faring dan otot
laring, suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, serta
albuminuria.

Daftar Pustaka:
• Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

B. Haemophyllus influenzae  tidak tepat, merupakan


salah satu etiologi otitis media akut, dan etiologi
tersering dari epiglotitis
C. Streptococcus beta haemolyticus grup A  tidak
tepat, merupakan etiologi tersering faringitis atau
tonsilitis akut non difteria
D. Corynebacterium minutissimum  tidak tepat,
merupakan etiologi eritrasma
E. Staphylococcus aureus  tidak tepat,
merupakan etiologi tersering pyoderma
Jadi, etiologi kasus tersebut adalah…

A. CORYNEBACTERIUM
DIPHTERIAE
5.
SOA
L
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan keluhan keluar
cairan pada lubang kecil didekat telinga kanannya. Menurut keterangan dari ibu pasien, lubang kecil yang ada
didekat telinga kanannya sudah diketahui sejak anak berusia 3 tahun. Namun akhir-akhir ini keluar cairan
kekuningan dan berbau. 1 tahun yang lalu pernah bengkak dilubang tersebut. Pemeriksaan fisik didapatkan
lubang didepan tragus diameter 1 mm, bila dipencet keluar cairan kekuningan, tidak ada tanda radang.
Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut adalah...
A. Abses preaurikula
B. Fistula preaurikula
C. Cauliflower ear
D. Atresia liang telinga
E. Kista preaurikula terinfeksi
B. FISTULA PREAURIKULA

Keyword:
• Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya
dengan keluhan keluar cairan pada lubang kecil didekat telinga kanannya. Menurut
keterangan dari ibu pasien, lubang kecil yang ada didekat telinga kanannya sudah
diketahui sejak anak berusia 3 tahun. Namun akhir-akhir ini keluar cairan
kekuningan dan berbau.
• 1 tahun yang lalu pernah bengkak di lubang tersebut.
• Pemeriksaan fisik didapatkan lubang di depan tragus diameter 1 mm, bila dipencet
keluar cairan kekuningan, tidak ada tanda radang.

Diagnosis yang mungkin pada pasien tersebut adalah...


Fistula Preaurikula

• Terjadi bila terdapat kegagalan penggabungan tuberkel ke satu dan


tuberkel kedua. Fistel jenis ini merupakan kelainan herediter yang
bersifat dominan. Sering ditemukan di depan tragus berbentuk bulat
atau lonjong dengan ukuran seujung pensil. Dari muara fistel sering
keluar cairan yang berasal dari kelenjar subasea.
• Pasien datang karena terdapat obstruksi atau infeksi fistula, sehingga
terjadi pioderma atau selulitis fasial infeksi akut.
• Terapi: antibiotik dan bila suda terbentuk abses dilakukan insisi
abses.
Fistula Preaurikula

• Tindakan operasi diperlukan bila cairan keluar berkepanjangan


atau terjadi infeksi berulang sehingga mengganggu aktifitas.
Sewaktu operasi fistel harus diangkat seluruhnya untuk mencegah
kekambuhan.

Sumber:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti
Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Abses preaurikula ada tanda radang, fluktuasi (+)


C. Cauliflower  komplikasi perikondritis, yaitu
hancurnya tulang rawan daun telinga
D. Atresia liang telinga tidak terbentuknya liang telinga,
atau terbentuk tetapi tidak sempurna
E. Kista preaurikula terinfeksi nama lain dari abses
preaurikula
Jadi, diagnosis yang tepat pada pasien tersebut
adalah...

B. FISTULA
PREAURIKULA
6.
SOA
L
Seorang perempuan usia 20 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri menelan sejak 4 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan suara terdengar parau dan batuk kering. Pasien bekerja sebagai pembawa
acara. Vital sign didapatkan suhu 37,9oC. Pemeriksaan tenggorok dan laring ditemukan mukosa laring
hiperemis. Tonsil T1/T1serta edema daerah atas pita suara. Diagnosis yang mungkin adalah...
A. Tonsilitis akut
B. Laringitis luetika
C. Singer’s nodul
D. Faringitis akut
E. Laringitis akut
E. LARINGITIS AKUT

Keyword:
• Seorang perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan nyeri
menelan sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan suara
terdengar parau dan batuk berdahak. Pasien bekerja sebagai
pembawa acara.
• Vital sign didapatkan suhu 37,9oC. Pemeriksaan tenggorok dan laring
ditemukan mukosa laring hiperemis. Tonsil T1/T1serta edem
daerah atas pita suara.

Diagnosis yang mungkin adalah...


Laringitis Akut
• Merupakan kelanjutan dari rinofaringitis (common cold), dimana pada anak
sering menyebabkan sumbatan jalan napas.
• Etiologi: sebagai penyebab radang ialah bakteri menyebabkan radang lokal
dan virus menyebabkan peradangan sistemik.
• Tanda dan gejala: demam, malaise, suara parau sampai afoni, nyeri ketika
menelan atau berbicara, serta gejala sumbatan laring. Selain itu terdapat
batuk kering dan lama kelamaan disertai dahak kental.
• Pemeriksaan: tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama
diatas dan bawah pita suara. Biasanya terdapat juga tanda radang akut
hidung atau sinus paranasal atau paru.
Laringitis Akut

• Terapi:
• Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari, menghirup udara
lembab, menghindari iritasi pada faring dan laring misalnya
rokok, makanan pedas, atau minuman dingin.
• Antibiotik diberikan apabila peradangan berasal dari paru. Bia
terdapat sumbatan laring, dilakukan pemasangan pipa
endotrakea atau trakeostomi.
Daftar Pustaka:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti
Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Tonsilitis akut  infeksi akut pada tonsil, terdapat


pembesaran tonsil, hiperemi disertai detritus
B. Laringitis luetika  infeksi laring yang kronis disertai
adanya guma, apabila pecah maka timbul ulkus.
C. Faringitis akut  infeksi akut pada faring, gejalanya umum
odinofagia atau disfagia, mukosa faring hiperemi
D. Singer’s nodul  terdapat nodul di pita suara, faktor
risiko tersering adalah vocal abuse
Jadi, diagnosis yang mungkin adalah...

E. LARINGITIS
AKUT
7.
SOA
L
Seorang perempuan usia 20 tahun datan ke Puskesmas dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga
kanan. Keluhan tidak disertai keluar cairan. Pasien mengatakan bahwa 6 bulan yang lalu telinga kanan pasien
sering mengeluarkan cairan berbau busuk.
Pasien mengaku takut untuk berobat ke dokter sehingga dari awal keluhan muncul pengobatannya tidak tuntas.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan otoskopi telinga kanan ditemukan perforasi
marginal, kolesteatom (+), dan tampak jaringan
granulasi. Diagnosis pasien tersebut adalah...
A. Otitis Media Supuratif Kronis tipe Maligna
B. Otitis Media Akut stadium resolusi
C. Otitis Media Efusi
D. Otitis Media Supuratif Kronis tipe Benigna
E. Otitis Media Akut stadium presupurasi
A. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TIPE
MALIGNA
Keyword:
• Seorang perempuan usia 20 tahun datang ke Puskesmas
dengan keluhan penurunan pendengaran pada telinga
kanan. Keluhan tidak disertai keluar cairan.
• Pasien mengatakan bahwa 6 bulan yang lalu telinga kanan
pasien sering mengeluarkan cairan berbau busuk. Pasien
mengaku takut untuk berobat ke dokter sehingga dari awal
keluhan muncul pengobatannya tidak tuntas.
• Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan otoskopi
telinga kanan ditemukan perforasi marginal, kolesteatom (+),
dan tampak jaringan granulasi.

Komplikasi intrakranial yang dapat terjadi pada pasien tersebut


adalah...
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

• Adalah peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran


timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 12
minggu, baik terus menerus atau hilang timbul.
• Diagnosis:
• Keluar cairan dari telinga secara terus menerus atau hilang
timbul lebih dari 12 minggu, cairan berwarna kuning/kuning-
kehijauan/ bercampur darah/jernih/berbau. Terdapat gangguan
pendengaran.
• Pemeriksaan otoskopi tergantung tipe OMSK.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

OMSK Tipe Aman (Benigna):


- Perforasi sentral atau pars OMSK Tipe Bahaya (Maligna):
- Perforasi atik, marginal, atau
tensa bentuk ginjal atau
sentral besar (total)
bundar
- Sekret sangat berbau, warna
- Sekret biasanya mukoid atau
kuning keabuan, purulent,
tidak terlalu berbau
- Mukosa kavum timpani tidak dan dapat terlihat kepingan
berwarna putih mengkilap
edem, hipertrofi, granulasi,
- Kolesteatom
atau terdapat
- Jaringan granulasi
timpanosklerosis
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

• Pemeriksaan penunjang:
• Tes garpulata: menunjukkan tuli konduksi, Audiometri, dan Fotos
mastoid.
• Tatalaksana:
• OMSK tipe aman (benigna): konservatif atau dengan
medikamentosa. Pencuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari.
Obat tetes telinga mengandung antibiotik dan kortikosteroid,
oral eritromisin atau ampisilin miringoplasti/timpanoplasti
setelah 2 bulan.
• OMSK tipe bahaya (maligna): mastoidektomi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

• Komplikasi:
• Telinga tengah: perforasi membran timpani persisten, erosi tulang
pendengaran, paralisis nervus fasialis.
• Telinga dalam: fistula labirin, labirinitis supuratif, tuli
sensorineural.
• Ekstradural: abses ekstradural, thrombosis sinus lateralis,
petrositis.
• Intrakranial: meningitis, abses otak, hidrocephalus otitis.

Daftar Pustaka:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin,
Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…
B. Otitis Media Akut stadium resolusi  onset akut, membran
timpani perforasi namun sudah menutup perlahan, tidak ada
sekret liang telinga, gejala sistemik berkurang
C. Otitis Media Efusi  membran timpani tampak suram, tampak
air fluid level atau bubles pada OME yang berisi cairan serus
D. Otitis Media Supuratif Kronis tipe Benigna  perforasi
membrane timpani sentral, kolesteatoma tidak ada
E. Otitis Media Akut stadium presupurasi  membran timpani
hiperemi dan terdapat air fluid level, disertai nyeri namun
tidak seberat fase supurasi dan gejala sistemik, belum ada
sekret keluar di telinga
Jadi, diagnosis pasien tersebut adalah...

A. OTITIS MEDIA SUPURATIF


KRONIS TIPE MALIGNA
8.
SOA
L
Seorang perempuan berusia 57 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan penurunan pendengaran sejak 5
bulan yang lalu, yang semakin lama semakin memberat. Keluhan ini dirasakan lebih berat pada telinga
kanannya. Keluhan lain berupa telinga berdenging dan terkadang pusing. Bila di keramaian pasien cenderung
bicara pelan dan merasa pendengarannya membaik. Pada pemeriksaan fisik dan otoskopi didapatkan
Schwartze sign. Tatalaksana yang paling tepat pada kasus diatas adalah...
A. Pemberian antibiotik
B. Stapedektomi
C. Timpanoplasti
D. Pemakaian alat bantu dengar
E. Tatalaksana simptomatik
B. STAPEDEKTOMI

Keyword:
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan
penurunan pendengaran sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan ini
dirasakan lebih berat pada telinga kanannya. Keluhan lain berupa
telinga berdenging dan pusing.
• Bila di keramaian pasien cenderung bicara pelan dan merasa
pendengarannya membaik.
• Pemeriksaan fisik dan otoskopi ditemukan Schwartze sign.

