Anda di halaman 1dari 249

TBL OBSGYN 1

MEI 2020
1
SOA
L
Seorang perempuan berusia 20 tahun, G1P1A0 dengan usia kehamilan 8 minggu datang ke UGD
Rumah Sakit diantar keluarganya dengan keluhan perdarahan sedikit-sedikit dari jalan lahir. Riwayat
sebelumnya keluar gumpalan atau jaringan disangkal. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan
darah 120/70 mmHg, denyut nadi 88 x/menit, RR 19 x/menit, suhu 36,7oC. Pada pemeriksaan
inspekulo tidak ditemukan adanya darah yang keluar, portio masih tertutup. Apakah diagnosis
yang paling mungkin untuk kasus di atas?
a. Abortus insipiens
b. Abortus iminens
c. Abortus inkomplit
d. Abortus septik
e. Abortus komplit
B. Abortus Iminens
Keyword:
• Perempuan berusia 20 tahun, G1P1A0, usia kehamilan 8
minggu
• Perdarahan sedikit-sedikit dari jalan lahir
• Riwayat sebelumnya keluar gumpalan atau jaringan disangkal
• Pemeriksaan inspekulo tidak ditemukan adanya darah
yang keluar, portio masih tertutup

Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus di atas?


Abortus
Abortus adalah suatu ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dengan
usia kehamilan di bawah 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.

Abortus dibagi menjadi:


o Abortus iminens
o Abortus insipiens
o Abortus inkomplit
o Abortus komplit
o Missed abortion

Kemenkes RI, 2013


Abortus
ABORTUS PERDARAHAN CERVIX KONSEPSI TINGGI TATALAKSANA

FUNDUS
IMMINENS FLEX TERTUTUP - SESUAI Konservatif
INSIPIENS FLUX TERBUKA - SESUAI Evakuasi isi uterus
INKOMPLIT FLUX TERBUKA + TIDAK
(SEBAGIAN) SESUAI
KOMPLIT FLUX TERBUKA/ + TIDAK Observasi

(SELURUH) SESUAI
TERTUTUP
MISSED +/- TERBUKA/ > 8 MINGGU MENGECIL Evakuasi isi uterus
ABORTION
TERTUTUP
Kemenkes RI, 2013
Abortus
ABORTUS TATALAKSANA
INSIPIENS • UK < 16 minggu: gunakan jari atau forceps cincin, bila perdarahan hebat → AVM
atau kuret
• UK > 16 minggu: infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau RL 40 tpm

INKOMPLIT • UK < 16 minggu: AVM atau kuret


• UK > 16 minggu: tunggu pengeluaran hasil konsepsi spontan atau dengan AVM

MISSED ABORTION • UK < 12 minggu : AVM atau kuret


• UK > 12 - < 16 minggu : pastikan cervix tetbuka → kuret
• UK > 16 minggu : pematangan cervix (infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc NaCl
0,9% atau RL → 40 tpm

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya...
a. Abortus insipiens → cervix terbuka
c. Abortus inkomplit → cervix terbuka,
hasil konsepsi (+) sebagian
d. Abortus septik → bau, tanda-tanda sepsis (+)
e. Abortus komplit → cervix terbuka/tertutup, hasil konsepsi (+)
seluruh
Jadi, diagnosisyang palingmungkin untuk kasus di atas adalah...

B. Abortus Iminens
2
SOA
L
Wanita usia 32 tahun datang ke Praktik Dokter Umum dengan keluhan muncul benjolan di kemaluan
sejak seminggu yang lalu. Disertai dengan panas sejak 1 hari terakhir. Pemeriksaan tanda vital
tekanan darah 120/70 mmHg, denyut nadi 82 x/menit, frekuensi nafas 18 x/menit dan suhu 38,0°C.
Pemeriksaan genetalia didapatkan adanya benjolan di dalam labia mayor: ukuran 3 cm, hiperemi,
nyeri (+), fluktuatif (+), permukaan rata dan licin. Apakah diagnosis yang yang tepat pada
kasus ini?
a. Kista bartholin
b. Kista gartner
c. Kista nabothi
d. Polip cervix
e. Abses bartholin
E. Abses Bartholin
Keyword:
• Wanita usia 32 tahun
• Muncul benjolan di kemaluan sejak seminggu yang lalu
• Panas sejak 1 hari terakhir
• Suhu 38,0°C
• Pemeriksaan genetalia didapatkan adanya benjolan di dalam
labia mayor: ukuran 3 cm, hiperemi, nyeri (+), fluktuatif (+),
permukaan rata dan licin

Apakah diagnosis yang yang tepat pada kasus ini?


Kista Bartholin
Definisi Kista berukuran relatif besar yang paling sering dijumpai. Kelenjar bartholini terletak
pada 1/3 posterior dari setiap labium mayus dan muara dari duktus sekretorius dari
kelenjar ini, berada tepat di depan (eksternal) himen pada posisi jam 4 dan 8

Etiologi • Infeksi (terutama nisereria gonore, dan kadang streptokok & stafilokok)
• Trauma → sumbatan saluran eksresi kelenjar bartholin
• Bila terjadi pascamenopause → curiga keganasan
Gambaran Bila disertai infeksi: nyeri sentuh, dispareunia dan demam
klinis • Pada tahap supuratif: dinding kista berwarna kemerahan, tegang, dan nyeri.
• Tahap eksudatif: di mana sudah terjadi ABSES, maka rasa nyeri dan ketegangan
dinding kista menjadi sedikit berkurang disertai dengan penipisan dinding di area
yang lebih putih dari sekitarnya.

Terapi • Insisi dinding kista dan drainase cairan kista atau abses, yang disebut
dengan prosedur MARSUPIALISASI.
• Berikan juga antibiotika untuk mikro-organisme yang sesuai dengan hasil
pemeriksaan apus atau kultur bakteri.

Sarwono, 2011
Abses Bartholin
Kista bartholin yang mengalami infeksi:
• Pada tahap supuratif: dinding kista berwarna kemerahan, tegang, dan
nyeri.
• Pada tahap eksudatif, terbentuklah abses (fluktuatif
(+), demam (+) ) → ABSES Bartholin, nyeri dan ketegangan ↓
Kista Gartner
Definisi • Kista ini berasal dari sisa kanalis Wolfii (disebut juga Duktus Gartner) yang berjalan di
sepanjang permukaan anterior dan bagian atas vagina.
• Diameter relatif kecil (tidak ada penonjolan) hingga besar mendorong dinding vagina ke
arah tengah lumen atau malahan dapat memenuhi lumen dan mencapai introitus vagina

Gejala klinis • Lokasi utama: bagian anterolateral puncak vagina


• Palpasi: bersifat kistik, dilapisi oleh dinding translusen tipis yang tersusun dari epitel
kuboid atau kolumner, baik dengan atau tanpa silia dan kadang-kadang tersusun dalam
beberapa lapisan (stratified)

Tatalaksana Insisi dinding anterolateral vagina dan eksisi untuk mengeluarkan kista dari sisa kanalis
Wolfii ini

Sarwono, 2011
Kista Nabothi (Kista Retensi)
Definisi • Epitel kelenjar endoserviks tersusun dari jenis kolumner tinggi yang sangat rentan
terhadap infeksi atau epidermidisasi skuamosa
• Infeksi/restrukturisasi endoserviks → metaplasia skuamosa → muara kelnajr
endoserviks akan tertutup → terbentuk kantong kista
• Ukuran: mikro hingga makro
Gambaran • Tidak menimbulkan gangguan sehingga penderita juga tidak pernah mengeluhkan
klinis sesuatu terkait dengan adanya kista ini.
• Inspekulo: kista nabothi terlihat sebagai penonjolan kistik di area endoserviks
dengan batas yang relatif tegas dan berwarna lebih muda dari jaringan di
sekitarnya
• Pembuluh darah di mukosa endoserviks (di atas kista) meniadi terlihat lebih nyata
karena pembuluh darah berwarna merah menjadi kontras di atas dasar yang
berwarna putih kekuningan
• Yang berada pada pars vaginalis endoserviks menunjukkan adanya epitel kolumner
yang ektopik dan kemudian mengalami metaplasia skuamosa

Tatalaksana Tidak diperlukan terapi khusus untuk kista Nabothi

Sarwono, 2011
Polip Serviks
Definisi Lesi atau tumor padat serviks yang paling sering dijumpai. Tumor ini merupakan
penjuluran dari bagian endoserviks atau intramukosal serviks dengan variasi eksternal atau
regio vaginal serviks.

Gambaran klinis • Polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multipel, berwarna merah terang, rapuh,
dan strukturnya menyerupai spons
• Penjuluran berwarna merah terang yang teriepit atau keluar dari ostium serviks
• Panjang tangkai polip juga bervariasi dari ukuran di bawah 1 cm (protrusi melalui
ostium serviks) hingga mencapai beberapa sentimeter sehingga memungkinkan ujung
distal polip mencapai atau keluar dari introitus vagina
• Bila polip serviks berasal dari ektoserviks maka warna polip menjadi lebih pucat dan
strukturnya lebih kenyal dari polip endoserviks
• Tidak jarang, ujung polip mengalami nekrotik atau ulserasi sehingga dapat
menimbuikan perdarahan terutama sekali pascasanggama
• Bertangkai, dengan panjang tangkai < 1 cm hingga beberapa cm

Sarwono, 2011
Polip Serviks
Histopatologi • Sama dengan jaringan asalnya, permukaan polip tersusun dari selapis epitel kolumner
yang tinggi (seperti halnya endoserviks), epitel kelenjar serviks, dan stroma jaringan
ikat longgar yang diinfiltrasi oleh sel bulat dan edema
• Epitel endoserviks pada polip seringkali mengalami metaplasia skuamosa dan serbukan
sel radang sehingga menyerupai degenerasi ganas

Tatalaksana • Ekstirpasi

Sarwono, 2011
Jawaban lainnya…
a. Kista bartholin → terletak pada 1/3
setiap darilabium
posterior mayus dan muara dari duktus
sekretorius dari kelenjar ini, berada tepat di depan
(eksternal) himen pada posisi jam 4 dan 8
b. Kista gartner → kista yang berlokasi di
anterolateral
bagian puncak vagina
c. Kista nabothi → penonjolan kistik di area endoserviks
dengan batas yang relatif tegas dan berwarna
lebih muda dari jaringan di sekitarnya; epitel
kolumnar → metaplasi skuamosa
d. Polip cervix → penjuluran dari bagian
atau intramukosal serviks dengan
endoserviks variasi eksternal
atau regio vaginal serviks; bertangkai
Jadi, diagnosis yang yang tepat pada kasus ini adalah ....
E. Abses Bartholin
3
SOA
L
Perempuan usia 22 tahun P1A0 datang ke Praktik Dokter Umum dengan keluhan payudara sebelah
kanan bengkak sejak 3 hari yang lalu. Selain itu payudara juga terasa nyeri. Pasien sedang menyusui.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, frekuensi nafas
18 x/menit, dan suhu 38,0oC. Pemeriksaan payudara kiri tampak eritema, edema, teraba hangat, nyeri
tekan (+), fluktuasi (+). Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus ini?
a. Mastitis
b. Abses mammae
c. Bendungan air susu
d. Galaktokel
e. Tumor payudara
B. Abses Mammae
Keyword:
• Perempuan usia 22 tahun P1A0
• Payudara sebelah kanan bengkak sejak 3 hari yang lalu
• Payudara juga terasa nyeri
• Pasien sedang menyusui
• Suhu 38,0oc
• Pemeriksaan payudara kiri tampak eritema, edema, teraba hangat,
nyeri tekan (+), fluktuasi (+)

Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus ini?


Kelainan Payudara Saat Nifas

Bendungan Air Susu


(zogstuwing, breast Mastitis Galaktoke
engorgetment) l

Sarwono, 2008
Bendungan Air Susu
(zogstuwing, breast engorgetment)
Definisi Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu.
Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering
menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik,
dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui

Gejala • Pembengkakan payudara bilateral


• Palpasi teraba keras
• Kadang terasa nyeri
• Peningkatan suhu badan ibu
• Tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam

Tatalaksana • Pemakaian kutang untuk menyangga payudara


• Pemberian analgetika
• Dianjurkan menyusui segera dan lebih sering
• Kompres hangat
• Air susu dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara
• Kalau perlu diberi supresi laktasi untuk sementara (2 - 3 hari) agar bendungan terkurangi dan
memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan

Sarwono, 2008
Mastitis
Definisi Infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara
Gejala • Demam yang disertai menggigil, mialgia, nyeri, dan takikardia.
• Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan batas tegas,
dan disertai rasa sangat nyeri.
• Dapat berkembang menjadi ABSES (fluktuasi +, nyeri dan eritema).

Tatalaksana • Tetap laktasi dan pengosongan payudara.


• Antibiotik (penisilin tahan penisilinase (dikloksasilin) atau sefalosporin), bila alergi
penisilin berikan eritromisin atau sulfa-.
• Bed-rest, pemberian cairan yang cukup, antinyeri dan antiinflamasi.
• Untuk ABSES → insisi drainase.

Sarwono, 2008
Galaktokel

• Walaupun jarang dapat terjadi sumbatan saluran oleh


air susu yang membeku.
• Air susu terkumpul pada satu lobus atau lebih dan
dapat menyebabkan timbulnya massa kistik.
• Massa tersebut bisa hilang secara spontan
atau memerlukan aspirasi.

