Anda di halaman 1dari 192

PEMBAHASAN TBL MUSCULOSKELETAL,

SALURAN KEMIH & GINJAL

MEI 2021
1.

Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 30
menit. Nyeri dirasakan mendadak setelah sepeda motor pasien di tabrak dari belakang. Pemeriksaan
tanda vital didapatkan TD 90/80 mmHg, Nadi 101 x/menit, Laju Napas 24 x/menit, Suhu 36.6 C.
Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok regio flank kiri (+) dan dari CT scan di dapatkan
pemeriksaan hematoma subkapsular ginjal kiri.
Diagnosis yang tepat pada kasus di atas adalah?
A. Ruptur ginjal grade I
B. Ruptur ginjal grade II
C. Ruptur ginjal grade III
D. Ruptur ginjal grade IV
E. Ruptur ginjal grade V
A. RUPTUR GINJAL GRADE I

Keyword :
• Laki-laki, 28 tahun
• Nyeri pada penisnya dan ereksi tidak berhenti sejak 5 jam yang lalu
• Preputium tidak dapat ditarik ke belakang
TRAUMA GINJAL

Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4 Grade 5


• Kontusio ginjal • Hematom • Laserasi ginjal • Laserasi lebih • Cedera
• Perdarahan subkapsular atau tidak melebihi dari 1cm dan pembuluh
ginjal tanpa perineal yang 1cm dan tidak tidak mengenai darah utama,
ada tidak meluas, mengenai pelviokaliks avulsi
kerusakan tanpa ada pelviokaliks dan atau pembuluh
jaringan , kealianan tidak terjadi ekstravasasi darah yang
kematian parenkim ekstravasasi urin. mengakibatka n
jaringan • Laserasi yang gangguan
maupun mengenai perdarahan
kerusakan korteks, ginjal.
kaliks. medula dan • Laserasi luas
pelviokaliks pada beberapa
tempat / ginjal
terbelah

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC


TRAUMA GINJAL

Moore EE, Shackford SR, Pachter HL, et al. Organ injury scaling: spleen, liver, and kidney. J Trauma 1989; 29: 1664–1666.
JAWABAN LAINNYA…

B.Ruptur ginjal grade II  hematom subkapsular atau perineal


yang tidak meluas, tanpa ada kealianan parenkim
C.Ruptur ginjal grade III  laserasi ginjal tidak melebihi 1cm
D. Ruptur ginjal grade IV  laserasi lebih dari 1cm
E.Ruptur ginjal grade V  cedera pembuluh darah utama,
avulsi pembuluh darah
2.

Seorang wanita berusia 55 tahun jatuh dari sepeda motor dan menapak dengan telapak tangan kanan.
Pergelangan tangan kanan terasa nyeri dan bengkak. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan fraktur
transversal pada tulang radius 2 cm proksimal dari garis sendi, ujung tulang menuju arah dorsal, angulasi
arah radius, dan avulsi processus styloideus ulna.
Jenis fraktur yang dialami pasien tersebut adalah?
A. Fraktur Monteggia
B. Fraktur Galeazzi
C. Fraktur Smith
D. Fraktur Colles
E. Fraktur Supracondyler humeri
D. FRAKTUR COLLES

Keyword :
• Wanita, 55 tahun
• Jatuh dari sepeda motor dan menapak dengan telapak tangan kanan
• Radiologi : fraktur transversal pada tulang radius 2 cm proksimal dari
garis sendi, ujung tulang menuju arah dorsal, angulasi arah radius,
dan avulsi processus styloideus ulna
FRAKTUR DISLOKASI “MU GR” “CD VS”
• Fraktur Monteggia :
• Fraktur ulna bagian proximal dan disertai dislokasi Caput radii
• Fraktur Galleazi :
• Fraktur radius bagian distal disertai dislokasi radio ulna joint bagian distal
• Fraktur Colle’s :
• Fraktur radius satu inchi dari sendi pergelangan tangan fragmen distal

displacement ke postero lateral (angulasi ke dorsum manus), bisa


disertai atau tidak fraktur procecus styloideus ulna. Terjadi “ Dinnerfork –
Deformity” (garpu makan sore)
• Smith’s Fraktur :
• Fraktur Radius distal satu inchi dari sendi pergelangan tangan, fragmen
distal displacement ke anterior (ventral)

• Fraktur Supracondyler humeri :


• ada 2 tipe
• Tipe Extensi, frakmen distal displacement ke posterior
• Tipe Flexi, frakmen distal displacement ke anterior

Apley dan Solomon’s System of Orthopaedics and Trauma. Tenth edition


Apley dan Solomon’s System of Orthopaedics and Trauma. Tenth edition
JAWABAN LAINNYA…
A. Fraktur Monteggia  fraktur ulna bagian proximal dan disertai
dislokasi Caput radii
B. Fraktur Galeazzi  fraktur radius bagian distal disertai dislokasi
radio ulna joint bagian distal
C. Fraktur Smith  fraktur Radius distal satu inchi dari sendi pergelangan
tangan, fragmen distal displacement ke anterior (ventral)
E. Fraktur Supracondyler humeri  frakmen distal displacement
ke posterior/anterior
3.

Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke IGD karena kecelakaan lalu lintas 3 jam yang
lalu karena terbentur stang. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,
pemeriksaan tanda vital TD 100/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, Laju Napas 20 x/menit, Suhu
37
C. Pasien mengeluh tidak bisa miksi dan terdapat bekas darah kering pada meatus uretra
eksterna dan jejas menyerupai kupu-kupu di area perineum.
Diagnosis yang terdapat pada kasus tersebut adalah?
A. Ruptur buli
B. Ruptur ureter
C. Ruptur uretra anterior
D. Ruptur uretra posterior
E. Ruptur prostat
C. RUPTUR URETRA ANTERIOR

•Keyword :
• Laki-laki, 40 tahun
• Kecelakaan lalu lintas 3 jam yang lalu karena
terbentur stang
• Tidak bisa miksi dan terdapat bekas darah kering
pada meatus uretra eksterna
• Jejas menyerupai kupu-kupu di area perineum
TRAUMA URETRA
• Diagnosis :
• Sering terjadi pada laki - laki, biasanya berkaitan
dengan fraktur pelvis atau straddle injury
• Pembagian :
• Trauma Uretra Anterior
• Straddle injury, meatal bleeding
• Pemeriksaan Fisik : hematoma daerah
perineum; butterfly hematom

• Trauma Uretra Posterior


• Sering karena fraktur pelvis anterior, meatal
bleeding,
retensi urin akut
• Pemeriksaan Fisik : rectal touche  prostat
melayang /
high
Buku ajar ilmu riding
bedah,ed. prostate
Hidayat S, de Jong./ floating prostate
EGC
TRAUMA URETRA
• Pemeriksaan Penunjang :
Retrograde Urethrography

Normal Ekstravasasi kontras


Buku ajar ilmu bedah,ed. Hidayat S, de Jong.
EGC
TRAUMA URETRA
• KONTRAINDIKASI : pemasangan
kateter
• Terapi
• Pungsi suprapubik (tindakan sementara)

• Sistostomi suprapubik (setelah kegawatan


tertangani)

Buku ajar ilmu bedah,ed. Hidayat S, de Jong.


EGC
JAWABAN LAINNYA…

A. Ruptur buli  gross hematuria


B.Ruptur ureter  kurang tepat
D. Ruptur uretra posterior  floating
prostate
E. Ruptur prostat  kurang tepat
4.

Seorang pria 28 tahun mengeluhkan nyeri pada penisnya dan ereksi tidak berhenti sejak 5 jam yang lalu.
Keluhan dirasakan setelah pasien menggunakan obat yang disuntikkan di batang penis pasien yang dibelinya
dari toko online. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, Laju Napas 20
x/menit, Suhu 37 C. Pada pemeriksaan didapatkan penis ereksi dengan glans penis lunak.
Apa kelainan yang dialami pasien?
A. Priapismus
B. Ereksi fase detumesen
C. Peyroni disease
D. Fraktur penis
E. Disfungsi ereksi
A. PRIAPISMUS

•Keyword :
• Laki-laki, 28 tahun
• Nyeri pada penisnya dan ereksi tidak berhenti sejak 5
jam yang lalu
• Preputium tidak dapat ditarik ke belakang
PRIAPISMUS
Definisi : Merupakan keadaan dimana penis terus dalam posisi ereksi
dan tak berhubungan dengan stimulasi seksual (lebih dari 4 jam)

Etiologi :
• Primer (idiopatik)
• Sekunder
• Hematologi
• Neurologi
• Tumor (metastatic cancer)
• Trauma perineal, pelvic, penis
• Iatrogenik
• Obat-obatan (antikoagulan, antihipertensi, antidepressant, injeksi intrakaverna,
alpha-blocker, metilfenidat, kokain)
• Infeksi
• Penyakit metabolik

Journal Uptodate : Deveci, Serkan. 2019. Priapism.


KLASIFIKASI :
• Ischemic / Low-flow
• Nyeri, corpus rigid – glans penis lunak
• Sedikit atau tidak ada sama sekali aliran darah di kavernosa
• Nyeri tekan pada korpus kavernosa, kaku (+)
• Iskemia
• Riwayat trauma (-)
• Emergensi

• Non-ischemic / High-flow
• Penis tidak terlalu kaku, tidak terlalu nyeri
• Aliran darah cukup
• Riwayat trauma (+) penis atau perineum (straddle injury)

Journal Uptodate : Deveci, Serkan. 2019. Priapism.


Journal Uptodate : Deveci, Serkan. 2019. Priapism.
JAWABAN LAINNYA…

B. Ereksi fase detumesen  kurang tepat


C.Peyroni disease  terbentuknya jaringan parut pada tunika
albuginea
D. Fraktur penis  kurang tepat
E.Disfungsi ereksi  ketidakmampuan untuk memulai atau
mempertahankan ereksi selama berhubungan
5.

Seorang laki-laki berusia 23 tahun datan g ke Puskesmas d e n g a n keluhan selangkangan kiri


tertarik sejak 5 hari yang lalu. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 130/80 mmHg, Nadi
82 x/menit, Laju Napas 18 x/menit, Suhu 37 C. P a d a pemeriksaan fisik didapatkan
genitalia eksterna: sirkumsisi (+), palpasi skrotum kiri didapatkan bentukan seperti cacing.
Testis d a la m batas normal. P a d a pemeriksaan urin lengkap d a la m batas normal.
Apakah komplikasi yang paling sering terjadi pada kasus di atas?
A. Torsio testis
B. Kista epididimis
C. Orchitis
D. Infertilitas
E. Hidrokel

© FDI2021
D. INFERTILITAS
Keyword :
• Laki-laki, 23 tahun
• Selangkangan kiri tertarik sejak 5 hari yang
lalu skrotum kir
• G e n italia eksterna : sirkumsisi (+), i
p alp asi didapatkan bentukan seperti
cacing
Varikokel Hidrokel Kista Epididimis Orkitis Luetika

• Kesan teraba berkelok- • Transluminasi (+)  • Kista pada epididimis • Sifilis stadium IV
kelok seperti kumpulan berisi cairan pada bersifat tembus cahaya • Pembengkakan testis
cacing tunika vaginalis sekitar pada transluminasi kronik di seluruh testis
• Faktor kausal gangguan skrotum
fertilitas

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., d e Jong.