Tatalaksana yang paling tepat pada kasus diatas adalah...


Otosklerosis

• Adalah penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spoingiosis atau
pengapuran di daerah kaki stapes, sehingga kaku dan tidak dapat
menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik.
• Etiologi masih belum dapat dipastikan, diperkirakan akibat beberapa
faktor seperti keturunan dan gangguan perdarahan pada stapes.
• Gejala dan tanda klinik:
• Pendengaran berkurang secara progresif
• Tinitus
• Vertigo
Otosklerosis
• Pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak ditemukan kelainan. Membran timpani utuh,
tuba paten dan tidak terdapat riwayat penyakit telinga atau trauma kepala atau telinga
sebelumnya
• Pemeriksaan otoskopu didapatkan gambaran membrana timpani yang kemerahan oleh
karena terdapat pelebaran pembuluh darah (Schwartze sign)
• Pada pemeriksaan audiogram ditemukan bahwa ditemukan depresi, pada
frekuensi 2000 Hz, atau disebut dengan “Carhart Notch”.
• Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan audiometri nada murni dan pemeriksaan
impedance.
• Khas dari otoslerosis adalah Paracusis willisi, yaitu pendengaran membaik
dalam ruangan bising.
Terapi Otosklerosis

• Pengobatan penyakit ini adalah operasi stapedektomi atau


stapedotomi, yaitu stapes diganti dengan bahan protesis. Pada kasus
yang tidak dapat dilakukan operasi, alat bantu dengar dapat
sementara membantu pendengaran.

Sumber:
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti
Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jeana Salima, dkk. 2016. Tuli Konduktif e.c Suspek Otosklerosis Auris Sinistra pada Pasen Laki-laki berusia
49 Tahun. JPM Ruwa Jurai; 2 (1)
Jawaban lainnya…

A. Pemberian antibiotik  tidak tepat, karena bukan


merupakan infeksi
C. Timpanoplasti  operasi perbaikan membrane timpani
D. Pemakaian alat bantu dengar  dilakukan pada
kasus otosklerosis yang tidak dapat dilakukan
operasi, hanya bersifat sementara dan bukan terapi
yang tepat
E. Tatalaksana simptomatik  tidak tepat
Jadi, tatalaksana yang paling tepat pada kasus diatas
adalah...

B.
STAPEDEKTOMI
9.
SOA
L
Seorang perempuan usia 27 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan nyeri pada telinga kiri
sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai demam, badan terasa lemas, dan muncul plentingan berisi cairan yang
menggerombol awalnya di pipi kemudian menyebar sampai belakang telinga. Saat ini otot wajah kiri juga
melemah. Riwayat cacar air saat masih kecil. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70
mmHg, nadi Pada pemeriksaan status lokalis tampak multiple vesikle diatas makula eritem umur dalam satu
gerombolan sama tapi berbeda dengan gerombolan lainnya serta kulit diantara gerombolan normal. Paralisis
otot wajah kiri (+). Etiologi yang menyebabkan keluhan tersebut adalah…
A. Herpes simplek virus
B. Herpes zooster virus
C. Varicella zoster virus
D. Pox virus
E. Coxsackie virus
C. VARICELLA ZOSTER VIRUS
Keyword:
• Seorang perempuan usia 27 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada telinga kiri sejak 4 hari yang lalu.
• Keluhan disertai demam, badan terasa lemas, dan muncul
plentingan berisi cairan yang menggerombol awalnya di pipi
kemudian menyebar sampai belakang telinga.
• Saat ini otot wajah kiri juga melemah.
• Riwayat cacar air saat masih kecil.
• Pada pemeriksaan status lokalis tampak multiple vesikle diatas
makula eritema umur dalam satu gerombolan sama tapi berbeda
dengan gerombolan lainnya serta kulit diantara gerombolan
normal. Paralisis otot wajah kiri (+).

Etiologi yang menyebabkan keluhan tersebut adalah...


Herpes Zoster Otikus

• Etiologi: Varicella Zoster virus (VZV)


• Dapat mengenai saraf trigeminus, gangilion genikulatum dan
radiks servikalis bagian atas disebut Sindroma Ramsay Hunt.
• Diagnosis:
• Nyeri pada telinga, rasa terbakar disekitar wajah, mulut,
lidah, mual muntah, gangguan pendengaran, hiperakusis
atau tinitus.
• Tampak vesikel pada liang telinga, konka, dan daun
telinga. Bintik kemerahan pada kulit di belakang telinga,
dinding lateral hidung, pallatum mole, dan lidah bagian
anterolateral. Paralisis saraf fasialis, dapat ditemukan tuli
sensoris
Herpes Zoster Otikus

• Terapi:
• Acyclovir 5x800 mg/hari (5-7 hari)
• Valancyclovir 3x1000 mg (10-14 hari)
• Famcyclovir 3x500 mg/hari (10 hari)
• Terapi simtomatis berupa analgetik dan antiinflamasi

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor:
Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Herpes simplek virus  etiologi herpes simpleks


B. Herpes zooster virus  tidak tepat
D. Pox virus  etiologi moluskum kontagiosum
E. Coxsackie virus  etiologi hand, foot and mouth disease
Jadi, etiologi yang menyebabkan keluhan tersebut
adalah…

E. VARICELLA ZOSTER
VIRUS
10.
SOA
L
Seorang perempuan berusia 30 tahun datang UGD rumah sakit dengan keluhan sesak napas sejak tadi malam.
Keluhan diawali dengan nyeri tenggorok dan leher, kemudian bengkak pada dasar mulut. Pasien riwayat sakit
gigi sejak 5 tahun yang lalu. Pada inspeksi dan palpasi ditemukan pembengkakan ekstraoral pada rahang bawah
bilateral simetris teraba keras dan terlihat lidah terangkat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
150/90 mmHg, napas 35 x/menit, suhu 38,1oC, nadi 70 x/menit, pasien tampak lemah dan terdapat trismus 2
jari. Tatalaksana paling tepat untuk pasien tersebut adalah…
A. Antibiotika oral dan insisi drainase
B. Analgetik oral dan insisi drainase
C. Kortikosteroid parenteral dan insisi drainase
D. Antibiotika parenteral dan insisi drainase
E. Kortikosteroid oral dan insisi drainase
D. ANTIBIOTIKA PARENTERAL DAN
INSISI DRAINASE
Keyword:
• Seorang perempuan berusia 30 tahun datang UGD rumah
sakit dengan keluhan sesak napas sejak tadi malam. Keluhan
diawali dengan nyeri tenggorok dan leher, kemudian bengkak
pada dasar mulut. Pasien riwayat sakit gigi sejak 5 tahun yang
lalu.
• Pada inspeksi dan palpasi ditemukan pembengkakan
ekstraoral pada rahang bawah bilateral simetris teraba keras
dan terlihat lidah terangkat.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90
mmHg, napas 35 x/menit, suhu 38,1oC, nadi 70 x/menit, pasien
tampak lemah dan terdapat trismus 2 jari.

Tatalaksana paling tepat untuk pasien tersebut adalah…


Angina Ludovici (Ludwig)

• Adalah infeksi ruang submandibular berupa selulitis dengan tanda khas


pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses,
sehingga keras pada perabaan submandibula.
• Sumber infeksi sering kali berasal dari gigi atau dasar mulut, oleh
kuman aerob dananaerob.
• Gejala dan tanda: nyeri tenggorok dan leher disertai pembengkakan
daerah submandibularis yang tampak hiperemis dan keras pada
perabaan. Dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas
belakang, sehingga meninbulkan sesak napas akibat sumbatan jalan
napas.
Angina Ludovici (Ludwig)

• Diagnosis: riwayat sakit gigi, mengorek atau mencabut gigi, gejala dan
tanda klinik yang sesuai. Pada “Pseudo Angina Ludovici”, dapat terjadi
fluktuasi.
• Terapi:
– Antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob yang
diberikan secara parenteral.
– Evakuasi pus (drainase) atau jaringan nekrosis. Insisi dilakukan di garis
tengah secara horizontal setinggi hioid (3- 4 jari dibawah mandibula).
– Obati sumber infeksi untuk cegah kekambuhan. Pasien rawat inap
sampai infeksi reda.
Angina Ludovici (Ludwig)

• Komplikasi:
• Sumbatan jalan napas
• Penjalaran abses ke ruang leher dalan dan
mediatinum
• Sepsis

Sumber:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna
Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Antibiotika oral dan insisi drainase  tidak tepat


B.Analgetik oral dan insisi drainase  tidak tepat
C.Kortikosteroid parenteral dan insisi drainase 
tidak tepat
E. Kortikosteroid oral dan insisi drainase  tidak tepat
Jadi, tatalaksana paling tepat untuk pasien tersebut
adalah…

D. ANTIBIOTIKA PARENTERAL
DAN INSISI DRAINASE
11.
SOA
L
Seorang perempuan usia 60 tahun datang ke UGD RS diantar oleh anaknya dengan keluhan keluar darah dari
kedua lubang hidung. Darah merah segar dengan volume sekitar 600 cc, keluhan baru pertama kali dirasakan.
Keluhan muncul tiba-tiba. Tidak ada riwayat trauma. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dalam batas normal. Tatalaksana segera untuk pasien tersebut
yang paling tepat adalah…
A. Tampon anterior 2x24 jam
B. Menekan hidung 10-15 menit
C. Ligasi arteri sfenopalatina
D. Tampon Bellocq 48-72 jam
E. Kaustik AgNO3 25-30%
D. TAMPON BELLOCQ 48-72 JAM

Keyword:
• Seorang perempuan usia 60 tahun datang ke UGD RS diantar oleh anaknya
dengan keluhan keluar darah dari kedua lubang hidung. Darah merah segar
dengan volume sekitar 600 cc, keluhan baru pertama kali dirasakan.
Keluhan muncul
tiba-tiba. Tidak ada riwayat trauma. Pasien memiliki riwayat hipertensi
tidak terkontrol.
• Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dalam batas normal.

