Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KASUS

HEMOROID INTERNA GRADE III

Salshabila La Rose Puspita


1102015214

Pembimbing : dr. Sumidi, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RS. BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 9 NOVEMBER-19 DESEMBER 2020
IDENTITAS PASIEN

Nama • Tn. OB
Jenis Kelamin • Laki-Laki
Usia • 27 tahun
Pekerjaan • Guru olahraga
Alamat • JatiRahayu, Jakarta Timur
Agama • Islam
Suku Bangsa • Jawa , Indonesia
Status Pernikahan • Menikah
Tanggal Masuk RS • 19 November 2020
Tanggal Pemeriksaan • 20 November 2020
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA

Nyeri pada anus sejak 6 jam SMRS


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke IGD RS Polri dengan keluhan nyeri menetap pada daerah anus setelah
keluar benjolan dari anus yang disertai darah sejak ± 6 jam SMRS. Benjolan dirasakan sejak 5
tahun yang lalu dan dapat masuk kembali setelah pasien selesai BAB. Kemudian sekitar bulan
agustus yang lalu benjolan keluar saat BAB dan bisa masuk kembali tetapi dengan bantuan jari
pasien. Sejak 6 jam SMRS, benjolan dirasakan semakin membesar dan setelah benjolan tersebut
dimasukan kembali kedalam anus dengan jari pasien, nyeri yang dirasakan tetap menetap. Menurut
pasien, darah keluar menetes setelah BAB tuntas dan berwarna merah segar.
Benjolan terasa perih dan pasien mengeluh merasa tidak nyaman tidak bisa duduk karena
terasa nyeri. Saat buang air besar disertai dengan darah segar yang menetes saat feses keluar,
tetapi darah tidak bercampur dengan feses dan tidak disertai lendir. Sejak 5 tahun yang lalu pasien
tidak lancar BAB dan merasa kesulitan sehingga pasien membutuhkan waktu sampai 1 jam hanya
untuk BAB. Pasien sudah berobat ke dokter untuk mengobati penyakitnya ini. Pola BAB pasein
masih sama seperti 5 tahun yang lalu, yaitu sekali sehari dan tidak ada perubahan konsistensi
menjadi cair atau frekuensi nya berkurang.
BAK tidak dirasa nyeri dan berwarna kuning jernih, tidak ada perut kembung atau nyeri perut.
Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah buahan. Pasien
tidak merasakan adanya penurunan berat badan dan perubahan nafsu makan. Pasien suka
Riwayat Penyakit Dahulu

● Tahun 2015 : Pasien mengeluh keluar benjolan pada daerah anus pada saat
BAB disertai darah, pasien mengatakan benjolan tersebut bisa masuk lagi
kedalam anus secara spontan setelah BAB selesai. Pasien pun berobat ke
dokter dan diberikan obat-obatan. Pasien mengatakan bahwa saat itu pasien di
diagnosa oleh dokter sebagai Hemorroid grade II
● Agustus 2020 : Pasien mengeluhkan gejala yang sama akan tetapi pada bulan
ini pasien mengatakan benjolan bertambah besar dan darah yang keluar lebih
banyak daripada di tahun 2015. Pasien berobat ke klinik dan diberikan obat-
obatan ( Na diklofenak, cefixime dan Faktu )
Riwayat Kebiasaan

Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran. Pasien cenderung lebih sering mengkonsumsi
makan-makanan yang berlemak. 2 minggu SMRS pasien mulai rutin mungkonsumi hanya buah dan
sayuran saja dikarenakan gejala yang dirasakan semakin sering. Pasien juga minum kurang dari 8
gelas sehari. Pasien memiliki kebiasaan mengedan pada saat BAB. Pasien juga rutin melakukan
olahraga setiap minggunya seperti futsal/ lari.
Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan dan riwayat seperti pasien
STATUS GENERALIS
Hidung Bentuk normal, sekret yang keluar (-), POC
Keadaan Umum Tampak sakit sedang (-), PCH (-)
Kesadaran Compos mentis Telinga Bentuk normal, sekret yang keluar (-)
Suhu 36,3°C Mulut Bibir : Lembab
Tekanan darah 110/70 mmHg Bau pernafasan: Normal
Nadi 85 x/menit Gigi geligi : Lengkap
Pernafasan 20 x/menit Lidah : Putih kotor, ulkus (-)
Berat badan 63 kg Leher KGB : (-) pembengkakan
Tinggi badan 155 cm Kel.tiroid : (-) pembesaran
JVP : 5 - 2 cmH2O
PEMERIKSAAN FISIK Paru Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: Statis & dinamis:
Kepala Bentuk : Normocephal simetris simetris
Simetri: Simetris
Palpasi fremitus taktil dan fremitus taktil dan
Mata Exopthalmus: (-)
vocal normal vocal normal
Kelopak : Normal
Conjungtiva: Anemis (-) Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :
Sklera : Ikterik (-) ICS VI dextra
Kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor, reflex Auskultasi Wheezing (-), Wheezing (-),
cahaya +/+ rhonki (-) rhonki (-)
Lensa : Normal, keruh (-)
Gerakan bola mata: Baik
JANTUNG
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-) EKSTREMITAS
ABDOMEN
Ekstremitas Atas Edema (-), akral hangat
Inspeksi Datar, sikatrik (-), venektasi (-), spidernevi (-) Ekstremitas Edema (-), akral hangat
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer (-), bawah

hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok


costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani diseluruh kuadran
Auskultasi Bising usus (+) normal
STATUS LOKALIS

Regio Anal
• Inspeksi :Perianal tidak terlihat tonjolan massa, hiperemis (-), tanda
radang (-). darah (-), jejas di perianal(-)
• Palpasi : nyeri saat disentuh. Tidak teraba massa
• Rectal Toucher : mukosa licin, tidak teraba massa, nyeri tekan (+),
spinghter ani baik, ampula tidak kolaps, sarung tangan: darah (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 20/11/20 Hasil Nilai rujukan Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
20/11/20
Hemoglobin 12,0 13 - 16 g/dl
Kimia klinik
Hematokrit 35 40 – 48 %
SGOT/AST 11,0 <37 U/L
Trombosit 258.000 150 x 103 - 400 x 103
SGPT/ALT 15,5 <40 U/L
Leukosit 7.600 5000 - 10.000
Ureum 33 10-50 mg/dl
Basofil 0 0–1%
Creatinie 0,9 0,5-1,5 mg/dl
Eosinofil 0 1–3% Estimasi GFR 117 >= 90
Batang 0 2-6% mol/min/1.73 m2
GDS 86 <200 mg/dl
Segmen 63 50 – 70 %
Neutrofil 2.82
Limfosit 33 20 – 40 % Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Monosit 4 2–8% HCV Non Non reaktif
reaktif
Eritrosit 4.02 4 x 106 - 5 x 106 juta/ul
HBS AG Non Non reaktif
Masa pendarahan 1’ 1 – 6 menit reaktif
Masa pembekuan 11’ 10 – 15 menit
Sars CoV-2 negatif negatif
Antigen Rapid
RESUME
Pasien datang ke IGD RS Polri dengan keluhan nyeri menetap pada daerah anus setelah keluar
benjolan dari anus yang disertai darah sejak ± 6 jam SMRS. Benjolan dirasakan sejak 5 tahun
yang lalu dan dapat masuk kembali setelah pasien selesai BAB. Kemudian sekitar bulan agustus
yang lalu benjolan keluar saat BAB dan bisa masuk kembali tetapi dengan bantuan jari pasien.
Sejak 6 jam SMRS, Benjolan dirasakan semakin membesar dan setelah benjolan tersebut
dimasukan kembali kedalam anus dengan jari pasien, nyeri yang dirasakan tetap menetap.
Benjolan terasa perih dan pasien mengeluh merasa tidak nyaman tidak bisa duduk karena
terasa nyeri. Saat buang air besar disertai dengan darah segar yang menetes saat feses keluar,
tetapi darah tidak bercampur dengan feses dan tidak disertai lender
Pada pemeriksaan fisik rectal touche didapatkan mukosa licin, tidak teraba massa, nyeri
tekan (+), spinghter ani baik, ampula tidak kolaps, sarung tangan: darah (+). Hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 12,0 dan Ht: 35
DIAGNOSIS BANDING
• Polip Rectum
• Prolaps Rectum
• Abses Anorektal
• Ca Kolorectal