JAWABAN LAINNYA…
A. Torsio testis  phren sign (-)
B.Kista epididimis  n a m a lain
spermatocele, transluminasi (+), terkait
vasektomi
C. Orchitis  phren sign (+)
E. Hidrokel  transluminasi (+)

© FDI2021
6.

Seorang wanita 42 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang


kanan direncanakan IVU oleh dokter poli RS karena curiga batu
saluran kemih. Pemeriksaan fisik didapatkan : nyeri ketok C V A kanan
(+), ballottement ginjal kanan (+). Dari hasil IVU didapatkan
gambaran flattening p a d a nefron ginjal.
Berapakah grading hidronefrosis pasien tersebut?
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
B. 2
Keyword :
• Wanita, 42 tahun
• Keluhan nyeri pinggang kanan
• Hasil IVU did a p atkan g a m b aran flattening p a d a
nefron ginjal
HIDRONEFROSIS
• Kaliks ginjal distensi akibat penumpukkan cairan
• Akibat kelainan motilitas hubungan pelvioureter; peristaltis dari
pielum ke ureter terhambat sehingga terjadi bendungan
d a n hidronefrosis.
 Paling sering batu ureter atau batu ginjal
• Gejala
Nyeri pinggang
Anuria
Riwayat urolithiasis sebelumnya
Riwayat hematuria sebelumnya
Nyeri menjalar sampai selangkangan
Nyeri ketok C V A (+)

Smith
Urology
PEMERIKSAAN PENUNJANG :

• Darah rutin, urinalisis, fungsi ginjal


• USG
• CT-Scan b ila USG tidak didapatkan
informasi yang memadai

American Academy of Family Physician,


2012
HIDRONEFROSIS

• 1. Blunting (tumpul)
• 2. Flattening (datar)
• 3. Clubbing (menonjol)
• 4. Balooning (menggembung)
Smith
Urology
7.

Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa ibunya ke poliklinik


bedah dengan keluhan penis menggelembung sejak 3 hari yang
lalu. Pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan TD 110/80 m mHg,
Nadi 72 x/menit, Laju Napas 18 x/menit, Suhu 36.5 C. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan preputium tidak dapat ditarik ke
belakang.
Diagnosis yang tepat pada kasus tersebut adalah?
A. Fimosis
B. Parafimosis
C. Epispadia
D. Hipospadia
E. Hidrokel
A.
FIMOSIS
Keyword :
• Laki-laki, 7 tahun
• Penis menggelembung sejak 3 hari yang
lalu
• Preputium tidak d a p a t ditarik ke belakang
FIMOSIS
Merupakan penyempitan ujung preputium yang
menyebabkan preputium tidak bisa ditarik
Gejala klinis
• Sulit BAK
• Kadang BAK, preputium membentuk
jika
gelembung
•Tanda klinis sulit d iretraksi
Preputium
• Jika radang makan tampak glans penis atau
preputium merah
Komplikasi
• Ba la nop o sthitis, p a rafimo sis, infeksi
sa luran
kemih
Buku ajar ilmu bedah,ed. Hidayat S, d e Jong. E G C
Tatalaksana
• Kebanyakan kasus a kan m e m b a ik
d e n g
fimosis a n sendirinya

• Terapi konservatif
• Perawatan preputium rutin
• J a g a kebersihan glans penis
• Lakukan retraksi rutin saat mandi

• Sirkumsisi
Bisa d ila kukan di p uskesma s
(sta nd a rd
kompetensi 4A)
d e n g a n salep
Indikasi steroid,
: fimosis parafimosis,
patologis, ISK berulang,
kegagalan terapi
b a la noposthitis b e rat d a n b e rula ng, fimosis
fisiologis yang persisten hingga remaja

• Jika terjadi radang → obati d e n g a n antibiotik


terlebih dulu sampai radang mereda

Buku ajar ilmu bedah,ed. Hidayat S, d e Jong. E G C


JAWABAN LAINNYA…
B. Parafimo sis  p reputium p enis te retraksi di b elakang
g lans
penis d a n tidak d a p a t dikembalikan ke posisi normalnya
C.Epispadia  ostium urethra externum (OUE) terletak di sisi
dorsal penis
D.Hipospadia  ostium urethra externum (OUE) terletak di sisi
ventral penis
E. Hidrokel  Akumulasi cairan serosa di sekitar testis yang
b er a d a di d al a m tunika vaginalis
8.

Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang ke IGD dengan


keluhan rasa tidak nyaman pada skrotumnya, kadang
pasien merasakan nyeri di daerah skrotum. Pada
pemeriksaan didapatkan seperti kantung cacing pada
skrotum. Pasien sudah menikah 10 tahun namun belum
memiliki keturunan. Hasil analisis spermanya jumlah: 12
juta/ml, morfologi abnormal, hanya 20% sperma yang
mampu bergerak.
Apa kelainan hasil analisis sperma pada pasien ini?
A.Oligoasthenozoospermia
B.Oligoasthenoteratozoospermia
C.Oligoasthenonecozoospermia
D.Asthenoteratozoospermia
E.Asthenonecozoospermia
B.
OLIGOASTHENOTERATOZOOSPERMIA
Keyword :
• Laki-laki, 27 tahun

• Rasa tidak nyaman pada skrotumnya, kadang pasien


merasakan nyeri di daerah skrotum
• Hasil analisis sperma, jumlah: 12 juta/ml, morfologi
abnormal, hanya 20% sperma yang mampu bergerak
Hypospermia Volume semen < 1,5ml
Oligozoospermia Jumlah sperma <15jt/ml
Jumlah sperma total
<39jt
Azoospermia Tidak ada sperma
Asthenozoospermia Motilitas©FDI2021
sperma total < 40%
Motilitas sperma progresif < 32%
Necrozoospermia Sperma tidak hidup
Teratozoospermia Morfologi sperma normal < 4%
9.

Seorang laki-laki berusia 15 tahun datang dengan keluhan nyeri pada


kaki kanan. Nyeri memberat pada malam hari hingga membuat pasien
sering terbangun. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/80
mmHg, Nadi 72 x/menit, Laju Napas 20 x/menit, Suhu 37 C. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan tampakan sunburst appearance.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut adalah?
A.Osteokondroma
B.Osteosarcoma
C.Multipel Myeloma
D.Ewing's Sarcoma
E.Osteoid Osteoma
B. OSTEOSARCOMA

Keyword :
•Laki-laki, 15 tahun
•Keluhan nyeri pada kaki kanan

•Pemeriksaan radiologididapatkan
tampakan sunburst appearance
OSTEOSARCOMA

•Definisi : tumor primer pada


tulang, ganas, sering pada
metafisis tulang Panjang
•Gejala klinis : nyeri tulang
persisten, terdapat massa pada
tulang
•Gambaran radiologis :
• Destruksi tulang (lesi litik/radiolusen) dan lesi sklerotik (radio-opak)
• Pembentukan tulang baru periosteal
• “Sunburst appearance”, “Codman’s Triangle” (reaksi perosteal)
JAWABAN LAINNYA…

A. Osteokondroma  popcorn-like calcifications

C.Multiple Myeloma  usia tua, hiperkalsemia,


renal failure, anemia, bone lytic
D.Ewing's Sarcoma  onion skin appearance
E.Osteomyelitis  involucrum, sequestrum
10.

Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada daerah
skrotum, keluhan timbul mendadak sejak 1 jam yang lalu. Dari hasil pemeriksaan
tampak skrotum kanan lebih tinggi dan horizontal dibandingkan skrotum kirinya.
TD: 120/80mmHg, N:88x/m Tax: 36,6oC. hasil USG dopler: Aliran arah (-).
Golden period pada pasien tersebut adalah?
A. 7 jam
B. 5 jam
C. 4 jam
D. 3 jam
E. 2 jam
B. 5 JAM

Keyword :
• Laki-laki, 28 tahun
• Nyeri pada daerah skrotum, keluhan timbul mendadak
sejak 1 jam yang lalu
• Skrotum kanan lebih tinggi dan horizontal dibandingkan
skrotum kirinya
• Hasil USG dopler: Aliran arah (-).
TORSIO TESTIS

• Diagnosis :
• Sering terjadi pada usia muda dengan onset akut terutama
saat bangun tidur, setelah berolahraga dan setelah terjadi trauma skrotum.
• Klinis:
• Nyeri hebat
• Posisi testis lebih tinggi, lebih mendatar/horizontal
• Testis bengkak, kemerahan
• Demam (-)
• Pemeriksaan Fisik
• Phren’s Test  (-)
• Penunjang
• USG Doppler 
vaskularisasi
menurun Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC
TORSIO TESTIS EPIDIDIMO-ORCHITIS
Onset Akut Gradual
Phren’s Test Semakin sakit / (-) Sakit berkurang / (+)
Reflek Cremaster (-) (+)
Urinalisis Steril Bakter dan Leukosit (+)
USG Doppler Vaskularisasi menurun Vaskularisasi meningkat

• Terapi
• Tatalaksana definitif : bedah detorsi dengan onset 6 jam sejak
gejala
• Orkidopeksi bila masih viabel
• Orkidektomi dan orkidopeksi kontralateral bila non-viabel

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC


11.

Seorang laki laki berusia 35 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada buah
pelir sejak 1 jam yang lalu. Buah pelir kiri lebih horizontal dibanding kanan. Pada
saat pemeriksaan fisik buah pelir kiri diangkat nyeri tetap terasa. Pemeriksaan tanda
vital didapatkan TD 110/80 mmHg, Nadi 72 x/menit, Laju Napas 20 x/menit, Suhu
36.5 C.
Nama pemeriksaan pada kasus di atas adalah?
A. Bragard test
B. Blumberg test
C. Phren test
D. Thompson test
E. McMurray test
C. PHREN TEST

Keyword :
• Laki-laki, 35 tahun
• nyeri pada buah pelir sejak 1 jam yang lalu
• Buah pelir kiri lebih horizontal dibanding kanan
• Pada saat pemeriksaan fisik buah pelir kiri diangkat nyeri tetap
terasa
TORSIO TESTIS

• Diagnosis :
• Sering terjadi pada usia muda dengan onset akut terutama
saat bangun tidur, setelah berolahraga dan setelah terjadi trauma skrotum.
• Klinis:
• Nyeri hebat
• Posisi testis lebih tinggi, lebih mendatar/horizontal
• Testis bengkak, kemerahan
• Demam (-)
• Pemeriksaan Fisik
• Phren’s Test  (-)
• Penunjang
• USG Doppler 
vaskularisasi
menurun Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC
TORSIO TESTIS EPIDIDIMO-ORCHITIS
Onset Akut Gradual
Phren’s Test Semakin sakit / (-) Sakit berkurang / (+)
Reflek Cremaster (-) (+)
Urinalisis Steril Bakter dan Leukosit (+)
USG Doppler Vaskularisasi menurun Vaskularisasi meningkat

• Terapi
• Tatalaksana definitif : bedah detorsi dengan onset 6 jam sejak
gejala
• Orkidopeksi bila masih viabel
• Orkidektomi dan orkidopeksi kontralateral bila non-viabel

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC


JAWABAN LAINNYA…

A. Bragard test  pemeriksaan untuk low back pain dengan


dorsofleksi kaki
B. Blumberg test  rebound tenderness pada
appendicitis
D. Thompson test  ruptur tendon achilles
E. McMurray test  ruptur meniscus
12.