Tatalaksana segera untuk pasien tersebut yang paling tepat


adalah…
Epistaksis

• Etiologi:
• Kelainan lokal: trauma, kelainan anatomi,
kelainanpembuluh darah, infeksi lokal, benda asing, tumor,
pengaruh udara lingkungan.
• Kelainan sistemik: penyakit kardiovaskular, kelaianan darah,
infeksi sistemik, perubahan tekanan atmosfir, kelainan
hormonal dan kelainan kongenital.
• Sumber perdarahan:
• Epistaksis anterior: plexus Kisselbach diseptum bagian
anterior atau arteri etmoidalis anterior.
• Epistaksis posterior: arteri etmoidalis posterior atau arteri
sfenopalatina.
Epistaksis

• Epistaksi anterior biasanya perdarahannya ringan karena keadaan


mukosa yang hiperemis atau kebiasaan mengorek hidung dan
kebanyakan terjadi pada anak, seringkali berulang dan berhenti
sendiri.
• Epistaksis posterior, perdarahannya lebih hebat dan jarang dapat
berhenti sendiri. Sering ditemukan pada pasien hipertensi,
arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler
akibat pecahnya arteri sfenopalatina.
Terapi Epistaksis

• Prinsip utama:
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah berulangnya epistaksis
• Menghentikan perdarahan anterior: dapat dicoba dengan menekan
hidung dari luar selama 10-15 menit. Bila sumber perdarahan
terlihat dapat dikaustik AgNO3 25-30%. Kemudian beri antibiotik.
Bila tidak berhasil maka dapat diberi tampon yang diolesi dengan
pelumas vaselin atau salep antibiotik selama 2x24 jam.
Terapi Epistaksis

• Menghentikan perdarahan posterior: lebih sulit diatasi, untuk


menanggulangi perdarahan posterior dilakukan pemasangan
tampon posterior, yang disebut Bellocq. Tampon ini didiamkan
selama 2-3 hari. Bila tampon Bellocq tidak ada dapat diganti
dengan kateter Folley dengan balon.
• Semakin meningkatnya pemakaian endoskop, akhir-akhir ini juga
dikembangkan teknik kauterisasi atau ligasi arteri spenopalatina
dengan panduan endoskop.
Epistaksis

• Komplikasi: aspirasi darah ke dalam saluran napas, syok, anemia,


dan gagal ginjal, hipotensi, hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi
koroner, infark miokard, infeksi, rhinosinusitis, otitis media,
septikemia, hemotimpanum, bloddy tears.
• Mencegah perdarahan berulang: pemasangan tampon, perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan foto polos atau CT
scan, dan pertimbangkan konsul pada bagian terkait.

Daftar Pustaka:
• Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar,
Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Tampon anterior 2x24 jam  tatalaksana epistaksis anterior


B. Menekan hidung 10-15 menit  tatalaksana
epistaksis anterior
C. Ligasi arteri sfenopalatina  bukan tatalaksana segera
epistaksis posterior, tetap diawali dengan tampon Bellocq,
selanjutnya apabila tidak kunjung berhenti dapat dilakukan
metode tersebut
E. Kaustik AgNO3 25-30%  tatalaksana epistaksis
apabila sumber perdarahan langsung ditemukan
Jadi, tatalaksana segera untuk pasien tersebut yang
paling tepat adalah…

D. TAMPON BELLOCQ 48-72


JAM
12
SOA
L
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri telan sejak sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
disertai suara serak dan badan terasa lemas. Pasien bekerja sebagai disk jockey sekaligus juga penyanyi. Tanda
vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,9oC. Pada pemeriksaan
didapatkan bercak keputihan pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding posterior. Tonsil T1/T1. Tampak
ulkus kecil pada faring. Pembesaran kelenjar mandibula (+). Tes serologi TPHA (+). Diagnosis pasien yang
tepat adalah...
A. Faringitis akut
B. Faringitis difteri
C. Nodul jinak laring
D. Faringitis luetika
E. Laringitis akut
D. FARINGITIS LUETIKA

Keyword:
• Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan
nyeri telan sejak sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai
suara serak dan badan terasa lemas. Pasien bekerja sebagai
disk jockey sekaligus juga penyanyi. Tanda vital didapatkan
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, RR 20 x/menit,
suhu 37,9oC.
• Pada pemeriksaan didapatkan bercak keputihan pada lidah,
palatum mole, tonsil, dan dinding posterior. Tonsil T1/T1.
Tampak ulkus kecil pada faring.
• Pembesaran kelenjar mandibula (+). Tes serologi TPHA (+).

Diagnosis pasien yang tepat adalah...


Faringitis Luetika

• Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi didaerah faring


seperti penyakit lues di organ lain. Gambaran kliniknya tergantung
stadium penyakit primer, sekunder, atau terseier.
• Stadium primer: terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan
dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi
terus berlangsung maka timbul ulkus didaerah faring seperti ulkus
pada genital yang tidak nyeri. Pembesaran kelenjar mandibula yang
tidak nyeri tekan.
Faringitis Luetika

• Stadium sekunder: jarang ditemukan. Terdapat eritema pada


dinding faring yang menjalar ke laring.
• Stadium tertier: terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.
Jarang pada dinding posterior faring. Bila terdapat guma di dinding
posterior faring dapat meluas ke vertebrata servikal dan bila pecah
dapat menimbulkan kematian.
• Terapi: penisilin dalam dosis tinggi Pilihan utama.

Sumber:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny
Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Faringitis akut  tes TPHA (-)


B. Faringitis difteri  khasnya: pseudomembran yang apabila
ditoreh akan mudah berdarah, bull neck, riwayat vaksinasi
umumnya tidak diketahui
C. Vocal nodule  tes TPHA (-), jarang disertai gejala
sistemik, ditemukan nodul sebesar biji kacang berwarna
putih
E. Laringitis akut  gejala khas: suara parau, nyeri
menelan, terkadang ada batuknya
Jadi, diagnosis pasien yang tepat adalah...

D. FARINGITIS
LUETIKA
13
SOA
L
Seorang laki-laki usia 27 tahun datang ke tempat prakter dokter dengan keluhan parau sejak 3 hari yang lalu,
kadang disertai dengan batuk. Pasien menyangkal adanya nyeri telan. Pasien sehari hari bekerja sebagai
dubber iklan yang ramai job sejak beberapa bulan kemarin. Riwayat merokok dan konsumsi minuman
beralkohol disangkal. Pemeriksaan vital sign tidak ditemukan kelainan. Pada pita suara didapatkan benjolan
tidak bertangkai sebesar kedelai warna putih. Diagnosis yang paling mungkin untuk pasien tersebut
adalah...
A. Laringitis kronis
B. Ca laring
C. Polip laring
D. Tonsilitis kronis
E. Vocal nodule
E. VOCAL NODULE

Keyword:
• Seorang laki-laki usia 27 tahun datang ke tempat prakter
dokter dengan keluhan parau sejak 3 hari yang lalu, kadang
disertai dengan batuk.
• Pasien menyangkal adanya nyeri telan.
• Pasien sehari hari bekerja sebagai dubber iklan yang ramai job
sejak beberapa bulan kemarin.
• Riwayat merokok dan konsumsi minuman beralkohol
disangkal.
• Pada pita suara didapatkan benjolan tidak bertangkai
sebesar kedelai warna putih.

Diagnosis yang paling mungkin untuk pasien tersebut adalah...


Nodul Pita Suara (Vocal Nodule)
• Etiologi: penyalahgunaan suara dalam waktu yang lama, seperti pada
seorang guru, penyanyi, dan sebagainya. Kelainan ini disebut juga
dengan “singer’s node”.
• Nodul terjadi akibat trauma mukosa pita suara akibat pemakaian
suara berlebihan dan dipaksakan.
• Gelaja: terdapat suara parau, kadang disertai batuk.
• Pemeriksaan: terdapat nodul di pita suara sebesar kacang
hijau atau lebih kecil, warna putih.
• Predileksi: sepertiga anterior pita suara dan sepertiga media.
Biasanya bilateral dan banyak dijumpai pada wanita dewasa
muda.
Nodul Pita Suara (Vocal Nodule)

• Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan laring tak langsung


atau langsung.
• Penanggulangan awal adalah istirahat bicara dan terapi sura.
Tindakan bedah mikro laring dilakukan apabila ada kecurigaan
keganasan, atau lesi fibrotik. Gambaran patologik anatominya adalah
epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi dan sekitarnya
terdapat jaringan yang mengalami kongesti.

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny
Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…
A. Laringitis kronis  radang kronis di laring yang ditandai
adanya penebalan mukosa laring disertai hiperemi, akibat
sinusitis kronis, deviasi septum, polip hidung, bronchitis
kronis, atau vocal abuse
B. Ca laring  sering terjadi pada perokok, alkoholisme, dan zat
radioaktif, gejala utama serak, penunjang dengan histopatologi
C. Polip laring  ditemukan massa bertangkai yang asalnya
dari laring
D. Tonsilitis kronis  rasa mengganjal di tenggorokan, tonsil
membesar, halitosis
Jadi, diagnosis yang paling mungkin untuk pasien
tersebut adalah...

E. VOCAL
NODULE
14.
SOA
L
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan keluhan nyeri telinga kiri
sejak 3 hari yang lalu. Pasien menderita batuk dan pilek sejak 1 minggu yang lalu namun pasien tidak berobat.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan anak tampak gelisah, suhu mencapai 39,7oC. Pada otoskopi telinga kiri didapatkan
gambar seperti berikut.

Tatalaksana definitif yang tepat untuk kasus tersebut adalah…


A. H2O2 3%
B. Miringotomi
C. Oksimethazolin 0,05%
D. Amoksisilin 3x10mg/kgBB
E. Miringoplasti
B. MIRINGOTOMI
Keyword:
• Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang ke
Puskesmas diantar oleh ibunya dengan keluhan nyeri
telinga kiri sejak 3 hari yang lalu. Pasien menderita batuk
dan pilek sejak 1 minggu yang lalu namun pasien tidak
berobat.
• Pemeriksaan didapatkan anak tampak gelisah, suhu
mencapai 39,7oC, dan pemeriksaan otoskopi telinga
kiri, tampak gambaran sebagai berikut:

Tatalaksana definitif yang tepat untuk kasus tersebut


adalah…
Otitis Media

Akut Barotrauma
Non Supurasi

Kronis otitis media


efusi

Otitis Media
Otitis media akut

Supuratif
Otitis media
supuratif kronis
Patofisiologi Otitis Media Akut
Stadium Otitis Media Akut
Stadium Oklusi Stadium Stadium Supuratif Stadium Perforasi Stadium
Hiperemis/Pr
e supurasi Resolusi
Patofisi Fungsi tuba terganggu, Patogen masuk Pus yang terbentuk Tekanan semakin Fase
ologi terbentuk tekanan ke telinga tengah, di telinga tengah meningkat dan penyembuhan
negatif ditelinga terjadi respon semakin banyak menyebabkan . Penutupan
tengah, memicu inflamsi di telinga sehingga tekanan di rupturnya membran kembali MT
terjadinya efusi dan tengah telinga tengah timpani
retraksi membran meningkat
timpani

Gejala - Penurunan - Otalgia - Otalgia semakin - Otalgia berkurang - Cairan dari


pendengaran memberat memberat - Pada anak tampak telinga
- Sensasi penuh - Penurunan - Pada anak lebih tenang berkurang
ditelinga pendengar tampak semakin - Demam - Penurunan
- Otalgia ringan an rewel berkurang pendengar
- Demam - Demam - Keluar cairan an
tinggi