DIAGNOSIS
Hemoroid Interna Grade III
TATALAKSANA

Non Medikamentosa Medikamentosa

Makan makanan yang berserat (20-30


gram sehari) Laxadin 30 ml/15ml sendok
makan 1x1 hari
Mengkonsumsi cairan (6-8 gelas
sehari)

Sitz bath
Rencana Operasi
Menghindari mengejan saat BAB, dan Hemoroidektomi
segera ke kamar mandi saat merasa
akan BAB
Tatalaksana

• Inj Transamin
3x500 mg iv ■  Anjuran
■ Anoskopi : untuk menilai mukosa
• Ketorolac 3 x 30 rectal dan tingkat pembesaran
hemoroid
mg iv ■ Sigmoideskopi : untuk
memastikan tidak adanya
• Vit k 3 x 1 iv diagnose banding lain seperti
kolitis, polip rektal, dan kanker.
• Ardium 2x1 oral
PROGNOSIS

● Quo ad vitam : ad bonam


● Quo ad fungsionam : ad bonam
● Quo ad Sanactionam : ad bonam
19/11/20
Foto yang diambil pasien 6 jam
SMRS
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

Rektum bermula dari rectosigmoid junction


yang biasanya terletak setinggi vertebra sacral
III. Dari tempat ini rectum terus kebawah,
mengikuti lengkung sacrokoksigeal, melewati
pelvic-floor yang dibentuk oleh otot levator ani,
dan kemudian berlanjut sebagai canalis anal.

Garis batas atau pertemuan antara rectum


dengan kanalis anal dinamakan linea dentate

Linea dentata selain merupakan garis yang


menunjukan akhir dari rectum, juga merupakan
suatu garis tempat terjadinya perubahan dari
tipe sel yang melapisi saluran pencernaan
ANATOMI
ANATOMI

Peredaran Limf
● Pembuluh limf dari kanalis membentuk pleksus halus yang
menyalirkan isinya menuju ke kelenjar limf inguinal.
Selanjutnya, cairan limf terus mengalir sampai ke kelenjar limf
iliaka.
● Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rektum dan anus
didasarkan pada anatomi saluran limf ini.
ANATOMI
• Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan sistem parasimpatik.
• Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem
parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan
keempat.
• Unsur simpatis pleksus ini menuju ke arah struktur genital dan serabut otot polos
yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.

• Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari saraf sakral kedua, ketiga,
dan keempat.
• Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan
ereksi dengan cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini
DEFINISI

Hemoroid/Wasir adalah Pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah


anus yang berasal dari plexus hemoroidalis yang ditandai oleh perdarahan anus dan
prolaps benjolan anus

Bantalan anus adalah sejenis jaring yang bekerja di ruang sub epitel di sekitar
saluran anus yang terdiri dari mukosa, submukosa, jaringan fibro-elastis, pleksus
vaskular, dan otot polos yang difiksasi ke sfingter anal oleh Treitz dan ligamen Park.

Bantalan anus terletak di lateral kiri, posterior kanan dan anterior kanan, untuk
tujuan klinis dikenal sebagai posisi 3, 7 dan 11 jam.
EPIDEMIOLOGI
Kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya
usia seseorang, dimana usia puncaknya adalah 45-65 tahun. Hemoroid
ditemukan pada 50% manusia diatas 50 tahun. Hemoroid bisa diderita
baik pria maupun wanita.

