Anda di halaman 1dari 37

Kanker Nasofaring

Kelompok 1 :
Aditya Nugraha Mahendra (H1A017001)
Agi Tri Fatonah (H1A017002)
Ajeng Retno Wulandari (H1A017004)
Ajeng Sulistianing Utami (H1A017005)
Aliza Raudatin Sahly (H1A017006)
Soal no. XX : Patogenesis
Seorang laki-laki usia 30 tahun datang ke sebuah klinik dengan
keluhan sering sakit kepala dan hidung buntu. Dari
anamnesis pasien mengaku hidungnya terkadang
mengeluarkan darah. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
benjolan pada leher bilateral. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan lebih lanjut dan didapatkan serum VCA/IgA
positif yang spesifik terhadap Epstein-Barr Virus (EBV).
Diketahui bahwa Epstein-Barr Virus (EBV) adalah salah satu
penyebab keganasan, salah satunya adalah kanker nasofaring.
Bagaimanakah virus tersebut dapat menyebabkan kanker
tersebut?

A. Molecular mimicry.
B. Apoptosis sel-sel imun
C. Ekspresi protein laten EBV.
D. Infeksi akut melepaskan mediator inflamasi.
E. Infeksi kronik menyebabkan system imun melemah.
Pembahasan
1. Epstein Barr Virus (EBV) di asosiasikan dengan penyakit
keganasan
◦ Hodgkin/non-Hodgkin limfoma
◦ Burkitt limfoma
◦ Gastric carcinoma
◦ Kanker nasofaring tipe 3 (poorly/undifferentiated)
2. Infeksi primer umumya terjadi pada usia muda (2-10 tahun).
◦ Asimptomatik
◦ Infeksi saluran nafas atas.
3. Transmisi virus melalui saliva, menembus epitel-lining orofaring.
Menginfiltrasi dan merubah sel B submucosal orofaring,
menyebar hingga ke nasofaring.
Virus ini bersifat laten didalam tubuh (>90% pada orang dewasa).
Reaktivasi EBV oleh paparan karsinogen serta predisposisi genetic
diduga sebagai penyebab berkembangnya kanker nasofaring. Hal ini
dibuktikan bahwa kanker nasofaring umumnya berkembang
beberapa tahun setelah infeksi primer EBV dan ditemukannya
antigen spesifik EBV pada sel malignan. Ekspresi protein laten virus
EBV (LMP1, LMP2, EBNA1 dan EBNA2) memicu progresi
pertumbuhan sel kanker.
Soal no. XX : Klasifikasi
Stadium
Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke praktek dokter spesialis THT dengan
keluhan sering mimisan, hidung tersumbat, dan telinga berdenging serta nyeri.
Dari hasil anamnesis, diketahui pasien merupakan perokok aktif sejak usia 20
tahun, senang memakan daging dan ikan yang diawetkan, serta jarang makan
sayur dan buah-buahan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada leher
pasien. Dokter memutuskan melakukan pemeriksaan serologi IgA anti EA dan
IgA anti VCA serta melakukan biopsi nasofaring. Terdapat tumor dengan
perluasan ke parafaring, metastasis kelenjar getah bening unilateral dengan
ukuran 6 cm (di atas fossa supraklavikula), dan tidak ada metastasis jauh. Dokter
mendiagnosa pasien menderita kanker nasofaring.
Berdasarkan data di atas, menurut sistem TNM oleh UICC
tahun 2002, termasuk ke stadium berapakah kanker nasofaring
pasien tersebut?

A. Stadium I
B. Stadium IIA
C. Stadium IIB
D. Stadium III
E. Stadium IVA
Jawaban: C
Pembahasan
Sistem TNM menurut UICC tahun 2002:
 Data pada pasien di atas jika dicocokkan dengan sistem TNM menurut UICC tahun
2002, maka akan didapatkan hasil seperti ini:
 Terdapat tumor dengan perluasan ke parafaring  T2B
 Metastasis kelenjar getah bening unilateral dengan ukuran 6 cm (di atas fossa
supraklavikula)  N1
 Tidak ada metastasis jauh  M0