Tanda - MT retraksi, tampak MT tampak MT tampak bulging Perforasi MT, Edem mukosa
suram hiperemis dan dan hiperemis tampak discharge berkurang,
- Refleks cahaya hilang kongesti dari telinga tengah discharge
- Tuli konduktif berkurang
Stadium Oklusi Stadium Stadium Supuratif Stadium Perforasi Stadium Resolusi
Hiperemis/Presupurasi
Terapi Tetes hidung HCL Antibiotik 10-14 hari: Miringotomi - Obat cuci telinga Sekret tenang 
efedrin 0,5-1% Ampisilin (dewasa (kasus rujukan) H2O2 3% observasi
selama
atau 4x500 mg/hari, anak dan pemberian 3-5 hari
oksimethazolin 4x25mg/kgBB) atau analgesi serta - Antibiotik
0,025-0,05% amoxcicillin (dewasa antibiotik adekuat yang
3x500mg/hari, anak tidak ototoksik
3x10mg/kgBB) atau seperti ofloxacin
tetes telinga
eritromisin (dewasa sampai 3 minggu
4x500mg/hari, anak
4x10mg/kgBB
Komplikasi Otitis Media Akut

• Abses sub-periosteal
• Meningtis
• Abses otak

Daftar Pustaka:
• Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna
Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. H2O2 3%  tatalaksana OMA stadium resolusi


C. Oksimethazolin 0,05%  tatalaksana OMA stadium oklusi
D. Amoksisilin 3x10mg/kgBB  tatalaksana OMA stadium
hiperemis atau presupurasi
E. Miringoplasti  tindakan pembedahan rekonstruksi yang terbatas
memperbaiki perforasi membran timpani dengan rantai tulang
pendengaran utuh dan mobil, dan tidak terdapat jaringan patologik
di dalam telinga tengah.
Jadi, tatalaksana definitif yang tepat untuk kasus
tersebut adalah…

B.
MIRINGOTOMI
15.
SOA
L
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan hidung buntu selama 3 minggu. Pada
anamnesis didapatkan data bahwa pasien sering pilek dan rutin menggunakan obat tetes hidung untuk meredakan
keluhannya dalam 2 bulan terakhir. Tanda vital tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan fisik hidung tampak
konka hipertrofi dan sekret yang menutupi rongga hidung. Tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut
adalah...
A. Antibiotik oral
B. Vasokontriktor oral
C. Dekongestal lintranasal
D. Rujuk penanganan spesialis THT-KL
E. Hentikan obat tetes hidung
E. HENTIKAN OBAT TETES HIDUNG

Keyword:
• Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan hidung buntu selama 3 minggu. Pada anamnesis didapatkan
data bahwa pasien sering pilek dan rutin menggunakan obat tetes
hidung untuk meredakan keluhannya dalam 2 bulan terakhir.
• Tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik hidung tampak
konka hipertrofi dan sekret yang menutupi rongga hidung.

Tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut adalah...


Rhinitis Medikamentosa

• Adalah kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor


yang diakibatkan oleh pemakaian vasokonstriktor topikal (tetes
hidung/semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan sehingga
menyebabkan sumbatan hidung menetap.
• Gejala dan tanda: hidung tersumbat terus menerus dan berair. Pada
pemeriksaan tampak edem atau hipertrofi konka dengan sekret
hidung berlebihan. Apabila diberi tampon adrenalin, edem konka
tidak berkurang.
Rhinitis Medikamentosa

• Tatalaksana:
• Hentikan pemakaian obat tetes hidung atau semprot
vasokonstriktor hidung.
• Untuk mengatasi sumbatan berulang dapat diberikan
kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek.
• Dekongestan oral
• Apabila tidak ada perbaikan dalam 3 minggu, pasien dirujuk ke
spesialis THT
Sumber:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna
Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Antibiotik  tidak perlu antibiotik, karena tidak ada tanda


infeksi bakteri
B. Vasokontriktor oral  tidak tepat, seharusnya
vasokonstriktor semprot intranasal
C. Dekongestan intranasal  sebaiknya dihindari, yang
tepat adalah dekongestan oral
D. Rujuk penanganan spesialis THT-KL  bila dalam 3
minggu pengobatan tidak ada perbaikan
Jadi, terapi yang tepat pada pasien tersebut adalah...

E. HENTIKAN OBAT TETES


HIDUNG
16.
SOA
L
Seorang laki-laki usia 29 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan hidung tersumbat bergantian
kanan kiri selama 1 tahun. Pasien memiliki riwayat bersin-bersin dan keluar sekret kental berwarna putih.
Keluhan membaik jika menghirup minyak kayu putih. Riwayat alergi disangkal, Riwayat alergi di keluarga juga
disangkal, riwayat keluarga dengan keluhan serupa tidak ada. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 72 kali/menit, RR 18 kali/menit, suhu 36oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konka
edem kemerahan dan terdapat sekret seromukosa. Hasil pemeriksaan penunjang yang diharapkan adalah...
A. Skin prick test positif kuat
B. Leukosit meningkat
C. Eusinophilia bermakna
D. IgE total normal
E. Kadar eosinophil meningkat
D. IgE TOTAL NORMAL
Keyword:
• Seorang laki-laki usia 29 tahun datang ke tempat praktek dokter
dengan keluhan hidung tersumbat bergantian kanan kiri selama 1
tahun.
• Pasien memiliki riwayat bersin-bersin dan keluar sekret kental
berwarna putih. Keluhan membaik jika menghirup minyak kayu
putih.
• Riwayat alergi disangkal, Riwayat alergi di keluarga juga disangkal,
riwayat keluarga dengan keluhan serupa tidak ada.
• Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 72
kali/menit, RR 18 kali/menit, suhu 36oC.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan konka edem kemerahan dan
terdapat sekret seromukosa.

Hasil pemeriksaan penunjang yang diharapkan adalah...


Rhinitis Vasomotor

• Etiologi pasti belum diketahui.


• Diagnosis:
• Hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri tergantung posisi tidur,
rinore bersifat serosa atau mucus, bersin lebih jarang bila
dibandingkan dengan rhinitis alergika
• Rhinoskopi anterior tampak gambaran konka inferior membesar
(edem atau hipertrofi), berwarna mrah gelap atau merah tua,
tampak adanya sekret serosa dan biasanya jumlahnya tidak
banyak
Rhinitis Vasomotor

• Penunjang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis


alergika:
• Kadar eosinophil cenderung normal
• Tes cukit kulit didapatkan hasil negatif atau positif lemah
• IgE total serum normal
Rhinitis Vasomotor

• Terapi:
• Menghindari faktor pencetus
• Simtomatis (dekongestan oral, cuci hidung dengan garam
fisiologis, kauterisasi konka dengan AgNO3 25%, streroid topikal
• Operasi bedah-beku, elektrokauter, atau konkotomi parsial konka
inferior
• Neurektomi nervus vidianus

Daftar Pustaka:
• Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher
Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny
Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Skin prick test positif kuat mengarah ke diagnosis rhinitis


alergi
B. Leukosit meningkat  mengarah ke infeksi
C. Eusinophilia bermakna  mengarah ke diagnosis
rhinitis alergi
E. Kadar eosinophil meningkat  mengarah ke
diagnosis rhinitis alergi
Jadi, hasil pemeriksaan penunjang yang diharapkan
adalah...

D. IgE TOTAL
NORMAL
17.
SOA
L
Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun datang diantar ibunya ke Puskesmas dengan keluhan telinga kiri
terasa penuh. Keluhan disertai dengan penurunan pendengaran pada telinga kiri. Keluhan dirasakan setelah
pasien berenang di sungai bersama temannya. Pada pemeriksaan tidak didapatkan nyeri tarik tragus dan tidak
didapatkan sekret. Otoskopi
didapatkan massa coklat menggumpal di liang telinga kiri dan membran timpani sulit dievaluasi. Pada
pemeriksaan garpu tala didapatkan kesan tuli konduksi. Tatalaksana yang tepat untuk pasien tersebut
adalah...
A. Tetes karbogliserin 10%
B. Antibiotika tetes telinga
C. Tetes rivanol
D. Analgesik tetes telinga
E. Nystatin ear drops
A. TETES KARBOGLISERIN 10%
Keyword:
• Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun datang diantar ibunya ke
Puskesmas dengan keluhan telinga kiri terasa penuh. Keluhan disertai
dengan penurunan pendengaran pada telinga kiri. Keluhan dirasakan
setelah pasien berenang di sungai.
• Pada pemeriksaan tidak didapatkan nyeri tarik tragus
dan tidak didapatkan sekret. Otoskopi membran timpani sulit
dievaluasi.
• Pada pemeriksaan garpu tala didapatkan kesan tuli konduksi.

Tatalaksana yang tepat untuk pasien tersebut adalah...


Serumen

• Adalah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel


kulit yang terlepas dan partikel debu.
• Normalnya terdapat disepertiga luar liang telinga. Konsistensi bisa
lunak tetapi kadang kering. Dipengaruhi oleh keturunan, iklim,
usia, dan keadaan lingkungan.
• Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi
epitel kulit yang bergerak dari membran timpani menuju keluar
serta dibantu gerakan rahang saat mengunyah.
Serumen

• Gumpalan serumen yang menumpuk akan menimbulkan gangguan


berupa tuli konduksi. Terutama bila liang telinga kemasukan air
(mandi, renang), serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa
tertekan dan gangguan pendengaran.
• Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen
yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit
kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengn pengait atau kuret.
Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan mana harus
dilunakkan dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
Serumen

• Serumen yang terlanjur jatuh terdorong ke dalam liang telinga


sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani
sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan mengalirkan air
hangat yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Sebelum melakukan
irigasi telinga, harus dipastikan tidak ada riwayat perforasi membran
timpani.

Sumber:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny
Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

B. Antibiotika tetes telinga  tidak tepat, untuk infeksi


telinga yang disebabkan oleh bakteri
C. Tetes rivanol  untuk tatalaksana corpus
alienum telinga berupa serangga
D. Analgesik tetes telinga  tidak tepat
E. Nystatin ear drops  untuk tatalaksana
otomikosis
Jadi, tatalaksana yang paling tepat untuk pasien
tersebut adalah...

A. TETES KARBOGLISERIN
10%
18.
SOA
L
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke tempat praktek dokter untuk melakukan tes pendengaran. Pasien
mengatakan akan mengikuti tes TOEFL minggu depan, namun takut hasilnya kurang memuaskan karena
belakangan ini merasa pendengarannya sedikit menurun. Tanda vital dalam batas normal. Hasil pemeriksaan
pendengaran dari tes rinne +/-, tes weber lateralisasi ke kiri, tes swabach telinga kanan sama dengan pemeriksa,
telinga kiri memanjang. Diagnosis yang tepat untuk pasien ini adalah...
A. Tuli hantaran telinga kiri, tuli perspektif telinga kanan
B. Tuli perspektif telinga kiri, normal telinga kanan
C. Tuli perspektif telinga kanan, normal telinga kiri
D. Tuli hantaran telinga kiri, normal telinga kanan
E. Tuli hantaran kedua telinga, telinga kiri lebih berat
D. TULI HANTARAN TELINGA KIRI,
NORMAL TELINGA KANAN
Keyword:
• Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke tempat praktek dokter
untuk melakukan tes pendengaran. Pasien mengatakan akan
mengikuti tes TOEFL minggu depan, namun takut hasilnya kurang
memuaskan karena belakangan ini merasa pendengarannya sedikit
menurun.
• Hasil pemeriksaan pendengaran dari tes rinne +/-, tes weber
lateralisasi ke kiri, tes swabach telinga kanan sama dengan
pemeriksa, telinga kiri memanjang.

