MEI 2021
1.
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri pinggang kiri sejak 30
menit. Nyeri dirasakan mendadak setelah sepeda motor pasien di tabrak dari belakang. Pemeriksaan
tanda vital didapatkan TD 90/80 mmHg, Nadi 101 x/menit, Laju Napas 24 x/menit, Suhu 36.6 C.
Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok regio flank kiri (+) dan dari CT scan di dapatkan
pemeriksaan hematoma subkapsular ginjal kiri.
Diagnosis yang tepat pada kasus di atas adalah?
A. Ruptur ginjal grade I
B. Ruptur ginjal grade II
C. Ruptur ginjal grade III
D. Ruptur ginjal grade IV
E. Ruptur ginjal grade V
A. RUPTUR GINJAL GRADE I
Keyword :
• Laki-laki, 28 tahun
• Nyeri pada penisnya dan ereksi tidak berhenti sejak 5 jam yang lalu
• Preputium tidak dapat ditarik ke belakang
TRAUMA GINJAL
Moore EE, Shackford SR, Pachter HL, et al. Organ injury scaling: spleen, liver, and kidney. J Trauma 1989; 29: 1664–1666.
JAWABAN LAINNYA…
Seorang wanita berusia 55 tahun jatuh dari sepeda motor dan menapak dengan telapak tangan kanan.
Pergelangan tangan kanan terasa nyeri dan bengkak. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan fraktur
transversal pada tulang radius 2 cm proksimal dari garis sendi, ujung tulang menuju arah dorsal, angulasi
arah radius, dan avulsi processus styloideus ulna.
Jenis fraktur yang dialami pasien tersebut adalah?
A. Fraktur Monteggia
B. Fraktur Galeazzi
C. Fraktur Smith
D. Fraktur Colles
E. Fraktur Supracondyler humeri
D. FRAKTUR COLLES
Keyword :
• Wanita, 55 tahun
• Jatuh dari sepeda motor dan menapak dengan telapak tangan kanan
• Radiologi : fraktur transversal pada tulang radius 2 cm proksimal dari
garis sendi, ujung tulang menuju arah dorsal, angulasi arah radius,
dan avulsi processus styloideus ulna
FRAKTUR DISLOKASI “MU GR” “CD VS”
• Fraktur Monteggia :
• Fraktur ulna bagian proximal dan disertai dislokasi Caput radii
• Fraktur Galleazi :
• Fraktur radius bagian distal disertai dislokasi radio ulna joint bagian distal
• Fraktur Colle’s :
• Fraktur radius satu inchi dari sendi pergelangan tangan fragmen distal
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke IGD karena kecelakaan lalu lintas 3 jam yang
lalu karena terbentur stang. Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,
pemeriksaan tanda vital TD 100/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, Laju Napas 20 x/menit, Suhu
37
C. Pasien mengeluh tidak bisa miksi dan terdapat bekas darah kering pada meatus uretra
eksterna dan jejas menyerupai kupu-kupu di area perineum.
Diagnosis yang terdapat pada kasus tersebut adalah?
A. Ruptur buli
B. Ruptur ureter
C. Ruptur uretra anterior
D. Ruptur uretra posterior
E. Ruptur prostat
C. RUPTUR URETRA ANTERIOR
•Keyword :
• Laki-laki, 40 tahun
• Kecelakaan lalu lintas 3 jam yang lalu karena
terbentur stang
• Tidak bisa miksi dan terdapat bekas darah kering
pada meatus uretra eksterna
• Jejas menyerupai kupu-kupu di area perineum
TRAUMA URETRA
• Diagnosis :
• Sering terjadi pada laki - laki, biasanya berkaitan
dengan fraktur pelvis atau straddle injury
• Pembagian :
• Trauma Uretra Anterior
• Straddle injury, meatal bleeding
• Pemeriksaan Fisik : hematoma daerah
perineum; butterfly hematom
Seorang pria 28 tahun mengeluhkan nyeri pada penisnya dan ereksi tidak berhenti sejak 5 jam yang lalu.
Keluhan dirasakan setelah pasien menggunakan obat yang disuntikkan di batang penis pasien yang dibelinya
dari toko online. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, Laju Napas 20
x/menit, Suhu 37 C. Pada pemeriksaan didapatkan penis ereksi dengan glans penis lunak.
Apa kelainan yang dialami pasien?
A. Priapismus
B. Ereksi fase detumesen
C. Peyroni disease
D. Fraktur penis
E. Disfungsi ereksi
A. PRIAPISMUS
•Keyword :
• Laki-laki, 28 tahun
• Nyeri pada penisnya dan ereksi tidak berhenti sejak 5
jam yang lalu
• Preputium tidak dapat ditarik ke belakang
PRIAPISMUS
Definisi : Merupakan keadaan dimana penis terus dalam posisi ereksi
dan tak berhubungan dengan stimulasi seksual (lebih dari 4 jam)
Etiologi :
• Primer (idiopatik)
• Sekunder
• Hematologi
• Neurologi
• Tumor (metastatic cancer)
• Trauma perineal, pelvic, penis
• Iatrogenik
• Obat-obatan (antikoagulan, antihipertensi, antidepressant, injeksi intrakaverna,
alpha-blocker, metilfenidat, kokain)
• Infeksi
• Penyakit metabolik
• Non-ischemic / High-flow
• Penis tidak terlalu kaku, tidak terlalu nyeri
• Aliran darah cukup
• Riwayat trauma (+) penis atau perineum (straddle injury)
© FDI2021
D. INFERTILITAS
Keyword :
• Laki-laki, 23 tahun
• Selangkangan kiri tertarik sejak 5 hari yang
lalu skrotum kir
• G e n italia eksterna : sirkumsisi (+), i
p alp asi didapatkan bentukan seperti
cacing
Varikokel Hidrokel Kista Epididimis Orkitis Luetika
• Kesan teraba berkelok- • Transluminasi (+) • Kista pada epididimis • Sifilis stadium IV
kelok seperti kumpulan berisi cairan pada bersifat tembus cahaya • Pembengkakan testis
cacing tunika vaginalis sekitar pada transluminasi kronik di seluruh testis
• Faktor kausal gangguan skrotum
fertilitas
© FDI2021
6.