Seorang anak laki-laki usia 7 tahun da t an g bersama kedua orang tuanya ke poli
anak d en g a n keluhan bengkak kedua kelopak m a t a d a n kaki sejak 4 hari yang lalu.
Keluhan disertai BAK berbuih. Riwayat d e m a m disangkal. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan e d e m a periorbita bilateral d a n pitting e d e m a (+)tungkai bilateral, t anda
vital didapatkan TD 132/70, nadi 88x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.7C. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan albumin 2,1 g/dl, proteinuria +++, LDL 110. Apa
yang diharapkan dari tatalaksana prednisone dosis penuh selama 4 minggu pada
anak…
a. Proteinuria < 4 mg/m2 lpb/jam 3 hari berturutan da l a m seminggu
b. Proteinuria < 7 mg/m2 lpb/jam 5 hari berturutan da l a m seminggu
c. Proteinuria < 10 mg/m2 lpb/jam 3 hari berturutan da l a m seminggu
d. Hematuria negatif
e. Pitting e d e m a negatif
A. PROTEINURIA < 4 MG/M2 LPB/JAM 3 HARI BERTURUTAN
DALAM SEMINGGU
•Keyword:
• Seorang an a k laki-laki usia 7 tahun, keluhan bengkak k e d u a kelopak
mata dan
• kaki sejak 4 hari y ang lalu.
• Keluhan disertai BAK berbuih.
• Riwayat d e m a m disangkal.
• PF: e d e m a periorbita bilateral d a n pitting e d e m a (+)tungkai bilateral,
t a n d a vital
• didapatkan TD 132/70, nadi 88x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.7C.
• Hasil pemeriksaan laboratorium : albumin 2,1 g/dl, proteinuria +++, LDL
110.
•Hasil yang diharapkan dari tatalaksana prednisone dosis penuh selama 4 minggu
•pada anak…
SINDROMA NEFROTIK

• Kumpulan gejala : e d em a, hipoalbuminemia,


proteinuria masif, hiperkolestrolemia, hipertensi,
hematuria, penurunan fungsi ginjal (Azotemia)
• Pem eriksa a n
fisik :
• Ed ema anasarka
• Ascites
• Hipertensi
• Pemeriksaan
penunjang :
• UL : proteinuria
masif (≥ 2+),
rasio albumin
KLASIFIKASI SINDROMA NEFROTIK
• Remisi: proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4 mg/m2 LPB/ jam) 3 hari berturut-
turut d a la m 1 minggu
• Relaps: proteinuria ≥ 2+ (proteinuria >40 mg/m2 LPB/jam) 3 hari berturut-turut d a l a m 1
minggu
• Relaps jarang: relaps kurang dari 2 x d a l a m 6 bulan pertama setelah respons awal atau
kurang dari 4 x per tahun p e ng a m at a n
• Relaps sering (frequent relaps): relaps ≥ 2 x d a la m 6 bulan pertama setelah respons awal
a ta u ≥ 4 x d a la m p e riode 1 ta hun
• Dependen steroid: relaps 2 x berurutan p a d a saat dosis steroid diturunkan
(alternating) atau da la m 14 hari setelah pe ngoba ta n dihentikan
• Resisten steroid: tidak terjadi remisi p a d a peng ob ata n prednison dosis penuh (full dose)
2 mg/kgbb/hari selama 4 minggu.
• Sensitif steroid: remisi terjadi p a d a pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu

Sumber : Konsensus Tata Laksana Sindoma Nefrotik pada Anak, IDAI, 2012
• Penatalaksanaan :
• Medikamentosa : Prednison dosis awal 60 mg/m2/hari d al am 3
dosis selama 4 minggu dilanjutkan 2/3 dosis awal sebanyak
single dose selang sehari selama 4-8 minggu
• Suportif :
• Diuretik : Furosemid 1-2 mg/kgBB/hari
• Antihipertensi
• Tirah baring
• Diet rendah garam (1-2 g/hari) protein normal (1,5-2 g/kgBB/hari)
• Albumin 0.5g/kgBB/hari

Sumber : Pedoman Pelayanan Medik IDAI, 2011


JAWABAN LAINNYA…

b.Proteinuria < 7 m g/m 2 lp b /jam 5 hari b erturutan d a lam


seminggu  kurang tepat
c.Proteinuria < 10 m g/m 2 lp b /jam 3 hari b erturutan
d a l a m seminggu  kurang tepat
d. Hematuria negative  bukan kriteria remisi
e. Pitting e d e m a negative  bukan kriteria remisi
13.

• Seorang perempuan berusia 50 tahun datang dengan keluhan


nyeri pada pinggul, nyeri dirasakan terus menerus selama 3 bln ini,
pasien mempunyai riwayat sesak nafas dan rutin mengkonsumsi
obat untuk meredakan sesaknya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/80, N 84 x/menit, RR 20x/menit, suhu 37C,
pemeriksaan lainya dalam batas normal. Riwayat keluarga tidak
didapatkan keluhan yg sama. Penyebab keluhan pada pasien ini
adalah...
A. Osteoporosis pasc a menopause
B.Osteoporosis ec defisiensi kalsium
C. Osteoporosis juvenile idiopatik
D. Osteoporosis senilis
E. osteoporosis medikamentosa
E. OSTEOPOROSIS
MEDIKAMENTOSA
• Keyword:
• Perempuan berusia 50 tahun, keluhan nyeri pada
pinggul, terus menerus selama 3 bulan
• Riwayat sesak nafas dan rutin mengkonsumsi obat
: glukokortikoid (methylprednisolon)
• PF: dalam batas normal

• Penyebab keluhan pada pasien ini


adalah...
OSTEOPOROSIS AKIBAT GLUKOKORTIKOID

• Osteoporosis akibat glukokortikoid disebut dengan


Glucocorticoid-induced osteoporosis (GIOP).
• GIOP termasuk dalam klasifikasi osteoporosis sekunder
yaitu osteoporosis yg terjadi akibat kehilangan massa
tulang yg disebabkan oleh gangguan klinis yg jelas dan
spesifik.

Sumber: PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Interna Publishing: Jakarta
• Pengaruh glukokortikoid terhadap Bone Mineral Density
(BMD) dapat diukur dengan akurat menggunakan dual-
energy X-ray absorptiometry (DXA) pada tulang
belakang lumbal, tulang femur proksimal, dan lengan
bawah distal.
• Perubahan dini penurunan massa tulang akibat
glukokortikoid terjadi pada tulang belakang karena lebih
banyak tersusun oleh tulang trabekular.
• Pemeriksaan BMD dan DXA dianjurkan segera
dilakukan pada subjek yg mendapat terapi
glukokortikoid.

Sumber: PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Interna Publishing: Jakarta
PENATALAKSANAAN

• Prinsip penatalaksaan GIOP adalah menggunakan dosi


efektif glukokortikoid yg paling rendah, mengurangi faktor
risiko lainnya seperti merokok, menjaga asupan
kalsium yg adekuat, mengikuti progam latihan fisik untuk
mencegah penurunan massa otot dan mengurangi
risiko jatuh.
• Terapi farmakologi: kalsium, vitamin D, kalsitonin,
bifosfonat, dan hormon paratiroid (PTH).

Sumber: PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Interna Publishing: Jakarta
JAWABAN LAINNYA…

A. Osteoporosis pasca menopause : akibat


menurunnya
hormon estrogen
B.Osteoporosis ec defisiensi kalsium : akibat
berkurangnya kalsium yg dapat mengurangi kepadatan
tulang
C.Osteoporosis juvenile idiopatik : terjadi pada masa
pre-pubertas atau masa pubertas, penyebabnya belum
diketahui secara pasti
D.Osteoporosis senilis : terjadi karena usia tua
(degenerasi)
14.
Anak Mark, laki2 usia 8 tahun, d ib awa orang tuanya karena urin
tampak berwarna kemerahan sejak 2 hari yg lalu. 10 hari lalu,
pasien sempat batuk-batuk d a n kemudian beli o b at batuk di toko
obat.
P a d a pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg,
nadi 90x/menit, suhu 37C. Kedua kelopak ma t a tampak a g a k
sembab. Pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan untuk
menegakkan diagnosis p a d a pasien ini adalah..
A. Urinalisis, kreatinin, komplemen C 3
B. Urinalisis, BUN, A NA test
C. Urinalisis, komplem en C 3 , A STO
D. Urinalisis, kreatinin, A N A test
E. Urinalisis, BUN, komple men C 3
C. URINALISIS, KOMPLEMEN C3, ASTO

Keyword:
• Anak Mark, 8 tahun, urin tampak berwarna
kemerahan sejak 2 hari yg lalu.
• 10 hari lalu, pasien sempat batuk-batuk d a n
kemudian beli ob at batuk di toko obat.
• Pem eriksa a n fisik : tekan a n dara h 140/90 mmHg, nadi
90x/menit, suhu 37C, kedua kelopak m a t a tampak
a g a k sembab
Pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan untuk
menegakkan diagnosis pada pasien ini adalah…
GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA
STREPTOKOKUS (GNAPS)
• Sindroma nefritik (hematuria, e d e m a , hipertensi, azotemia)
SETELAH a d a n y a infeksi oleh bakteri Streptococcus Beta
Hemolitikus grup A p a d a saluran nafas d a n kulit.
• Gejala :
• Riwayat ISPA (faringitis) d a n kulit (pioderma) 1-2 minggu
sebelumnya
• Bengkak di k e d u a kelopak m a t a d a n tungkai
• Kencing d a ra h (gross hematuria) a t a u seperti air c u c i a n
daging,
• jumlah berkurang (oliguria)
• P e m eriksa a n Fisik :
• Hipertensi
• E d e m a di k e d u a kelopak m a t a d a n tungkai
• Pemeriksaan Penunjang :
• Urinalisis : eritrosit (+++), proteinuria (+) (eritrosit > protein),
ditemukan silinder eritrosit
• DL : BUN d a n SK ↑
• Kadar ASTO ↑↑, kadar C 3 ↓↓
• Tatalaksana :
• Medikamentosa :
• Antibiotik Penicillin : Amoxicillin 50mg/kgBB/hari 3 dosis selama 10
hari
atau bila alergi : Eritromisin 30 mg/kgBB/hari 3 dosis selama 10 hari.
• Diuretik  bila a d a retensi cairan (edema) d a n hipertensi
• Antihipertensi  golongan ACE-inhibitor (renal protector)
• Supo rtif : Tirah baring

Sumber :
1. Pedoman Pelayanan Medik IDAI, 2011
2. Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptokokus IDAI, 2012
JAWABAN LAINNYA…

A.Urinalisis, kreatinin, komplemen C 3  pemeriksaan


serologis kurang lengkap (ASTO)
B. Urinalisis, BUN, A N A test  A N A test kurang
relevan
D. Urinalisis, kreatinin, A N A test  A N A test kurang
relevan
E. Urinalisis, BUN, komplemen C 3  pemeriksaan
serologis kurang lengkap (ASTO)
15.