Diagnosis yang tepat untuk pasien ini adalah...


Tes Pendengaran

• Tes rinne membandingkan hantaran udara dan tulang pada telinga yang
diperiksa. Positif bila hantaran udara lebih laik dibandingkan hantaran
tulang, dan ini dapat menandakan hasil normal maupun tuli
sensorineural. Sebalikknya rinne negatif apabila hantaran tulang lebih
baik dari hantaran udara, dan ini menunjukkan adanya gangguan
konduksi.
• Tes weber untuk membandingkan hantaran tulang telinga kanan dan
kiri. Garpu tala dibunyikan dan ditaruh pada titik tengah (vertek atau
dagu) dan dibandingkan telingamana yang lebih keras mendengar.
Dikatakan normal apabila terdengar sama keras pada kedua telinga.
Tes Pendengaran

• Tes swabach dilakukan untuk membandingkan hantaran tulang


orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya
normal.

Tes Weber Tes Rinne Tes Swabach Diagnosis


Tidak ada lateralisasi Positif Sama dengan Normal
pemeriksa
Lateralisasi ke sisi sakit Negatif Memanjang Tuli konduksi = tuli hantaran
Lateralisasi ke sisi sehat Positif memendek Tuli sensorineural = tuli perspektif,
tuli saraf

Sumber: Soepardi EA, et al. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher, Edisi ke enam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI hal 17-18
Jawaban lainnya…

A. Tuli hantaran telinga kiri, tuli perspektif telinga kanan


 tidak tepat
B. Tuli perspektif telinga kiri, normal telinga kanan
 tidak tepat
C. Tuli perspektif telinga kanan, normal telinga kiri
 tidak tepat
E. Tuli hantaran kedua telinga, telinga kiri lebih berat
 tidak tepat
Jadi, diagnosis yang tepat untuk pasien ini adalah...

D. TULI HANTARAN TELINGA


KIRI, NORMAL TELINGA
KANAN
19.
SOA
L
Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke UGD Rumah Sakit diantar anaknya dengan keluhan nyeri telan yang
hebat sejak 5 hari yang lalu, keluhan ini semakin hari dirasa semakin berat. Keluhan disertai nyeri telinga kanan
dan bau mulut. Pasien memiliki riwayat menderita tonsilitis. Akhir-akhir ini pasien jadi tidak jelas saat berbicara
lebih sering terdengar menggumam. Pemeriksaan didapatkan edem palatum mole, fluktuasi (+), uvula terdorong ke
sisi kiri dan edema, tonsil T2/T2 hiperemis tampak sedikit detritus. Diagnosis pasien yang tepat adalah…
A. Abses retrofaring
B. Abses quinsy
C. Abses parafaring
D. Tonsilitis septik
E. Angina ludovici
B. ABSES QUINSY

Keyword:
• Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke UGD Rumah Sakit
diantar anaknya dengan keluhan nyeri telan yang hebat sejak
5 hari yang lalu, keluhan ini semakin hari dirasa semakin berat.
Keluhan disertai nyeri telinga kanan dan bau mulut.
• Pasien memiliki riwayat menderita tonsilitis. Akhir-akhir ini pasien
jadi tidak jelas saat berbicara lebih sering terdengar
menggumam.
• Pemeriksaan didapatkan edem palatum mole, fluktuasi (+),
uvula terdorong ke sisi kiri dan edema, tonsil T2/T2 hiperemis
tampak sedikit detritus.

Diagnosis pasien yang tepat adalah…


Abses Peritonsil (Quinsy)

• Etiologi: Streptococcus, Staphylococcus.


• Gejala dan Tanda: mirip seperti tonsilitis akut juga terdapat odinofagia
hebat, otalgia, muntah, foetor ex ore, hipersalivasi, suara gumam (hot
potato voice) dan kadang sampai trismus, serta pembengkakan kelenjar
submandibula dengan nyeri tekan.
• Pemeriksaan: adanya trismus menyulitkan pemeriksa untuk evaluasi
keseluruhan faring. Palatum mole tampak udem teraba fluktuasi. Uvula
edem dan terdorong ke sisi kontralateral. Tonsil edem, hiperemis,
mungkin banyak detritus dan terdorong ke arah tengah, depan, dan bawah.
Abses Peritonsil (Quinsy)

• Terapi:
• Stadium infiltrasi: antibiotik golongan pensilin atau klindamisin,
dan obat simtomatik, serta kumur dengan cairan hangat,
kompres dingin pada leher.
• Abses: pungsi daerah abses, kemudian insisi drainase untuk
mengeluarkan nanah. Kemudian pasien dianjurkan
tonsilektomi, yang umumnya diakukan sesudah infeksi tenang,
yaitu sekitar 2-3 minggu setelah drenase abses.
Abses Peritonsil (Quinsy)

• Komplikasi:
• Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan
perdarahan, aspirasi paru (piema).
• Penjalaran infeksi dan abses kedaerah parafaring, sehingga
terjadi abses parafaring. Pada penjalaran selanjutnya masuk
kemediastinum sehingga menjadi mediastinitis.
• Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan
trombus kavernosus, meningtis, dan abses otak.
Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny
Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…
A. Abses retrofaring  abses leher dalam yang lebih sering terjadi
pada anak-anak, berasal dari adanya infeksi dari hidung,
adenoid, nasofaring dan sinus paranasal yang menyebar di
kelenjar limfe retrofaring
C. Abses parafaring  komplikasi abses quinsy yang
menyebar ke daerah parafaring.
D. Tonsilitis septik  infeksi Streptocococcus hemolitikus
dalam susu sapi
E. Angina ludovici  infeksi ruang submandibular berupa
selulitis tanda khas pembengkakan seluruh ruang
submandibula, tidak membentuk
abses, sehingga keras pada perabaan submandibula
Jadi, diagnosis pasien yang tepat adalah…

B. ABSES
QUINSY
20.
SOA
L
Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan nyeri pada telinga sejak 2
hari yang lalu. Keluhan disertai rasa berdenging. Pasien juga mengeluh bersin-bersin, hidung tersumbat dan
mengeluarkan cairan bening dari hidungnya.
Sebelumnya pasien berlibur dengan teman-temannya dan melakukan aktivitas menyelam pada kedalaman
sekitar 60 meter. Ayah pasien memiliki riwayat asma, sedangkan ibu pasien memiliki riwayat alergi seafood.
Tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92 kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36,2oC.
Pemeriksaan lokalis telinga
didapatkan membran timpani tampak suram kebiruan. Pemeriksaan hidung didapatkan sekret berwarna
bening dari hidung, konka edema hiperemis. Terapi konservatif yang tepat diberikan pada pasien
adalah...
A. Perasat valsava
B. Antibiotik lokal
C. Dekongestan lokal
D. Pemasangan grommet
E. Selalu mengunyah
C. DEKONGESTAN LOKAL
Keyword:
• Seorang laki-laki berusia 21 tahun datang ke tempat praktek dokter
dengan keluhan nyeri pada telinga sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
disertai rasa berdenging. Pasien juga mengeluh bersin-bersin,
hidung tersumbat dan mengeluarkan cairan bening dari
hidungnya.
• Sebelumnya pasien berlibur dengan teman-temannya dan
melakukan aktivitas menyelam pada kedalaman sekitar 60 meter.
Ayah pasien memiliki riwayat asma, sedangkan ibu pasien memiliki riwayat
alergi seafood.
• Tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92
kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36,2oC. Pemeriksaan lokalis telinga
didapatkan membran timpani tampak suram kebiruan.
Pemeriksaan hidung didapatkan sekret berwarna bening dari
hidung, konka edema hiperemis.

Terapi konservatif yang tepat diberikan pada pasien adalah...


Aerotitis (Barotrauma)

• Adalah keadaan terjadinya perubahan tekanan secara tiba-tiba diluar


telinga tengah sewaktu dalam pesawat terbang atau menyelam.
Apabila perbedaan tekanan 90 cmHg, maka otot yangnormal tidak
mampu membuka tuba.
• Keadaan ini terjadi tekanan negatif dirongga telinga tengah,
sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan
kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di
telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah.
Aerotitis (Barotrauma)

• Keluhan pasien berupa kurang dengar, rasa nyeri dalam


telinga, aufoni, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-
kadang tinitus dan vertigo.
• Terapi: konservatif dengan memberikan dekongestan lokal
atau dengan melakukan perasat valsava selama tidak
terdapat infeksi di jalan napas atas. Bila cairan yang
bercampur darah menetap ditelinga tengah sampai
beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan
miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi atau
grommet.
• Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan
dengan selalu mengunyah permen karet.
Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny
Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…
A. Perasat valsava  pasien memiliki gejala bersin- bersin,
hidung tersumbat dan mengeluarkan sekret bening dari
hidung jadi dikontraiindikasikan untuk adanya tersebut
B. Antibiotik lokal  untuk perforasi membrane
timpani dalam air yang kotor
D. Pemasangan grommetdilakukan apabila cairan bercampur
darah menetap setelah beberapa minggu
E. Selalu mengunyah usaha preventif, seringkali
dilakukan oleh penumpang di pesawat
Jadi, terapi konservatif yang tepat diberikan pada
pasien adalah...

C. DEKONGESTAN
LOKAL
21.
SOA
L
Seorang perempuan berusia 62 tahun datang ke rumah sakit diantar anaknya dengan keluhan keluar ingus
bercampur darah. Pasien mengalami keluhan sejak 5 bulan yang lalu. Pasien merasakan telinga kanan
berdenging dan hidung sebelah kanan buntu. Sejak 3 bulan terakhir muncul benjolan dileher yang semakin
hari semakin besar, tidak nyeri tetapi sudah untuk digerakkan. Pasien juga mengeluh pandangannya ganda.
Pemeriksaan fisik didapatkan membran timpani retraksi dan bola mata tidak dapat melirik kearah lateral.
Mikroorganisme yang sering dicurigai sebagai penyebab infeksi tersebut adalah…
A. Haemophyllus influenzae
B. Moraxella catarrhalis
C. Human Immunodeficiency Virus
D. Human Papilloma Virus tipe 18
E. Epstein-Barr Virus
E. EPSTEIN-BARR VIRUS

Keyword:
• Seorang perempuan berusia 62 tahun datang ke rumah sakit
diantar anaknya dengan keluhan keluar ingus bercampur
darah. Pasien mengalami keluhan sejak 5 bulan yang lalu.
Pasien merasakan telinga kanan berdenging dan hidung
sebelah kanan buntu. Sejak 3 bulan terakhir muncul benjolan
dileher yang semakin hari semakin besar, tidak nyeri tetapi
sudah untuk digerakkan. Pasien juga mengeluh
pandangannya ganda.
• Pemeriksaan fisik didapatkan membran timpani retraksi dan
bola mata tidak dapat melirik kearah lateral.