T2B, N1, M0 termasuk ke stadium IIB, sehingga pasien di atas menderita kanker
nasofaring stadium IIB.
Soal no. XX : Diagnosis
Soal no
Seorang laki-laki usia 63 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan
benjolan pada leher. Hidung terasa tersumbat, disertai keluarnya cairan hijau
dan darah dari hidung, dan telinga terasa berdengung. Pada pemeriksaan
didapatkan sekret hijau, mata kanan tidak dapat melirik ke arah lateral,
membran timfani retraksi, dan terdapat benjolan di leher. Apakah diagnosis yang
tepat untuk kasus diatas ?
A. Karsinoma colli
B. Karsinoma nasofaring
C. Karsinoma kgb
D. Karsinoma sinonasal
E. Karsinoma faring
PEMBAHASAN
Diagnosis dari kasus diatas adalah kanker nasofaring
berdasarkan tanda dan gejala yang dialami pasien yaitu adanya :
 benjolan pada leher
 hidung tersumbat
 sekret berwarna hijau dan disertai darah
 telinga terasa berdengung
 mata tidak dapat melirik ke arah lateral, dan
 membrane timfani retraksi
Jawaban : B. Kanker Nasofaring
Gejala dan tanda kanker nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok yaitu:
1. Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung dan pilek
(Soepardi et al, 2012). Gejala sumbatan hidung yang didahului oleh epitaksis yang
berulang. Pada keadaan lanjut tumor masuk ke dalam rongga hidung dan sinus
paranasal.
2. Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal
tumor. Gangguan dapat berupa tinitus, rasa penuh di telinga, berdengung sampai
rasa nyeri di telinga (Soepardi et al, 2012).
3. Gangguan penglihatan sehingga penglihatan menjadi diplopia (penglihatan ganda)
(Soepardi et al, 2012). Gejala dimata terjadi karena tumor berinfiltrasi ke rongga
tengkorak, dan yang pertama terkena ialah saraf otak ke 3, 4 dan 6, yaitu yang
mempersarafi otot-otot mata, sehingga menimbulkan gejala diplopia. Gejala yang
lebih lanjut ialah gejala neurologik, karena infiltrasi tumor ke intrakranial melalui
foramen laserum, dapat mengenai saraf otak ke 3, sehingga mengenai saraf otak ke
9, 10, 11 dan 12, dan bila keadaan ini terjadi prognosisnya buruk.
4. Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher. (Soepardi et al, 2012)
Daftar Pustaka

Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R.D (ed). 2012.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan, Telinga Hidung, Tenggorok, Kepala dan
Leher. Edisi Ke7. Badan Penerbit FKUI. Jakarta.
Soal no. XX : Etiologi
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan
sering mimisan, sakit tenggorokan, sakit kepala, telinga berdenging, dan
hidung tersumbat dari 6 bulan yang lalu. Dalam anamnesis, dokter
mendapatkan data bahwa pasien adalah seorang perokok aktif sejak
usianya 15 tahun, pasien juga merupakan seorang nelayan dan makanan
sehari-hari yang sering ia konsumsi adalah ikan asin. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di leher pasien. Dokter memutuskan
untuk mengambil sampel darah pasien dan melakukan biopsi. Dokter
mendiagnosis bahwa pasien menderita kanker nasofaring dan sudah
metastasis ke kelenjar getah bening.
Dalam anamnesis, pasien mengaku sering makan ikan asin, hal
tersebut merupakan salah satu etiologi ataupun faktor risiko
dari kanker nasofaring karena ikan asin mengandung zat yang
dapat memicu terjadinya kanker nasofaring. Apakah zat yang
dimaksud?

A. Nikotin
B. Nitrosamine
C. Ammonia
D. Formaldehida
E. Aflatoksin
Jawaban: B
Pembahasan
Etiologi tersering dari kanker nasofaring adalah infeksi Epstein-
Barr Virus, zat nitrosamine yang dikonsumsi, dan faktor genetik
dari seseorang.

Nitrosamine merupakan senyawa karsinogenik yang tedapat


pada makanan seperti salted-fish dan makanan-makanan lain
yang diawetkan dengan nitrit. Makanan yang mengandung zat
nitrosamine ini dapat memicu terjadinya kanker salah satunya
adalah kanker nasofaring. Zat nitrosamine ini dapat
menghasilkan transformasi ganas dari sel epitel nasofaring yang
normal menjadi sel kanker.
Soal no. XX : Tatalaksana
Seorang laki laki 42 tahun datang ke poli klinik THT dengan keluhan mimisan berulang dan sakit
kepala. Setelah dilakukan anamnesis didapatkan pasien memiliki riwayat penyakit hidung dan
tenggorokan berulang, kadang mengalami hidung tersumbat, rasa tidak nyaman pada telinga dan
bekerja sehari-hari di pabrik kayu. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan pemebesaran unilateral
pada kelenjar getah bening pada bagian supraklavikular. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan endoskopi, CT-scan dan biopsi nasofaring. Dari pemeriksaan
penunjang yang dilakukan didapatkan hasil terdapat benjolan atau tumor terbatas pada daerah
nasofaring, dari pemeriksaan CT-scan dan biopsy nasofaring didapatkan metastasis kgb unilateral
dengan ukuran 5 cm di atas fossa supraklavikular. Berdasarkan hasil anamnesis dan hasil
pemeriksaan lain yang dilakukan maka dokter mendiagnosis pasien menderita karsinoma
nasofaring. Dari diagnosis tersebut terapi apa yang paling tepat diberikan pada pasien tersebut?
a. Radioterapi
b. Kemoradiasi
c. Kemoradiasi dosis penuh
d. Kemoterapi
e. Operasi
Jawaban
b. Kemoradiasi
Pemabahasan
Menentukan diagnosis berdasarkan keluhan pasien dan dari hasil anamnesis :
 Mimisan dan sakit kepala yang berulang merupakan gejala awal yang paling sering
timbul, sehingga apabila ada gejala tersebut perlu dicurigai adanya karsinoma
nasofaring yang tentunya harus harus dipastikan melalui biopsy nasofaring.
 Riwayat penyakit hidung dan tenggorokan berulang, hidung tersumbat dan rasa
tidak nyaman pada telingan (gangguan telinga) merupakan beberapa tanda dan gejala
yang dapat ditemui pada pasien dengan karsinoma nasofaring. Gangguan pada
telinga merupakan gejala dini yang imbul karena tempat asal tumor dekat dengan
muara tuba Eustachius (fossa Rossenmuller).
 Pada anamnesis pasien menyatakan bahwa ia bekerja pada pabrik kayu, dimana
pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang sering terpapar zat karsinogenik.
Pekerjaan dengan risiko paparan terhadap zat karsinogenik merupakan etiologi
yang sangat mungkin berhubungan dengan karsinoma nasofaring.
Untuk dapat menentukan terapi yang tepat bagi pasien tersebut, perlu diketahui stadium dari
karsinoma nasofaring yang dimiliki oleh pasien tersebut.

Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan didapatkan hasil terdapat benjolan atau tumor terbatas pada daerah
nasofaring, dari pemeriksaan CT-scan dan biopsi nasofaring didapatkan metastasis kgb unilateral dengan ukuran 5
cm di atas fossa supraklavikular.
Benjolan atau tumor terbatas pada daerah nasofaring (T1), Metastasis kgb unilateral dengan ukuran 5 cm di atas
fossa supraklavikular (N1) dan Tidak terdapat metastasis jauh (M0) = Stadium IIA
Penatalaksanaan :
 Stadium I : radioterapi
 Stadium II dan III : kemoradiasi
 Stadium IV dengan N < 6 cm : kemoradiasi
 Stadium IV dengan N > 6 cm : kemoterapi dosis penuh
dilanjutkan kemoradiasi
Jadi terapi paling tepat berdasarkan stadium dari pasien
tersebut adalah Kemoradiasi. Kemoradiasi adalah kemoterapi
yang diberikan bersamaan dengan radiasi. Kemoterapi
diberikan setiap awal minggu, sementara radiasi dilakukan
setiap hari sampai dosis total ditetapkan.
Daftar Pustaka :
Arsyad Efiaty, Iskandar Nurbaiti, Bashiruddin Jenny, Dwi Ratna.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta : FKUI.
Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5., Jakarta: Interna.,
2009:1035-37.

Anda mungkin juga menyukai