Anak Bebe, perempuan 1 tahun, dibawa ibunya ke IGD karena sudah demam
tinggi sejak 2 hari lalu. Anak tampak rewel dan sulit makan. Keluhan juga
disertai muntah. Ibu menjelaskan bahwa pasien tampak seperti harus
mengedan ketika akan buang air kecil dan urin berbau menyengat. Keluhan
ini sudah ada sejak 1 minggu lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39.5C,
nadi 110x/menit, nafas 24x/menit, dan berat badan 8 kg. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 12, leukosit 16000, trombosit 180.000. Urinalisis :
leukosit 10-15/lbp, eritrosit 2-3/lpb, leukosit esterase (++). Tatalaksana yang
tepat pada pasien ini adalah…
A. C efixime oral
B. C otrimoxazole oral
C. C otrimoxazole IV
D. Gentamisin IV
E. Ceftriaxone IV
E. CEFTRIAXONE IV

• Keywords:
• Anak Bebe,1 tahun, demam tinggi sejak 2 hari lalu
disertai sulit makan dan muntah.
• Pasien tampak seperti harus mengedan ketika akan
buang air kecil dan urin berbau menyengat sejak 1
minggu lalu.
• Pemeriksaan fisik : suhu 39.5C, nadi
110x/menit, nafas 24x/menit, dan berat
badan 8 kg.
• Hasil lab : Hb 12, leukosit 16000, trombosit
180.000.
• Urinalisis : leukosit 10-15/lbp, eritrosit 2-3/lpb, leukosit
Tatalaksana
esterase (++).yang tepat pada pasien ini adalah…
INFEKSI SALURAN KEMIH

• Etiologi tersering : Escheric hia coli


• Gejala : tidak khas (asimptomatis s/d gejala sepsis berat)
• Neonatus s/d 2 bulan : demam, apatis, muntah, mencret,
anoreksia,
sianosis (gejala sepsis)
• Bayi : demam, anoreksia, BB sukar naik
• Anak :
• Pyelonefritis (ISK Atas) : demam, nyeri pinggang, BAK bau menyengat
• Sistitis (ISK Bawah) : gejala obstruksi (disuri, frekuensi, tidak tampias),
mengompol, BAK bau menyengat
• Pemeriksaan fisik :
Demam, nyeri ketok costovertebra (+), nyeri tekan simfisis (+), pada
laki2
bisa dijumpai fimosis, hipospadia, epispadia
• Pemeriksaan penunjang :
• DL : leukositosis Algoritma Tatalaksana ISK
• Urinalisis : ditemukan
proteinuria, leukosituria
(>5/lpb), hematuria (>5/lpb)
• Diagnosis PASTI : kultur urine
• Tatalaksana :
• Antibiotik IV
• Neonatus & Bayi : Ampicillin,
Gentamisin
• Anak : Ceftriaxone
• Antibiotik PO
• Amoxicilline
• Ampicilline
• Cotrimoxazole
Sumber : Pedoman Pelayanan Medik IDAI, 2011

Sumber : Pedoman Pelayanan Medik IDAI, 2011


JAWABAN LAINNYA…

A. Cefixime oral  pilihan antibiotik kurang tepat


B.Cotrimoxazole oral bila ditemukan gejala ISK
bawah (tidak ada gejala sistemik)
C.Cotrimoxazole IV  sediaan kurang tepat
D.Gentamisin IV  pilihan antibiotik kurang
tepat
16.

Seorang anak usia 4tahun, dibawa ke poliklinik oleh ibunya karena testis sebelah kiri
lenih tinggi dari kanan, hal ini sudah ibu pasien sadari sejak bayi. Kadang testis teraba
setinggi pangkal tapi bisa dikembalikan ke skrotum .Diagnosa pasien ini?
A.Hidrokel
B.Kriptokidismus
C.Torsio Testis
D.Hernia inguinalis
E.Retractile Testis
E. RETRACTILE TESTIS

Keyword:

• Seorang anak usia 4tahun, dibawa ke poliklinik oleh ibunya karena testis sebelah
kiri lenih tinggi dari kanan, hal ini sudah ibu pasien sadari sejak bayi.

• Kadang testis teraba setinggi pangkal tapi bisa dikembalikan ke


skrotum .

Diagnosa pasien ini?


RETRACTILE
TESTIS
• Keadaan dimana testis tidak dapat menetap dalam skrotum.

• Testis dapat teraba sampai di pangkal paha, bisa didorong ke


skrotum, tapi bisa kembali lagi ke tempat asal.
• Lokasi testis :
• Kanalis Inguinalis
• Pangkal paha

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC


KRIPTOKIDISMUS

• Etiologi : defisiensi hormon androgen terutama testosteron

• Keadaan dimana testis tidak turun ke skrotum, disebabkan testis tidak turun
sempurna, atau memang tidak ada.

• Normalnya testis turun sempurna setelah 40 minggu, setelah berada di rongga


retroperitoneal hingga 28 minggu
• Komplikasi : keganasan dan infertilitas

• Tatalaksana
• Ditunggu hingga usia 6bulan,bila masih belum turun maka dilakukan tindakan
bedah 1tahun setelahnya.

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC


ECTOPIC TESTIS

• Tidak teraba testis di skrotum.

• Testis diluar kanalis, diluar rongga abdomen / kanalis inguinalis

• Komplikasi : infertil

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC


17.

Tn. Tono 79thn datang ke IGD tidak bisa BAK sejak 8 jam lalu, biasanya pasien hanya
mengeluh sulit BAK sejak 6bulan terakhir. Setiap BAK pancaran lemah dan harus mengedan
dahulu. Tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada darah. Sering kali malam hari terbangun untuk
berkemih. Penatalaksanaan awal yang dilakukan pada pasien?
A. Sistotomi
B. Pasang Kateter
C. Pemberian obat 5-alfa reductase
D. Pungsi Suprapubik

E. Pemberian obat pengambat adrenoreseptor alfa


B. PASANG
KATETER

Keyword:

• Tn. Tono 79thn datang ke IGD tidak bisa BAK sejak 8jam lalu, biasanya
pasien hanya mengeluh sulit BAK sejak 6bulan terakhir. Setiap BAK pancaran
lemah dan harus mengedan dahulu. Tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada
darah. Sering kali malam hari terbangun untuk berkemih.

Penatalaksanaan awal yang dilakukan pada pasien?


HIPERPLASIA
PROSTAT

• Perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen


• Klinis :
• Riwayat LUTS
• Gejala Iritatif
• Frekuensi
• Nokturia : kencing malam hari
• Disuria : nyeri waktu berkemih
• Gejala Obstruktif
• Hesistansi : harus mengejan dahulu
• Pancuran lemah
• Intermitensi : terputus - putus

Smith Urology
HIPERPLASIA
PROSTAT
• Post Miksi
• Dribbling : masih menetes
• Rasa tidak puas

• Pemeriksaan Fisik : Rectal Touche


• Simetris
• Nyeri (-)
• Kenyal

• Terapi
• Pengobatan konservatif
• Pengambat adrenoreseptor alfa : alfazosin, prazosin, terazosin, tamsulosin
• 5-alfa reduktase inhibitor : dutasteride, finasteride

• Pembedahan
*diawali dengan membebaskan pasien dari retensi urin  kateter
Smith Urology
18.

Ny. A 30thn, korban kecelakaan lalu lintas dibawa warga ke IGD setelah kecelakaan 1 jam lalu.
Pasien terjatuh dari sepeda motor, dan mengeluh tungkai kiri sakit. Didapatkan luka pada tungkai
kiri , terdapat krepitasi, luka berukuran 0,5cm, kontaminasi ringan. Tatalaksana pada pasien
ini?
A. ORIF

B. Fiksasi Besar
C. Eksternal Fiksasi
D. Wire
E. Benar Semua
A. ORIF

Keyword:
• luka pada tungkai kiri , terdapat krepitasi, luka berukuran 0,5cm,
kontaminasi ringan.
OF Grade 1

Tatalaksana pada pasien ini?


GRADING FRAKTUR

Grade Ukuran Luka Kontaminasi Jaringan lunak


I < 1cm Bersih
II >1cm Sedang
IIIa <10cm Berat kerusakan jaringanlunak luas, tapi
masih bisa
menutupi patahantulang ketika
dilakukan perbaikan
IIIb >10cm Masif kerusakan
jaringanlunak luas/hilang,
sehingga tampak tulang (bone
expose)
IIIc >10cm masif kerusakan jaringanlunak disertai
kerusakanpembuluh darah /saraf
yang hebat

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC


19.

Pasien laki-laki 30thn datang dengan keluhan kaki kiri yang patah 5 bulan lalu, kaki masih terasa
nyeri pada daerah yang patah bila ditekan. Dilakukan rontgen nampak masih ada garis fraktur ada
kalus mulai terkalsifikasi. Diagnosa pasien ini?
A. Union
B. Mal Union
C. Delayed Union
D. Consolidation
E. Non - Union
A. UNION

Keyword:
Dilakukan rontgen nampak masih ada garis fraktur ada
kalus mulai terkalsifikasi.

Diagnosa pasien ini?


FRAKTUR

• Union
• Perbaikan inkomplit, masih nyeri dan masih ada garis fraktur, kalus mulai terkalsifikasi
• Masih ada nyeri tekan pada daerah fraktur
• Delayed Union
• Tulang terlambat menyatu (3-5bulan)
• Non Union
• Lebih dari 6-8bulan tidak union, terbentuk pseudoarthrosis
• Consolidation
• Perbaikan sempurna, kalus sudah terosifikasi
• Mal-Union
• Fraktur sembuh waktu namun terdapat angulasi/ rotasi/ varus/valgus
tepat
pemendekan
• Tidak ada nyeri tekan

Apley dan Solomon’s System of Orthopaedics and Trauma. Tenth edition


20.