Mikroorganisme yang sering dicurigai sebagai penyebab infeksi tersebut


adalah…
Ca Nasofaring

• Adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan tempat


oredileksi di fosa Rossenmuller. Disebabkan oleh virus EBV dengan
faktor predisposisi lain yaitu ras, genetik, iritasi bahan kimia,
kebiasaan memasak dengan kayu bakar. Gejala ini dapat berupa
gangguan hidung, telinga, karena tempat asal tumor tumbuh
biasanya dekat dengan muara tuba eustachius, jika dibiarkan dapat
infiltrasi ke ruang intrakranial.
Ca Nasofaring

Gejala Manifestasi Klinis


Telinga Tinitus, pendengaran menurun, otalgia
Hidung Pilek lama, ingus bercampur darah, buntu hidung
Intrakranial Nyeri kepala, gangguan pada saraf kranialis (diplopia, kelumpuhan saraf wajah dan bola
mata, gangguan saraf sensorik daerah wajah, gangguan menelan, dan lain-lain)
Leher Benjolan atau tumor di leher yan gmerupakan metastase ke kelenjar getah bening
Pemeriksaan penunjang Ca Nasofaring

• CT-Scan kepala dan leher


• Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mendeteksi
virus Epstein-Barr  lebih sering digunakan untuk
menentukan prognosis terhadap pengobatan
• Biopsi nasofaring  Gold Standard penunjang
Ada 3 bentuk karsinoma secara histopatologi menurut WHO
yaitu karsinoma sel skuamosa (berkeratinisasi), karsinoma
tidak berkeratinisasi, dan karsinoma tidak berdiferensiasi
Stadium Ca Nasofaring
Tatalaksana Ca Nasofaring

• Stadium I: Radioterapi
• Stadium II dan III: Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N < 6 cm: Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N > 6 cm: Kemoterapi dilanjutkan dengan
kemoradiasi

Sumber: Soepardi EA, et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher,
Edisi ke enam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI hal 158-163
Jawaban lainnya…

A. Haemophyllus influenzae  etiologi sinusitis,


rhinosinusitis
B. Moraxella catarrhalis  etiologi sinusitis,
rhinosinusitis
C. Human Immunodeficiency Virus  penyebab
HIV/AIDS
D. Human Papilloma Virus tipe 18  penyebab Ca Cervix
Jadi, mikroorganisme yang sering dicurigai sebagai
penyebab infeksi tersebut adalah…

E. EPSTEIN-BARR
VIRUS
22.
SOA
L
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang ke tempat praktik dokter diantar oleh ibunya dengan
keluhan nyeri pada tenggorokannya sejak 5 hari yang lalu. Keluhan lain berupa suara serak dan demam.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan temperatur aksila 38,7oC. Pemeriksaan fisik ditemukan anak tampak
nyeri, disfoni, tonsil T2/T2 serta pseudomembran putih dan mengalami perdarahan saat diangkat, tampak
bull neck.
Komplikasi yang paling mungkin terjadi adalah…
A. Faringitis luetika
B. Miokarditis
C. Trombus sinus kavernosus
D. Rhinosinusitis
E. Meningitis
B. MIOKARDITIS
Keyword:
• Seorang anak perempuan berusia 6 tahun datang diantar oleh ibunya
ke tempat praktek dokter dengan keluhan nyeri pada tenggorokannya
sejak 5 hari yang lalu.
• Keluhan lain berupa suara serak dan demam.
• Pemeriksaan tanda vital didapatkan temperatur aksila 38,7oC.
Pemeriksaan fisik ditemukan anak tampak nyeri, disfoni, tonsil
T2/T2 serta pseudomembran putih dan mengalami perdarahan saat
diangkat, tampak bull neck.

Komplikasi yang paling mungkin terjadi adalah…


Tonsilitis Difteri

• Etiologi: Corynebacterium diptheriae


• Sering ditemukan pada anak usia < 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada
usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita
penyakit ini.
• Gejala umum: demam, beberapa diantaranya subfebris, nyeri kepala,
tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri telan.
• Gejala lokal: tonsil bengkak dengan ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin luas dan membentuk membran semu. Membran ini
dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea dan
bronkus serta dapat menyumbat saluran napas. Mudah berdarah saat
diangkat, bull neck.
Tonsilitis Difteri

• Gejala akibat eksotoksin: miokarditis sampai dekompensatio cordis,


albuminuria.
• Diagnosis: berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan preparat
langsung kuman yang diambil dari pseudoembran.
• Terapi:
Antidifteri serum 20.000 -100.000 unit tergantung usia dan berat penyakit.
 Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
 Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB/hari.
 Antipiretik untuk simtomatis.
 Pasien harus diisolasi. Perawatan kurang lebih selama 2-3 minggu.
Tonsilitis Difteri

• Komplikasi: laringitis difteri, miokarditis, dekompensatio cordis,


kelumpuhan otot palatum mole, otot mata, otot faring dan otot
laring, suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, serta
albuminuria.

Daftar Pustaka:
• Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna
Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Faringitis luetika  infeksi akibat bakteri


Treponema pallidum
C. Trombus sinus kavernosus  komplikasi
intrakranial dari abses peritonsilar
D. Rhinosinusitis  infeksi pada hidung dan
sinus
E. Meningitis  komplikasi intrakranial dari abses
peritonsilar
Jadi, komplikasi yang paling mungkin terjadi
adalah…

B.
MIOKARDITIS
23.
SOA
L
Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke poliklinik rumah sakit dengan keluhan tenggorok terasa kering
sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan napas yang berbau. Diketahui riwayat sakit tenggorokan
disangkal. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 68 kali/menit, RR 18
kali/menit, suhu 36oC. Pemeriksaan status lokalis tampak mukosa faring tertutupi lendir kental dan bila
diangkat tampak mukosa kering. Diagnosis yang mungkin pada pasien tersebut adalah...
A. Faringitis luetika
B. Faringitis tuberkulosis
C. Faringitis gonoroe
D. Faringitis atrofi
E. Faringitis hiperplastik
D. FARINGITIS ATROFI
Keyword:
• Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke poliklinik rumah sakit
dengan keluhan tenggorok terasa kering sejak 1 bulan yang lalu.
Keluhan disertai dengan napas yang bau. Diketahui riwayat sakit
tenggorokan disangkal. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 68 kali/menit, RR 18 kali/menit, suhu 36oC.
• Pemeriksaan status lokalis tampak mukosa faring tertutupi lendir
kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

Diagnosis yang mungkin pada pasien tersebut adalah...


Faringitis Atrofi

• Etiologi: Udara pernapasan tidak diatur suhu serta


kelembabannya, sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi
pada faring.
• Gejala dan tanda: tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.
Pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental
dan bila diangkat tampak mukosa kering.
• Terapi: sama seperti rhinitis atrofi ditambahkan obat kumur dan
menjaga kebersihan mulut.

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny
Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…
A. Faringitis luetika infeksi Treponema palidum di
daerah faring
B. Faringitis tuberkulosis proses sekunder dari
tuberkulosis paru
C. Faringitis gonoroe terdapat pada pasien yang
melakukan kontak orogenital, terjadi akibat infeksi
Neisseria gonorrhea merupakan bakteri diplokokus gram
negatif
E. Faringitis hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring, pemeriksaan ditemukan mukosa dinding
posterior faring tidak rata bergranular.
Jadi, diagnosis yang mungkin pada pasien tersebut
adalah...

D. FARINGITIS
ATROFI
24.
SOA
L
Seorang anak laki-laki usia 15 tahun datang diantar oleh guru sekolahnya ke UGD rumah sakit dengan keluhan
bengkak pada hidung setelah terlibat perkelahian dengan temannya. Keluhan disertai rasa nyeri dan hidung
terasa tersumbat. Pemeriksaan tanda vital didapat tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92 kali/menit, RR 22
x/menit, suhu 36,2oC. Pada pemeriksaan hidung didapatkan hematoma pada septum berbentuk bulat, licin dan
berwarna merah. Komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak segera ditangani adalah…
A. Abses telinga dalam
B. Septum hematome
C. Otitis media akut
D. Rhinosinusitis
E. Saddle nose
E. SADDLE NOSE

Keyword:
• Seorang anak laki-laki usia 15 tahun datang diantar oleh guru sekolahnya
ke UGD rumah sakit dengan keluhan bengkak pada hidung setelah
terlibat perkelahian dengan temannya. Keluhan disertai rasa nyeri dan
hidung terasa tersumbat.
• Pemeriksaan tanda vital didapat tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92
kali/menit, RR 22 x/menit, suhu 36,2oC. Pada pemeriksaan hidung
didapatkan hematoma pada septum berbentuk bulat, licin dan berwarna
merah.

Komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak segera ditangani


adalah…
Hematoma Septum

• Sebagai akibat trauma, pembuluh darah submukosa akan pecah


dan darah akan berkumpul diantara perikondrium dan tulang
rawan septum.
• Bila terjadi fraktur tulang rawan, maka akan terbentuk
hematoma septum bilateral.
• Gejala: sumbatan hidung dan terasa nyeri
• Pemeriksaan: pembengkakan unilateral atau bilateral pada septum
bagian depan, berbentuk bulat, licin, dan berwarna merah. Bengkak
dapat meluas ke dinding lateral dan mengakibatkan obstruksi total.
Hematoma Septum

• Terapi: drainase yang segera dilakukan dapat mencegah terjadinya


nekrosis tulang rawan. Dilakukan pungsi dan kemudian insisi pada
hematom yang paling menonjol. Insisi bilateral dilakukan bila tulang
rawan masih utuh. Selanjutnya dipasang tampon untuk menekan
perikondrium kearah tulang rawan dibawahnya. Antibiotik diberikan
untuk mencegah infeksi sekunder.
• Komplikasi: abses septum dan saddle nose.

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty
Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Abses telinga dalam  tidak tepat


B. Septum hematoma  diagnosis pasien tersebut
C. Otitis media akut  tidak tepat
D. Rhinosinusitis  tidak tepat
Jadi, komplikasi yang dapat terjadi apabila tidak
segera ditangani adalah…

E. SADDLE
NOSE
25.
SOA
L
Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan keluar cairan dari kedua telinga sejak
2 bulan yang lalu, cairan berwarna kekuningan dan berbau. Pada waktu masih kecil pasien sering mengalami
keluhan serupa dan hilang timbul, namun pasien malas berobat karena takut ke puskesmas walau sudah dibujuk
orang tuanya. Selain keluar cairan pasien juga mengeluh wajahnya mencong ke kiri. Keluhan pendengaran
menurun disangkal. Pada pemeriksaan didapatkan pasien tampak sakit sedang, vital sign dalam batas normal,
wajah asimetris mencong ke arah kiri dan lidah terdorong ke sisi kiri. Pada otoskopi telinga kiri didapatkan
liang telinga lapang, jaringan granulasi (+) membran timpani perforasi total. Komplikasi yang terjadi pada
pasien tersebut adalah...
A. Paresis nervus V
B. Abses serebri
C. OMSK tipe maligna
D. Labirinitis
E. Paresis nervus VII
E. PARESIS NERVUS VII
Keyword:
• Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang dengan keluhan
keluar cairan dari kedua telinga sejak 2 bulan yang lalu, cairan
berwarna kekuningan dan berbau. Pada waktu masih kecil
pasien sering mengalami keluhan serupa dan hilang timbul,
dan pasien takut berobat. Selain keluar cairan pasien juga
mengeluh wajahnya mencong ke kiri.
• Pada pemeriksaan didapatkan pasien tampak sakit sedang,
vital sign dalam batas normal, wajah asimetris mencong ke
arah kiri dan lidah terdorong ke kiri.
• Pada otoskopi telinga kiri didapatkan liang telinga lapang,
jaringan granulasi (+) membran timpani perforasi total.