Smith
Urology
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
• 1. Blunting (tumpul)
• 2. Flattening (datar)
• 3. Clubbing (menonjol)
• 4. Balooning (menggembung)
Smith
Urology
7.
• Terapi konservatif
• Perawatan preputium rutin
• J a g a kebersihan glans penis
• Lakukan retraksi rutin saat mandi
• Sirkumsisi
Bisa d ila kukan di p uskesma s
(sta nd a rd
kompetensi 4A)
d e n g a n salep
Indikasi steroid,
: fimosis parafimosis,
patologis, ISK berulang,
kegagalan terapi
b a la noposthitis b e rat d a n b e rula ng, fimosis
fisiologis yang persisten hingga remaja
Keyword :
•Laki-laki, 15 tahun
•Keluhan nyeri pada kaki kanan
•Pemeriksaan radiologididapatkan
tampakan sunburst appearance
OSTEOSARCOMA
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada daerah
skrotum, keluhan timbul mendadak sejak 1 jam yang lalu. Dari hasil pemeriksaan
tampak skrotum kanan lebih tinggi dan horizontal dibandingkan skrotum kirinya.
TD: 120/80mmHg, N:88x/m Tax: 36,6oC. hasil USG dopler: Aliran arah (-).
Golden period pada pasien tersebut adalah?
A. 7 jam
B. 5 jam
C. 4 jam
D. 3 jam
E. 2 jam
B. 5 JAM
Keyword :
• Laki-laki, 28 tahun
• Nyeri pada daerah skrotum, keluhan timbul mendadak
sejak 1 jam yang lalu
• Skrotum kanan lebih tinggi dan horizontal dibandingkan
skrotum kirinya
• Hasil USG dopler: Aliran arah (-).
TORSIO TESTIS
• Diagnosis :
• Sering terjadi pada usia muda dengan onset akut terutama
saat bangun tidur, setelah berolahraga dan setelah terjadi trauma skrotum.
• Klinis:
• Nyeri hebat
• Posisi testis lebih tinggi, lebih mendatar/horizontal
• Testis bengkak, kemerahan
• Demam (-)
• Pemeriksaan Fisik
• Phren’s Test (-)
• Penunjang
• USG Doppler
vaskularisasi
menurun Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC
TORSIO TESTIS EPIDIDIMO-ORCHITIS
Onset Akut Gradual
Phren’s Test Semakin sakit / (-) Sakit berkurang / (+)
Reflek Cremaster (-) (+)
Urinalisis Steril Bakter dan Leukosit (+)
USG Doppler Vaskularisasi menurun Vaskularisasi meningkat
• Terapi
• Tatalaksana definitif : bedah detorsi dengan onset 6 jam sejak
gejala
• Orkidopeksi bila masih viabel
• Orkidektomi dan orkidopeksi kontralateral bila non-viabel
Seorang laki laki berusia 35 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada buah
pelir sejak 1 jam yang lalu. Buah pelir kiri lebih horizontal dibanding kanan. Pada
saat pemeriksaan fisik buah pelir kiri diangkat nyeri tetap terasa. Pemeriksaan tanda
vital didapatkan TD 110/80 mmHg, Nadi 72 x/menit, Laju Napas 20 x/menit, Suhu
36.5 C.
Nama pemeriksaan pada kasus di atas adalah?
A. Bragard test
B. Blumberg test
C. Phren test
D. Thompson test
E. McMurray test
C. PHREN TEST
Keyword :
• Laki-laki, 35 tahun
• nyeri pada buah pelir sejak 1 jam yang lalu
• Buah pelir kiri lebih horizontal dibanding kanan
• Pada saat pemeriksaan fisik buah pelir kiri diangkat nyeri tetap
terasa
TORSIO TESTIS
• Diagnosis :
• Sering terjadi pada usia muda dengan onset akut terutama
saat bangun tidur, setelah berolahraga dan setelah terjadi trauma skrotum.
• Klinis:
• Nyeri hebat
• Posisi testis lebih tinggi, lebih mendatar/horizontal
• Testis bengkak, kemerahan
• Demam (-)
• Pemeriksaan Fisik
• Phren’s Test (-)
• Penunjang
• USG Doppler
vaskularisasi
menurun Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC
TORSIO TESTIS EPIDIDIMO-ORCHITIS
Onset Akut Gradual
Phren’s Test Semakin sakit / (-) Sakit berkurang / (+)
Reflek Cremaster (-) (+)
Urinalisis Steril Bakter dan Leukosit (+)
USG Doppler Vaskularisasi menurun Vaskularisasi meningkat
• Terapi
• Tatalaksana definitif : bedah detorsi dengan onset 6 jam sejak
gejala
• Orkidopeksi bila masih viabel
• Orkidektomi dan orkidopeksi kontralateral bila non-viabel
Seorang anak laki-laki usia 7 tahun da t an g bersama kedua orang tuanya ke poli
anak d en g a n keluhan bengkak kedua kelopak m a t a d a n kaki sejak 4 hari yang lalu.
Keluhan disertai BAK berbuih. Riwayat d e m a m disangkal. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan e d e m a periorbita bilateral d a n pitting e d e m a (+)tungkai bilateral, t anda
vital didapatkan TD 132/70, nadi 88x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.7C. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan albumin 2,1 g/dl, proteinuria +++, LDL 110. Apa
yang diharapkan dari tatalaksana prednisone dosis penuh selama 4 minggu pada
anak…
a. Proteinuria < 4 mg/m2 lpb/jam 3 hari berturutan da l a m seminggu
b. Proteinuria < 7 mg/m2 lpb/jam 5 hari berturutan da l a m seminggu
c. Proteinuria < 10 mg/m2 lpb/jam 3 hari berturutan da l a m seminggu
d. Hematuria negatif
e. Pitting e d e m a negatif
A. PROTEINURIA < 4 MG/M2 LPB/JAM 3 HARI BERTURUTAN
DALAM SEMINGGU
•Keyword:
• Seorang an a k laki-laki usia 7 tahun, keluhan bengkak k e d u a kelopak
mata dan
• kaki sejak 4 hari y ang lalu.
• Keluhan disertai BAK berbuih.
• Riwayat d e m a m disangkal.
• PF: e d e m a periorbita bilateral d a n pitting e d e m a (+)tungkai bilateral,
t a n d a vital
• didapatkan TD 132/70, nadi 88x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.7C.
• Hasil pemeriksaan laboratorium : albumin 2,1 g/dl, proteinuria +++, LDL
110.
•Hasil yang diharapkan dari tatalaksana prednisone dosis penuh selama 4 minggu
•pada anak…
SINDROMA NEFROTIK
Sumber : Konsensus Tata Laksana Sindoma Nefrotik pada Anak, IDAI, 2012
• Penatalaksanaan :
• Medikamentosa : Prednison dosis awal 60 mg/m2/hari d al am 3
dosis selama 4 minggu dilanjutkan 2/3 dosis awal sebanyak
single dose selang sehari selama 4-8 minggu
• Suportif :
• Diuretik : Furosemid 1-2 mg/kgBB/hari
• Antihipertensi
• Tirah baring
• Diet rendah garam (1-2 g/hari) protein normal (1,5-2 g/kgBB/hari)
• Albumin 0.5g/kgBB/hari
Sumber: PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Interna Publishing: Jakarta
• Pengaruh glukokortikoid terhadap Bone Mineral Density
(BMD) dapat diukur dengan akurat menggunakan dual-
energy X-ray absorptiometry (DXA) pada tulang
belakang lumbal, tulang femur proksimal, dan lengan
bawah distal.
• Perubahan dini penurunan massa tulang akibat
glukokortikoid terjadi pada tulang belakang karena lebih
banyak tersusun oleh tulang trabekular.
• Pemeriksaan BMD dan DXA dianjurkan segera
dilakukan pada subjek yg mendapat terapi
glukokortikoid.
Sumber: PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Interna Publishing: Jakarta
PENATALAKSANAAN
Sumber: PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Interna Publishing: Jakarta
JAWABAN LAINNYA…
Keyword:
• Anak Mark, 8 tahun, urin tampak berwarna
kemerahan sejak 2 hari yg lalu.
• 10 hari lalu, pasien sempat batuk-batuk d a n
kemudian beli ob at batuk di toko obat.
• Pem eriksa a n fisik : tekan a n dara h 140/90 mmHg, nadi
90x/menit, suhu 37C, kedua kelopak m a t a tampak
a g a k sembab
Pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan untuk
menegakkan diagnosis pada pasien ini adalah…
GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA
STREPTOKOKUS (GNAPS)
• Sindroma nefritik (hematuria, e d e m a , hipertensi, azotemia)
SETELAH a d a n y a infeksi oleh bakteri Streptococcus Beta
Hemolitikus grup A p a d a saluran nafas d a n kulit.
• Gejala :
• Riwayat ISPA (faringitis) d a n kulit (pioderma) 1-2 minggu
sebelumnya
• Bengkak di k e d u a kelopak m a t a d a n tungkai
• Kencing d a ra h (gross hematuria) a t a u seperti air c u c i a n
daging,
• jumlah berkurang (oliguria)
• P e m eriksa a n Fisik :
• Hipertensi
• E d e m a di k e d u a kelopak m a t a d a n tungkai
• Pemeriksaan Penunjang :
• Urinalisis : eritrosit (+++), proteinuria (+) (eritrosit > protein),
ditemukan silinder eritrosit
• DL : BUN d a n SK ↑
• Kadar ASTO ↑↑, kadar C 3 ↓↓
• Tatalaksana :
• Medikamentosa :
• Antibiotik Penicillin : Amoxicillin 50mg/kgBB/hari 3 dosis selama 10
hari
atau bila alergi : Eritromisin 30 mg/kgBB/hari 3 dosis selama 10 hari.
• Diuretik bila a d a retensi cairan (edema) d a n hipertensi
• Antihipertensi golongan ACE-inhibitor (renal protector)
• Supo rtif : Tirah baring
Sumber :
1. Pedoman Pelayanan Medik IDAI, 2011
2. Konsensus Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptokokus IDAI, 2012
JAWABAN LAINNYA…
Anak Bebe, perempuan 1 tahun, dibawa ibunya ke IGD karena sudah demam
tinggi sejak 2 hari lalu. Anak tampak rewel dan sulit makan. Keluhan juga
disertai muntah. Ibu menjelaskan bahwa pasien tampak seperti harus
mengedan ketika akan buang air kecil dan urin berbau menyengat. Keluhan
ini sudah ada sejak 1 minggu lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39.5C,
nadi 110x/menit, nafas 24x/menit, dan berat badan 8 kg. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 12, leukosit 16000, trombosit 180.000. Urinalisis :
leukosit 10-15/lbp, eritrosit 2-3/lpb, leukosit esterase (++). Tatalaksana yang
tepat pada pasien ini adalah…
A. C efixime oral
B. C otrimoxazole oral
C. C otrimoxazole IV
D. Gentamisin IV
E. Ceftriaxone IV
E. CEFTRIAXONE IV
• Keywords:
• Anak Bebe,1 tahun, demam tinggi sejak 2 hari lalu
disertai sulit makan dan muntah.
• Pasien tampak seperti harus mengedan ketika akan
buang air kecil dan urin berbau menyengat sejak 1
minggu lalu.
• Pemeriksaan fisik : suhu 39.5C, nadi
110x/menit, nafas 24x/menit, dan berat
badan 8 kg.
• Hasil lab : Hb 12, leukosit 16000, trombosit
180.000.
• Urinalisis : leukosit 10-15/lbp, eritrosit 2-3/lpb, leukosit
Tatalaksana
esterase (++).yang tepat pada pasien ini adalah…
INFEKSI SALURAN KEMIH
Seorang anak usia 4tahun, dibawa ke poliklinik oleh ibunya karena testis sebelah kiri
lenih tinggi dari kanan, hal ini sudah ibu pasien sadari sejak bayi. Kadang testis teraba
setinggi pangkal tapi bisa dikembalikan ke skrotum .Diagnosa pasien ini?
A.Hidrokel
B.Kriptokidismus
C.Torsio Testis
D.Hernia inguinalis
E.Retractile Testis
E. RETRACTILE TESTIS
Keyword:
• Seorang anak usia 4tahun, dibawa ke poliklinik oleh ibunya karena testis sebelah
kiri lenih tinggi dari kanan, hal ini sudah ibu pasien sadari sejak bayi.
• Keadaan dimana testis tidak turun ke skrotum, disebabkan testis tidak turun
sempurna, atau memang tidak ada.
• Tatalaksana
• Ditunggu hingga usia 6bulan,bila masih belum turun maka dilakukan tindakan
bedah 1tahun setelahnya.
• Komplikasi : infertil
Tn. Tono 79thn datang ke IGD tidak bisa BAK sejak 8 jam lalu, biasanya pasien hanya
mengeluh sulit BAK sejak 6bulan terakhir. Setiap BAK pancaran lemah dan harus mengedan
dahulu. Tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada darah. Sering kali malam hari terbangun untuk
berkemih. Penatalaksanaan awal yang dilakukan pada pasien?
A. Sistotomi
B. Pasang Kateter
C. Pemberian obat 5-alfa reductase
D. Pungsi Suprapubik
Keyword:
• Tn. Tono 79thn datang ke IGD tidak bisa BAK sejak 8jam lalu, biasanya
pasien hanya mengeluh sulit BAK sejak 6bulan terakhir. Setiap BAK pancaran
lemah dan harus mengedan dahulu. Tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada
darah. Sering kali malam hari terbangun untuk berkemih.
Smith Urology
HIPERPLASIA
PROSTAT
• Post Miksi
• Dribbling : masih menetes
• Rasa tidak puas
• Terapi
• Pengobatan konservatif
• Pengambat adrenoreseptor alfa : alfazosin, prazosin, terazosin, tamsulosin
• 5-alfa reduktase inhibitor : dutasteride, finasteride
• Pembedahan
*diawali dengan membebaskan pasien dari retensi urin kateter
Smith Urology
18.
Ny. A 30thn, korban kecelakaan lalu lintas dibawa warga ke IGD setelah kecelakaan 1 jam lalu.
Pasien terjatuh dari sepeda motor, dan mengeluh tungkai kiri sakit. Didapatkan luka pada tungkai
kiri , terdapat krepitasi, luka berukuran 0,5cm, kontaminasi ringan. Tatalaksana pada pasien
ini?
A. ORIF
B. Fiksasi Besar
C. Eksternal Fiksasi
D. Wire
E. Benar Semua
A. ORIF
Keyword:
• luka pada tungkai kiri , terdapat krepitasi, luka berukuran 0,5cm,
kontaminasi ringan.
OF Grade 1
Pasien laki-laki 30thn datang dengan keluhan kaki kiri yang patah 5 bulan lalu, kaki masih terasa
nyeri pada daerah yang patah bila ditekan. Dilakukan rontgen nampak masih ada garis fraktur ada
kalus mulai terkalsifikasi. Diagnosa pasien ini?
A. Union
B. Mal Union
C. Delayed Union
D. Consolidation
E. Non - Union
A. UNION
Keyword:
Dilakukan rontgen nampak masih ada garis fraktur ada
kalus mulai terkalsifikasi.
• Union
• Perbaikan inkomplit, masih nyeri dan masih ada garis fraktur, kalus mulai terkalsifikasi
• Masih ada nyeri tekan pada daerah fraktur
• Delayed Union
• Tulang terlambat menyatu (3-5bulan)
• Non Union
• Lebih dari 6-8bulan tidak union, terbentuk pseudoarthrosis
• Consolidation
• Perbaikan sempurna, kalus sudah terosifikasi
• Mal-Union
• Fraktur sembuh waktu namun terdapat angulasi/ rotasi/ varus/valgus
tepat
pemendekan
• Tidak ada nyeri tekan
Tn. Tono 79thn datang ke IGD mengeluh sulit BAK sejak 6bulan terakhir. Setiap BAK pancaran
lemah dan harus mengedan dahulu. Sering kali malam hari terbangun untuk berkemih. Pada
pemeriksaan RT teraba prostat membesar bilateral dan kenyal.
Dilakukan pemeriksaan penunjang dan didapat hasil indensitasi kaudal buli. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada pasien ini?
A. USG
B. BNO-IVP
C. Uretrografi
D. CT Scan
E. BOF
B. BNO-IVP
Keyword:
• sulit BAK sejak 6bulan terakhir.
• Setiap BAK pancaran lemah dan harus mengedan dahulu.Sering kali
malam hari terbangun untuk berkemih.
• Pada pemeriksaan RT teraba prostat membesar bilateral
dan kenyal.
BPH
Dilakukan pemeriksaan penunjang dan didapat hasil indensitasi
kaudal buli.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini?
HIPERPLASIA PROSTAT
• Post Miksi
• Dribbling : masih menetes
• Rasa tidak puas
• Pemeriksaan Fisik : Rectal Touche
• Simetris
• Nyeri (-)
• Kenyal
• Terapi
• Pengobatan konservatif
• Pengambat adrenoreseptor alfa : alfazosin, prazosin, terazosin, tamsulosin
• Pembedahan
*diawali dengan membebaskan pasien dari retensi urin kateter
Buku Ajar Ilmu Bedah, ed. Hidayat S., de Jong. EGC
HIPERPLASIA PROSTAT
• Terapi
• Pengobatan konservatif
• Pengambat adrenoreseptor alfa : alfazosin, prazosin, terazosin, tamsulosin
Relaksasi otot polos prostat di leher buli, kapsul prostat dan uretra pars prostatika
• 5 alfa reduktase inhibitor : finasteride, dutasteride
mengurangi ukuran kelenjar prostat
• Pemeriksaan Penunjang
• BNO – IVP lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih
TATALAKSANA…
DIAGNOSIS TETANUS
JAWABAN:
B. HTIG SD +
METRONIDAZOL +
• Diagnosis pasien ini kemungkinan adalah Tetanus,
karena terdapat keluhan:
– Pasien laki-laki usia 10 tahun datang kejang dan tidak
dapat membuka mulut
– 2 hari sebelumnya pasien menginjak paku menutup
lukanya dengan plester
– PF: trismus (+), dan abdomen tegang
• Tatalaksana pada pasien ini:
– pemberian HTIG, karena luka sudah lebih dari 6 jam (2
hari), dan diberikan secara Single dose (SD)
– Metronidazoluntuk eliminasi bakteri C. tetani
– Diazepammengatasi kejang
– TT karena pada pasien ini tidak diketahui Riwayat
imunisasi pasien
• ATS SD + metronidazole+ diazepam+ TT
– ATS diberikan 2x, 50.000 iu diberikan IM diikuti dengan
50.000 unit dengan infus IV lambat
– sehingga pilihan ini tidak tepat
• ATS SD + metronidazole+diazepam
– ATS diberikan 2x
– Pasien perlu diberikan TT karena tidak diketaui Riwayat
imunisasi
• ATS 7 hari+ metronidazole+ diazepam+ TT
– Pemberian ATS salah2x
• HTIG 7 hari + metronidazole+ diazepam+ TT
– Pemberian HTIG SD
TATALAKSANA
TETANUS
1. Pemberian antitoksin tetanus
2. Penatalaksanaan luka
3. Pemberian antibiotika
4. Penanggulangan kejang
5. Perawatan penunjang
6. Pencegahan komplikasi
TATALAKSANA
TETANUS
1. Manajemen Luka
• Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen.
• Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.
• TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 tahun jika
riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat diberikan.
• Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu, maka
tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan. Keparahan luka bukan
faktor penentu pemberian TIg
Luka Rentan Tetanus Luka yang tidak rentan tetanus
• > 6-8 jam • < 6 jam
• Kedalaman > 1 cm • Superfisial < 1 cm
• Terkontaminasi • Bersih
• Bentuk stelat, avulsi, atau hancur • Bentuknya linear, tepi tajam
(irreguler) • Neurovaskular intak
• Denervasi, iskemik • Tidak infeksi
• Terinfeksi (purulen, jaringan
nekrotik)
LANJUTAN...
2. Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.
3. Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara, cahaya-
ruangan redup dan tindakan terhadap penderita.
4. Diet cukup kalori dan protein
– 3500-4500 kalori per hari
– 100-150 gr protein
– Bila ada trismus, makanan dapat diberikan per sonde atau parenteral
5. Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu.
6. Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan respon
klinis. Diazepam atau Vankuronium 6-8 mg/hari.
– Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan diazepam
dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum
10mg/kali diulang setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian
Diazepam per oral (sonde lambung) dengan dosis 0,5/kgBB/kali sehari
diberikan 6 kali. Dosis maksimal diazepam 240 mg/hari.
– Bila masih kejang (tetanus yang sangat berat), harus dilanjutkan dengan
bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat ditingkatkan sampai
480 mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik, dengan atau tanpa
kurarisasi.
– Magnesium sulfat dapat pula dipertimbangkan digunakan bila ada
gangguan saraf otonom.
7. Eliminasi Unbound Toxin LANJUTAN...
a) ATS
– Hanya efektif pada luka baru (< 6 jam)
– Skin tes untuk hipersensitif
– Dosis biasa 50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan
infus IV lambat
– Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian antitoksin
dapat disuntikkan di sekitar luka.
b) HTIG
– Dapat dilakukan penyuntikan meskipun luka sudah > 6 jam
– Hanya efektif untuk eliminasi unobpund toxin, sedangkan toksin yang
sudah berikatan dengan sel tubuh tidak dapat di eliminasi.
– Dosis tunggal 3.000 IU – 6.000 IU
– Tidak diperlukan skin test
8. Eliminasi bakteri
– DOC: Penisilin berikan prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6
jam selama 10 hari.
– Alergi penisilin Tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10
hari
– dapat mengeradikasi Clostridium tetani tetapi tidak dapat
mempengaruhi
proses neurologisnya.
9. BILA DIJUMPAI ADANYA KOMPLIKASI PEMBERIAN
ANTIBIOTIKA SPEKTRUM LUAS
Pasien laki-laki usia 62 tahun datang dengan keluhan sulit buang air kecil.
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter mendiagnosis
pasien menderita BPH. Selain itu pasien juga mengatakan memiliki
riwayat hipertensi. Pasien juga meminta obat antihipertensi yang juga
memiliki efek terhadap BPH. Obat apa yang dapat diberikan pada pasien ?
• A. Tamsulosin
• B. Prazosin
• C. Finasteride
• D. Atenolol
• E. Durasteride
• Pasien laki-laki usia 62 tahun datang dengan keluhan
sulit buang air kecil.
• Dokter mendiagnosis pasien menderita BPH
• Pasien juga memiliki riwayat hipertensi
• Pasien juga meminta obat antihipertensi yang juga
memiliki efek terhadap BPH
OBAT YANG DAPAT DIBERIKAN…
DIAGNOSIS BPH DENGAN HIPERTENSI
JAWABAN:
B. PRAZOSIN
• Pada soal, telah disebutkan bahwa pasien di
diagnosis sebagai BPH, dan memiliki Riwayat
hipertensi.
• Pada pasien BPH dengan hipertensi, maka dapat
diberikan α1 blocker nonspecific seperti prazosin,
terazosin, dan doxasozin.
– Ketiga obat ini telah dipakai sebelumnya sebagai
antihipertensi, dan memiliki efektivitas yang baik pula
pada tatalaksana BPH
• Sehingga, pilihan jawaban yang tepat
adalah B. Prazosin
• Tamsulosintermasuk α1A blocker, obat ini secara
spesifik hanya menghambat reseptor α yang
berada di saluran kemih, sehingga memiliki efek
minimal terhadap penurunan tekanan darah
• Finasteride dan Durasteridetermasuk kedalah 5α
reductase inhibitor, keduanya berfungsi untuk
menghambat pembentukan testosterone sehingga
dapat menghambat pembesaran prostat, dan tidak
memiliki efek terhadap tekanan darah
• Atenololtermasuk β blocker, tidak memiliki efek
terhadap BPH
HYPERTENSION AND BPH
• BPH is often encountered in • Alpha Blocker therapy for BPH
aging men, and it is the have an appropriate and
most common urological beneficial effect on BP, especially
disorder. in baseline hypertensive patients
• The prevalence of BPH and • Prazosin, Terazosin and
Doxazosin are established agents
hypertension increases with in the therapy of hypertension,
age and are also effective drugs in
• An estimated 25% of men the treatment of BPH
aged >60 years have – In one study, prazosin and terasozin
concomitant BPH and show no significant changes in
systolic or diastolic blood pressure
hypertension in normotensive patient, but show
significant decreases in blood
pressure in hypertensive patient
Tsujii T. Comparison of prazosin, terazosin and tamsulosin in
• Tamsulosin has minimal effect
thetreatment of symptomatic benign prostatic hyperplasia:A short-term
open, randomized multicenter stud. Int J Urol. 2000, June
on blood pressure
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10843450/
Lee, S H et al. “Effects of α-blocker 'add on' treatment on blood pressure in symptomatic BPH with or without concomitant hypertension.” Prostate cancer
and prostatic diseases vol. 13,4 (2010): 333-7. doi:10.1038/pcan.2010.19
• Another comparative
study between
Doxazosin, Terazosin,
Alfusozin and
tamsulosin in the
decrease of blood
pressure, shows
– Doxazosin Decreased
BP more significant than
other alpha blocker in
hypertensive group
Lee, S H et al. “Effects of α-blocker 'add on' treatment on blood pressure in symptomatic BPH with or without concomitant hypertension.” Prostate cancer
and prostatic diseases vol. 13,4 (2010): 333-7. doi:10.1038/pcan.2010.19
23.L
Pria 25thn datang dengan keluhan nyeri hebat pada pergelangan kaki kiri, hal ini
terjadi setelah pasien melompat dari ketinggian ,
pada pemeriksaan fisik tampak pergelangan kaki kiri bengkak, terdapat
cekungan, dan saat dilakukan penekanan pada betis pasien didiagnosa Ruptur
tendon achilles. Hasil Pemeriksaan dan arti pemeriksaan yang tepat pada
pasien ini?
A. McMurray Test (-) tidak terjadi dorso fleksi
Keyword:
• keluhan nyeri hebat pada pergelangan kaki kiri, hal
ini terjadi setelah pasien melompat dari ketinggian
• Pergelangan kaki kiri bengkak, terdapat cekungan
• saat dilakukan penekanan pada betis pasien,
pasien didiagnosa Ruptur tendon achilles.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS GIANT CELL TUMOR
JAWABAN:
B. GIANT CELL TUMOR
• Diagnosis pasien ini kemungkinan adalah Giant cell
tumor, karena terdapat keluhan:
– Perempuan 35 tahun, dengan benjolan pada sendi jari
telunjuk tangan kanan sejak 1 tahun yang lalu, tidak
nyeri.
– 2 tahun sebelumnya telunjuk pasien pernah terkilir saat
bermain tenis.
– Lab: asam urat 4 mg/dl, Rheumatoid factor (-)
– Foto polos: tampak massa soft tissue berbatas jelas dengan
erosi pada tulang.
– Pemeriksaan makroskopis: nodul berdiameter 2 cm,
berbatas tegas, berlobus-lobus, padat, berwarna putih abu-
abu
– Pemeriksaan mikroskopis: sel-sel histiosit, makrofag,
• Nodular fasciitis massa berlapis, secara
mikroskopik terlihat gambaran spindel
• Tophus massa warna putih seperti kristal dan
tidak menyebabkan erosi tulang
• Rheumatoid arthritis tidak dipilih karena
pada pasien didapatkan RF (-), pada RA
biasanya RF (+), dan didapatkan artritis yang
multiple bilateral
• Osteoblastoma pada anak2, dominan terdiri
dari sel osteoblast ganas
GIANT CELL
TUMOR
• A benign aggressive • Location
tumor typically found in – distal femur > proximal
the metaphysis of long tibia > distal radius >
bones, often around the sacral ala
knee, in young adults – phalanges of the hand is
• more common also a very common
location
in females (unlike most
bone tumors which
show male
predominance)
• ages 30-50 years
www.pathologyoutlines.com/topic/bonegiantcelltumor.html
RADIOGRAPHIC
• Eccentric lytic
epiphyseal/metaphysea
l lesion
• Often extends into the
distal
epiphysis and borders
subchondral bone
www.pathologyoutlines.com/topic/bonegiantcelltumor.html
GROSS PATHOLOGY-
HISTOPATHOLOGY
• Grossly, GCT of bone • Numerous osteoclast-
appears grey or type giant cells
brownish in colour and • Hemosiderin deposition
is usually solid and reactive bone
• Some tumours may • Macrophages and
have a haemorrhagic, histiocytes
cystic component
CAMPANACCI’S RADIOLOGICAL
GRADING
Grade I – Cystic lesion
Grade II – Cortex thin but not perforated
Grade III – Tumour extended into surrounding soft tissue
Stage II 70%
(Active) Benign, symptomatic, Pathological #s may occur
www.pathologyoutlines.com/topic/bonegiantcelltumor.html
TREATMENT (GRADE-I AND
GRADE-II)
(1) Only curettage.
(2) Curettage + bone grafting.
(3) Curettage + bone grafting + liquid nitrogen
(cryosurgery).
(4) Extended aggressive curettage + Phenol /
argon beam coagulation / bone cementing.
Grade-III – Resection +
Reconstructions
Resection : En Block (Joints lost)
www.pathologyoutlines.com/topic/bonegiantcelltumor.html
25.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS GAGAL GINJAL AKUT
JAWABAN:
A. GAGAL GINJAL AKUT PRE RENAL
• Adanya keluhan berupa penurunan
kesadaran + tidak mau makan dan minum +
mual dan muntah syok hipovolemik
• Adanya anuria sejak 12 jam terakhir
gagal ginjal akut pre renal karena
disebabkan oleh kondisi hipovolemik pada
pasien ini
• Gagal ginjal akut renal biasanya disebabkan
oleh glomerulonefritis, dapat juga berupa akut
tubular nekrosis jika ditemukan muddy brown
cast
• Gagal ginjal akut post renal biasanya
disebabkan oleh batu atau sumbatan saluran
kemih
• Gagal ginjal kronis didapatkan adanya
anemia atau atrofi ginjal
• Gagal ginjal kronis eksaserbasi akut anemiai
atau atrofi ginjal + tanda-tanda gagal ginjal akut
GANGGUAN GINJAL AKUT
Definisi
• Klasifikasi
Klasifikasi interdisipliner internasional yang pertama kali untuk GGA adalah kriteria
RIFLE yang diajukan oleh The Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI). Kemudian ada
upaya dari kelompok Acute Kidney Injury Network (AKIN) untuk mempertajam
kriteria RIFLE sehingga lebih awal dikenali.
ACUTE KIDNEY INJURY
GGA • disebabkan oleh berbagai kondisi yang
menimbulkan hipoperfusi ginjal → penurunan
PRERENAL fungsi ginjal tanpa ada kerusakan parenkim
(~55%) yang berarti.
Mekanisme GGA. ( Sumber: Lattanzio, M.R. dan Kopyt, N.P., 2009. New Concepts in Definition, Diagnosis, Pathophysiology, and Treatment, J Am
Osteopath Assoc, 109:13-19.).
TANDA DAN GEJALA GGA
Organ Temuan klinis
Kulit Livido reticularis, iskemia jari-jari, butterfly rash, purpura, vaskulitis sistemik.
Maculopapular rash ditemukan pada nefritis interstitial alergi.
Mata Keratitis, iritis, uveitis, konjungtiva kering: ditemukan pada vaskulitis autoimun.
Jaundice: penyakit liver.
Band keratopathy (karena hiperkalsemia): mieloma multipel.
Retinopati diabetes.
Retinopati hipertensi.
Atheroemboli.
Gambaran radiologi yang khas pada osteoporis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekular yang lebih lusen (sumsum meluas).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
Thomas Splint
27.
Etiologi
• Batu Non-Infeksi : calcium oxalate, calcium fosfat, asam urat.
• Batu infeksi : magnesium ammonium fosfat, carbonate apatite,
ammonium urat
• Genetik : sistine, xantin
Tatalaksana
• Emergency : sepsis, anuria, AKI rawat inap,
konsul bedah urologi cito.
• Analgetik : NSAIDS aspirin, Na dicolfenak,
ibuprofen, dan ketorolac.
• Tatalaksana Batu tergantung ukuran dan
letak
konservatif /Medical Expulsive Therapy (MET),
ESWL, PNL atau URS
Seorang laki-laki usia 38 tahun mengalami luka bakar listrik karena listrik
tegangan tinggi 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien sadar dan tidak ada
riwayat jatuh dari ketinggian. Pasien sudah diberikan oksigen dan telah dilakukan
resusitasi cairan. Setelah pemberian cairan, ditemukan urin berwarna kuning
pekat. Apakah dasar untuk mengetahui apakah jumlah cairan yang diberikan
sudah tepat?
• Metode Baxter
• BB Penderita
• Jumlah urin yang keluar
• Luas luka bakar
• kesadaran pasien
• Seorang laki-laki, 38 tahun, luka bakar listrik karena listrik
tegangan tinggi 4 jam sebelum masuk rumah sakit
• pasien sadar dan tidak ada riwayat jatuh dari ketinggian
• Pasien sudah diberikan oksigen dan telah dilakukan resusitasi
cairan
• Post pemberian cairan, ditemukan urin berwarna kuning
pekat
DASAR UNTUK MENENTUKAN JUMLAH CAIRAN YANG
DIBERIKAN SUDAH CUKUP…
DIAGNOSIS LUKA BAKAR LISTRIK
JAWABAN:
C. JUMLAH URIN YANG KELUAR
• Diagnosis pada pasien ini adalah Luka Bakar
Listrik, atas dasar adanya:
• Adanya luka bakar akibat listrik tegangan tinggi
• Pada pasien dengan luka bakar listrik, seringkali
didapatkan luas luka bakar tidak begitu luas,
sehingga untuk resusitasi cairan, tidak dapat
sepenuhnya menggunakan Parkland formula
• Resusitasi cairan diberikan untuk
mempertahankan urine output 1.5-
2cc/kgBB/menit, agar dapat mengeluarkan
myoglobin akibat proses rabdomyolisis.
• Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah C.
Jumlah urin yang keluar
• Metode BaxterMerupakan dasar dari pembuatan
formula Parkland
• BB Penderitavariable yang diperhitungkan untuk
menetapkan target urine output
• Luas luka bakarpada luka bakar listrik seringkali tidak
sesuai dengan keruskaan jaringan yang sebenarnya
• kesadaran pasiendinilai pada saat primary survey
LUKA BAKAR LISTRIK
2. LONCATAN ENERGI
DITIMBULKAN OLEH UDARA YANG BERUBAH MENJADI API
3. KERUSAKAN JARINGAN
AKIBAT KERUSAKAN SISTEM PEMBULUH DARAH SEPANJANG YANG
DIALIRI LISTRIK (TROMBOSIS)
TYPES OF ELECTRICAL INJURY
Electrical injury
Arc Injury
High voltage
Low voltage (flash burn
(>1000V) Lightning
(<1000V) type
injury)
HIGH VOLTAGE VERSUS LOW VOLTAGE
• Skin
• Thermal burns at contact points
• Kissing burn – current causes flexion of
extremity burns at flexor creases
• Burns around mouth common in
children who chew on electrical cord
• Careful with these as separation of Rosen’s Emergency Medicine. Chapter
eschar can cause delayed bleeding of 140 page 1897 -see references at end of
presentation for full reference
labial artery
CLINICAL
FEATURES • Psychiatric
• Head and neck
• PTSD, depression, chronic fatigue
• Tympanic membrane rupture
• displacement of ossicles • Nervous system
• Temporary hearing loss • Brain
• Cataracts – may happen immediately • Loss of consciousness (usually
or be delayed transient)
• Respiratory arrest
• Cardiovascular system • Confusion, flat affect,
• Dysrhythmias – asystole, VF memory
problems (anterograde
• cardiac arrest amnesia)
• May also cause transient ST elevation, QT • Seizures
prolongation, PVCs, Atrial fibrillation, • Spinal cord injury either
bundle branch blocks immediate or
delayedparaesthesias
• Keraunoparalysis – transient
paralysis of lower limbs
(sometime upper) that are cold,
mottled, blue and pulseless –
usually self resolves in few hours
LIGHTNING INJURIES - BURNS
http://atlas-
emergency-
medicine.org.ua/ch.1 Feathering
6.htm (accessed
July 2012)
Punctate
Linear
Out of ED INITIAL
hospital MANAGEMENT
management • ABCs, ACLS, trauma
management as needed
• Ensure scene safety • Fluid resuscitation
• Careful for live lines • Parkland formula not helpful
on here as surface wounds not
the scene reflective of more extensive
• ACLS protocols as internal damage
• Fluids to maintain urine
needed output 1-1.5 cc/kg/hrfor
• Fluid resuscitation with rhabdomyolysis management
saline or ringers • ECG
lactate
• Analgesia!
• Spine immobilization if
suspected trauma
CARDIAC MONITORING
Electrical Injuries: A Review For The Emergency Clinician Czuczman AD, Zane RD. October 2009; Volume
11, Number 10
29.
Pasien pria datang ke IGD setelah olahraga futsal, mengeluh nyeri pada
pergelangan kaki setelah melakukan manuver shoot, terasa seperti tertembak
peluru. Pada pemeriksaan tidak bisa plantar flexi, dan nyeri pada perabaan
pergelangan kaki. Dokter mendiagnosis pasien menderita ruptur tendo Achilles.
Dimanakah lokasi ruptur tendo Achilles yang paling sering?
• 1-2 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 1-3 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 2-6 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 6-7 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• 7-9 cm proksimal dari insersi tendo Achilles
• Pasien pria datang ke IGD setelah olahraga futsal, mengeluh
nyeri pada pergelangan kaki setelah melakukan manuver
shoot, terasa seperti tertembak peluru.
• PF: tidak bisa plantar flexi, dan nyeri pada perabaan
pergelangan kaki
• Dokter mendiagnosis pasien menderita ruptur
tendo Achilles
• Weakness in plantarflexion
• Gap in tendon
• Palpable swelling
• Positive Thompson test
• Rupture usually occurs 2-6
cm above the calcaneal
insertionat the
hypovascular region
miller's review of orthopaedics 7th ed 2016
30.
Pasien anak laki-laki usia 11 tahun datang dengan keluhan benjolan di pinggang
kanan sejak 1 bulan yang lalu, terdapat riwayat demam dan berat badan semakin
menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa keras dan terfiksasi pada
spina iliaka kanan. Pada pemeriksaan X-ray didapatkan bone destruction dan
osteolitik pada spina iliaca. Diagnosa pasien ini adalah...
• Ewing sarcoma
• Osteosarcoma
• LBP ec RA juvenil
• Leiomyosarcoma
• Liposarcoma
• Anak laki-laki usia 11 tahun, dengan keluhan benjolan di
pinggang kanan sejak 1 bulan yang lalu
• Terdapat demam dan berat badan semakin menurun
• PF: massa keras dan terfiksasi pada spina iliaka kanan.
• X-ray: bone destruction dan osteolitik pada spina iliaca.
DIAGNOSIS…
DIAGNOSIS EWING SARKOMA
JAWABAN:
A. EWING SARKOMA
• Diagnosis pasien ini kemungkinan adalah
Ewing sarkoma, karena terdapat keluhan:
– Anak laki-laki usia 11 tahun
– benjolan di pinggang kanan sejak 1 bulan yang lalu
– Terdapat gejala sistemik: demam dan berat badan
turun
– PF: massa keras dan terfiksasi pada spina iliaka
kanan.
– X-ray: bone destruction dan osteolitik pada spina
iliaca.
• Tulang pelvis merupakan lokasi sering timbul
ewing sarkom 24.7%
• Osteosarcomajarang timbul pada tulang pelvis
(15%), lebih sering pada distal femur atau
proksimal tibia.
• LBP ec RA juveniltidak menyebabkan timbulnya
massa yang keras, lebih sering terkena pada
sendi ekstremitas
• Leiomyosarcomakeganasan pada otot polos,
sangat jarang pada anak-anak, dan mengenai organ
visceral seperti uterus
• Liposarcomakeganasan yang berasal dari lemak
bawah kulit, umumnya ditemukan didaerah yang
banyak lemak, seperti gluteus dan trunkus
posterior
EWING’S SARCOMA
491
PATOLOGI DAN SITOGENETIK
• Fraktur patologis
Skull(3.8%)
Ekstrimitas (53%)
Primary Staging
History & Physical Examination
Histo-pathology -Biopsy -Bone Marrow
-Genetics
-IHC
Imaging -X-ray -CT Thorax
-CT scan -Bone scan
-MRI -PET scan
Lab Test - Renal – RFT
- Cardiac – 2D-ECHO
IMAGING
• X-RAY
– Moth eaten lesion
– Lytic or mixed lytic-sclerotic areas
presentbone distruction
– Multi-Layered subperiosteal reaction
(onion skinning)
– Lifting of perioteum (codman’s
triangle)