Tn. Tono 79thn datang ke IGD mengeluh sulit BAK sejak 6bulan terakhir. Setiap BAK pancaran
lemah dan harus mengedan dahulu. Sering kali malam hari terbangun untuk berkemih. Pada
pemeriksaan RT teraba prostat membesar bilateral dan kenyal.
Dilakukan pemeriksaan penunjang dan didapat hasil indensitasi kaudal buli. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada pasien ini?
A. USG
B. BNO-IVP
C. Uretrografi
D. CT Scan
E. BOF
B. BNO-IVP

Keyword:
• sulit BAK sejak 6bulan terakhir.
• Setiap BAK pancaran lemah dan harus mengedan dahulu.Sering kali
malam hari terbangun untuk berkemih.
• Pada pemeriksaan RT teraba prostat membesar bilateral
dan kenyal.
BPH
Dilakukan pemeriksaan penunjang dan didapat hasil indensitasi
kaudal buli.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini?
HIPERPLASIA PROSTAT

• Perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen


• Klinis :
• Riwayat LUTS
• Gejala Iritatif
• Frekuensi
• Nokturia : kencing malam hari
• Disuria : nyeri waktu berkemih
• Gejala Obstruktif
• Hesistansi : harus mengejan dahulu
• Pancuran lemah
• Intermitensi : terputus - putus

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC


HIPERPLASIA PROSTAT

• Post Miksi
• Dribbling : masih menetes
• Rasa tidak puas
• Pemeriksaan Fisik : Rectal Touche
• Simetris
• Nyeri (-)
• Kenyal
• Terapi
• Pengobatan konservatif
• Pengambat adrenoreseptor alfa : alfazosin, prazosin, terazosin, tamsulosin
• Pembedahan
*diawali dengan membebaskan pasien dari retensi urin  kateter
Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC
HIPERPLASIA PROSTAT

• Terapi
• Pengobatan konservatif
• Pengambat adrenoreseptor alfa : alfazosin, prazosin, terazosin, tamsulosin
 Relaksasi otot polos prostat di leher buli, kapsul prostat dan uretra pars prostatika
• 5 alfa reduktase inhibitor : finasteride, dutasteride
 mengurangi ukuran kelenjar prostat
• Pemeriksaan Penunjang
• BNO – IVP  lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC


21.

Pasien laki-laki usia 10 tahun datang diantar keluarga dengan kejang


dan tidak dapat membuka mulut. 2 hari sebelumnya pasien
menginjak paku. Pasien tidak berobat, hanya menutup lukanya
dengan plester. Pada pemeriksaan fisik didapatkan trismus (+), dan
abdomen tegang. Apa tatalaksana yang tepat pada pasien?
• ATS SD + metronidazole+ diazepam+ TT
• HTIG SD + metronidazole+ diazepam+ TT
• ATS SD + metronidazole+diazepam
• ATS 7 hari+ metronidazole+ diazepam+ TT
• HTIG 7 hari + metronidazole+ diazepam+ TT
• Pasien laki-laki usia 10 tahun datang kejang dan tidak
dapat membuka mulut
• 2 hari sebelumnya pasien menginjak paku menutup
lukanya dengan plester
• PF: trismus (+), dan abdomen tegang

TATALAKSANA…
DIAGNOSIS  TETANUS
JAWABAN:
B. HTIG SD +
METRONIDAZOL +
• Diagnosis pasien ini kemungkinan adalah Tetanus,
karena terdapat keluhan:
– Pasien laki-laki usia 10 tahun datang kejang dan tidak
dapat membuka mulut
– 2 hari sebelumnya pasien menginjak paku menutup
lukanya dengan plester
– PF: trismus (+), dan abdomen tegang
• Tatalaksana pada pasien ini:
– pemberian HTIG, karena luka sudah lebih dari 6 jam (2
hari), dan diberikan secara Single dose (SD)
– Metronidazoluntuk eliminasi bakteri C. tetani
– Diazepammengatasi kejang
– TT karena pada pasien ini tidak diketahui Riwayat
imunisasi pasien
• ATS SD + metronidazole+ diazepam+ TT
– ATS diberikan 2x, 50.000 iu diberikan IM diikuti dengan
50.000 unit dengan infus IV lambat
– sehingga pilihan ini tidak tepat
• ATS SD + metronidazole+diazepam
– ATS diberikan 2x
– Pasien perlu diberikan TT karena tidak diketaui Riwayat
imunisasi
• ATS 7 hari+ metronidazole+ diazepam+ TT
– Pemberian ATS salah2x
• HTIG 7 hari + metronidazole+ diazepam+ TT
– Pemberian HTIG SD
TATALAKSANA
TETANUS
1. Pemberian antitoksin tetanus
2. Penatalaksanaan luka
3. Pemberian antibiotika
4. Penanggulangan kejang
5. Perawatan penunjang
6. Pencegahan komplikasi
TATALAKSANA
TETANUS
1. Manajemen Luka
• Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen.
• Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.
• TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 tahun jika
riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat diberikan.
• Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu, maka
tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan. Keparahan luka bukan
faktor penentu pemberian TIg
Luka Rentan Tetanus Luka yang tidak rentan tetanus
• > 6-8 jam • < 6 jam
• Kedalaman > 1 cm • Superfisial < 1 cm
• Terkontaminasi • Bersih
• Bentuk stelat, avulsi, atau hancur • Bentuknya linear, tepi tajam
(irreguler) • Neurovaskular intak
• Denervasi, iskemik • Tidak infeksi
• Terinfeksi (purulen, jaringan
nekrotik)
LANJUTAN...
2. Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.
3. Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara, cahaya-
ruangan redup dan tindakan terhadap penderita.
4. Diet cukup kalori dan protein
– 3500-4500 kalori per hari
– 100-150 gr protein
– Bila ada trismus, makanan dapat diberikan per sonde atau parenteral
5. Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu.
6. Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan respon
klinis. Diazepam atau Vankuronium 6-8 mg/hari.
– Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan diazepam
dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum
10mg/kali diulang setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian
Diazepam per oral (sonde lambung) dengan dosis 0,5/kgBB/kali sehari
diberikan 6 kali. Dosis maksimal diazepam 240 mg/hari.
– Bila masih kejang (tetanus yang sangat berat), harus dilanjutkan dengan
bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat ditingkatkan sampai
480 mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik, dengan atau tanpa
kurarisasi.
– Magnesium sulfat dapat pula dipertimbangkan digunakan bila ada
gangguan saraf otonom.
7. Eliminasi Unbound Toxin LANJUTAN...
a) ATS
– Hanya efektif pada luka baru (< 6 jam)
– Skin tes untuk hipersensitif
– Dosis biasa 50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan
infus IV lambat
– Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian antitoksin
dapat disuntikkan di sekitar luka.
b) HTIG
– Dapat dilakukan penyuntikan meskipun luka sudah > 6 jam
– Hanya efektif untuk eliminasi unobpund toxin, sedangkan toksin yang
sudah berikatan dengan sel tubuh tidak dapat di eliminasi.
– Dosis tunggal 3.000 IU – 6.000 IU
– Tidak diperlukan skin test
8. Eliminasi bakteri
– DOC: Penisilin berikan prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6
jam selama 10 hari.
– Alergi penisilin Tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10
hari
– dapat mengeradikasi Clostridium tetani tetapi tidak dapat
mempengaruhi
proses neurologisnya.
9. BILA DIJUMPAI ADANYA KOMPLIKASI PEMBERIAN
ANTIBIOTIKA SPEKTRUM LUAS

– Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazol dapat diberikan, terutama bila


penderita alergi penisilin
– Tetrasiklin: 30-50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis
– Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari
– Metronidazol loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5
mg/KgBB tiap 6 jam.
10. Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama
– Dilakukan bersamaan dengan antitoksin tetapi pada sisi
yang
• berbeda dengan alat suntik yang berbeda
– Dosis inisial 0,5 ml toksoid intramuskular diberikan 24 jam
pertama.
10. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai.
11. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
22.

Pasien laki-laki usia 62 tahun datang dengan keluhan sulit buang air kecil.
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter mendiagnosis
pasien menderita BPH. Selain itu pasien juga mengatakan memiliki
riwayat hipertensi. Pasien juga meminta obat antihipertensi yang juga
memiliki efek terhadap BPH. Obat apa yang dapat diberikan pada pasien ?
• A. Tamsulosin
• B. Prazosin
• C. Finasteride
• D. Atenolol
• E. Durasteride
• Pasien laki-laki usia 62 tahun datang dengan keluhan
sulit buang air kecil.
• Dokter mendiagnosis pasien menderita BPH
• Pasien juga memiliki riwayat hipertensi
• Pasien juga meminta obat antihipertensi yang juga
memiliki efek terhadap BPH
OBAT YANG DAPAT DIBERIKAN…
DIAGNOSIS  BPH DENGAN HIPERTENSI
JAWABAN:
B. PRAZOSIN
• Pada soal, telah disebutkan bahwa pasien di
diagnosis sebagai BPH, dan memiliki Riwayat
hipertensi.
• Pada pasien BPH dengan hipertensi, maka dapat
diberikan α1 blocker nonspecific seperti prazosin,
terazosin, dan doxasozin.
– Ketiga obat ini telah dipakai sebelumnya sebagai
antihipertensi, dan memiliki efektivitas yang baik pula
pada tatalaksana BPH
• Sehingga, pilihan jawaban yang tepat
adalah B. Prazosin
• Tamsulosintermasuk α1A blocker, obat ini secara
spesifik hanya menghambat reseptor α yang
berada di saluran kemih, sehingga memiliki efek
minimal terhadap penurunan tekanan darah
• Finasteride dan Durasteridetermasuk kedalah 5α
reductase inhibitor, keduanya berfungsi untuk
menghambat pembentukan testosterone sehingga
dapat menghambat pembesaran prostat, dan tidak
memiliki efek terhadap tekanan darah
• Atenololtermasuk β blocker, tidak memiliki efek
terhadap BPH
HYPERTENSION AND BPH
• BPH is often encountered in • Alpha Blocker therapy for BPH
aging men, and it is the have an appropriate and
most common urological beneficial effect on BP, especially
disorder. in baseline hypertensive patients
• The prevalence of BPH and • Prazosin, Terazosin and
Doxazosin are established agents
hypertension increases with in the therapy of hypertension,
age and are also effective drugs in
• An estimated 25% of men the treatment of BPH
aged >60 years have – In one study, prazosin and terasozin
concomitant BPH and show no significant changes in
systolic or diastolic blood pressure
hypertension in normotensive patient, but show
significant decreases in blood
pressure in hypertensive patient
Tsujii T. Comparison of prazosin, terazosin and tamsulosin in
• Tamsulosin has minimal effect
thetreatment of symptomatic benign prostatic hyperplasia:A short-term
open, randomized multicenter stud. Int J Urol. 2000, June
on blood pressure
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10843450/
Lee, S H et al. “Effects of α-blocker 'add on' treatment on blood pressure in symptomatic BPH with or without concomitant hypertension.” Prostate cancer
and prostatic diseases vol. 13,4 (2010): 333-7. doi:10.1038/pcan.2010.19
• Another comparative
study between
Doxazosin, Terazosin,
Alfusozin and
tamsulosin in the
decrease of blood
pressure, shows
– Doxazosin Decreased
BP more significant than
other alpha blocker in
hypertensive group

Lee, S H et al. “Effects of α-blocker 'add on' treatment on blood pressure in symptomatic BPH with or without concomitant hypertension.” Prostate cancer
and prostatic diseases vol. 13,4 (2010): 333-7. doi:10.1038/pcan.2010.19
23.L

Pria 25thn datang dengan keluhan nyeri hebat pada pergelangan kaki kiri, hal ini
terjadi setelah pasien melompat dari ketinggian ,
pada pemeriksaan fisik tampak pergelangan kaki kiri bengkak, terdapat
cekungan, dan saat dilakukan penekanan pada betis pasien didiagnosa Ruptur
tendon achilles. Hasil Pemeriksaan dan arti pemeriksaan yang tepat pada
pasien ini?
A. McMurray Test (-)  tidak terjadi dorso fleksi

B.Tes Thompson (+)  tidak terjadi dorso fleksi

C. Tes Thompson (-)  tidak terjadi plantar fleksi

D. Tes Thompson (+)  tidak terjadi plantar fleksi

E.McMurray Test (+)  tidak terjadi plantar fleksi


D. TES THOMPSON (+)  TIDAK TERJADI PLANTAR FLEKSI

Keyword:
• keluhan nyeri hebat pada pergelangan kaki kiri, hal
ini terjadi setelah pasien melompat dari ketinggian
• Pergelangan kaki kiri bengkak, terdapat cekungan
• saat dilakukan penekanan pada betis pasien,
pasien didiagnosa Ruptur tendon achilles.

Hasil Pemeriksaan dan arti pemeriksaan yang tepat


pada pasien ini?
RUPTUR TENDON ACHILLES

• Nyeri pergelangan kaki hebat


• Bengkak pada pergelangan kaki
• Terdapat cekungan di pergelangan kaki
• Tes Thompson (+)  tidak ada plantar flexi  ruptur
tendon

Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de


Jong. EGC
JAWABAN LAINNYA…

A. McMurray Test (-)  tidak terjadi dorso fleksi


B.Tes Thompson (+)  tidak terjadi dorso fleksi
C. Tes Thompson (-)  tidak terjadi plantar
fleksi
E. M cMurray Test (+)  tidak terjadi plantar
fleksi
24.L
Perempuan 35 tahun dengan keluhan benjolan pada sendi jari telunjuk tangan kanan
sejak 1 tahun yang lalu, tidak nyeri. 2 tahun sebelumnya telunjuk pasien pernah
terkilir saat bermain tenis. Hasil laboratorium: asam urat 4 mg/dl, Rheumatoid
factor (-) foto polos: tampak massa soft tissue berbatas jelas dengan erosi pada
tulang. Pemeriksaan makroskopis ditemukan sebuah nodul berdiameter 2 cm,
berbatas tegas, berlobus-lobus, padat, berwarna putih abu-abu, pemeriksaan
mikroskopis ditemukan sel-sel histiosit, makrofag, siderofag dan osteoclastic giant
cell. Apa diagnosa pasien?
• Nodular fasciitis
• Giant cell tumor
• Tophus
• Rheumatoid arthritis
• Osteoblastoma
• Perempuan 35 tahun, dengan benjolan pada sendi jari telunjuk tangan kanan
sejak 1 tahun yang lalu, tidak nyeri.
• 2 tahun sebelumnya telunjuk pasien pernah terkilir saat bermain tenis.
• Lab: asam urat 4 mg/dl, Rheumatoid factor (-)
• Foto polos: tampak massa soft tissue berbatas jelas dengan erosi pada tulang.
• Pemeriksaan makroskopis: nodul berdiameter 2 cm, berbatas tegas, berlobus-
lobus, padat, berwarna putih abu-abu
• Pemeriksaan mikroskopis: sel-sel histiosit, makrofag, siderofag dan osteoclastic
giant cell

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  GIANT CELL TUMOR
JAWABAN:
B. GIANT CELL TUMOR
• Diagnosis pasien ini kemungkinan adalah Giant cell
tumor, karena terdapat keluhan:
– Perempuan 35 tahun, dengan benjolan pada sendi jari
telunjuk tangan kanan sejak 1 tahun yang lalu, tidak
nyeri.
– 2 tahun sebelumnya telunjuk pasien pernah terkilir saat
bermain tenis.
– Lab: asam urat 4 mg/dl, Rheumatoid factor (-)
– Foto polos: tampak massa soft tissue berbatas jelas dengan
erosi pada tulang.
– Pemeriksaan makroskopis: nodul berdiameter 2 cm,
berbatas tegas, berlobus-lobus, padat, berwarna putih abu-
abu
– Pemeriksaan mikroskopis: sel-sel histiosit, makrofag,
• Nodular fasciitis massa berlapis, secara
mikroskopik terlihat gambaran spindel
• Tophus massa warna putih seperti kristal dan
tidak menyebabkan erosi tulang
• Rheumatoid arthritis  tidak dipilih karena
pada pasien didapatkan RF (-), pada RA
biasanya RF (+), dan didapatkan artritis yang
multiple bilateral
• Osteoblastoma pada anak2, dominan terdiri
dari sel osteoblast ganas
GIANT CELL
TUMOR
• A benign aggressive • Location
tumor typically found in – distal femur > proximal
the metaphysis of long tibia > distal radius >
bones, often around the sacral ala
knee, in young adults – phalanges of the hand is
• more common also a very common
location
in females (unlike most
bone tumors which
show male
predominance)
• ages 30-50 years
www.pathologyoutlines.com/topic/bonegiantcelltumor.html
RADIOGRAPHIC
• Eccentric lytic
epiphyseal/metaphysea
l lesion
• Often extends into the
distal
epiphysis and borders
subchondral bone

www.pathologyoutlines.com/topic/bonegiantcelltumor.html
GROSS PATHOLOGY-
HISTOPATHOLOGY
• Grossly, GCT of bone • Numerous osteoclast-
appears grey or type giant cells
brownish in colour and • Hemosiderin deposition
is usually solid and reactive bone
• Some tumours may • Macrophages and
have a haemorrhagic, histiocytes
cystic component
CAMPANACCI’S RADIOLOGICAL
GRADING
Grade I – Cystic lesion
Grade II – Cortex thin but not perforated
Grade III – Tumour extended into surrounding soft tissue

Enneking’s Staging of Benign GCT


Stage I  10-15%
(Latent)  No symptom, Pathological #s may occur

Stage II  70%
(Active)  Benign, symptomatic, Pathological #s may occur

Stage III  10-15%


(Aggressive)  Benign but rapidly growing, cortex perforated

www.pathologyoutlines.com/topic/bonegiantcelltumor.html
TREATMENT (GRADE-I AND
GRADE-II)
(1) Only curettage.
(2) Curettage + bone grafting.
(3) Curettage + bone grafting + liquid nitrogen
(cryosurgery).
(4) Extended aggressive curettage + Phenol /
argon beam coagulation / bone cementing.

Grade-III – Resection +
Reconstructions
Resection : En Block (Joints lost)

www.pathologyoutlines.com/topic/bonegiantcelltumor.html
25.

Seorang pasien laki-laki berusia 71 tahun dibawa ke IGD RS oleh keluarganya


karena penurunan kesadaran dan tidak mau makan dan minum. Keluhan disertai
mual muntah. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37,5C TD 85/50 mmHg,
HR 120x/mnt, nafas 22x/mnt. Pasien juga tidak BAK sejak 12 jam terakhir. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS 154 mg/dl, Kreatinin 3,2 mg/dl.
Apakah diagnosis pada pasien tersebut?
• Gagal ginjal akut pre renal
• Gagal ginjal akut renal
• Gagal ginjal akut post renal
• Gagal ginjal kronis
• Gagal ginjal kronis eksaserbasi akut
• Laki-laki berusia 71 tahun penurunan kesadaran dan
tidak mau makan dan minum.
• PF: 37,5C TD 85/50 mmHg, HR 120x/mnt, nafas
22x/mnt.
• Pasien juga tidak BAK sejak 12 jam terakhir.
• GDS 154 mg/dl, Kreatinin 3,2 mg/dl.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  GAGAL GINJAL AKUT
JAWABAN:
A. GAGAL GINJAL AKUT PRE RENAL
• Adanya keluhan berupa penurunan
kesadaran + tidak mau makan dan minum +
mual dan muntah  syok hipovolemik
• Adanya anuria sejak 12 jam terakhir 
gagal ginjal akut pre renal  karena
disebabkan oleh kondisi hipovolemik pada
pasien ini
• Gagal ginjal akut renal  biasanya disebabkan
oleh glomerulonefritis, dapat juga berupa akut
tubular nekrosis jika ditemukan muddy brown
cast
• Gagal ginjal akut post renal  biasanya
disebabkan oleh batu atau sumbatan saluran
kemih
• Gagal ginjal kronis  didapatkan adanya
anemia atau atrofi ginjal
• Gagal ginjal kronis eksaserbasi akut  anemiai
atau atrofi ginjal + tanda-tanda gagal ginjal akut
GANGGUAN GINJAL AKUT

Definisi

• kondisi penurunan mendadak faal ginjal


dalam 48 jam berupa
• kenaikan kadar kreatinin serum ≥0,3 mg/dl
(≥26,4 µmol/l), atau
• presentasi kenaikan kreatinin serum ≥50%
(1,5 kali kenaikan dari nilai dasar), atau
• pengurangan produksi urin (oligouria yang
tercatat ≤0,5 ml/kg/jam dalam waktu lebih
dari 6 jam).
GAGAL GINJAL AKUT

Kidney International Supplements (2012) 2, 8–12; doi:10.1038/kisup.2012.7


Gambar 11. Klasifikasi GGA menurut RIFLE dan AKIN (Sumber:
Cruz,N.D.,et al, 2009. Critical Care 13:211).

• Klasifikasi
Klasifikasi interdisipliner internasional yang pertama kali untuk GGA adalah kriteria
RIFLE yang diajukan oleh The Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI). Kemudian ada
upaya dari kelompok Acute Kidney Injury Network (AKIN) untuk mempertajam
kriteria RIFLE sehingga lebih awal dikenali.
ACUTE KIDNEY INJURY
GGA • disebabkan oleh berbagai kondisi yang
menimbulkan hipoperfusi ginjal → penurunan
PRERENAL fungsi ginjal tanpa ada kerusakan parenkim
(~55%) yang berarti.

• Kerusakan langsung pada parenkim ginjal. Proses inflamasi


memegang peranan penting pada patofisiologi GGA yang terjadi
karena iskemia..
GGA renal • Obstruksi renovaskular
• Penyakit pada glomerulus atau pembuluh darah
(~40%) • Nekrosis tubular akut
• Nefritis interstitial
• Obstruksi intratubular

• Gangguan yang berhubungan dengan


obstruksi saluran kemih.
GGA postrenal • Obstruksi ureter
(~5%) • Obstruksi leher vesica urinaria
• Obstruksi urethra
PATOFISIOLOGI GGA

Mekanisme GGA. ( Sumber: Lattanzio, M.R. dan Kopyt, N.P., 2009. New Concepts in Definition, Diagnosis, Pathophysiology, and Treatment, J Am
Osteopath Assoc, 109:13-19.).
TANDA DAN GEJALA GGA
Organ Temuan klinis

Kulit Livido reticularis, iskemia jari-jari, butterfly rash, purpura, vaskulitis sistemik.
Maculopapular rash ditemukan pada nefritis interstitial alergi.

Mata Keratitis, iritis, uveitis, konjungtiva kering: ditemukan pada vaskulitis autoimun.
Jaundice: penyakit liver.
Band keratopathy (karena hiperkalsemia): mieloma multipel.
Retinopati diabetes.
Retinopati hipertensi.
Atheroemboli.

Kardiovaskular Nadi iregular: tromboemboli.


Murmur: endokarditis.
Pericardial friction rub:
perikarditis uremikum.
JVP meningkat, ronki basah
basal, S3: gagal jantung.

Abdomen Massa pulsatil atau bruits: atheroemboli.


Nyeri tekan abdomen atau CVA: nefrotlitiasis, nekrosis papilar, trombosis arteri atau vena
renalis.
Massa pada pelvis atau rektum, hipertorofi prostat, distensi bladder: obstruksi saluran
kemih.
Iskemia, edema ekstremitas: rabdimiolisis.

Pulmo Ronki: sindro Goodpasture, Wegener granulomatosis.


Hemoptysis: Wegener granulomatosis.
26.

Pasien perempuan, usia 70 tahun, dibawa ke UGD RS dengan keluhan


nyeri pinggang kanan. Dari anamnesis didapatkan riwayat jatuh terduduk
1 hari yang lalu. Riwayat sebelumnya tidak ada masalah, pasien bisa
duduk normal, jalan normal. Survei primer pasien stabil. Survei sekunder
tungkai kanan endorotasi dan lebih pendek daripada tungkai kiri. Apakah
yang harus dilakukan di IGD?
• Pemasangan thomas splint
• Pemasangan pelvic sling
• Resusitasi cairan
• Reposisi panggul kanan
• Rontgen femur kanan dan pelvis proyeksi AP-Lateral
• Perempuan, usia 70 tahun, nyeri pinggang kanan.
• Riwayat jatuh terduduk 1 hari yang lalu
• Survei primer pasien stabil
• Survei sekunder tungkai kanan endorotasi dan
lebih pendek daripada tungkai kiri
YANG HARUS DILAKUKAN DI IGD…
DIAGNOSIS  TRAUMA MUSKULOSKELETAL PADA
LANSIA
JAWABAN:
E. RONTGEN FEMUR KANAN DAN PELVIS PROYEKSI AP-
LATERAL
• Perempuan, usia 70 tahunkemungkinan
telah terjadi osteoporosisresiko fraktur,bila
terdapat riwayat jatuh
• Nyeri pinggang kanan setelah terjatuh
terduduk 1 hari yang lalu dan ditemukan
tungkai kanan endorotasi dan lebih pendek
daripada tungkai kiridapat merupakan suatu
tanda adanya Fraktur atau dislokasi panggul
• Maka yang perlu dilakukan di IGD adalah
memastikan diagnosis pada pasien dengan
melakukan Foto Roetgen Femur kanan dan
pelvis proyeksi AP-Lateral
• Pemasangan thomas splintTatalaksana
konservatif pada fraktur femur
• Pemasangan pelvic sling  Tatalaksana
sementara pada fraktur pelvis tidak stabil
• Reposisi panggul kanantatalaksana pada
dislokasi panggul
• Ketiga Tindakan diatas, belum dapat dilakukan
karena belum jelas diagnosis pasien
• Resusitasi cairanSurvei primer pasien
dikatakan stabil, sehingga tidak diperlukan
resusitasi.
OSTEOPOROTIC FRACTURES
FRAKTUR PATOLOGIS
• Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang
abnormal.
• Tulang yang abnormal tersebut bisa sangat lemah sehingga fraktur
terjadi dengan trauma ringan atau bahkan pada aktivitas biasa.
• Femur merupakan tulang tersering ketiga, setelah vertebrae dan
pelvis, tempat ditemukannya metastasis tulang.
• Fraktur patologis pada femur merupakan yang paling sering
membutuhkan intervensi pembedahan.
– Fraktur patologis pada femur merupakan 66 % fraktur patologis pada
tulang panjang, dimana 87% terjadi pada femur proksimal dan shaft
femur.
• Fraktur pada collum femur merupakan fraktur yang paling sering
terjadi pada orang tua.
– Umur rata-rata 77 tahun pada wanita dan 72 tahun pada laki-laki, dan
80% terjadi pada wanita.
– Insidensi pada usia muda sangat rendah dan berhubungan dengan
trauma hebat.
– Penyebab tersering fraktur patologis pada femur proksimal adalah
osteoporosis.
FRAKTUR FEMUR TERSERING PADA
OSTEOPOROSIS
Osteoporotic proximal femur fractures: a) proximal femoral neck fracture b) middle femoral neck
fracture c) basilar femoral neck fractures d) inter and subtrochanteric fracture.

Gambaran radiologi yang khas pada osteoporis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekular yang lebih lusen (sumsum meluas).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
Thomas Splint
27.

Laki-laki bernama Tn. Sergio Mendeza, usia 30 tahun, datang ke Puskesmas


dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1 bulan SMRS. Nyeri dirasakan menjalar
ke perut bagian kanan bawah. Pasien telah melakukan pemeriksaan penunjang
dengan hasil, USG: hidronefrosis ringan, dan BNO tidak ditemukan gambaran
radioopak pada ginjal dan ureter. Apa tatalaksana awal yang dapat diberikan
pada pasien ini?
• Antispasmodik
• Beta blocker
• Minum air yang banyak
• Dibiarkan sembuh sendiri
• Rujuk
• Laki-laki usia 30 tahun ke Puskesmas dengan nyeri
pinggang hilang timbul sejak 1 bulan SMRS
• Nyeri dirasakan menjalar ke perut bagian kanan
bawah
• USG: hidronefrosis ringan
• BNO tidak ditemukan gambaran radioopak pada ginjal dan
ureter
TX AWAL?
DIAGNOSIS  BATU SALURAN KEMIH
JAWABAN:
E. RUJUK
• Diagnosis pada pasien ini adalah Batu saluran kemih,
atas dasar:
– Nyeri pinggang hilang timbul sejak 1 bulan dan dirasakan
menjalar ke perut bagian kanan bawah
– USG: hidronefrosis ringanmenunjukkan adanya sumbatan
pada ureter
– BNO tidak ditemukan gambaran radioopak pada ginjal dan
ureterMenunjukkan kemungkinan adanya batu radiolusen
• Tatalaksana awal pada pasien adalah meredakan nyeri
dengan analgesic non steroid
• Selanjutnya karena pada pasien sudah ditemukan
hidronefrosis ringan akibat sumbatan karena batu,
maka selanjutnya pasien harus dirujuk ke spesialis
urologi
• Dari pilihan jawaban yang ada, tidak ada pemberian
analgesic NSAID, untuk meredakan nyeri, maka dipilih
jawaban E. Rujuk
• Antispasmodik dan Beta blockertidak dipakai
dalam pengobatan batu saluran kemih
• Minum air yang banyakmerupakan Tindakan
pencegahan agar tidak terbentuk batu, namun
tidak berguna untuk mempercepat pengeluaran
batu
• Dibiarkan sembuh sendiritidak tepat
dilakukan, karena sudah ada hidronefrosis, dan
batu saluran kemih tidak dapat sembuh
sendiri
BATU SALURAN KEMIH

Etiologi
• Batu Non-Infeksi : calcium oxalate, calcium fosfat, asam urat.
• Batu infeksi : magnesium ammonium fosfat, carbonate apatite,
ammonium urat
• Genetik : sistine, xantin

Turk C, Knoll T, Petrik A. Guidelines on Urolithiasis. European Association of Urology. 2015


BATU SALURAN KEMIH

Tatalaksana
• Emergency : sepsis, anuria, AKI  rawat inap,
konsul bedah urologi cito.
• Analgetik : NSAIDS  aspirin, Na dicolfenak,
ibuprofen, dan ketorolac.
• Tatalaksana Batu  tergantung ukuran dan
letak
 konservatif /Medical Expulsive Therapy (MET),
ESWL, PNL atau URS

Turk C, Knoll T, Petrik A. Guidelines on Urolithiasis. European Association of Urology. 2015


Fontenelle LF, Sarti TD. Kidney Stones: Treatment and Prevention. Am Fam
Physician. 2019 Apr 15;99(8):490-496.
https://www.aafp.org/afp/2019/0415/p490.html
Fontenelle LF, Sarti TD. Kidney Stones: Treatment and Prevention. Am Fam
Physician. 2019 Apr 15;99(8):490-496. https://www.aafp.org/afp/2019/0415/p490.html
MEDICAL EXPULSIVE THERAPY (MET)
• Ukuran batu > 5 mm
• Batu terletak pd ureter distal
• Tidak terjadi obstruksi total.

Turk C, Knoll T, Petrik A. Guidelines on Urolithiasis. European Association of Urology. 2019


28.

Seorang laki-laki usia 38 tahun mengalami luka bakar listrik karena listrik
tegangan tinggi 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien sadar dan tidak ada
riwayat jatuh dari ketinggian. Pasien sudah diberikan oksigen dan telah dilakukan
resusitasi cairan. Setelah pemberian cairan, ditemukan urin berwarna kuning
pekat. Apakah dasar untuk mengetahui apakah jumlah cairan yang diberikan
sudah tepat?
• Metode Baxter
• BB Penderita
• Jumlah urin yang keluar
• Luas luka bakar
• kesadaran pasien
• Seorang laki-laki, 38 tahun, luka bakar listrik karena listrik
tegangan tinggi 4 jam sebelum masuk rumah sakit
• pasien sadar dan tidak ada riwayat jatuh dari ketinggian
• Pasien sudah diberikan oksigen dan telah dilakukan resusitasi
cairan
• Post pemberian cairan, ditemukan urin berwarna kuning
pekat
DASAR UNTUK MENENTUKAN JUMLAH CAIRAN YANG
DIBERIKAN SUDAH CUKUP…
DIAGNOSIS  LUKA BAKAR LISTRIK
JAWABAN:
C. JUMLAH URIN YANG KELUAR
• Diagnosis pada pasien ini adalah Luka Bakar
Listrik, atas dasar adanya:
• Adanya luka bakar akibat listrik tegangan tinggi
• Pada pasien dengan luka bakar listrik, seringkali
didapatkan luas luka bakar tidak begitu luas,
sehingga untuk resusitasi cairan, tidak dapat
sepenuhnya menggunakan Parkland formula
• Resusitasi cairan diberikan untuk
mempertahankan urine output 1.5-
2cc/kgBB/menit, agar dapat mengeluarkan
myoglobin akibat proses rabdomyolisis.
• Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah C.
Jumlah urin yang keluar
• Metode BaxterMerupakan dasar dari pembuatan
formula Parkland
• BB Penderitavariable yang diperhitungkan untuk
menetapkan target urine output
• Luas luka bakarpada luka bakar listrik seringkali tidak
sesuai dengan keruskaan jaringan yang sebenarnya
• kesadaran pasiendinilai pada saat primary survey
LUKA BAKAR LISTRIK

KERUSAKAN JARINGAN DISEBABKAN :


1. ALIRAN LISTRIK (ARUS BOLAK BALIK/AC)
MERUPAKAN ENERGI DALAM JUMLAH BESAR. KERUSAKAN DAPAT
EKSTENSIF LOKAL MAUPUN SISTEMIK.

2. LONCATAN ENERGI
DITIMBULKAN OLEH UDARA YANG BERUBAH MENJADI API

3. KERUSAKAN JARINGAN
AKIBAT KERUSAKAN SISTEM PEMBULUH DARAH SEPANJANG YANG
DIALIRI LISTRIK (TROMBOSIS)
TYPES OF ELECTRICAL INJURY

Electrical injury

Arc Injury
High voltage
Low voltage (flash burn
(>1000V) Lightning
(<1000V) type
injury)
HIGH VOLTAGE VERSUS LOW VOLTAGE

• High voltage (>1000V) injuries tend to have higher


rates of complications
• Amputations, fasciotomies
• Compartment syndrome
• Longer hospital stays, ICU stays, mechanical ventilation
• Cardiac dysrhythmias, acute renal failure
• Higher body surface area burn
CLINICAL FEATURES

• Special case as is a massive current


• impulse for a very short time
• Short time duration means minimal burns, tissue destruction
• Main cause of death is cardiac arrest http://www.forensicmed.co.uk/wounds
/bu rns/chemical-and-electrical-burns/
• Higher mortality than other electrical injuries (accessed July 2012)

• Skin
• Thermal burns at contact points
• Kissing burn – current causes flexion of
extremity  burns at flexor creases
• Burns around mouth common in
children who chew on electrical cord
• Careful with these as separation of Rosen’s Emergency Medicine. Chapter
eschar can cause delayed bleeding of 140 page 1897 -see references at end of
presentation for full reference
labial artery
CLINICAL
FEATURES • Psychiatric
• Head and neck
• PTSD, depression, chronic fatigue
• Tympanic membrane rupture
• displacement of ossicles • Nervous system
• Temporary hearing loss • Brain
• Cataracts – may happen immediately • Loss of consciousness (usually
or be delayed transient)
• Respiratory arrest
• Cardiovascular system • Confusion, flat affect,
• Dysrhythmias – asystole, VF  memory
problems (anterograde
• cardiac arrest amnesia)
• May also cause transient ST elevation, QT • Seizures
prolongation, PVCs, Atrial fibrillation, • Spinal cord injury either
bundle branch blocks immediate or
delayedparaesthesias
• Keraunoparalysis – transient
paralysis of lower limbs
(sometime upper) that are cold,
mottled, blue and pulseless –
usually self resolves in few hours
LIGHTNING INJURIES - BURNS

4 patterns of burns http://www.scienceinseconds.com


/blog/By-the-Power-of-Zeus
(accessed July 2012)
 Linear
 Punctate http://atlas-
emergency-
 Feathering medicine.org.ua/ch.1
6.htm (accessed
July 2012)
 Thermal

http://atlas-
emergency-
medicine.org.ua/ch.1 Feathering
6.htm (accessed
July 2012)

Punctate

Linear
Out of ED INITIAL
hospital MANAGEMENT
management • ABCs, ACLS, trauma
management as needed
• Ensure scene safety • Fluid resuscitation
• Careful for live lines • Parkland formula not helpful
on here as surface wounds not
the scene reflective of more extensive
• ACLS protocols as internal damage
• Fluids to maintain urine
needed output 1-1.5 cc/kg/hrfor
• Fluid resuscitation with rhabdomyolysis management
saline or ringers • ECG
lactate
• Analgesia!
• Spine immobilization if
suspected trauma
CARDIAC MONITORING

Low voltage injury Loss of High voltage injury


< 1000 V consciousness > 1000 V
or
Normal ECG
Documented Normal ECG
dysrhythmia
Discharge home or
??
Abnormal ECG
Low risk patients Intermediate
risk
Admission with telemetry patients

High risk patients


OTHER CARDIAC ISSUES
• Time of monitoring
not known – usually
up to 24 hours, but
data limited
• CK-MB may not be
accurate at
diagnosing cardiac
injury

Electrical Injuries: A Review For The Emergency Clinician Czuczman AD, Zane RD. October 2009; Volume
11, Number 10
29.

Pasien pria datang ke IGD setelah olahraga futsal, mengeluh nyeri pada
pergelangan kaki setelah melakukan manuver shoot, terasa seperti tertembak
peluru. Pada pemeriksaan tidak bisa plantar flexi, dan nyeri pada perabaan
pergelangan kaki. Dokter mendiagnosis pasien menderita ruptur tendo Achilles.
Dimanakah lokasi ruptur tendo Achilles yang paling sering?
• 1-2 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 1-3 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 2-6 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 6-7 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 7-9 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• Pasien pria datang ke IGD setelah olahraga futsal, mengeluh
nyeri pada pergelangan kaki setelah melakukan manuver
shoot, terasa seperti tertembak peluru.
• PF: tidak bisa plantar flexi, dan nyeri pada perabaan
pergelangan kaki
• Dokter mendiagnosis pasien menderita ruptur
tendo Achilles

LOKASI RUPTUR TENDON ACHILLES TERSERING…


DIAGNOSIS  RUPTUR TENDON ACHILLES
JAWABAN:
C. 2-6 CM PROKSIMAL DARI INSERSI TENDON
• Pada soal telah disebutkan bahwa diagnosis pasien
adalah rupture tendon achilles, hal ini didukung
pula dengan adanya
• nyeri pada pergelangan kaki setelah trauma (saat futsal)
• tidak dapat melakukan plantar fleksi.
• Secara anatomis, daerah yang sering mengalami
rupture pada tendon achilles adalah 2-6cm
proksimal dari insersi tendon achilles
• Daerah tersebut merupakan daerah yang
hipovaskuler
• 1-2 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 3-4 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 5-6 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 6-7 cm proksimal dari insersi tendo Achilles

• PILIHAN JAWABAN LAIN TIDAK TEPAT


DIAGNOSIS

• Weakness in plantarflexion
• Gap in tendon
• Palpable swelling
• Positive Thompson test
• Rupture usually occurs 2-6
cm above the calcaneal
insertionat the
hypovascular region
miller's review of orthopaedics 7th ed 2016
30.

Pasien anak laki-laki usia 11 tahun datang dengan keluhan benjolan di pinggang
kanan sejak 1 bulan yang lalu, terdapat riwayat demam dan berat badan semakin
menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa keras dan terfiksasi pada
spina iliaka kanan. Pada pemeriksaan X-ray didapatkan bone destruction dan
osteolitik pada spina iliaca. Diagnosa pasien ini adalah...
• Ewing sarcoma
• Osteosarcoma
• LBP ec RA juvenil
• Leiomyosarcoma
• Liposarcoma
• Anak laki-laki usia 11 tahun, dengan keluhan benjolan di
pinggang kanan sejak 1 bulan yang lalu
• Terdapat demam dan berat badan semakin menurun
• PF: massa keras dan terfiksasi pada spina iliaka kanan.
• X-ray: bone destruction dan osteolitik pada spina iliaca.

DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS  EWING SARKOMA
JAWABAN:
A. EWING SARKOMA
• Diagnosis pasien ini kemungkinan adalah
Ewing sarkoma, karena terdapat keluhan:
– Anak laki-laki usia 11 tahun
– benjolan di pinggang kanan sejak 1 bulan yang lalu
– Terdapat gejala sistemik: demam dan berat badan
turun
– PF: massa keras dan terfiksasi pada spina iliaka
kanan.
– X-ray: bone destruction dan osteolitik pada spina
iliaca.
• Tulang pelvis merupakan lokasi sering timbul
ewing sarkom 24.7%
• Osteosarcomajarang timbul pada tulang pelvis
(15%), lebih sering pada distal femur atau
proksimal tibia.
• LBP ec RA juveniltidak menyebabkan timbulnya
massa yang keras, lebih sering terkena pada
sendi ekstremitas
• Leiomyosarcomakeganasan pada otot polos,
sangat jarang pada anak-anak, dan mengenai organ
visceral seperti uterus
• Liposarcomakeganasan yang berasal dari lemak
bawah kulit, umumnya ditemukan didaerah yang
banyak lemak, seperti gluteus dan trunkus
posterior
EWING’S SARCOMA

• Ditemukan oleh James Ewing (1921)


• Tumor tulang tersering kedua pada anak-anak
• Ewing’s Sarcoma Family of tumors:
– Ewing’s sarcoma (Bone –87%)
– Extraosseous Ewing’s sarcoma (8%)
– Peripheral PNET(5%)
– Askin’s tumor
• Epidemiologi
– Meliputi 2% kejadian kanker malignansi pada anak
– Terjadi pada dekade kedua (80% udia 5-25thn)
– Laki-laki:Perempuan 1,3:1 <10thn, 1,6:1 >10thn
– Jarang pada ras Afro-amerika dan asia

491
PATOLOGI DAN SITOGENETIK

• Satu dari sekian banyak tumor


‘small round blue cell’ tumors
yang terlihat pada anak-anak.
• Tidak berdiferensiasi dengan
baik
• Tidak diketahui asalnya,
kemungkinan dari sel
progenitor neural crest
• Abnormalitas sitogenetik
t(11;22) (q24;q12) tampak
pada 90-95% kasus
GEJALA
KLINIS
• Nyeri dan Bengkak pada area yang
terkena

• Dapat terjadi gejala sistemik,


seperti:
– Demam
– Anemia
– Penurunan berat badan
– Elevated WBC & ESR,LDH

• Sering kali didiagnosis dalam jangka


waktu paling lama untuk kasus tumor
solid pada anak-anak. (Rata-rata 146
hari)

• Fraktur patologis
Skull(3.8%)

LOKASI Scapula (3.8%)

Paling sering pada diafisis


atau metadiafisis

Aksis sentral (47%):


◦ pelvis, dinding dada,
tulang belakang, kepala
dan leher

Ekstrimitas (53%)

Penyebaran per kontuinutatum ke


jaringan sekitar atau metastasis
secara hematogen.
DIAGNOSTIC WORK-UP

Primary Staging
History & Physical Examination
Histo-pathology -Biopsy -Bone Marrow
-Genetics
-IHC
Imaging -X-ray -CT Thorax
-CT scan -Bone scan
-MRI -PET scan
Lab Test - Renal – RFT
- Cardiac – 2D-ECHO
IMAGING

• X-RAY
– Moth eaten lesion
– Lytic or mixed lytic-sclerotic areas
presentbone distruction
– Multi-Layered subperiosteal reaction
(onion skinning)
– Lifting of perioteum (codman’s
triangle)

• CT SCAN: bone destruction best


seen
• Intramedullary space
• extraosseous involvement
RADIOGRAPHIC FEATURES OF
EWING SARCOMA
• Bone destruction
(arrow)
• Layered periosteal
reaction (circle)
498
TATALAKSANA UMUM

Local Control Maintenance


Induction • Surgery • Chemotherapy
Chemotherap • Radiotherapy
y

Anda mungkin juga menyukai