Komplikasi yang terjadi pada pasien diatas adalah...


Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

• Adalah peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran


timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 12
minggu, baik terus menerus atau hilang timbul.
• Diagnosis:
• Keluar cairan dari telinga secara terus menerus atau hilang
timbul lebih dari 12 minggu, cairan berwarna kuning/kuning-
kehijauan/ bercampur darah/jernih/berbau. Terdapat gangguan
pendengaran.
• Pemeriksaan otoskopi tergantung tipe OMSK.
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

OMSK Tipe Aman (Benigna):


- Perforasi sentral atau pars OMSK Tipe Bahaya (Maligna):
- Perforasi atik, marginal, atau
tensa bentuk ginjal atau
sentral besar (total)
bundar
- Sekret sangat berbau, warna
- Sekret biasanya mukoid atau
kuning keabuan, purulent,
tidak terlalu berbau
- Mukosa kavum timpani tidak dan dapat terlihat kepingan
berwarna putih mengkilap
edem, hipertrofi, granulasi,
- Kolesteatom
atau terdapat
- Jaringan granulasi
timpanosklerosis
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

• Pemeriksaan penunjang:
• Tes garpulata: menunjukkan tuli konduksi, Audiometri, dan Foto
mastoid.
• Tatalaksana:
• OMSK tipe aman (benigna): konservatif atau dengan
medikamentosa. Pencuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari.
Obat tetes telinga mengandung antibiotik dan kortikosteroid,
oral eritromisin atau ampisilin miringoplasti/timpanoplasti
setelah 2 bulan.
• OMSK tipe bahaya (maligna): mastoidektomi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

• Komplikasi:
• Telinga tengah: perforasi membran timpani persisten, erosi tulang
pendengaran, paralisis nervus fasialis atau nervus VII.
• Telinga dalam: fistula labirin, labirinitis supuratif, tuli
sensorineural.
• Ekstradural: abses ekstradural, thrombosis sinus lateralis,
petrositis.
• Intrakranial: meningitis, abses otak, hidrocephalus otitis.

Daftar Pustaka:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin,
Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Paresis nervus V  tidak ada komplikasi ini


B.Abses serebri  komplikasi intrakranial
C.OMSK tipe maligna  diagnosis kerja
D.Labirinitis  komplikasi intratemporal
Jadi, komplikasi yang terjadi pada pasien tersebut
adalah...

E. PARESIS NERVUS
FASIALIS
SOA
L
FUTUREDOCTORINDONESIA.CO

Seorang perempuan usia 18 tahun datang ke tempat prakek dokter dengan keluhan hidung tersumbat. Keluhan
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan ingus yang purulen. Terkadang pasien juga merasa
pusing. Pasien sering bernafas melalui mulut untuk memperingan keluhannya. Pasien memiliki riwayat sering
kontrol ke dokter karena sering mengalami bersin dan mengeluarkan cairan bening, hilang timbul, dan pernah
bertahan hingga 2 bulan serta dikatakan juga sering mengganggu aktivitas. Ayah pasien memiliki riwayat
alergi seafood. Tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior terlihat massa bertangkai
berwarna pucat yang berasal dari meatus media yang mudah digerakkan. Diagnosis yang paling mungkin
adalah...
A. Rhinitis alergi
B. Squamous cell carcinoma nasal
C. Corpus alienum nasal
D. Polip nasal
E. Angiofibroma nasofaring belia
M

© FDI2020
26.
D. POLIP NASAL
Keyword:
• Seorang perempuan usia 18 tahun datang ke tempat prakek dokter
dengan keluhan hidung tersumbat. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan
yang lalu. Keluhan disertai dengan ingus yang purulen. Terkadang
pasien juga merasa pusing. Pasien sering bernafas melalui mulut untuk
memperingan keluhannya.
• Pasien memiliki riwayat sering kontrol ke dokter karena sering
mengalami bersin dan mengeluarkan cairan bening, hilang timbul,
dan pernah bertahan hingga 2 bulan serta dikatakan juga sering
mengganggu aktivitas. Ayah pasien memiliki riwayat alergi seafood. Tanda vital
dalam batas normal.
• Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior terlihat massa bertangkai
berwarna pucat yang berasal dari meatus media yang mudah
digerakkan.

Diagnosis yang paling mungkin adalah...


Polip Nasi

• Disebut juga polip nasal atau polip nasalis.


• Etiologi : belum diketahui dengan pasti, berkaitan dengan komplikasi
dari rhinitis alergi.
• Gejala klinis: hidung terasa tersumbat, rinore mulai jernih sampai purulen,
hiposmia atau anosmia, bersin-bersin, nyeri pada hidung, sakit kepala
daerah frontal. Gejala sekunder berupa nafas melalui mulut, suara sengau,
halitosis, gangguan tidur, dan penurunun kualitas hidup.
• Pemeriksaan fisik: deformitas hidup luar sehingga hidung tampak
mekar. Pada rhinoskopi anterior terlihat masa berwarna pucat
berasal dari meatus media dan mudah digerakkan.
Polip Nasi

• Stadium menurut Mackay dan Lund:


• Stadium 1: polip masih terbatas di meatus medius
• Stadium 2 : polip keluar dari meatus medius tampak di rongga
hidung tai belum memenuhi rongga hidung
• Stadium 3 : polip yang masif
• Terapi: kortikosteroid untuk menghilangkan polip (polipektomi
medikamentosa), bila tidak membaik dengan medikamentosa
pertimbangkan terapi bedah seperti BSEF.

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi,
Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Rhinitis alergi  peradangan rongga hidung akibat reaksi


alergi, komplikasinya dapat berupa polip nasalis
B. Squamous cell carcinoma nasal  keganasan pada
hidung, massa ireguler dan membesar dengan cepat,
penunjang terbaik histopatologi
C. Corpus alienum nasal  terdapat benda asing pada
hidung
E. Angiofibroma nasofaring belia  terdapat massa berwarna
merah keunguan sering ditandai adanya epitaksis hebat
Jadi, diagnosis yang paling mungkin adalah...

D. POLIP
NASAL
SOA
L
FUTUREDOCTORINDONESIA.CO

Seorang laki-laki usia 27 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan pilek sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan
ini disertai buntu pada hidung. Awalnya lendir berwarna putih encer kemudian 1 bulan terakhir menjadi
kental dan berbau busuk. Pasien memiliki riwayat bersin dan pilek jika terkena debu. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan didapatkan nyeri ketok pipi kiri, rinoskopi ditemukan konka edema, sekret
kekuningan, post nasal drip (+). Tidak didapatkan gigi berlubang. Pemeriksaan penunjang sederhana awal
yang mungkin dilakukan di Puskesmas adalah...
A. Darah lengkap
B. Transiluminasi
C. Lampu wood
D. Foto waters
E. Nasoendoskopi
M

© FDI2020
27.
B. TRANSILUMINASI

Keyword:
• Seorang laki-laki usia 27 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan pilek
sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan ini disertai buntu pada hidung. Awalnya
lendir berwarna putih encer kemudian 1 bulan terakhir menjadi kental dan
berbau busuk.
• Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan didapatkan
nyeri ketok pipi kiri, rinoskopi ditemukan konka edema, sekret
kekuningan, post nasal drip (+). Tidak didapatkan gigi berlubang.

Pemeriksaan penunjang sederhana awal yang mungkin


dilakukan di Puskesmas adalah...
Sinusitis

• Adalah inflamasi mukosa sinus paranasal.


• Etiologi dan faktor predisposisi: ISPA akibat virus, bermacam
rhinitis terutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada ibu hamil,
polip hidung, defiasi septum, hipertropi konka, sumbatan kompleks
ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelianan
imunologik.
• Faktor lain yang berpengarung adalah lingkungan berpolusi,
udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadatan
tersebut lama-lama akan menyebabkan perubahan mukosa dan
merusak silia.
Sinusitis
FUTUREDOCTORINDONESIA.CO

• Etiologi : bakteri utama Streptococcus pneumonia (30- 50%),


Haemophylus influenza(20-40%) dan Moraxella catarrhalis
(4%), sedangkan penyebab pada anak adalah M. catarrhalis
(20%).
• Konsensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4
minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan, dan kronik jika
lebih dari 3 bulan.
• Terdapat 2 macam yaitu sinusitis dentogen yang berhubungan
dengan kerusakan gigi dan rhinosinusitis
M
Rhinosinusitis

• Diagnosis :
• Gejala yang dialami sesuai dengan kriteria menurut
American Academy of Otolaringology

Gejala Mayor: Gejala Minor:


- Hidung tersumbat - Sakit kepala
- Post nasal drip yang - Demam
purulen - Halitosis
- Nyeri pada wajah - Rasa penuh ditelinga
- Hiposmia/anosmia -
Batuk

• Diagnosis >2 gejala mayor, 1 gejala mayor dan 2 gejala


minor
Rhinosinusitis
• Pemeriksaan fisik:
• Suhu dapat meningkat
• Bengkak dan nyeri sinus pada inspeksi palpasi hidung dan sinus
• Rhinoskopi anterior: edem dan atau obstruksi mukosa di meatus media,
sekret mukopurulen, ataupun kelainan anatomis yang mendasari
• Penunjang:
• Transiluminasi
• Laboratorium
• Foto waters
• CT scan gold standart
• Nasoendoskopi
Rhinosinusitis

• Terapi: antibiotik dan dekongestan adalah pilihan pada sinusitis bakterial.


Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin atau sefalosporin generasi
2. diberikan selama 10-14 hari meskipun gelaja klinik sudah hilang. Selain
itu dapat diberikan analgetik, mukolitik, streroid topikal/oral, pencucu
rongga hidung dengan NaCl atau diatermi. Imunoterapi dapat
dipertimbangkan bila pasien menderita alergi yang berat. Pertimbangkan
pemberian antijamur untuk kasus sinusitis akibat jamur.
• Indikasi bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS): sinusitis kronik
yang tak ada perbaikan setelah pengobatan adekuat, disertai kista, polip
ekstensi, adanya komplikasi, serta sinusitis jamur.
Rhinosinusitis

Komplikasi:
• Kelainan orbita
• Kelainan intrakranial
• Osteomielitis dan abses subperiosteal
• Kelainan paru

Sumber:
• Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty
Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
• Buku Ajar Ilmu Kesehatan Teling, Hidung, Tenggorok, Kepala, Dan Leher. Edisi Ke Tujuh. Mangunkusumo,
E Soetjipto D. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2014
Jawaban lainnya…

A. Darah lengkap  bukan penunjang sederhana awal yang


spesifik untuk rhinosinusitis
C. Lampu wood  penunjang awal untuk kelainan kulit,
misalnya infeksi jamur atau eritrasma
D. Foto waters  dapat sebagai penunjang awal, namun
tidak termasuk penunjang sederhana dan jarang
dilakukan di puskesmas
E. Nasoendoskopi  bukan termasuk penunjang
sederhana awal
Jadi, pemeriksaan penunjang sederhana awal yang
mungkin dilakukan di Puskesmas adalah...