Di Indonesia berdasarkan data dari


Angka kejadian hemoroid Kementerian Kesehatan yang
terjadi di seluruh Negara, diperoleh dari rumah sakit di 33
dengan presentasi 54% provinsi terdapat 355 rata-rata
mengalami gangguan kasus hemoroid, baik hemoroid
hemoroid. ekternal maupun internal
(Kemenkes, 2009).
ETIOLOGI
PENURUNAN BALIK ARUS VENA

• TERGANGGUNYA ALIRAN BALIK PADA VENA MEMUNGKINKAN


MENYEBABKAN PEMBENGKAKAN PADA HEMOROID

KEHAMILAN

• KEHAMILAN JELAS MEMPENGARUHI WANITA UNTUK


MENYEBABKAN TIMBULNYA GEJALA AKIBAT HEMOROID,
MESKIPUN ETIOLOGINYA TIDAK DIKETAHUI

HIPERTENSI PORTAL DAN VARISES ANOREKTAL

• VARISES ANOREKTAL TERJADI DI MIDREKTUM, PADA KONEKSI


DIANTARA SISTEM PORTAL DAN VENA REKTAL DI INFERIOR
DAN MEDIA.
FAKTOR
RISIKO
DIET TINGGI SERAT

• RENDAHNYA KONSUMSI MAKANAN YANG BERSERAT TINGGI


MENGAKIBATKAN FESES MENGERAS SEHINGGA DAPAT
MENGAKIBATKAN TRAUMA PADA PLEXUS HEMOROIDALIS

USIA

• PADA UMUR LANJUT TIMBUL DEGENERASI DARI SELURUH


JARINGAN TUBUH, OTOT SFINGTER MENJADI TIPIS DAN ATONIS.

AKTIVITAS FISIK BERAT

• ORANG YANG HARUS BERDIRI ATAU DUDUK LAMA, ATAU HARUS


MENGANGKAT BARANG BERAT, MEMPUNYAI PREDISPOSISI UNTUK
HEMORRHOID AKIBAT PENINGKATAN TEKANAN VENA HEMOROID
KLASIFIKASI
1. HEMOROID INTERNA

● Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior 


cabang langsung dari vena mesenterika inferior  vena porta
hepatica.
● Pleksus ini terletak diatas garis mukokutan linea dentate dan
ditutupi oleh mukosa.
GRADING HEMOROID INTERNA

● Grade 1
○ Merupakan hemoroid stadium awal. Hemoroid hanya berupa benjolan kecil didalam
kanalis anal pada saat vena-vena mengalami distensi ketika defekasi.
● Grade 2
○ benjolan yang lebih besar, yang tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga
turun kearah lubang anus. Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi
secara spontan masuk kembali kedalam kanalis anal bila proses defekasi telah selesai.
● Grade 3
○ Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali secara spontan. Benjolan baru masuk
kembali setelah dikembalikan dengan tangan ke dalam anus.
● Grade 4
○ Prolaps hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan bagian yang tertutup kulit
cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik ke dalam kanalis anal.
Cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark
2. HEMOROID EXTERNA

Hemoroid eksterna merupakan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior, terletak di


sebelah bawah linea dentata, pada bagian yang dilapisi oleh kulit. Hemoroid
eksterna diklasifikasikan :

● 1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan


pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering
sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor
nyeri.
● 2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.
PATOFISIOLOGI

Konstipasi, diare, sering mengejan,


Penyakit hati kronis yang kongesti pelvis pada kehamilan,
disertai hipertensi portal pembesaran prostat, fibroid uteri,
dan tumor rektum

Kongesti vena

Gangguan aliran balik dari V. hemoroidalis

Hemoroid Interna: pleksus V. Hemoroid Eksterna: pelebaran dan


Hemoroidalis superior di atas garis penonjolan pleksus hemoroid inferior
mukokutan dan ditutupi oleh terdapat di sebelah distal garis mukokutan
mukosa di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Manifestasi Klinis

• Perdarahan – biasanya saat defekasi, warna merah segar, menetes, tidak bercampur feses,
jumlah bervariasi
• Prolaps – bila hemoroid bertambah besar, pada mulanya hemoroid dapat tereduksi spontan,
tetapi lama kelamaan tidak bisa dimasukkan
• Rasa tidak nyaman hingga nyeri – bila teregang, terdapat thrombosis luas dengan edema, atau
peradangan
• Feses di pakaian dalam – karena hemoroid mencegah penutupan anus dengan sempurna
• Gatal – apabila proses pembersihan kulit perianal menjadi sulit atau apabila ada cairan keluar
• Bengkak – hanya pada hemoroid inter-ekterna atau eksterna
• Nekrosis pada hemoroid interna yang prolapse dan tidak dapat direduksi kembali
DIAGNOSIS

Diagnosis hemoroid dapat dilakukan dengan melakukan :


A. Anamnesis
- Terdapat perdarahan segar pada saat defekasi.
- Mengeluh gatal-gatal di sekitar anus.
- Terdapat benjolan pada anus.
B. PEMERIKSAAN FISIK

PEMBENGKAKAN MENGINDIKASIKAN HEMOROID EKSTERNA ATAU


HEMOROID INTERNA YANG SUDAH MENGALAMI
VENA PROLAPS

INSPEKSI UNTUK MELIHAT ADA ATAU TIDAKNYA FISURA,


FISTULA, POLIP ATAU TUMOR.
PERIANAL

RECTAL UNTUK MELIHAT UKURAN, PERDARAHAN DAN


TINGKAT KEPARAHAN INFLAMASI.
TOUCHER
JUGA DILAKUKAN UNTUK MENYINGKIRKAN
KEMUNGKINAN KARSINOMA REKTUM.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Colok dubur: untuk menyingkirkan kemungkinan


karsinoma rekti
• Anoskopi : perlu untuk melihat hemoroid interna yang
tidak menojol keluar
• Proktosigmoidoskopi: untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang/keganasan di tingkat yang lebih tinggi
• Feses : diperiksa terhadap adanya darah samar
D. DIAGNOSIS BANDING

• Prolaps Rektum
• Abses anorektal
• Karsinoma kolorektum
• Kolitis
Penatalaksanaan :

Penatalaksanaan

Medis/Non-
Terapi Bedah
bedah

Non-
Farmakologis
farmakologis
Non-Farmakologis

Perbaikan pola hidup


 Perbaikan pola makan dan minum
 Perbaiki pola atau cara defekasi
Farmakologis

Untuk memperbaiki defekasi, meredakan, dan menghilangkan gejala

● Memperbaiki defekasi : Suplemen serat (Vegeta, Mulax), obat pencahar (Laxadine


emulsi, dulcolax)
● Mengurangi rasa gatal → Anti pruritus (supp untuk interna, ointment untuk externa)
●  Menghentikan perdarahan : Bioflavanoid (Aridum)
Obat Simptomatik

● Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan
kulit di daerah anus
● Mild astringent  untuk mengurangi rasa gatal pada perianal, contoh: Hamamelis water
(Witch hazel)
● Anestetik topikal untuk mengurangi rasa nyeri, contoh: Lidocaine ointment 5%
● Analgetik: acetaminophen
Jenis Terapi Non Bedah

Schlerotheraphy
○ Untuk grade I dan II yang tidak sembuh dengan perubahan diet dan
pencegahan mengedan
○ Inj. Phenolin oil 5% 3-5 ml (scleroting agent) submukosa pada pangkalnya,
interval 4-6 minggu peradangan steril  reaksi fibrosis  obliterasi
hemoroid  atropi hemoroid
Rubber Band Ligation / ligasi karet gelang
○ Pada hemoroid yang besar atau yang
mengalami prolaps
○ Dengan Barron’s band mukosa di atas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik
atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus
 Gelang karet didorong dari ligator 
ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa
pleksus hemoroidalis  obliterasi pembuluh
darah hemoroid (nekrosis iskemik)
Terapi Bedah

Indikasi pembedahan menurut HIST (Hemorrhoid Institute of South


Texas):

a. Hemoroid interna grade II berulang.


b. Hemoroid grade III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid grade I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.
Hemoroidektomi
Indikasi :
- Hemoroid derajat III dan IV
- Derajat IV dengan trombosis
- Perdarahan berulang dan anemia
- Terapi biasa gagal

Prinsip :
- Eksisi sehemat mungkin pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu
sfingter anus
- Eksisi hemoroid dan mukosa di dasarnya dan sedikit kulit  defek kulit dan mukosa 
penutupan luka sekunder

Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu :


• Bedah Konvensional (menggunakan pisau dan gunting),
• Bedah Laser (sinar laser sebagai alat pemotong)
• Bedah Stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler)
• Close submucosal hemorrhoidectomy
■ Pasien berada dalam posisi litotomi, bisa dengan lokal atau anestesi umum.

■ Perlu diidentifikasi terlebih dahulu hemoroid dan mukosa nya.

■ Apex plexus hemoroidalis diikat dan hemoroid dipotong.

■ Luka ditutup dengan jahitan absorbable.


Ferguson closed hemorrhoidectomy
• Open hemorrhoidectomy (milligan & morgan)

Proses sama dengan hemoroidectomy tertutup, hanya saja luka tetap dibuka
tidak dijahit
• Whitehead’s hemorrhoidectomy
■ Hemoroidektomi yang dilakukan dengan eksisi melingkar tepat di
bagian proximal ke linea dentata.
■ Kemudian mukosa rektal dijahit ke linea dentata
Whitehead Hemorrhoidectomy
Bedah Stapler
● Bentuk alat seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di
belakang
● Keuntungan :
- Mengembalikan ke posisi anatomis
- Tidak mengganggu fungsi anus
- Anal discharge (-)
- Nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif
- Tindakan berlangsung cepat (20-45 menit)
- Pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin
singkat
(1) (2) (3)

(4) (5) (6)


Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis

• Benjolan di bawah kulit kanalis analis


• Nyeri sekali
• Tegang dan berwarna kebiru-biruan
• Berukuran dari beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya
• Benjolan itu dapat unilobular, dan dapat pula multilokuler atau Beberapa benjolan
• Ruptur dapat terjadi pada dinding vena

Rendam duduk menggunakan air hangat + antiseptic (mis: larutan PK)


Rendam selama seperempat jam (10 hingga 15 menit) pada waktu pagi dan sore, sebaiknya dilakukan
sehabis mandi
Salep yang mengandung analgesik untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan, dan sedasi
Istirahat di tempat tidur dapat membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan
KOMPLIKASI HEMOROID

Komplikasi yang dapat terjadi :


1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Trombosis
4. Emboli septic
PENCEGAHAN

Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan cukup sayuran, dan buah-buahan, sehingga kotoran kita
tidak mengeras. Kebiasaan malas minum, tidak hanya akan membuat hemorrohoid, ginjal juga lama
kelamaan akan dapat terganggu oleh karena kurangnya cairan dalam tubuh. Usahakan minum yang
cukup, imbangi dengan olah raga, sehingga perut tidak mual saat minum air putih. Makan makanan yang
banyak mengandung serat, seperti buah dan sayuran. Makanan yang banyak mengandung serat juga
akan memberikan manfaat mengurangi penyerapan lemak sehingga kolesterol menjadi aman. Banyak
melakukan olah raga, seperti jalan kaki, tidak duduk terlalu lama dan tidak berdiri terlalu lama
PROGNOSIS

● Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis.
● Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita
harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat
mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.
TERIMAKASIH
Daftar Pustaka
• Riwanto Ign. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat R, Jong WD, penyunting. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010. hal. 788-792. 

• Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC

• Sobiston. 1997. Atlas Bedah Umum, Binarupa Aksara, Jakarta.

• Sarosy, C. (2012). Hemorrhoid Care Medical Clinic & Vein Treatment

• Kemenkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

• Dermawan, D. & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta: Gosyen
Publishing

• Thaha, Mohamed A., et al.2015. Hemorrhoids. London:BMJ Publishing Group Ltd.


https://qmro.qmul.ac.uk/xmlui/bitstream/handle/123456789/15133/2016_0128_BMJ-bp_Haemorrhoids.pdf?sequence=1
Diakses pada 11 Mei 2020

• Brodovskyi Sp, Iftodiy Ag, Kozlovska Im. Оptimization Of Surgical Treatment Of Hemorrhoidal Disease Stages Iii-Iv. Klin Khir.
2017;(2):10-12.

• Perry, Kyle R., et al. 2019. Hemorrhoids. Medscape.

• Lalisang, Toar JM (2016) "Hemorrhoid: Pathophysiology and Surgical Management A Literature reviews," The New Ropanasuri Journal
of Surgery: Vol. 1 : No. 1 , Article 9.

Anda mungkin juga menyukai