Sarwono, 2008
Jawaban lainnya…
a. Mastitis → Infeksi dan parenkim
peradangan kelenjar payudara
c. Bendungan air susu → oleh pengeluaran air us yang
tidak lancar
d. Galaktokel → sumbatan saluran
oleh air susu yang membeku
e. Tumor payudara → tidak tepat
Jadi, diagnosis yang tepat untuk kasus ini adalah....
B. Abses Mammae
4
SOA
L
Wanita usia 45 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri perut bawah. Pasien mengatakan sedang
menstruasi, jumlah darah menstruasi 3 kali lebih banyak dibandingkan biasanya. Pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal. Pemeriksaan tes kehamilan (-). Pemeriksaan USG ditemukan adanya
pembesaran pada uterus. Pemeriksaan PA ditemukan bentukan swiss-cheese hyperplasia pada
endometrium. Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?
a. Endometriosis
b. Adenomiosis
c. Hiperplasia endometrium
d. Hipertrofi endometrioum
e. Mioma uteri
B. Adenomiosis
Keyword:
• Wanita usia 45 tahun
• Nyeri bawah, sedang menstruasi, jumlah darah
menstruasi
perut 3 kali lebih banyak dibandingkan biasanya
• Tes kehamilan (-)
• Pemeriksaan USG: pembesaran pada uterus
• Pemeriksaan PA: bentukan swiss-cheese hyperplasia pada
endometrium

Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?


Adenomiosis
Definisi • Lesi pada lapisan miometrium yang ditandai dengan invasi jinak endometrium
yang secara normal hanya melapisi bagian dalam dinding uterus/kavum uteri.
• Terdapat kesamaan antara adenomiosis dengan endometriosis walaupun
adenomiosis lebih banyak diderita oleh perempuan berusia 40-an tahun dan
multipara, sedangkan endometriosis pada perempuan dewasa muda dan infertil.

Klinis Menoragia dan dismenorea yang semakin lama akan semakin berat, terutama pada
perempuan berusia 40 tahunan. Dismenorea yang terjadi, bersifat seperti kolik
sebagai akibat kontraksi yang kuat dan pembengkakan intramural oleh timbunan
darah di dalam pulau-pulau jaringan endometrium.

Sarwono, 2011
Adenomiosis
USG Dengan melakukan USG kita dapat melihat adanya
utems yang membesar secara difus dan gambaran
penebalan dinding rahim terutama pada bagian
posterior dengan fokus-fokus ekogenik, rongga
endometriosis eksentrik, adanya penyebaran dengan
gambaran hiperekoik, kantung-kantung kistik 5 - 7
mm yang menyebar menyerupai gambaran sarang
lebah.

Sarwono, 2011
Adenomiosis
Histopatologi • Gambaran epitel endometrium dalam miometrium.
• Pembesaran oleh adenomiosis bersifat difus (tidak
nodular seperti mioma).
• Terjadi penebalan yang sangat nyata pada dinding
endometrium dan umumnya tidak simetris.
• Adanya pulau-pulau epitel endometrium yang
menyusup jauh dari membrana basalis jaringan asal
dan kadang-kadang dapat mencapai lapisan serosa
uterus.
• Pulau-pulau endometrium di dalam otot berfungsi
seperti yang ada di kavum uteri sehingga di bagian
tengahnya terdapat cairan merah kecokelatan seperti
darah menstruasi.
• Sebagian besar epitel endometrium adenomiosis
bukan termasuk yang matur atau dewasa, non-
fungsional, dan tersusun seperti keju swiss (swiss-
cheese hyperplasia)

Sarwono, 2011
Adenomiosis
Tatalaksana • Histerektomi.
• Konservatif (hormonal) hanya akan menunda penyembuhan dan upaya untuk mengatasi
keluhan penderita, termasuk gangguan kesehatan akibat perdarahan atau stres psikis
yang berkepanjangan.
• Tindakan tambahan (salpingo-ooforektomi) sangat tergantung dari faktor usia, status
fisik, tenggang waktu dari saat operasi hingga menopause, dan ada tidaknya gangguan
lain pada ovarium (termasuk endometriosis) pada saat laparotomi dilakukan.
• Pada pasien-pasien yang terdapat kontra indikasi untuk operasi atau jika takut operasi
dapat dilakukan pemberian penghambat aromatase (aromatase inhibitor).

Sarwono, 2011
Jawaban lainnya…
a. Endometriosis → jaringan endomueirtm yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri
c. Hiperplasia endometrium → tidak tepat
d. Hipertrofi endometrioum → tidak tepat
e. Mioma uteri → tumor jinak yang
struktur utamanya adalah otot polos rahim
Jadi, diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah....
B. Adenomiosis
5
SOA
L
Seorang wanita usia 34 tahun datang ke Praktik Dokter ingin berkonsultasi mengenai KB. Pasien menikah saat
usia 30 tahun, saat ini memiliki dua orang anak masing-masing berusia 3 dan 1 tahun. Riwayat hipertensi dan
merokok. Pasien berencana untuk memiliki anak lagi dalam waktu 2-3 tahun ke depan. Apakah metode
kontrasepsi yang dianjurkan pada pasien ini?
a. Tubektomi
b. Implan
c. KB suntik
d. Pil kombinasi
e. Alat kontrasepsi dalam rahim
E. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Keyword:
• Wanita usia 34 tahun
• Menikah saat usia 30 tahun, saat ini memiliki dua orang anak masing-
masing berusia 3 dan 1 tahun.
• Riwayat hipertensi dan merokok
• Berencana untuk memiliki anak lagi dalam waktu 2-3 tahun ke depan

Apakah metode kontrasepsi yang dianjurkan pada pasien ini?


Kontrasepsi
PILIHAN METODE KONTRASEPSI BERDASARKAN TUJUAN PEMAKAIAN
Urutan Fase menunda Fase menjarangkan Fase tidak hamil lagi
prioritas Kehamilan kehamilan (anak ≤ 2) (anak ≥ 3)
1 Pil AKDR Steril
2 AKDR Suntikan AKDR
3 Kondom Minipil Implan
4 Implan Pil Suntikan
5 Suntikan Implan Kondom
6 Kondom Pil

Kemenkes RI, 2013


AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Mekanisme AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii,
memengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu,
mencegah implantasi telur dalam uterus.

Efektivitas Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan
lama, hingga 12 tahun.
Keuntungan khusus Mengurangi risiko kanker endometrium.
bagi kesehatan
Risiko bagi kesehatan Dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi ibu rendah sebelum pemasangan dan AKDR menyebabkan
haid yang lebih banyak. Dapat menyebabkan penyakit radang panggul bila ibu sudah terinfeksi klamidia atau
gonorea sebelum pemasangan.

Efek samping Perubahan pola haid, terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid memanjang dan banyak, tidak teratur, dan
nyeri haid).
Mengapa beberapa orang Efektif mencegah kehamilan, dapat digunakan untuk waktu yang lama, tidak ada biaya tambahan setelah
menyukainya pemasangan, tidak memengaruhi menyusui,, dan dapat langsung dipasang setelah persalinan atau keguguran.
Mengapa beberapa orang Perlu prosedur pemasangan yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
tidak menyukainya

Kemenkes RI, 2013


Pil
KB
Pil Kombinasi
• ES: perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau
tidak haid); sakit kepala; pusing; mual; nyeri payudara; perubahan BB; perubahan suasana perasaan;
jerawat; peningkatan tekanan darah
• Disukai karena: pemakaian dikendalikan oleh perempuan, dapat dihentikan kapan pun tanpa perlu
bantuan tenaga kesehatan dan tidak mengganggu hubungan seksual

Pil Progestin (Mini Pil)


• ES: perubahan pola haid (menunda haid lebih lama pada ibu menyusui, haid tidak teratur, haid
memanjang atau sering, haid jarang atau tidak haid); sakit kepala; pusing; perubahan suasana
perasaan; nyeri payudara; nyeri perut; mual
• Disukai karena: dapat diminum saat menyusui, pemakaian dikendalikan oleh perempuan, dapat
dihentikan kapanpun tanpa perlu tenaga kesehatan dan tidak mengganggu hubungan seksual

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. Tubektomi → untuk yang tidak ingin
memiliki anak lagi
b. Implan → meningkatkan tekanan darah
c. KB suntik → meningkatkan tekanan darah
d. Pil kombinasi → meningkatkan tekanan darah
Jadi, metode kontrasepsi yang dianjurkan pada pasien ini adalah...

E. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


6
SOA
L
Perempuan usia 24 tahun P1A0 dibawa ke IGD RS, dengan perdarahan masif setelah melahirkan
yang dibantu oleh bidan. Bidan sudah melakukan manajemen aktif, tapi perdarahan masih banyak.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 100 x/menit, frekuensi nafas
22 x/menit, suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan uterus besar dan lembek, jaringan
plasenta sudah keluar semua. Tidak ditemukan adanya robekan. Apakah penyebab
perdarahan masif tersebut?
a. Retensio plasenta
b. Sisa plasenta
c. Laserasi vagina
d. Ruptur uteri
e. Atonia uteri
E. Atonia Uteri
Keyword:
• Perempuan usia 24 tahun P1A0
• Perdarahan masif setelah melahirkan yang dibantu oleh bidan
• Bidan sudah melakukan manajemen aktif
• Uterus besar dan lembek, jaringan plasenta sudah
keluar semua
• Tidak ditemukan adanya trauma

Apakah penyebab perdarahan masif tersebut?


Atonia Uteri
Definisi Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu
menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta
lahir
Faktor predisposisi • Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak
terlalu besar
• Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep
• Kehamilan grande-multipara
• Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderira penyakit menahun
• Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
• Infeksi intrauterin (korioamnionitis)
• Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya

Diagnosis Bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak,
bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih
dengan kontraksi yang lembek

Sarwono, 2008
Atonia Uteri
Tatalaksana
• Sikap Trendelenburg, memasang venous line, dan memberikan oksigen
• Sekaligus merangsang kontraksi uterus dengan cara:
 Masase fundus uteri dan merangsang puting susu.
 Pemberian oksitosin dan turunan ergot secara IM, IV atau SC
 Memberikan derivat prostaglandin F2α (carboprost trometbamine), ES: diare, hipertensi, mual munrah,
febris, dan takikardia
 Pemberian misoprostol 800 - 1.000 ug per-rektal
 Kompresi bimanual eksternal dan/atau internal
 Kompresi aorta abdominalis
 Pemasangan "tampon kondom", kondom dalam kalum uteri disambung dengan kateter, difiksasi dengan
karet gelang dan diisi cairan infus 200 ml yang akan mengurangi perdarahan dan menghindari tindakan
operatif (tindakan memasang tampon kasa utero-vaginal tidak dianjurkan dan hanya bersifat temporer
sebelum tindakan bedah ke rumah sakit rujukan)

Sarwono, 2008
Atonia Uteri
Tatalaksana
• Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan operarif laparotomi dengan
pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi. Alternatifnya berupa:
 Ligasi aneria uterina atau arteria ovarika
 Operasi ransel B lynch
 Histerektomi supravaginal
 Histerektomi total abdominal

Sarwono, 2008
Jawaban lainnya…
a. Retensio plasenta → tertahannya atau beulm lahirnya
plasenta hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi lahir
b. Sisa plasenta → tertinggalnya bagian plasenta dalam
rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan post-
partum
c. Laserasi vagina → robekan di daerah vagina
pascasalin
d. Ruptur uteri → robeknya dinding rahim terjadi akibat
terlampauinya daya regang miometrium
Jadi, penyebab perdarahan masif tersebut adalah ....
E. Atonia Uteri
7
SOA
L
Perempuan usia 21 tahun P1A0 datang ke Puskemas dengan keluhan sulit menyusui anaknya. Selain
itu disertai juga dengan rasa nyeri pada payudara. Pasien post melahirkan 3 hari yang lalu.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi nafas
17 x/menit, dan suhu 36,9oC. Pemeriksaan payudara didapatkan payudara edema, teraba keras,
warna seperti kulit sekitar, dan nyeri tekan (+). Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus
ini?
a. Mastitis
b. Abses mammae
c. Bendungan air susu
d. Galaktokel
e. Tumor payudara
C. Bendungan Air Susu
Keyword:
• Perempuan usia 21 tahun P1A0 datang ke puskemas
• Sulit menyusui anaknya, disertai rasa nyeri pada payudara
• Post melahirkan 3 hari yang lalu
• Payudara edema, teraba keras, warna seperti kulit sekitar, dan nyeri
tekan (+)

Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus ini?


Kelainan Payudara Saat Nifas

Bendungan Air Susu


(zogstuwing, breast Mastitis Galaktoke
engorgetment) l

Sarwono, 2008
Bendungan Air Susu
(zogstuwing, breast engorgetment)
Definisi Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu.
Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering
menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik,
dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui

Gejala • Pembengkakan payudara bilateral


• Palpasi teraba keras
• Kadang terasa nyeri
• Peningkatan suhu badan ibu
• Tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam

Tatalaksana • Pemakaian kutang untuk menyangga payudara


• Pemberian analgetika
• Dianjurkan menyusui segera dan lebih sering
• Kompres hangat
• Air susu dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara
• Kalau perlu diberi supresi laktasi untuk sementara (2 - 3 hari) agar bendungan terkurangi dan
memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan

Sarwono, 2008
Mastitis
Definisi Infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara
Gejala • Demam yang disertai menggigil, mialgia, nyeri, dan takikardia.
• Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan
disertai rasa sangat nyeri.
• Dapat berkembang menjadi ABSES (fluktuasi +, nyeri dan eritema).

Tatalaksana • Tetap laktasi dan pengosongan payudara.


• Antibiotik (penisilin tahan penisilinase (dikloksasilin) atau sefalosporin), bila alergi
penisilin berikan eritromisin atau sulfa-.
• Bed-rest, pemberian cairan yang cukup, antinyeri dan antiinflamasi.
• Untuk ABSES → insisi drainase.

Sarwono, 2008
Galaktokel

• Walaupun jarang dapat terjadi sumbatan saluran oleh


air susu yang membeku.
• Air susu terkumpul pada satu lobus atau lebih dan
dapat menyebabkan timbulnya massa kistik.
• Massa tersebut bisa hilang secara spontan
atau memerlukan aspirasi.

Sarwono, 2008
Jawaban lainnya…
a. Mastitis → infeksi dan parenkim
peradangan kelenjar payudara
b. Abses mammae → komplikasi dari mastitis
dengan tanda fluktuasi (+)
d. Galaktokel → sumbatansaluran oleh air susu
yang membeku
e. Tumor payudara → tidak tepat
Jadi, diagnosis yang tepat untuk kasus ini adalah....
C. Bendungan Air Susu
8
SOA
L
Wanita usia 45 tahun P5A1 datang ke RS dengan keluhan post coital bleeding. Pasien mengatakan terdapat
perdarahan di antara masa haid sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat menarche usia 11 tahun. Menikah pada usia 19
tahun. Pemeriksaan tanda vital tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi nafas 16 x/menit, suhu
36,2oC. Pemeriksaan inspekulo ditemukan massa berdungkul-dungkul, mudah berdarah, berada di daerah potio
serviks. Massa telah berinfiltrasi pada 1/3 distal vagina. Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus di
atas?
a. Ca cervix stadium I
b. Ca cervix stadium II A
c. Ca cervix stadium II B
d. Ca cervix stadium III A
e. Ca cervix stadium III B
D. Ca Cervix Stadium III A
• Wanita usia 45 tahun P5A1
• Post coital bleeding
• Perdarahan di antara masa haid sejak 6 bulan yang lalu
• Menarche usia 11 tahun, menikah pada usia 19 tahun
• Pemeriksaan inspekulo ditemukan massa berdungkul-dungkul, mudah
berdarah, berada di daerah potio serviks
• Massa telah berinfiltrasi pada 1/3 distal vagina

Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus di atas?


Ca Servix
Definisi Keganasan pada serviks, merupakan penyakit kanker perempuan yang
menimbulkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang.
Etiologi Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi human Papilloma Virus (hPV)
yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks
Faktor risiko • HPV khususnya tipe 16,18, 31, dan 45
• Aktivitas seksual pada usia muda (< 15 tahun)
• Hubungan seksual dengan multipartner
• Menderita HIV atau mendapat penyakit/penekanan kekebalan (immunosuppressive)
yang bersamaan dengan infeksi HPV
• Perempuan perokok

Sarwono, 2011
Ca Servix
Gejala • Gejala dini: sekret vagina yang agak berlebihan dan kadang-kadang disertai dengan
bercak perdarahan
• Gejala umum: perdarahan pervaginam (pascasanggama, perdarahan di luar haid)
• Keputihan
• Gejala lanjut: keluar cairan pervaginam yang berbau busuk, nyeri panggul, nyeri
pinggang dan pinggul, sering berkemih, buang air kecil atau buang air besar yang sakit.
• Gejala penyakit yang residif: berupa nyeri pinggang, edema kaki
unilateral, dan obstruksi ureter.

Diagnosis • Pap smear (skrining)


• Biopsi (penentuan diagnosis pasti)
• X-ray, IVP, CT-scan (metastase)
Tatalaksana • Pembedahan
• Radioterapi
• Kemoterapi
Ca Servix
STADIU
M
Jawaban lainnya…
a. Ca servix stadium I → sebatas serviks
b. Ca servix stadium II A → invasi luar uterus, atnpa invasi
ke parametrium
c. Ca servix stadium II B → invasi luar uterus, nadsudah
invasi ke parametrium
e. Ca servix stadium III B → tumor telah meluas ke
dinding panggul dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau
tidak berfungsinya ginjal
9
SOA
L
Perempuan 20 tahun P1A0 dibawa ke RS oleh suaminya karena perubahan sikap sejak 3 hari
terakhir. Pasien post melahirkan 2 minggu yang lalu. Suami pasien mengatakan istrinya sering
menangis dan mengurung diri. Susah makan, bila tidak dipaksa. Tidak mau merawat diri dan
anaknya. Saat ditanya pasien mengatakan merasa sedih dan juga takut tidak dapat merawat anaknya
dengan baik. Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. Apakah
diagnosis pada pasien ini?
a. Depresi post partum
b. Post partum blues
c. Psikosis post partum
d. Anxietas post partum
e. Skizofrenia
A. Depresi Post Partum
Keyword:
• Perempuan 20 tahun P1A0
• Perubahan sikap sejak 3 hari terakhir
• Post melahirkan 2 minggu yang lalu
• Sering menangis dan mengurung diri. Susah makan, bila tidak dipaksa.
Tidak mau merawat diri dan anaknya
• Merasa sedih dan juga takut tidak dapat merawat anaknya
dengan baik

Apakah diagnosis pada pasien ini?


Gangguan Psikiatrik pada Masa Nifas
Postpartum • Gangguan mood yang menyertai suatu persalinan. Biasanya terjadi dari hari
blues/postnatal ke-3 sampai ke-10 dan umumnya terjadi akibat perubahan hormonal.
blue/baby blues • Gejala: menangis, mudah tersinggung, cemas, menjadi pelupa, dan sedih.
• Hal ini tidak berhubungan dengan kesehatan ibu ataupun bayi, komplikasi
obstetrik, perawatan di rumah sakit, status sosial, atau pemberian asi atau
susu formula.

Depresi post partum • Termasuk sindroma depresi nonpsikotik yang dapat terjadi selama kehamilan
dan persalinan. Umumnya keadaan ini terjadi dalam beberapa minggu atau
bulan setelah persalinan.
• Gejala: perubahan mood, pola tidur, makan, konsentrasi atau libido dan
mungkin gangguan somatik, fobia, dan ketakutan.
• Terapi: dukungan lingkungan terhadap ibu tersebut, psikoterapi, dan obat-
obat antidepresi (diberikan dengan sangat hati-hati mengingat pengaruhnya
pada kehamilan dan menyusui.

Sarwono, 2011
Gangguan Psikiatrik pada Masa Nifas
Psikosis: Gejala timbul umumnya dari beberapa hari sampai 4 - 6 minggu pascapersalinan. Gejalanya dapat
berupa tidak dapat tidur, mudah tersinggung, dan sebagainya di mana adanya gangguan organik sudah
disingkirkan. Dikenal berbagai macam kelainan psikiatrik pada ibu hamil antara lain sebagai berikut:

Anxietas Gejala:
• Rasa takut, mudah marah, mudah tersinggung
• Keringat berlebihan, dyspnea, insomnia, dan/atau trembling
Psikosis post partum • Gejala: Depressive, Maniac, Schizophrenic, atau Schizoaffective
• Pengobatan: Psikoterapi, Antidepresan, Antipsikotik, dan/atau ECT
Skizofrenia • Tipe: Catatonic, Disorganized, Paranoid, Undifferentiated
• Perhatikan faktor genetik
• Penyembuhan (recovery) setelah 5 tahun dapat mencapai 60 %
• Kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya cukup besar dan biasanya akan
memberikan gejala lebih berat

Sarwono, 2011
Jawaban lainnya…
b. Post partum blues → terjadi dalam waktu 3 hari
dan 10 hari post partum
c. Psikosis post partum → adanya
gejala psikosis post partum
d. Anxietas post partum → adanya gejala anxietas post
partum
e. Skizofrenia → memenuhu
kriteria diagnosis skizofrenia
Jadi, diagnosis pada pasien ini adalah...
A. Depresi Post Partum
10
SOA
L
Seorang perempuan berusia 34 tahun G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu datang ke UGD RS
dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 hari yang lalu. Disertai juga dengan mual, muntah, dan
pandangan kabur. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 170/120 mmHg, nadi 112
x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,5 oC. Ditemukan adanya edema pretibial. Pemeriksaan
urin diperoleh Proteinuria +3. Kemudian dokter memberikan tatalaksana awal MgSO4.
Bagaimana cara pemberian dosis rumatan?
a. MgSO4 4 g iv dalam waktu 20 menit (MgSO4 40% 10 cc dalam 10 cc aquadest)
b. MgSO4 5 g IM (MgSO4 40%12,5 cc) masing-masing bokong kanan dan kiri
c. MgSO4 6 g (MgSO4 40% 15 cc) dilarutkan dalam 1000 cc NaCl 0,9% selama 6
jam dengan kecepatan 28 tpm
d. MgSO4 6 g (MgSO4 40% 15 cc) dilarutkan dalam 500 cc NaCl 0,9% selama 6 jam dengan
kecepatan 20 tpm
e. MgSO4 6 g (MgSO4 40% 15 cc) dilarutkan dalam 500 cc NaCl 0,9% selama 6 jam
dengan kecepatan 28 tpm
E. MgSO4 6 g (MgSO4 40% 15 cc) dilarutkan dalam 500 cc NaCl
0,9% selama 6 jam sengan kecepatan 28 tpm
Keyword:
• Perempuan berusia 34 tahun G2P1A0 UK 32 minggu
• Nyeri kepala sejak 1 hari yang lalu, disertai mual, muntah, dan pandangan
kabur
• Tekanan darah 170/120 mmhg, edema pretibial
• Proteinuria +3
• Dokter memberikan tatalaksana awal mgso4

Bagaimana cara pemberian dosis rumatan?


HIPERTENSI dalam Kehamilan
Hipertensi Kronik • Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan
menetap setelah persalinan (TD ≥ 140/90 mmHg)
• Sudah ada riwayat HT sebelum hamil atau diketahui HT pada UK < 20
minggu
Hipertensi Gestasional • Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah
kehamilan 20
minggu dan menghilang setelah persalinan (TD ≥ 140/90 mmHg)
• Tidak ada riwayat HT sebelum hamil, TD normal di usia kehamilan <
12 minggu

Kemenkes RI, 2013


Preeklamsia dan Eklamsia
Preeklamsia ringan • TD ≥ 140/90 mmHg pada UK > 20 minggu
• Proteinuria + 1 atau pemeriksaan protein kuantitatif > 300 mg/24
jam
Preeklamsia Berat • TD > 160/110 mmHg pada UK > 20 minggu
• Proteinuria ≥ 2 atau protein kuantitatif > 5 g/24 jam
• Atau disertai keterlibatan organ lain:
o Trombositopenia (< 100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
o Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
o Sakit kepala, skotoma penglihatan
o Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
o Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
o Oligouria (< 500 ml/24 jam), kreatinin > 1,2 mg/dL

Kemenkes RI, 2013


Preeklamsia dan Eklamsia
Superimposed • Ibu dengan riwayat HT kronik (sudah ada sebelum UK 20 minggu)
preeklamsia pada hipertensi • Proteinuria > +1 atau trombosit < 100.000 sel/uL pada UK > 20
kronik minggu
Eklamsia • Kejang umum dan/atau koma
• Ada tanda dan gejala preeklamsia
• Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misal: epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, meningitis)

Kemenkes RI, 2013


Preeklamsia dan Eklamsia
Tatalaksana
• Bila terjadi kejang, perhatikan jalan Cara pemberian MgSO4
nafas, pernafasan (oksigen) dan sirkulasi • Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur
(cairan IV) untuk mencegah kejang atau kejang berulang
• Berikan MgSO4 secara IV pada ibu yang • Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4
eklamsia dan preeklamsia berat dalam 6 jam sesuai prosedur
• Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat
diberikan seluruhnya, berikan dosis awal
lalu RUJUK ibu ke FASKES yang lebih Syarat pemberian MgSO4
memadai • Tersedia Ca Glukonas 10%
• Lakukan intubasi bila kjang berulang → • Ada refleks patella
ICU • Jumlah urin minimal 0,5 ml/kgbb/jam
Preeklamsia dan Eklamsia
Pemberian MgSO4
Cara pemberian dosis awal Cara pemberian dosis rumatan
• Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 • Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan
40%) dan larutkan dengan 10 ml aquades larutkan dalam 500 ml RL/RA, lalu berikan secara IV
• Berikan larutan tersebut secara IV pelan selama dengan kecepatan 28 tpm selama 6 jam dan diulang
20 menit 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila
• Jika akses IV sulit, berikan masing-masing 5 g eklamsia)
MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM
bokong kanan dan kiri

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. MgSO4 4 g iv dalam waktu 20 menit (MgSO4 40% 10
cc dalam 10 cc aquadest) → dosis awal
b. MgSO4 5 g IM (MgSO4 40%12,5 cc) masing-masing
bokong kanan dan kiri → dosis awal, bila
intravena
akses sulit
c. MgSO4 6 g (MgSO4 40% 15 cc) dilarutkan dalam
1000 cc NaCl 0,9% selama 6 jam dengan kecepatan
28 tpm → tidak tepat, harusnya dilarutkan
500 dalam
cc NaCl 0,9%
d. MgSO4 6 g (MgSO4 40% 15 cc) dilarutkan dalam 500
cc NaCl 0,9% selama 6 jam dengan kecepatan 20
tpm → tidak tepat, harusnya dengan kecepatan 28
tpm
Jadi, cara pemberian dosis rumatan adalah ....
E. MgSO4 6 g (MgSO4 40% 15 cc) dilarutkan dalam 500 cc
NaCl 0,9% selama 6 jam sengan kecepatan 28 tpm
11
SOA
L
Perempuan usia 30 tahun G2P1A0 usia kehamilan 34 minggu dilarikan ke IGD RS post kejang 30
menit yang lalu. Keluarga pasien mengatakan kejang kelonjotan seluruh badan. Sebelum kejang
pasien sempat mengeluhkan nyeri kepala dan mual. Riwayat epilepsi dan trauma disangkal.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 180/110 mmHg, nadi 100 x/menit, frekuensi nafas
20 x/menit, dan suhu 36,3oC. Pemeriksaan laboratorium didapatkan proteinuria + 3. Kemudian
dokter berencana memberikan MgSO4. Di bawah ini yang merupakan syarat pemberian
MgSO4 adalah…
a. Produksi urin minimal 0,5 ml/kgbb/jam
b. Produksi urin minimal 5 ml/kgbb/jam
c. Refleks patella (-)
d. Adanya antidotum Ca glukonas 1%
e. Adanya antidotum Ca glukonas 100%
A. Produksi urin minimal 0,5 ml/kgbb/jam
Keyword:
• Perempuan usia 30 tahun G2P1A0 usia kehamilan 34 minggu
• post kejang 30 menit yang lalu
• Riwayat epilepsi dan trauma disangkal
• tekanan darah 180/110 mmHg
• proteinuria + 3

Di bawah ini yang merupakan syarat pemberian MgSO4


adalah…
HIPERTENSI dalam Kehamilan
Hipertensi Kronik • Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan
menetap setelah persalinan (TD ≥ 140/90 mmHg)
• Sudah ada riwayat HT sebelum hamil atau diketahui HT pada UK < 20
minggu
Hipertensi Gestasional • Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah
kehamilan 20
minggu dan menghilang setelah persalinan (TD ≥ 140/90 mmHg)
• Tidak ada riwayat HT sebelum hamil, TD normal di usia kehamilan <
12 minggu

Kemenkes RI, 2013


Preeklamsia dan Eklamsia
Preeklamsia ringan • TD ≥ 140/90 mmHg pada UK > 20 minggu
• Proteinuria + 1 atau pemeriksaan protein kuantitatif > 300 mg/24
jam
Preeklamsia Berat • TD > 160/110 mmHg pada UK > 20 minggu
• Proteinuria ≥ 2 atau protein kuantitatif > 5 g/24 jam
• Atau disertai keterlibatan organ lain:
o Trombositopenia (< 100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
o Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
o Sakit kepala, skotoma penglihatan
o Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
o Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
o Oligouria (< 500 ml/24 jam), kreatinin > 1,2 mg/dL

Kemenkes RI, 2013


Preeklamsia dan Eklamsia
Superimposed • Ibu dengan riwayat HT kronik (sudah ada sebelum UK 20 minggu)
preeklamsia pada hipertensi • Proteinuria > +1 atau trombosit < 100.000 sel/uL pada UK > 20
kronik minggu
Eklamsia • Kejang umum dan/atau koma
• Ada tanda dan gejala preeklamsia
• Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misal:
epilepsi, perdarahan subarakhnoid, meningitis)

Kemenkes RI, 2013


Preeklamsia dan Eklamsia
Tatalaksana
• Bila terjadi kejang, perhatikan jalan Cara pemberian MgSO4
nafas, pernafasan (oksigen) dan sirkulasi • Berikan dosis awal 4 g MgSO4 sesuai prosedur untuk
(cairan IV) mencegah kejang atau kejang berulang
• Berikan MgSO4 secara IV pada ibu yang • Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4
eklamsia dan preeklamsia berat dalam 6 jam sesuai prosedur
• Pada kondisi dimana MgSO4 tidak dapat
diberikan seluruhnya, berikan dosis awal
lalu RUJUK ibu ke FASKES yang lebih Syarat pemberian MgSO4
memadai • Tersedia Ca Glukonas 10%
• Lakukan intubasi bila kjang berulang → • Ada refleks patella
ICU • Jumlah urin minimal 0,5 ml/kgbb/jam

Kemenkes RI, 2013


Preeklamsia dan Eklamsia
Pemberian MgSO4
Cara pemberian dosis awal Cara pemberian dosis rumatan
• Ambil 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 • Ambil 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan
40%) dan larutkan dengan 10 ml aquades larutkan dalam 500 ml RL/RA, lalu berikan secara IV
• Berikan larutan tersebut secara IV pelan selama dengan kecepatan 28 tpm selama 6 jam dan diulang
20 menit 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila
• Jika akses IV sulit, berikan masing-masing 5 g eklamsia)
MgSO4 (12,5 ml larutan MgSO4 40%) IM
bokong kanan dan kiri

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
b. Refleks patella (-) → tidak tepat, harusnya (+)
c. Produksi urin minimal 5 →
ml/kgbb/jam tepat, harusnya 0,5 ml/kgbb/jam tidak
d. Adanya antidotum Ca glukonas
1% tepat, harusnya Ca glukonas 10% →
e. Adanya antidotum Ca glukonas 100% → tidak
tidak
tepat, harusnya Ca glukonas 10%
Jadi, yang merupakan syarat pemberian MgSO4 adalah ....
A. Produksi urin minimal 0,5 ml/kgbb/jam
12
SOA
L
Seorang perempuan usia 22 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri perut hebat saat menstruasi.
Pasien mengatakan sedang menstruasi, jumlah darah menstruasi 3 kali lebih banyak dibandingkan
biasanya. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan tes kehamilan (-). Pemeriksaan
USG ditemukan adanya pembesaran pada uterus. Pemeriksaan PA ditemukan adanya jaringan
endometrium di luar kavum uteri. Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?
a. Hiperplasia endometrium
b. Hipertrofi endometrioum
c. Mioma uteri
d. Adenomiosis
e. Endometriosis
E. Endometriosis
Keyword:
• Perempuan usia 22 tahun datang ke RS
• Nyeri perut hebat saat menstruasi, sedang menstruasi, jumlah
darah menstruasi 3 kali lebih banyak dibandingkan biasanya
• Pemeriksaan tes kehamilan (-)
• Pemeriksaan USG: pembesaran pada uterus
• Pemeriksaan PA: adanya jaringan endometrium di luar kavum
uteri

Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?


Endometriosis
Definisi • Suatu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri.
• Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma terdapat di dalam miometrium ataupun di
luar uterus, bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis.
Gejala • Disminorea: akibat reaksi peradangan, perdarahan lokal dan infiltrasi endometriosis ke saraf panggul
klinis/Diagnosis • Nyeri pelvik: akibat perlengketan
• Dispareunia: bila endometriosis tumbuh menuju kavum Douglasi dan ligamentum sakrouterina
(terjadi perlengketan)
• Diskezia (sakit saat BAB): bila endometriosis tumbuh di dalan dinding rektum sigmoid
• Subfertilitas : bila terjadi perlengketan dalam ruang pelvik, terganggunya pelepasan oosit dari
ovarium atau terhambatnya perjalanan ovum bertemu dengan sperma

USG • USG hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis (kista endometriosis) > 1 cm, tidak
dapat digunakan untuk melihat bintik-bintik endometriosis ataupun pelengketan.
• Dengan menggunakan USG transvaginal kita dapat melihat gambaran karakteristik
kista
endometriosis dengan bentuk kistik dan adanya interval eko di dalam kista.

Sarwono, 2011
Endometriosis
Tatalaksana
Simtomatik : Analgetik, NSAID
Kontrasepsi oral
Progestin
Danazol
Gestrinon
Gonadotropin Releasing Hormone Agonist (GnRHa)
Aromatase Inhibitor
Pembedahan

Sarwono, 2011
Jawaban lainnya…
a. Hiperplasia endometrium → tidak tepat
b. Hipertrofi endometrioum → tidak tepat
c. Mioma uteri → tumor jinak yang
struktur utamanya adalah otot polos rahim
d. Adenomiosis → jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium
Jadi, diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah....
E. Endometriosis
13
SOA
L
Wanita usia 22 tahun G1P0A0 usia kehamilan 12 minggu datang ke Praktik Dokter Umum untuk
memeriksakan kandungannya. Pasien memiliki riwayat epilepsi dan telah menghentikan
pengobatannya sendiri karena takut nanti anaknya menjadi cacat akibat obat. Riwayat kejang selama
hamil disangkal. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 85 x/menit,
frekuensi nafas 18 x/menit, suhu 36,5oC. Kemudian dokter memberikan edukasi dan obat anti
epilepsi yang aman untuk ibu hamil. Apakah komplikasi pada kehamilan yang dapat
terjadi akibat penyakit yang diderita pasien?
a. Hipotensi
b. Bayi besar
c. Persalinan postterm
d. Persalinan preterm
e. Makrosomia
D. Persalinan Preterm
Keyword:
• Wanita usia 22 tahun G1P0A0
• Usia kehamilan 12 minggu
• Riwayat epilepsi

Apakah komplikasi pada kehamilan yang dapat


terjadi akibat penyakit yang diderita pasien?
Epilepsi pada Kehamilan
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-
gejala yang datang dalam serangan- serangan, berulang, yang
disebabkan oleh muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat
reversibel dengan berbagai etiologi.

Kemenkes RI, 2013


Epilepsi pada Kehamilan
Kehamilan pada wanita dengan riwayat epilepsi
mempunyai kecenderungan:
• Hipertensi
• Persalinan prematur
• BBLR
• Bayi dengan kelainan bawaan
• Kematian perinatal

Kemenkes RI, 2013


Epilepsi pada Kehamilan
DIAGNOSIS TATALAKSANA
• Kejang • Saat kejang, berikan Diazepam 10 mg
• Riwayat kejang sebelumnya IV pelan selama 2 menit, dapat diulang setelah 10
• TD normal menit.
• Protein urin normal • Guideline antiepilepsi pada kehamilan:
• Diagnosis ditegakkan dengan bantuan EEG  Lini 1: Lamotrigine
 Lini 2: Gabapentin
• Berikan asam folat 4000 mcg/hari untuk mencegah
efek teratogenik
• Hindari pemberian asam valproat
→ kelainan bawaan
• Segera rujuk ke RS

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. Hipotensi → harusnya hipertensi
b. Bayi besar → harusnya BBLR
c. Persalinan postterm → persalinan
harusnya preterm
e. Makrosomia → harusnya BBLR
Jadi, komplikasi pada kehamilan akibat penyakit yang
diderita pasien adalah...
D. Persalinan Preterm
14
SOA
L
Seorang perempuan usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu datang ke Puskesmas karena nyeri perut
sejak 1 hari yang lalu. Nyeri perut semakin memberat dan disertai keluar cairan, lendir bercampur darah sejak 1
jam yang lalu. Cairan tidak berbau. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 90
x/menit, RR 20 x/menit, dan suhu 36,5oC. Pemeriksaan fisik ditemukan His 4x 10’ 40”, DJJ 135 x/menit.
Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 3 cm, lendir darah (+), ketuban (-). 4 jam kemudian pembukaan
menjadi 6 cm. Apakah diagnosis pada pasien ini?
a. Kala I fase laten
b. Kala II
c. Fase akselerasi
d. Fase deselerasi
e. Fase dilatasi maksimal
E. Fase dilatasi maksimal
Keyword:
• Perempuan usia 25 tahun G1P1A0 usia kehamilan 39 minggu
• Nyeri perut sejak 1 hari yang lalu
• Keluar cairan, lendir bercampur darah sejak 1 jam yang lalu
• His 4x 10’ 40”, DJJ 135 x/menit. Pemeriksaan dalam didapatkan
pembukaan 3 cm, lendir darah (+), ketuban (-)
• 4 jam kemudian pembukaan menjadi 6 cm

Apakah diagnosis pada pasien ini?


Persalinan Normal
Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam
1 Fase aktif: pembukaan serviks 4 cm hingga sampai lengkap
(+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam

Pembukaan lengkap sampai bayi lahir

KALA 2 Primigravida → 2 jam


Multigravida → 1 jam

Segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap,


3 sekitar 30 menit

4 Segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum

Sarwono, 2008
Kala I Fase Aktif

Fase akselerasi
• Sekitar 2 jam, pembukaan 3 cm sampai 4 cm

Fase dilatasi maksimal


• Sekitar 2 jam, pembukaan 4 cm sampai 9 cm

Fase deselerasi
• Sekitar 2 jam, pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm)

Sarwono, 2008
Jawaban lainnya…
a. Kala I fase laten → pembukaan serviks 1 hingga3 cm,
sekitar 8 jam
b. Kala II → Pembukaan lengkap sampai bayi lahir
c. Fase Akselerasi → Sekitar 2
ajm, pembukaan 3 cm sampai 4 cm
d. Fase deselerasi → Sekitar 2
ajm, pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm)
Jadi, diagnosis pada pasien ini adalah...

E. Fase dilatasi maksimal


15
SOA
L
Seorang wanita usia 28 tahun G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu, akan bersalin. Pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal. Pemeriksaan leopold 1 teraba keras, ballotement (+). Leopold 2 teraba
punggung disebelah kanan. Leopold 3 teraba lunak, ballotement (-), USG kepala difundus,
ekstrimitas superior fleksi kearah kepala, panggul dan tungkai dalam keadaan fleksi.
Bagaimanakah presentasi bayi pada kasus ini?
a. Vertex
b. Incomplete breech
c. Complete breech
d. Frank breech
e. Footling
D. Frank Breech
Keyword:
• Wanita usia 28 tahun G1P0A0, UK 38 minggu, akan bersalin
• leopold 1 teraba keras, ballotement (+); Leopold 2 teraba punggung
disebelah kanan; Leopold 3 teraba lunak, ballotement (-)
• USG kepala difundus, ekstrimitas superior fleksi kearah kepala, panggul
dan tungkai dalam keadaan fleksi

Bagaimanakah presentasi bayi pada kasus ini?


Malpresentasi
Meliputi semua presentasi selain verteks, seperti: Faktor predisposisi
• Presentasi dahi • Wanita multipara
• Presentasi muka • Kehamilan multiple (gemeli)
• Presentasi majemuk • Polihidramnion/oligohidramnion
• Presentasi Sunsang • Plasenta previa
• Letak Lintang • Kelainan bentuk uterus atau terdapat massa
(misal: miometrium)
• Partus preterm

Kemenkes RI, 2013; Sarwono, 2008


Presentasi Dahi
Diagnosis
• Pemeriksaan abdominal: kepala janin lebih separuhnya di atas pelvis,
denyut jantung janin sepihak dengan bagian kecil
• Pemeriksaan vaginal: oksiput lebih tinggi dari sinsiput, teraba
fontanella anterior dan orbita, bagian kepala masuk pintu atas
panggul (PAP) adalah antara tulang orbita dan daerah ubun-ubun
besar. Ini adalah diameter yang paling besar, sehingga sulit lahir
pervaginam

Tatalaksana
• SC bila janin hidup
• Bila janin mati, lakukan kraniotomi bila memungkinkan
atau SC bila syarat dan sarana kraniotomi tidak terpenuhi

Kemenkes RI, 2013; Sarwono, 2008


Presentasi Muka
Diagnosis
• Pemeriksaan abdominal: lekukan akan teraba antara daerah oksiput
dan punggung (sudut Fabre), DJJ sepihak dengan bagian kecil janin
• Pemeriksaan vaginal: muka dengan mudah teraba, teraba mulut dan
bagian rahang mudah diraba, tulang pipi, tulang orbita, kepala janin
dalam keadaan defleksi maksimal
• Cara membedakan mulut dan anus: anus merupakan garis lurus
dengan tuber ischii; mulut merupakan segitiga dengan prominen
molar

Kemenkes RI, 2013; Sarwono, 2008


Presentasi Muka
Tatalaksana
• Posisi dagu anterior
o Pembukaan lengkap
 Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
 Bila penurunan kurang lancar, lakukan ekstraksi forcep
o Pembukaan belum lengkap
 Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan penurunan, lakukan SC
• Posisi dagu posterior
o Pembukaan lengkap
 Lahirkan bayi dengan SC
o Pembukaan belum lengkap
 Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan penurunan, lakukan SC
 Jika janin mati, lakukan kraniotomi atau SC

Kemenkes RI, 2013; Sarwono, 2008


Presentasi Majemuk
Diagnosis Tatalaksana
• Prolaps Tatalaksana umum
ekstremitas • Persalinan spontan hanya bisa terjadi jika janin
bersamaan sangat kecil/mati dan maserasi
dengan bagian
terendah janin Tatalaksana khusus
(kepala/bokong) • Coba reposisi: Ibu diletakkan dalam posisi
trendelenburg (knee-chest position). Dorong
tangan ke atas luar dari simfisis pubis dan
pertahankan di sana sampai timbul kontraksi
sehingga kepala turun ke rongga panggul
• Lanjutkan penatalaksanaan persalinan normal
• Jika prosedur gagal/terjadi prolaps tali pusat,
lakukan SC

Kemenkes RI, 2013; Sarwono, 2008


Presentasi Sunsang (bokong)
Diagnosis Klasifikasi
• Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen • Presentasi bokong sempurna (complete breech)
• Pemeriksaan abdominal: kepala terletak di bagian • Presentasi bokong murni (frank breech)
atas, bokong pada daerah pelvis, auskultasi • Presentasi kaki (footling)
menunjukkan DJJ lokasinya lebih tinggi
• Pemeriksaan vaginal: teraba bokong atau kaki,
sering disertai adanya mekonium

Kemenkes RI, 2013; Sarwono, 2008


Presentasi Sunsang (bokong)
Tatalaksana
• SC lebih aman dan Pervaginam hanya bila:
lebih•
direkomendasikan pada:  Persalinan sudah sedemikian
 Presentasi pada maju dan pembukaan lengkap
bokong primigravida
 Bayi preterm yang
 Double footling breech kemungkinan hidup kecil
 Pelvis kecil atau malformasi  Bayi kedua pada kehamilan kembar
 Janin sangat besar
 Bekas SC dengan indikasi •Pervaginam aman pada: atau 
CPD Pelvis adekuat
 Kepala yang  Presentasi bokong
hiperekstensi defleksi
sempurna/murni
 Kepala fleksi
 Tidak ada riw. SC karena
CPD
 Janin tidak terlalu besar

Kemenkes RI, 2013; Sarwono, 2008


Letak Lintang
Diagnosis Tatalaksana
• Pemeriksaan abdomen: sumbu panjang janin • Lakukan versi luar bila permulaan inpartu
teraba melintang, tidak teraba bagian pada pelvis dan ketuban intak
inlet sehingga terasa kosong • Bila KI versi luar, lakukan SC
• Pemeriksaan vaginal: sebelum inpartu tidak ada • Lakukan pengawasan adanya prolaps tali pusat
bagian terendah yang teraba di pelvis, sedangkan • Dapat terjadi ruptur uteri bila ibu tidak diawasi
saat inpartu yang teraba adalah bahu, siku atau
tangan

Kemenkes RI, 2013; Sarwono, 2008


Jawaban lainnya…
a. Vertex → presentasi kepala
b. Incomplete breech → presentasi bokong ditak
sempurna
c. Complete breech → presentasi bokong
sempurna
e. Footling → presentasi kaki
Jadi, presentasi bayi pada kasus ini adalah...
D. Frank Breech
16
SOA
L
Perempuan 25 tahun dibawa ke IGD karena mual muntah sejak seminggu yang lalu dan semakin
memberat. Pasien sedang hamil 10 minggu. Keluarga pasien mengatakan nafsu makan berkurang
sejak 3 hari terakhir dan demam sejak semalam. Pasien tampak pucat, lemah, dan tidak berespon bila
diajak berbicara. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 105
x/menit, RR 18 x/menit, suhu 37,6oC. Pemeriksaan fisik didapatkan mukosa mulut dan lidah kering,
mulut bau aseton. Pemeriksaan laboratorium ditemukan ketonuria (+). Apakah diagnosis pada
pasien ini?
a. Emesis gravidarum
b. Hiperemesis gravidarum grade 1
c. Hiperemesis gravidarum grade 2
d. Hiperemesis gravidarum grade 3
e. Hiperemesis gravidarum grade 4
C. Hiperemesis Gravidarum Grade 2
Keyword:
• Perempuan 25 tahun
• Mual muntah, semakin memberat
• Hamil 10 minggu
• Nafsu makan berkurang , demam
• Tampak pucat, lemah, dan tidak berespon bila
diajak berbicara
• Mukosa mulut dan lidah kering, mulut bau aseton
• Ketonuria (+)

Apakah diagnosis pada pasien ini?


Hiperemesis Gravidarum
Emesis → mual muntah
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berat yang terjadi pada kehamilan
hingga usia 16 minggu, ditandai dengan adanya tanda dehidrasi, gangguan asam
basa & elektrolit dan ketoasidosis.

Diagnosis
• Mual muntah hebat
• BB ↓ 5% dar BB sebelum hamil
• Ketonuria
• Dehidrasi
• Ketidakseimbangan elektrolit

Kemenkes RI, 2013


Hiperemesis Gravidarum
Derajat Klinis
1 Sadar, anoreksia, nyeri epigastrium, takikardia, sistolik turun,
lidah kering, turgor menurun, mata cekung
2 Apatis, nadi kecil cepat, hipotensi, oligouria, demam, nafas aseton,
ikterus, lidah kotor
3 Somnolen-koma, nadi kecil cepat, hipotensi, demam, muntah berhenti
Hiperemesis Gravidarum
TATALAKSANA
Pertahankan kecukupan nutrisi → suplementasi vitamin & asam folat
Istirahat cukup dan hindari kelelahan
Farmakoterapi: (urutan obat yang diberikan)
o Doksilamin 10 mg + vitamin B6 10 mg hingga 4x/hr
o Dimenhidrinat 50-100 mg 4-6x/hr
o Prometazin 5-10 mg 3-4x/hr

Bila dengan obat di atas belum teratasi (tapi tidak dehidrasi), berikan salah satu obat di bawah ini:
o Klorpromazin 10-25 mg PO atau 50-100 mg IM setiap 4-6 jam
o Proklorperazin 5-10 mg PO atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam
o Prometazin 12,5-25 mg PO atau IM tiap 4-6 jam
o Metokloperamid 5-10 mg PO atau IM tiap 8 jam
o Ondansetron 8 mg PO tiap 12 jam

Bila dehidrasi berat → pasang IV line sesuai derajat dehidrasi

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. Emesis gravidarum → tidak tepat (mual muntah)
b. Hiperemesis gravidarum grade 1 → tidak etpat (Sadar,
anoreksia, nyeri epigastrium, takikardia, sistolik turun,
lidah kering, turgor menurun, mata cekung)
d. Hiperemesis gravidarum grade 3 → tidak etpat (Somnolen-
koma, nadi kecil cepat, hipotensi, demam, muntah
berhenti)
e. Hiperemesis gravidarum grade 4 → tidak ada
Jadi, diagnosis pada pasien ini adalah...
C. Hiperemesis Gravidarum Grade 2
17
SOA
L
Wanita 22 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu dibawa ke IGD RS oleh suaminya karena akan
segera melahirkan. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 89
x/menit, RR 19x/menit, dan suhu 36,6oC. Pemeriksaan fisik ditemukan His 4x 10’ 45”, DJJ 135
x/menit. Pemeriksaan dalam diperoleh pembukaan 6 cm, lendir darah (+). Kemudian dokter
memutuskan untuk dilakukan observasi. Kapan dilakukan pemeriksaan dalam
selanjutnya untuk mengetahui pembukaan serviks?
a. 4 jam
b. 3 jam
c. 2 jam
d. 1 jam
e. 30 menit
A. 4 Jam
Keyword:
• Wanita 22 tahun, G1P0A0
• Usia kehamilan 38 minggu
• His 4x 10’ 45”, DJJ 135 x/menit
• Pembukaan 6 cm, lendir darah (+).

Kapan dilakukan pemeriksaan dalam selanjutnya


untuk mengetahui pembukaan serviks?
Persalinan Normal
Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam
1 Fase aktif: pembukaan serviks 4 cm hingga sampai lengkap
(+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam

Pembukaan lengkap sampai bayi lahir

KALA 2 Primigravida → 2 jam


Multigravida → 1 jam

Segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap,


3 sekitar 30 menit

4 Segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum

Sarwono, 2008
Pemeriksaan KALA
I
Parameter Frekuensi pada fase Frekuensi pada fase
Laten Aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Pembukaan Serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan kepala Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Warna cairan amnion Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Produksi urin, protein, Setiap 2-4 jam
aseton
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Normal: 1-2 x/jam, 20’’ Normal: 3-4x/10’/30-40”

Kemenkes RI, 2013


Di soal:
Pembukaan 6 cm → Kala I Fase aktif
Jadi, pemeriksaan dalam (pembukaan serviks)
diobservasi lagi 4 jam kemudian →
Jawaban lainnya…
b. 3 jam → tidak tepat
c. 2 jam → pemeriksan suhu fase aktif
d. 1 jam → pemeriksaan
nadi; pemeriksaan DJJ fase laten
e. 30 menit → pemeriksaan nadi; pemeriksaan
DJJ fase aktif; pemeriksaan his fase aktif
untuk mengetahui
Jadi, pemeriksaan dalam selanjutnya pembukaan serviks dilakukan...

A. 4 jam
18
SOA
L
Wanita usia 32 tahun, P3A1 dibawa ke UGD RS oleh keluarganya karena penurunan kesadaran sejak setengah
jam yang lalu. Pasien post melahirkan 3 jam yang lalu dibantu oleh bidan dengan persalinan spontan, bayi BBL
3400 gram, plasenta lahir lengkap. Kemudian terjadi perdarahan yang banyak dari jalan lahir. Pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,2oC. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan benjolan keluar dari kemaluan, dengan permukaan tidak rata, dan berdarah.
Kontraksi uterus tidak dapat dievaluasi. Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?
a. Atonia uteri
b. Ruptur uteri
c. Inversio uteri
d. Retensio plasenta
e. Sisa plasenta
C. Inversio Uteri
Keyword:
• Wanita usia 32 tahun, P3A1 dibawa ke UGD RS
• Penurunan kesadaran sejak setengah jam yang lalu
• Post melahirkan 3 jam yang lalu dibantu oleh bidan: persalinan spontan, bayi BBL
3400 gram, plasenta lahir lengkap
• Perdarahan yang banyak dari jalan lahir
• Tekanan darah 90/60 mmhg, nadi 110 x/menit
• Benjolan keluar dari kemaluan, dengan permukaan tidak rata, dan berdarah
• Kontraksi uterus tidak dapat dievaluasi

Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?


Inversio Uteri
Definisi Tanda klinis
Keadaan di mana lapisan dalam uterus (endometrium) • Syok karena kesakitan
turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang • Perdarahan banyak bergumpal
dapat bersifat inkomplit sampai komplit • Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau
tanpa plasenta yang masih melekat
Faktor penyebab • Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan
• Atonia uteri tetapi bila kejadiannya cukup lama, maka jepitan
• Serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya serviks yang mengecil akan membuat utenrs
kekuatan yang menarik'fundus ke bawah (misalnya mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi
karena plasenta akreta, inkreta dan perkreta, yang
tali pusatnya ditarik keras dari bawah)
• Adanya tekanan pada fundus uteri dari atas
(manuver crede) atau tekanan intraabdominal yang
keras dan tiba-tiba (misalnya batuk keras atau
bersin)

Sarwono, 2008
Inversio Uteri
Tatalaksana

• Memanggil banruan anestesi dan memasang infus untuk cairan/darah pengganti dan pemberian obat.
• Beberapa senter memberikan tokolitik/MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan
reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke aras masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks
sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta
sudah terlepas atau tidak.
• Di dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil dikeluarkan dari rahim dan sambil
memberikan uterotonika lewat infus atau i.m. tangan tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali
normal dan tangan operator baru dilepaskan.
• Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan keperluannya.
• Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan manuver di atas tidak bisa
dikerjakan, maka dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus
sudah mengalami infeksi dan nekrosis.

Sarwono, 2008
Jawaban lainnya…
a. Atonia uteri → Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka
dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir
b. Ruptur uteri → robeknya dinding rahim terjadi akibat
terlampauinya daya regang miometrium
d. Retensio plasenta → tertahannya atau beulm lahirnya
plasenta hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi lahir
e. Sisa plasenta → tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga
rahim yang dapat menimbulkan perdarahan post-partum
Jadi, diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah ....
C. Inversio Uteri
19
SOAL

Perempuan usia 21 tahun G1P0A0 usia kehamilan 40 minggu dibawa ke


Puskesmas oleh suaminya karena akan melahirkan. Pasien mengeluh nyeri perut
tembus punggung sejak kemarin sore yang semakin lama semakin berat. Keluar
cairan lendir dan darah 1 jam yang lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 100 x/menit, RR 20 x/menit, dan suhu
36,7oC. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan lengkap, kemudian dokter
langsung memimpin persalinan. Setelah bayi lahir dokter langsung menyuntikan
oksitosin dan melakukan tarikan tali pusat terkendali. 15 menit kemudian plasenta
belum lahir juga. Apakah tindakan yang selanjutnya dilakukan?
a. Injeksi oksitosin 10 unit IM
b. Injeksi oksitosin 10 unit IV
c. Drip oksitosin 10 unit dalam1000 ml NaCl 0,9% dengan kecepatan 40 tpm
d. Manual plasenta
e. Rujuk ke RS
A. Injeksi Oksitosin 10 Unit
IM
Keyword:
• Perempuan usia 21 tahun G1P0A0
• Setelah bayi lahir dokter langsung menyuntikan oksitosin
dan melakukan tarikan tali pusat terkendali
• 15 menit kemudian plasenta belum lahir juga

Apakah tindakan yang selanjutnya dilakukan?


Persalinan Normal
Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam
1 Fase aktif: pembukaan serviks 4 cm hingga sampai lengkap
(+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam

Pembukaan lengkap sampai bayi lahir

KALA 2 Primigravida → 2 jam


Multigravida → 1 jam

Segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap,


3 sekitar 30 menit

4 Segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum

Sarwono, 2008
Kala III
TATALAKSANA
Injeksi Oksitosin Peregangan tali pusat terkendali Masase Uterus
 Dalam waktu 1 menit setelah bayi  Ketika uterus berkontraksi setelah inj. Cek tonus uterus
lahir, berikan Inj. Oksitosisn 10 Oksitosin,
unit IM di 1/3 paha atas bagian tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang
distal lateral (lakukan aspirasi lain mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-
sebelum menyuntikan). hati.
 Inj. dapat diulang 15 menit  Bila uterus tidak berkontraksi segera
setelah suntikan pertama. lakukan
 Bila tidak ada oksitosin, lakukan rangsangan puting payudara.
rangsangan puting payudara ibu  Bila 15 menit kemudian, plasenta tak kunjung lahir,
atau minta ibu menyusui → inj. Oksitosin ulangan dan lakukan peregangan
menghasilkan oksitosin alami tali pusat terkendali.
 Dan bila setelah 30 menit, plasenta tak kunjung lahir →
RUJUK (manual plasenta)

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
b. Injeksi oksitosin 10 unit IV → tidak tepat
c. Drip oksitosin 10 unit dalam1000 ml NaCl 0,9%
dengan kecepatan 40 tpm → tidak tepat
d. Manual plasenta → retensio plasenta (plasenta
tidak lahir 30 menit setelah bayi lahir)
e. Rujuk ke RS → retensio plasenta yang terjadi
di Puskesmas, segera rujuk ke faskes yang lebih
lengkap untuk dilakukan “Manual Plasenta”
Jadi, tindakan yang selanjutnya dilakukan
adalah...
A. Injeksi Oksitosin 10 Unit IM
20
SOAL

Seorang wanita usia 25 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 14 minggu, datang ke UGD
RS diantar suaminya dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, disertai nyeri
perut bagian bawah. Badan terasa lemah. Riwayat penggunaan kontrasepsi IUD.
Pemeriksaan tanda vital ditemukan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 100
x/menit, frekuensi nafas 18 x/menit, Suhu 36,5oC. Pemeriksaan dalam didapatkan
kavum douglas menonjol, nyeri goyang portio (+). Apakah faktor predisposisi
terjadinya kasus di atas?
a. Riwayat trauma
b. Riwayat Pelvic Inflammatory Disease
c. Riwayat abortus
d. Infertilitas
e. Riwayat penggunaan AKDR
E. Riwayat penggunaan AKDR
Keyword:
• Wanita usia 25 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 14 minggu
• Perdarahan dari jalan lahir, disertai nyeri perut bagian
bawah
• Badan terasa lemah
• Riwayat penggunaan kontrasepsi IUD
• Kavum douglas menonjol, nyeri goyang portio (+)

Apakah faktor predisposisi terjadinya kasus di atas?


Kehamilan Ektopik Terganggu
 Kehamilan Ektopik adalah kehamilan luar
di (uterus). rahim
 Kehamilan Ektopik Terganggu adalah kehamilan ektopik
yang ruptur di lokasi implantasi kehamilan, dan
menyebabkan terjadinya perdarahan masif dan nyeri
abdiomen akut.
 Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai
segmen tuba falopii, dengan sisa 5% sisanya terdapat di
ovarium, rongga peritoneum atau di dalam servix.

Kemenkes RI, 2013


Kehamilan Ektopik Terganggu
Faktor Predisposisi Diagnosis
 Riw. Kehamilan ektopik sebelumnya  Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah
 Riw. Operasi di daerah tuba dan/atau tubektomi sedang
 Riw. Penggunaan AKDR  Kesadaran menurun
 Infertilitas  Pucat
 Riw. Inseminasi buatan atau teknologi bantuan  Hipotensi dan hipovolemia
reproduktif (ART)  Nyeri abdomen dan pelvis
 Merokok  Nyeri goyang portio
 Riw. Abortus sebelumnya  Servix tertutup
 Riw. Promiskuitas  Penegakkan diagnosis dibantu dengan
 Riw. SC sebelumnya pemeriksaan USG

Kemenkes RI, 2013


Kehamilan Ektopik Terganggu
Tatalaksana
Tatalaksana Umum: Tatalaksana Khusus:
 Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid  Uji silang darah → persiapan LAPARATOMI.
NaCl 0,9% atau RL (500 ml dalam 15 menit  Saat laparotomi → eksplorasi kedua ovarium dan
pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
tuba falopii:
 Segera rujuk ke RS (untuk dilakukan laparatomi).
• Bila terjadi kerusakan berat pada
tuba →
SALPINGEKTOMI.
• Bila terjadi kerusakan ringan pada
tuba →
SALPINGOSTOMI.
 Sebelum memulangkan, konseling penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang 4 minggu
kemudian. Atasi anemia dengan sulfas ferosus 60
mg/hari selama 6 bulan.

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. Riwayat trauma → bukan faktor
predisposisi K
E
T
b. Riwayat Pelvic Inflammatory
Disease Merupakan faktor predisposisi
dari KET, tetapi tidak sesuai
c. Riwayat abortus dengan kasus

d. Infertilitas
Jadi, faktor predisposisi terjadinya kasus di atas
adalah .... penggunaan AKDR
E. Riwayat
21
SOAL

Perempuan usia 25 tahun G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu dibawa ke UGD RS


oleh keluarganya karena keluar cairan yang banyak dari jalan lahir sejak 6 jam
yang lalu. Cairan berwarna bening. Nyeri perut kadang-kadang dirasakan. Lendir
dan darah disangkal. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/70
mmHg, denyut nadi 86 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit dan suhu 36,4°C.
Pemeriksaan fisik didapatkan TFU 32 cm, letak kepala, his tidak ada, DJJ 145
x/menit. Pemeriksaan inspekulo didapatkan servix tertutup, cairan di fornix
posterior (+), kemudian dilkukan pemeriksaan kertas lakmus. Apakah hasil yang
diharapkan dari pemeriksaan kertas lakmus?
a. Kertas lakmus merah menjadi merah
b. Kertas lakmus merah menjadi biru
c. Kertas lakmus merah menjadi jingga
d. Kertas lakmus biru menjadi merah
e. kertas lakmus biru menjadi jingga
B. Kertas lakmus merah menjadi biru
Keyword:
• Perempuan usia 25 tahun G1P1A0 usia kehamilan 32 minggu
dibawa ke UGD
RS
• keluar cairan yang banyak dari jalan lahir sejak 6 jam yang
lalu, cairan berwarna
bening perut kadang-kadang dirasakan, lendir dan
• Nyeri
disangka
darah
l
• Pemeriksaan inspekulo: servix tertutup, cairan di fornix
posterior (+), kemudian dilkukan pemeriksaan kertas lakmus

Apakah hasil yang diharapkan dari pemeriksaan


kertas lakmus?
Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya
tanda inpartu.

Faktor Predisposisi
 Riwayat KPD pada kehamilan
sebelumnya
 Infeksi traktus genital
 Perdarahan antepartum
 Merokok
Ketuban Pecah Dini
Diagnosis
 Anamnesis:
Penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba
 Inspekulo:
Adanya cairan yang keluar dari servix atau menggenang di fornix posterior. Jika tidak ada, gerakkan
sedikit bagian bawah janin atau minta ibu untuk mengedan atau batuk.
 Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan penanganan aktif (melahirkan bayi)
karena dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kemungkinan infeksi.
 Bau cairan ketuban khas
 Tes Nitrazin (+):
Kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Ingat !!! Darah, semen dan infeksi dapat menyebabkan
hasil positif palsu
 Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati sekret servikovaginal yang mengering

Kemenkes RI, 2013


Ketuban Pecah Dini
Tatalaksana
Tatalaksana umum Tatalaksana khusus (di RS Rujukan)
• Berikan eritromisin 4 x 250 mg • ≥ 34 minggu
selama 10 hari  lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada KI
• Segera rujuk ke FASKES
yang • 24 – 33 minggu
memadai  Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta dan kematian janin
→ persalinan segera
 Dexamethasone 6 mg IM tiap 12 jam selama 48
jam atau Betamethasone 12 mg IM tiap 24 jam selama 48
jam → untuk
pematangan paru
 Bila paru sudah matang → bayi dilahirkan

• < 24 minggu
 Bila terjadi infeksi (korioamnionitis) →
lakukantatalaksana Korioamnionitis

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. Kertas lakmus merah menjadi merah →
tidak tepat
c. Kertas lakmus merah menjadi jingga → tidak
ada interpretasi seperti ini
d. Kertas lakmus biru menjadi merah → tidak
tepat
e. kertas lakmus biru menjadi jingga → tidak
ada interpretasi seperti ini
Jadi, hasil yang diharapkan dari pemeriksaan
kertas lakmus adalah ....

B. Kertas lakmus merah menjadi biru


22
SOAL

Seorang perempuan usia 42 tahun datang ke RS dengan keluhan terdapat


benjolan di vagina. Benjolan tidak terasa nyeri. Pemeriksaan tanda vital tekanan
darah 120/70 mmHg, denyut nadi 82 x/menit, frekuensi nafas 18 x/menit dan suhu
36,8°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan berukuran ± 2 cm pada
dinding anterolateral vagina. Apakah tatalaksana yang tepat pada kasus ini?
a. Ekstirpasi
b. Insisi
c. Insisi dan drainase
d. Marsupialisasi
e. Insisi kemudian eksisi
E. Insisi kemudian Eksisi
Keyword:
• Perempuan usia 42 tahun datang ke RS
• Benjolan di vagina, tidak terasa nyeri
• Benjolan berukuran ± 2 cm pada dinding
anterolateral vagina

Apakah tatalaksana yang tepat pada kasus ini?


Kista Bartholin
Definisi Kista berukuran relatif besar yang paling sering dijumpai. Kelenjar bartholini terletak
pada 1/3 posterior dari setiap labium mayus dan muara dari duktus sekretorius dari
kelenjar ini, berada tepat di depan (eksternal) himen pada posisi jam 4 dan 8

Etiologi • Infeksi (terutama nisereria gonore, dan kadang streptokok & stafilokok)
• Trauma → sumbatan saluran eksresi kelenjar bartholin
• Bila terjadi pascamenopause → curiga keganasan
Gambaran Bila disertai infeksi: nyeri sentuh, dispareunia dan demam
klinis • Pada tahap supuratif: dinding kista berwarna kemerahan, tegang, dan nyeri.
• Tahap eksudatif: di mana sudah terjadi ABSES, maka rasa nyeri dan ketegangan
dinding kista menjadi sedikit berkurang disertai dengan penipisan dinding di area
yang lebih putih dari sekitarnya.

Terapi • Insisi dinding kista dan drainase cairan kista atau abses, yang disebut
dengan prosedur MARSUPIALISASI.
• Berikan juga antibiotika untuk mikro-organisme yang sesuai dengan hasil
pemeriksaan apus atau kultur bakteri.

Sarwono, 2011
Kista Gartner
Definisi • Kista ini berasal dari sisa kanalis Wolfii (disebut juga Duktus Gartner) yang berjalan di
sepanjang permukaan anterior dan bagian atas vagina.
• Diameter relatif kecil (tidak ada penonjolan) hingga besar mendorong dinding vagina ke
arah tengah lumen atau malahan dapat memenuhi lumen dan mencapai introitus vagina

Gejala klinis • Lokasi utama: bagian anterolateral puncak vagina


• Palpasi: bersifat kistik, dilapisi oleh dinding translusen tipis yang tersusun dari epitel
kuboid atau kolumner, baik dengan atau tanpa silia dan kadang-kadang tersusun dalam
beberapa lapisan (stratified)

Tatalaksana Insisi dinding anterolateral vagina dan eksisi untuk mengeluarkan kista dari sisa kanalis
Wolfii ini

Sarwono, 2011
Kista Nabothi (Kista Retensi)
Definisi • Epitel kelenjar endoserviks tersusun dari jenis kolumner tinggi yang sangat rentan
terhadap infeksi atau epidermidisasi skuamosa
• Infeksi/restrukturisasi endoserviks → metaplasia skuamosa → muara kelnajr
endoserviks akan tertutup → terbentuk kantong kista
• Ukuran: mikro hingga makro
Gambaran • Tidak menimbulkan gangguan sehingga penderita juga tidak pernah mengeluhkan
klinis sesuatu terkait dengan adanya kista ini.
• Inspekulo: kista nabothi terlihat sebagai penonjolan kistik di area endoserviks
dengan batas yang relatif tegas dan berwarna lebih muda dari jaringan di
sekitarnya
• Pembuluh darah di mukosa endoserviks (di atas kista) meniadi terlihat lebih nyata
karena pembuluh darah berwarna merah menjadi kontras di atas dasar yang
berwarna putih kekuningan
• Yang berada pada pars vaginalis endoserviks menunjukkan adanya epitel
kolumner yang ektopik dan kemudian mengalami metaplasia skuamosa

Tatalaksana Tidak diperlukan terapi khusus untuk kista Nabothi

Sarwono, 2011
Polip Serviks
Definisi Lesi atau tumor padat serviks yang paling sering dijumpai. Tumor ini merupakan
penjuluran dari bagian endoserviks atau intramukosal serviks dengan variasi eksternal atau
regio vaginal serviks.

Gambaran klinis • Polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multipel, berwarna merah terang, rapuh,
dan strukturnya menyerupai spons
• Penjuluran berwarna merah terang yang teriepit atau keluar dari ostium serviks
• Panjang tangkai polip juga bervariasi dari ukuran di bawah 1 cm (protrusi melalui
ostium serviks) hingga mencapai beberapa sentimeter sehingga memungkinkan ujung
distal polip mencapai atau keluar dari introitus vagina
• Bila polip serviks berasal dari ektoserviks maka warna polip menjadi lebih pucat dan
strukturnya lebih kenyal dari polip endoserviks
• Tidak jarang, ujung polip mengalami nekrotik atau ulserasi sehingga dapat
menimbuikan perdarahan terutama sekali pascasanggama
• Bertangkai, dengan panjang tangkai < 1 cm hingga beberapa cm

Sarwono, 2011
Polip Serviks
Histopatologi • Sama dengan jaringan asalnya, permukaan polip tersusun dari selapis epitel kolumner
yang tinggi (seperti halnya endoserviks), epitel kelenjar serviks, dan stroma jaringan
ikat longgar yang diinfiltrasi oleh sel bulat dan edema
• Epitel endoserviks pada polip seringkali mengalami metaplasia skuamosa dan serbukan
sel radang sehingga menyerupai degenerasi ganas

Tatalaksana • Ekstirpasi

Sarwono, 2011
Jawaban lainnya…
a. Ekstirpasi → tatalaksana polip
servx
b. i Insisi → kurang tepat, dindin
harusngya anterolateral
insisi vagina dan eksisi kista
mengeluarkan kista dari sisa kanalis Wolfii
untuk
c. Insisi dan drainase → tatalaksana kista
atau abses bartholin
d. Marsupialisasi → tatalaksana kista atau
abses bartholin
Jadi, tatalaksana yang tepat pada kasus
ini adalah
E. Insisi .... Eksisi
kemudian
23
SOAL

Seorang wanita usia 30 tahun datang ke Praktik Dokter Umum karena post coitus
dengan suaminya 2 hari yang lalu. Pasien sedang menggunakan kontrasepsi
suntikan 1 bulan, pasien lupa suntik sudah seminggu ini. Pasien tidak ingin hamil
karena anak masih berusia 1 tahun. Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus
ini?
a. 0,5 mg etinil-estradiol
b. 15 mg levo-norgestrel
c. 0,05 mg etinil-estradiol + 0,25 mg levo-norgestrel
d. 0,03 mg etinil-estradiol + 0,25 mg levo-norgestrel
e. 0,05 mg etinil-estradiol + 0,15 mg levo-norgestrel
C. 0,05 mgetinil-estradiol + 0,25
mg levo-norgestrel
Keyword:
• Wanita usia 30 tahun
• Post coitus dengan suaminya 2 hari yang lalu
• Sedang menggunakan kontrasepsi suntikan 1 bulan,
pasien lupa suntik sudah seminggu ini
• Pasien tidak ingin hamil karena anak masih berusia 1 tahun

Apakah tatalaksana yang tepat untuk kasus ini?


Kontrasepsi Darurat
Kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan setelah senggama tanpa
pelindung atau tanpa pemakaian kontrasepsi yang tepat dan konsisten sebelumnya.

Indikasi penggunaan:
1. Perkosaan
2. Senggama tanpa menggunakan kontrasepsi
3. Pemakaian kontrasepsi tidak benar atau tidak konsisten:
• Kondom bocor, lepas atau salah digunakan
• Diafragma pecah, robek, atau diangkat terlalu cepat
• Senggama terputus gagal ilakukan sehingga ejakulasi terjadi di vagina atau genetalia
eksterna
• Salah hitung masa subur
• AKDR ekspulsi
• Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
• Terlambat suntik progestin lebih dari 2 minggu atau terlambat suntik kombinasi lebih dari 7 hari
Kemenkes RI, 2013
Kontrasepsi Darurat
Cara Komposisi Merk Dagang Dosis Waktu Pemberian
AKDR-Cu - Cooper T 1 x pemasangan Dalam waktu 5
Multiload hari pascasenggama
Nova T

Pil kombinasi 0,05 mg etinil-estradiol Microgynon 50 2 x 2 tablet Dalam waktu 3 hari


dosis tinggi + Ovral pascasenggama, dosis
0,25 mg evo-norgestrel Neogynon kedua 12 jam kemudian
Norgiol
Eugynon

Pil Kombinasi dosis 0,03 mg etinil-estradiol Microgynon 30 2 x 4 tablet Dalam waktu 3 hari
rendah + Mikrodiol pascasenggama, dosis
0,15 mg levo-norgestrel Nordette kedua 12 jam kemudian

Progestin 1,5 mg levo-norgestrel Postinor 2 x 1 tablet Dalam waktu 3 hari


pascasenggama, dosis
kedua 12 jam kemudian

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. 0,5 mg etinil-estradiol → tidak tepat
b. 15 mg levo-norgestrel → tidak tepat
d. 0,03 mg etinil-estradiol + 0,25 mg levo-norgestrel
→ tidak tepat
e. 0,05 mg etinil-estradiol + 0,15 mg levo-norgestrel
→ tidak tepat
Jadi, tatalaksana yang tepat untuk kasus ini
adalah....
C. 0,05 mg etinil-estradiol + 0,25 mg levo-norgestrel
24
SOAL

Perempuan 22 tahun G1P1A0 usia kehamilan 38 minggu dibawa ke UGD RS oleh suaminya
karena keluar cairan dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu. Awalnya cairan berwarna
bening, kemudian berwarna keruh dan berbau. Keluhan disertai dengan nyeri perut
tembus punggung. Riwayat infeksi genetalia disangkal. Pemeriksaan vital sign didapatkan
tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 100 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit dan
suhu 38,9°C. Pemeriksaan fisik didapatkan TFU setinggi Xyphoid, letak kepala, his
4x/10’/35”, DJJ 165x/menit. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan servix 6 cm,
ketuban (-), lendir darah (+). Apakah faktor predisposisi terjadinya kasus di atas?
a. Persalinan prematur
b. Persalinan lama
c. Infeksi traktus genitalia
d. Ketuban pecah lama
e. Merokok
D. Ketuban Pecah Lama
Keyword:
• Perempuan 22 tahun G1P1A0 usia kehamilan 38 minggu
• Keluar cairan dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu. Awalnya cairan
berwarna bening, kemudian berwarna keruh dan berbau
• Riwayat infeksi genetalia disangkal
• Suhu 38,9°C
• TFU setinggi xyphoid, letak kepala, his 4x/10’/35”, DJJ 165x/menit
• Pembukaan servix 6 cm, ketuban (-), lendir darah (+)

Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?


Korioamnionitis
Definisi Infeksi pada korion dan amnion
Faktor Predisposisi • Persalinan prematur
• Persalinan lama
• Ketuban pecah lama
• Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
• Adanya bakteri patogen pada traktus genitalia (IMS, BV)
• Alkohol
• Merokok

Diagnosis Diagnosis klinis yang ditegakkan bila ditemukan demam > 38oC dengan 2 atau lebih
tanda berikut ini:
• Leukositosis > 15000 sel/mm3
• DJJ > 160 x/menit
• Nadi ibu > 100 x/menit
• Nyeri tekan fundus saat tidak berkontraksi
• Cairan amnion berbau

Kemenkes RI, 2013


Korioamnionitis
Tatalaksana
Tatalaksana umum Tatalaksana khusus
• Rujuk ke RS • Jika terdapat metritis (demam, cairan
• BeriAB kombinasi: ampisilin 2 g IV tiap 6 jam vagina bau), berikan AB
ditambah Gentamisin 5 mg/kgbb IV setiap 24 jam • Jika bayi mengalami sepsis, lakukan
• Terminasi kehamilan, nilai servix untuk menentukan kultur darah dan beri AB sesuai
cara selama 7-10 hari
persalinan:
o Jika servix matang → lakukan induksi
persalinan dengan oksitosin
o Jika servix belum matang → matangkan dengan prostaglandin
dan infus oksitosin atau SC
• Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan AB setelah
persalinan, jika dengan SC, lanjutkan AB dan tambahkan
metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai bebas demam selama
48 jam

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. Persalinan prematur
b. Persalinan lama Merupakan faktor predisposisi dari
korioamnionitis, namun tidak sesuai dengan
c. Infeksi traktus kasus
genitalia
e. Merokok
Jadi, faktor predisposisi terjadinya kasus di
atas adalah ....
D. Ketuban Pecah Lama
25
SOAL

Perempuan 24 tahun P1A0 dibawa ke Puskesmas dengan keluhan demam tinggi


sejak semalam. Pasien post melahirkan 2 hari yang lalu, ditolong bidan, spontan
pervaginam, BBL 3400 gram. Riwayat partus lama dikarena ukuran bayi yang
cukup besar. Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi 84 x/menit, frekuensi nafas 18 x/menit, dan suhu 39,4oC. Pemeriksaan
genetalia didapatkan lokhia berbau. Apakah tatalaksana yang tepat pada kasus
ini?…
a. Antibiotik
b. Antipiretik
c. Analgetik
d. Antibiotik + antipiretik
e. Antibiotik + antipiretik + analgetik
D. Antibiotik + Antipiretik
Keyword:
• Perempuan 24 tahun P1A0 dibawa ke Puskesmas
• Demam tinggi sejak semalam
• Pasien post melahirkan 2 hari yang lalu, ditolong bidan,
spontan
pervaginam, BBL 3400 gram
• Riwayat partus lama dikarena ukuran bayi yang cukup besar
• Suhu 39,4oc
• Lokhia berbau

Apakah tatalaksana yang tepat pada kasus ini?


Metritis (dikenal sebagai Endometritis,
Endomiometritis, dan Endoparametritis)
Definisi Infeksi uterus pada saat pascapersalinan
Faktor Persalinan pervaginam
predisposisi o Ketuban pecah prematur yang lama
o Partus lama
o Pemeriksaan dalam berulang
o Korioamnionitis intrauterin

Persalinan SC
o Lamanya proses persalinan dan ketuban pecah
o Pemeriksaan dalam berulang
o Pemakaian alat monitoring janin internal

Sarwono, 2008
Metritis (dikenal sebagai Endometritis,
Endomiometritis, dan Endoparametritis)
Gejala klinis • Demam > 38 derajat celcius
• Nyeri abdomen yang pada pemeriksaan bimanual teraba agak membesar, nyeri, dan
lembek
• Lokhia bau menyengat

Tatalaksana • Antibiotik oral (ringan)


• Antibiotik IV (sedang-berat)
• Antipiretik
• Pembedahan (drainase abses dan/atau evakuasi jaringan rusak)
→ bila demam menetap

Sarwono, 2008
Jawaban lainnya…
a. Antibiotik → kurang tepat
b. Antipiretik → kurang tepat
c. Analgetik → tidak tepat
e. Antibiotik + antipiretik + analgetik → tidak
perlu analgetik
Jadi, tatalaksana yang tepat pada kasus
ini adalah....
D. Antibiotik + Antipiretik
26
SOAL

Seorang wanita 24 tahun datang ke UGD Puskesmas diantar suaminya dengan


keluhan keluar darah dari jalan lahir. Saat ini pasien sedang hamil 10 minggu.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 96
x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,6oC. Pada pemeriksaan genetalia
ditemukan adanya perdarahan (+), gumpalan darah dan bentukan menyerupai
anggur. Apakah tatalaksana yang tepat untu pasien ini?
a. Pemeriksaan USG
b. Pemasangan laminaria
c. Drip oksitosin
d. Aspirasi vakum manual
e. Rujuk
E. Rujuk
Keyword:
• Seorang wanita 24 tahun datang ke UGD Puskesmas
• Keluhan keluar darah dari jalan lahir
• Sedang hamil 10 minggu
• Pemeriksaan genetalia ditemukan perdarahan
(+), gumpalan darah dan bentukan menyerupai anggur

Apakah tatalaksana yang tepat untu pasien ini?


Mola Hidatidosa
Definisi Bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang
disebabkan oleh kelainan pada vili khorionik yang
disebabkan oleh proliferasi trofoblastik dan edem
Faktor Predisposisi  Usia – kehamilan terlalu muda dan tua
 Riwayat kehamilan mola sebelumnya
 Beberapa penelitian menunjukkan
penggunaan
kontrasepsi oral

Kemenkes RI, 2013


Mola Hidatidosa
Diagnosis Tatalaksana
• Perdarahan pervaginam Tatalaksana Umum
berupa • Jika servix tertutup, pasang batang laminaria selama 24 jam untuk
bercak hingga berjumlah banyak mendilatasi servix
• Mual dan muntah hebat • Siapkan darah untuk transfusi, terutama pada mola berukuran
• Ukuran uterus lebih besar dari usia besar
kehamilan
• Tidak ditemukan janin intrauterin Tatalaksana khusus
• Nyeri perut • Evakuasi dengan aspirasi vakum manual (AVM)
• Servix terbuka • Infus oksitosin 10 unit dalam 500 ml NaCl 0,9% atau
• Keluar jaringan seperti anggur, tidak RL,
ada janin kecepatan 40-60 tpm untuk mencegah perdarahan
• Takikardi, berdebar-debar • Anjurkan kontrasepsi hormonal bila masih ingin punya
(tanda- tanda tirotoksikosis) anak, tubektomi bila ingin menghentikan kesuburan
• Dapat dibantu dengan USG
Note: tidak boleh ditatalaksana di FASKES dasar, harus di FASKES
yang lebih lengkap

Kemenkes RI, 2013


Mola Hidatidosa
Monitoring:
o Pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu
o Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam 2 kali pemeriksaan
berturut-
turut, rujuk ke RS tersier yang memiliki fasilitas kemoterapi
o HCG urin yang belum memberi hasil negatif selama 8 minggu
juga
mengindikasikan untuk rujuk ke RS tersier yang memiliki fasilitas kemoterapi

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. Pemeriksaan USG → pemeriksaan
penunjang untuk membantu diagnosis,
dilakukan di FASKES yang lebih lengkap
b. Pemasangan laminaria
c. Drip oksitosin Tatalaksana dilakukan di FASKES
yang lebih lengkap
d. Aspirasi vakum manual
Jadi, tatalaksana yang tepat untu pasien ini
adalah
E. Rujuk....
27
SOAL

Perempuan usia 18 tahun datang ke RS dengan keluhan belum menstruasi.


Riwayat pernah menstruasi 1 kali saat usia 13 tahun selama 5 hari, kemudian tidak
menstruasi lagi hingga sekarang. Ditemukan adanya tumbuh rambut yang
berlebih di bagian ekstremitas dan wajah. Pemeriksaan USG ditemukan
pembesaran ovarium dan multiple kistik. Apakah diagnosis pada kasus ini?
a. Kista ovarium
b. Ovarium poli kistik
c. Hiperplasia ovarium
d. Hipertrofi ovarium
e. Tumor ovarium
B. Ovarium Poli Kistik
Keyword:
• Perempuan usia 18 tahun datang ke
RS
Belum menstruasi
• Riwayat pernah menstruasi 1 kali saat usia 13 tahun selama 5
hari, kemudian tidak menstruasi lagi hingga
sekarang rambut yang berlebih di bagian ekstremitas
• Tumbuh
wajah
dan
• Pemeriksaan USG: pembesaran ovarium dan multiple
kistik

Apakah diagnosis pada kasus ini?


Ovarium Poli Kistik
(Stein-Leventhal Syndrome)
Gambaran umum • Ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium kedua ovarium, amenorea
sekunder atau oligomenorea, dan infertilitas (terkait dengan disfungsi
hipothalamus).
• Sekitar 50% pasien mengalami hirsutisme dan obesitas.
• Gangguan ini terjadi pada perempuan berusia 15-30 tahun.

Klinis • Pembesaran ovarium → mengalami proses sklerotika yang menyebabkan


permukaannya berwarna putih tanpa identasi seperti mutiara sehingga disebut
sebagai ovarium kerang.
• Ditemukan banyak folikel berisi cairan di bawah dinding fibrosa korteks yang
mengalami penebalan.
• Teka interna terlihat kekuningan karena mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga
mengalami hal yang sama.

Sarwono, 2011
Ovarium Poli Kistik
(Stein-Leventhal Syndrome)
Diagnosis • Riwayat menarke dan haid yang
normal kemudian berubah menjadi
episode amenorea yang semakin
lama.
• Pembesaran ovarium (USG atau
laparotomi).
• Peningkatan l7-ketosteroid dan LH
tetapi tidak ditemukan fase lonjakan
FH (LH surge).

Tatalaksana • Klomifen sitrat 50 - 100 mg per hari


untuk 5 - 7 hari per siklus
• hCG
• Progesteron (LNG, desogestrel,
CPA)

Sarwono, 2011
Jawaban lainnya…
a. Kista ovarium → tidak tepat
c. Hiperplasia ovarium → tidak
tepat
d. Hipertrofi ovarium → tidak
tepat
e. Tumor ovarium → tidak tepat
Jadi, diagnosis pada kasus ini
adalah....
B. Ovarium Poli Kistik
28
SOAL

Seorang perempuan 22 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu dibawa ke IGD RS oleh
suaminya karena nyeri perut seperti akan melahirkan. Pemeriksaan tanda vital didapatkan
tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 94 x/menit, RR 20 x/menit, dan suhu 36,6oC.
Pemeriksaan fisik ditemukan His 4x 10’ 40”, DJJ 145 x/menit. Pemeriksaan dalam diperoleh
pembukaan 5 cm, lendir darah (+). Kemudian dokter memutuskan untuk dilakukan
observasi. Kapan dilakukan pemeriksaan dalam selanjutnya untuk mengetahui pembukaan
serviks?
a. 30 menit
b. 1 jam
c. 2 jam
d. 3 jam
e. 4 jam
E. 4 jam
Keyword:
• Perempuan 22 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu
• Nyeri perut seperti akan melahirkan
• His 4x 10’ 40”, DJJ 145 x/menit
• Pemeriksaan dalam diperoleh pembukaan 5 cm, lendir
darah (+)

Kapan dilakukan pemeriksaan dalam selanjutnya


untuk mengetahui pembukaan serviks?
Persalinan Normal
Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam
1 Fase aktif: pembukaan serviks 4 cm hingga sampai lengkap
(+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam

Pembukaan lengkap sampai bayi lahir

KALA 2 Primigravida → 2 jam


Multigravida → 1 jam

Segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap,


3 sekitar 30 menit

4 Segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum

Sarwono, 2008
Pemeriksaan KALA
I
Parameter Frekuensi pada fase Frekuensi pada fase
Laten Aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Pembukaan Serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan kepala Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Warna cairan amnion Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Produksi urin, protein, Setiap 2-4 jam
aseton
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Normal: 1-2 x/jam, 20’’ Normal: 3-4x/10’/30-40”
Di soal:
Pembukaan 5 cm → Kala I Fase aktif
Jadi, pemeriksaan dalam selanjutnya → 4 jam
kemudian
Jawaban lainnya…
a. 30 menit → tidak
tepat
b. 1 jam → tidak
tepat
c. 2 jam → tidak
tepat
d. 3 jam → tidak
tepat
Jadi, pemeriksaan dalam selanjutnya untuk
mengetahui pembukaan serviks adalah...

E. 4 jam
29
SOAL

Perempuan usia 28 tahun G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu datang ke IGD RS dengan
keluhan nyeri perut seperti akan melahirkan sejak semalam. Keluar cairan, lendir, dan
darah dari jalan lahir disangkal. Tidak ada demam. Pemeriksaan tanda vital tensi 120/80
mmHg, nadi 92 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,6oC. Pemeriksaan fisik
didapatkan his 1- 2x/10 menit/20-25 detik. Pemeriksaan dalam tidak didapatkan adanya
pembukaan serviks. Hasil USG didapatkan janin tunggal, ketuban cukup, tidak didapatkan
tanda kegawatan janin. Apakah tatalaksana yang sesuai pada kasus ini?
a. Tirah baring, tokolitik nifedipin, injeksi betamethasone 12 mg/12 jam IM
b. Tirah baring, tokolitik nifedipin, injeksi betamethasone 12 mg/6 jam IV
c. Tirah baring, tokolitik nifedipin, injeksi dexamethasone 6 mg/12 jam IM
d. Tirah baring, tokolitik nifedipin, injeksi dexamethasone 6 mg/24 jam IM
e. Tirah baring, tokolitik nifedipin, injeksi dexamethasone 12 mg/12 jam IM
C. Tirah baring, tokolitik nifedipin,
injeksi dexamethasone 6 mg/12 jam
IM
Keyword:
• Perempuan usia 28 tahun G2P1A0 usia kehamilan 32 minggu
• Nyeri perut seperti akan melahirkan sejak semalam. Keluar cairan,
lendir, dan darah dari jalan lahir disangkal
• His 1-2x/10 menit/20-25 detik
• Pemeriksaan dalam tidak didapatkan adanya pembukaan serviks
• Hasil USG didapatkan janin tunggal, ketuban cukup,
tidak
didapatkan tanda kegawatan janin

Apakah tatalaksana yang sesuai pada kasus ini?


Persalinan Preterm
Definisi
Persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
Faktor Predisposisi Diagnosis
• Usia ibu < 18 tahun atau > 40 tahun • Usia kehamilan < 37 minggu
• Hipertensi • Terjadi kontraksi 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali
• Perkembangan janin terhambat dalam 60 menit diikuti dengan perubahan serviks
• Plasenta previa yang progresif
• Ketuban pecah dini • Pembukaan serviks > 2 cm
• Infeksi intrauterine
• Bakterial vaginosis
• Serviks inkompeten
• Kehamilan ganda
• Penyakit periodontal
• Riwayat persalinan preterm sebelumnya
• Kurang gizi
• Merokok

Kemenkes RI, 2013


Persalinan Preterm
Tatalaksana
Konservatif , dengan tokolitik, kortikosteroid, Dengan syarat:
dan antibiotika • UK antara 24-34 minggu
• Dilatasi servix < 3 cm
• Tidak ada korioamnionitis (infeksi intrauterin), preeklamsia,
atau perdarahan aktif
• Tidak ada gawat janin

Persalinan pervaginam atau perabdominal Disesuaikan dengan kondisi kehamilan:


• UK < 24 dan > 34 minggu
• Pembukaan > 3 cm
• Ada tanda korioamnionitis (infeksi intrauterin), preeklamsia,
atau perdarahan aktif
• Ada gawat janin
• Janin meninggal atau adanya kelainan kongenital
yang kemungkinan hidupnya kecil

Kemenkes RI, 2013


Persalinan Preterm
Tatalaksana
Tokolitik Kortikosteroid Antibiotika
• Nifedipin 3 x 10 mg, atau Untuk pematangan paru janin Sebagai profilaksis, diberikan sampai
• Terbutalin sulfat 1000 ug dalam • Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam bayi lahir
500 cc NaCl 0,9%, awal 10 tpm sebanyak 4 kali, atau • Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, atau
kemudian naikkan 5 tpm tiap 15 • Betametason 12 mg IM setiap 24 jam • Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6
menit hingga kontraksi hilang, atau sebanyak 2 kali jam, atau
• Salbutamol dosis awal 10 mg IV • Klindamisisn 3 x 300 mg PO (jika
dalam 1000 cc NaCL 10 tpm, jika alergi penisilin)
kontraksi masih ada, naikkan • Jika persalinan preterm +
kecepatan 10 tpm setiap 30 menit KPD,
hingga kontraksi berhenti atau nadi berikan eritrimisin 4 x 400 mg PO
> 120 x/menit kemudian dosis
dipertahankan hingga 12 jam
setelah kontraksi hilang

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. Tirah baring, tokolitik nifedipin,
injeksi betamethasone 12 mg/12 jam IM →
tidak tepat
b. Tirah baring, tokolitik nifedipin,
injeksi betamethasone 12 mg/6 jam IV →
tidak tepat
d. Tirahbaring, tokolitik nifedipin, injeksi
dexamethasone 6 mg/24 jam IM → tidak
tepat
e. Tirahbaring, tokolitik nifedipin, injeksi
dexamethasone 12 mg/12 jam IM → tidak
tepat
Jadi, tatalaksana yang sesuai pada kasus
ini adalah...
C. Tirah baring, tokolitik nifedipin, injeksi dexamethasone 6
mg/12 jam IM
30
SOAL

Perempuan 25 tahun G2P1A0 usia kehamilan 36 minggu, dibawa ke IGD RS


karena perdarahan dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu. Tidak ada nyeri perut,
darah berwarna merah segar. Riwayat persalinan pertama secara SC, karena
makrosomia BBL 4000 gram. Pasien tampak lemah. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 105 x/menit, frekuensi nafas 20
x/menit, suhu 36,7oC. Pemeriksaan fisik ditemukan TFU setinggi xyphoid, kontraksi
(-), DJJ 150 x/menit. Apakah pemeriksaan yang dikontraindikasikan pada kasus
ini?
a. USG
b. Inspekulo
c. CTG
d. Laboratorium
e. VT
E. VT
Keyword:
• Perempuan 25 tahun G2P1A0 usia kehamilan 36 minggu
• perdarahan dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu
• Tidak ada nyeri perut, darah berwarna merah segar
• Riwayat persalinan pertama secara SC, karena makrosomia
BBL
4000 gram. Pasien tampak lemah
• tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 105 x/menit
• TFU setinggi xyphoid, kontraksi (-), DJJ 150 x/menit

Apakah pemeriksaan yang dikontraindikasikan pada kasus ini?


Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah plasenta yang berimplantasi di atas atau
mendekati ostium servix interna.

Klasifikasi Plasenta Previa


1. Plasenta previa totalis: ostium internal ditutupi seluruhnya
plasenta
oleh
2. Plasenta previa parsialis: ostium internal ditutupi sebagian
oleh
plasenta
3. bawah
Plasenta uterus
previa sehingga
marginalis:tepi
tepi plasenta terletak
plasenta di dekat
tepi ostium dengan
internal
ostiu
4. Plasenta previa letak rendah: plasenta berimplantasi di segmen
m
Kemenkes RI, 2013
Plasenta Previa
Faktor Predisposisi Diagnosis
 Kehamilan dengan ibu usia lanjut  Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan > 22 minggu
 Multiparitas  Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia
 Riwayat SC sebelumnya  Syok
 Tidak ada kontraksi uterus
 Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
 Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
 Penegakkan diagnosis dibantu dengan USG

Kemenkes RI, 2013


Plasenta Previa
Tatalaksana
1. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus Syarat Konservatif:
cairan IV NaCl 0,9% atau RL 1. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit
2. Lakukan penilaian jumlah perdarahan yang kemudian berhenti dengan atau tanpa
3. Jika perdarahan banyak dan berlangsung, pengobatan tokolitik
persiapkan SC tanpa memperhitungkan usia 2. Belum ada tanda inpartu
kehamilan 3. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dbn)
4. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin 4. Janin masih hidup dan kondisi janin baik
hidup tetapi prematur, pertimbangkan untuk
konservatif

Note: TIDAK dianjurkan melakukan PEMERIKSAAN DALAM sebelum tersedia kesiapan untuk SC. Pemeriksaan
inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.

Kemenkes RI, 2013


Jawaban lainnya…
a. USG → tidak tepat, boleh dilakukan pada
plasenta previa, membantu dalam
penegakkan diagnosis
b. Inspekulo → tidak tepat, boleh dilakukan pada
plasenta previa, membantu untuk mengetahui
sumber perdarahan
c. CTG → tidak tepat, boleh dilakukan pada
plasenta previa, untyk mengetahui apakah ada
gawat janin
d. Laboratorium → tidak tepat, boleh dilakukan
pada plasenta previa
Jadi, pemeriksaan yang dikontraindikasikan pada kasus ini adalah ....

E. VT

Anda mungkin juga menyukai