B.
TRANSILUMINASI
28.
SOA
L
Seorang perempuan berusia 39 tahun datang UGD rumah sakit dengan keluhan sesak napas sejak tadi malam.
Keluhan diawali dengan nyeri tenggorok dan leher, namun dibiarkan saja karena takut berobat, kemudian
menjadi bengkak pada dasar mulut. Pasien riwayat sakit gigi sejak 5 tahun yang lalu, hilang timbul, namun
tidak berobat rutin karena takut. Pada inspeksi dan palpasi ditemukan pembengkakan ekstraoral pada rahang
bawah bilateral simetris teraba keras dan terlihat lidah terangkat. Tanda vital didapatkan tekanan darah 150/90
mmHg, napas 35 x/menit, suhu 38,1oC, nadi 70 x/menit, pasien tampak lemah dan terdapat trismus 2 jari.
Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut adalah...
A. Abses peritonsil
B. Abses parafaring
C. Abses submandibular
D. Angina ludovici
E. Infeksi retrofaring
D. ANGINA LUDOVICI

Keyword:
• Seorang perempuan berusia 39 tahun datang UGD rumah sakit
dengan keluhan sesak napas sejak tadi malam.
• Keluhan diawali dengan nyeri tenggorok dan leher, namun dibiarkan saja
karena takut berobat, kemudian menjadi bengkak
pada dasar mulut. Pasien riwayat sakit gigi sejak 5 tahun yang lalu,
hilang timbul, namun tidak berobat rutin karena takut.
• Pada inspeksi dan palpasi ditemukan pembengkakan ekstraoral
pada rahang bawah bilateral simetris teraba keras dan terlihat lidah
terangkat. Tanda vital didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg,
napas 35 x/menit, suhu 38,1oC, nadi 70 x/menit, pasien tampak
lemah dan terdapat trismus 2 jari.

Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut adalah...


Angina Ludovici (Ludwig)

• Adalah infeksi ruang submandibular berupa selulitis dengan tanda khas


pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses,
sehingga keras pada perabaan submandibula.
• Sumber infeksi sering kali berasal dari gigi atau dasar mulut, oleh
kuman aerob dananaerob.
• Gejala dan tanda: nyeri tenggorok dan leher disertai pembengkakan
daerah submandibularis yang tampak hiperemis dan keras pada
perabaan. Dasar mulut membengkak, dapat mendorong lidah ke atas
belakang, sehingga meninbulkan sesak napas akibat sumbatan jalan
napas.
Angina Ludovici (Ludwig)

• Diagnosis: riwayat sakit gigi, mengorek atau mencabut gigi, gejala


dan tanda klinik yang sesuai. Pada “Pseudo Angina Ludovici”,
dapat terjadi fluktuasi.
• Terapi: antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob yang
diberikan secara parenteral. Evakuasi pus atau jaringan nekrosis.
Insisi dilakukan di garis tengah secara horizontal setinggi hioid (3-4
jari dibawah mandibula). Mengobati sumber infeksi untuk cegah
kekambuhan. Pasien rawat inap sampai infeksi reda.
Angina Ludovici (Ludwig)

• Komplikasi:
• Sumbatan jalan napas
• Penjalaran abses ke ruang leher dalan dan
mediatinum
• Sepsis

Sumber:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna
Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…
A.Abses peritonsil komplikasi tonsilitis akut atau infeksi
kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil.
B. Abses parafaring dapat terinfeksi dengan cara
langsung, supurasi kelenjar limfe leher bagian dalam,
gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid.
Penjalaran infeksi dari peritonsil, retrofaring,
submandibula.
C.Abses submandibular infeksi bersumber dari gigi,
dasar mulut, faring, kelenjar liur, kelenjar limfa
submandibula.
E.Infeksi retrofaring adanya abses diruang retrofaring,
biasanya banyak terjadi pada anak akibat ruang
retrofaring masih terisi kelenjar limfa.
Jadi, diagnosis yang mungkin pada pasien tersebut
adalah...

D. ANGINA
LUDOVICI
29.
SOA
L
Seorang laki-laki usia 18 tahun datang ke poliklinik rumah sakit dengan keluhan perdarahan pada hidung
sebelah kanan. Keluhan disertai dengan hidung tersumbat, akhir-akhir ini pasien juga sering merasa pusing.
Keluhan tersebut dialami pasien sejak usia 10 tahun namun hilang timbul. Tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan fisik hidung ditemukan massa warna keabuan di cavum nasi kanan yang mudah berdarah.
Rhinoskopi posterior ditemukan massa melekat pada nasofaring berwarna merah keabuan yang menonjol ke
kavum nasi. Tatalaksana yang paling mungkin untuk pasien adalah…
A. Polipektomi
B. Kaustik AgNO3 25-30%
C. Tampon bellocq
D. Operatif dan terapi hormonal
E. Pencet hidung dan tampon anterior
D. OPERATIF DAN TERAPI HORMONAL
Keyword:
• Seorang laki-laki usia 18 tahun datang ke poliklinik rumah sakit dengan
keluhan perdarahan pada hidung sebelah kanan. Keluhan disertai dengan
hidung tersumbat, akhir-akhir ini pasien juga sering merasa pusing.
Keluhan tersebut dialami pasien sejak usia 10 tahun namun hilang timbul.
Tanda vital dalam batas normal.
• Pemeriksaan fisik hidung ditemukan massa warna keabuan di cavum nasi
kanan yang mudah berdarah.
• Rhinoskopi posterior ditemukan massa melekat pada nasofaring
berwarna merah keabuan yang menonjol ke kavum nasi.

Tatalaksana yang paling mungkin untuk pasien adalah…


Angiofibroma Nasofaring Belia (Juvenile)
• Etiologi: masih belum jelas, dikaitkan dengan teori jaringan asal,
ketidakseimbangan hormonal.
• Tersering didapatkan pada laki-laki, remaja (7-19 tahun).
• Termasuk tumor jinak pembuluh darah di nasofaring.
• Anamnesis: hidung tersumbat progesif, epistaksis berulang masif, rhinorea
kronis, gangguan penciuman, otalgia, sefalgia.
• Rhinoskopi posterior: massa tumor dengan konsistensi kenyal, warna
abu-abu sampai merah muda, bagian yang tampak dilapisi selaput
lendir berwarna keunguan, sedangkan bagian yang meluas keluar
nasofaring berwarna putih atau abu-abu.
• Terapi: operasi, hormonal, radioterapi.
Sumber:Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin,
Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…

A. Polipektomi  tatalaksana untuk polip nasi


B. Kaustik AgNO3 25-30%  tatalaksana epistaksis
C. Tampon bellocq  tatalaksana epistaksis
posterior
E. Pencet hidung dan tampon anterior 
tatalaksana epistaksis anterior
Jadi, tatalaksana yang paling mungkin untuk pasien
adalah…

D. OPERATIF DAN
TERAPI HORMONAL
30.
SOA
L
Seorang anak laki-laki usia 15 tahun datang diantar oleh guru sekolahnya ke UGD rumah sakit dengan keluhan
bengkak pada hidung setelah terlibat perkelahian dengan temannya. Keluhan disertai rasa nyeri dan hidung
terasa tersumbat. Pemeriksaan tanda vital didapat tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92 kali/menit, RR 22
x/menit, suhu 36,2oC. Pada pemeriksaan hidung didapatkan hematoma pada septum berbentuk bulat, licin dan
berwarna merah. Kemudian dokter segera melakukan drainase yang didapatkan hasilnya adalah darah. Tujuan
utama segera dilakukan tindakan drainase adalah…
A. Mencegah infeksi sekunder
B. Mengeluarkan darah segera dari septum
C. Mencegah nekrosis tulang rawan hidung
D. Melakukan kultur untuk melihat adanya mikroorganisme
E. Mengurangi rasa nyeri pada hidung
C. MENCEGAH NEKROSIS TULANG
RAWAN HIDUNG
Keyword:
• Seorang anak laki-laki usia 15 tahun datang diantar oleh guru sekolahnya
ke UGD rumah sakit dengan keluhan bengkak pada hidung setelah
terlibat perkelahian dengan temannya. Keluhan disertai rasa nyeri dan
hidung terasa tersumbat.
• Pemeriksaan tanda vital didapat tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 92
kali/menit, RR 22 x/menit, suhu 36,2oC. Pada pemeriksaan hidung
didapatkan hematoma pada septum berbentuk bulat, licin dan berwarna
merah. Kemudian dokter segera melakukan drainase yang didapatkan
hasilnya adalah darah.

Tujuan utama segera dilakukan tindakan drainase adalah…


Hematoma Septum

• Sebagai akibat trauma, pembuluh darah submukosa akan pecah


dan darah akan berkumpul diantara perikondrium dan tulang
rawan septum.
• Bila terjadi fraktur tulang rawan, maka akan terbentuk
hematoma septum bilateral.
• Gejala: sumbatan hidung dan terasa nyeri
• Pemeriksaan: pembengkakan unilateral atau bilateral pada septum
bagian depan, berbentuk bulat, licin, dan berwarna merah. Bengkak
dapat meluas ke dinding lateral dan mengakibatkan obstruksi total.
Hematoma Septum

• Terapi: drainase yang segera dilakukan dapat mencegah terjadinya


nekrosis tulang rawan. Dilakukan pungsi dan kemudian insisi pada
hematom yang paling menonjol. Insisi bilateral dilakukan bila tulang
rawan masih utuh. Selanjutnya dipasang tampon untuk menekan
perikondrium kearah tulang rawan dibawahnya. Antibiotik diberikan
untuk mencegah infeksi sekunder.
• Komplikasi: abses septum dan saddle nose.

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Ke Tujuh Editor: Efiaty
Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, 2012.
Jawaban lainnya…
A. Mencegah infeksi sekunder  tidak tepat, setelah
drainase barulah diberi antibiotika untuk tujuan ini
B. Mengeluarkan darah segera dari septum  tidak spesifik,
pengeluaran darah dari septum bertujuan untuk mencegah
nekrosis tulang rawan
D. Melakukan kultur untuk melihat adanya mikroorganisme
 tidak tepat karena tidak perlu dilakukan kultur
E. Mengurangi rasa nyeri pada hidung  tidak tepat
Jadi, tujuan utama segera dilakukan tindakan
drainase adalah…

C. MENCEGAH
NEKROSIS TULANG
RAWAN HIDUNG
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai