Anda di halaman 1dari 122

INVERTED PAPILLOMA

PRESENTATOR : CHRISTOPEL
PENDAHULUAN
 Tumor jinak epitel
 Tumbuh membalik kearah stroma di bawahnya
 Mudah pecah, Berwarna merah sampai keabuan, dan kadang terlihat
bening.

Sadeghi dkk,2008,Balenger JJ, 1994


 Mempunyai sifat khas:
1.proliferasi epitel disertai invasi kedalam stroma
2.destruktif
3. mudah kambuh dan dapat menjadi ganas
Sadeghi dkk,2008, Suh KW,1977
 Frekuensi → 0,5 % - 4 % dari semua tumor primer hidung
 Unilateral
 Laki – laki : wanita → 3 : 1
 Usia → 50 – 70 tahun
Samiharja J, 1989, William SP,2000
Penyebab????
keterlibatan
 infeksi hidung
 virus
 produk industri
 polip

proliferasi & metaplasia
Samiharja J, 1989, William SP,2000
 Terapi
pengangkatan massa
 THT RSUP DR Sardjito
(1986-1990)
20 orang penderita
Usia 26 – 74 th
pria : wanita = 4 : 1
Samiharja J,1989 Calcatera EC, 1984
 THT RS DR Kariadi 1980-1985

- 14 penderita
- Usia 45 – 55 tahun
- 9 pria dan 5 wanita
ANATOMI HIDUNG

Hidung terdiri dari :


- Hidung bagian luar ( Nasus Eksternus)
- Rongga hidung (Kavum Nasi)

William SP ,2000
 Kerangka tulang (1/3 bagian hidung
luar)sepasang os nasalis, proc os maxila
dan proc nasalis os frontalis

 Tulang rawan (2/3 bagian hidung luar)


 Kartilago nasallis lateralis superior,
 Kartilago nasalis inferior (alaris mayor
crus lateral & medial)
 Kartilago alaris minor
 Tepi anterior kartilago septum.
Kartilago alaris MAYOR
- Berbentuk seperti kupu-kupu (2
crura)
- Crus Lateral : lebar dan kuat
- Crus Medial : di kaudal
kartilago septi nasi

Kartilago alaris MINOR


- Bentuk tidak teratur, kecil
- Terletak disebelah dorsal
kartilago alar
mayor
RONGGA HIDUNG (KAVUM NASI)

• Tepat dibelakang nares anterior: Vestibulum


• Dilapisi oleh kulit dan kelenjar sebasea serta
rambut (vibrise)
• Tiap kavum nasi mempunyai 4 dinding :
- Dinding medial - Dinding Inferior
- Dinding lateral - Dinding Superior

William SP, 2000


DINDING MEDIAL
Dinding medial ialah Septum Nasi yang
dibentuk oleh
- Tulang
- Tulang rawan (kartilago)
Bagian TULANG
1. Lamina
perpendikularis os
Ethmoid
2. Vomer
3. Krista nasalis
os.Maksila
4. Krista nasalis
os.Palatina

Bagian tulang rawan : Kartilago septi nasi


Dinding Lateral
Terdapat 4 buah konka
(Turbinate) :
1. Konka Inferior (Terbesar)
2. Konka Media
3. Konka Superior
4. Konka Suprema (Rudimenter)

Diantara konka-konka dan dinding lateral


hidung terdapat celah sempit yg disebut
Terdapat 3 buah
meatus :
1. Meatus Inferior
2. Meatus Medius
3. Meatus Superior
Vaskularisasi Hidung
Aliran darah :
1. Arteri karotis interna
 arteri etmoidalis anterior & posterior
2. Arteri karotis eksterna
 arteri maksila interna  arteri spenopalatina
Vaskularisasi Dinding lateral
hidung:
a. ethmoidalis anterior
a. ethmoidalis posterior
a. sphenopalatina, a. palatina
desenden
Vaskularisasi Septum nasi:
a. ethmoidalis anterior –
pleksus kieselbach
a. ethmoidalis posterior
a. sphenopalatina
VASKULARISASI HIDUNG
19
Inervasi
 Sensoris :
n. Oftalmika
n. Ethmoidalis anterior
n. Ethmoidalis posterior
n. Supraorbital dan supratroclear

 Autonom :
Simpatis → n. Spinalis T1 – T2
Parasimpatis → nukleus salvatorius →
n. spenopalatinus
Fungsi mukosiliar

Yang terdiri
- epithel respiratori bersilia
- mukus blanket
- produksi mukus dari kelenjar
Semuanya berperan :
- mempertahankan kelembaban
- pembersihan udara
pernafasan
- eliminasi debris
Definisi
Tumor epitel jinak yang terdiri dari epitel batang di sertai epitel gepeng yang
berdeferensiasi baik.

Sadeghi N, Ballenger JJ, 1994


Etiologi
 Penyebab pasti ???
 Diduga adanya keterlibatan
- allergi
- virus
- infeksi kronis hidung dan sinus paranasal
Sadeghi N, Ballenger JJ, 1994
Gejala dan Tanda
 Hidung buntu biasanya unilateral
 Meler
 Kadang-kadang mimisan
 Adanya post nasal drip
 Masa di kavitas nasi
Hoffman SR, 1984
Stadium Inverted Papilloma
(Krouse)

 Stadium :
 I. tumor terbatas pada kavum nasi
 II. Tumor meluas ke sinus etmoid, bagian medial sinus
maksilaris
 III. Tumor meluas ke sisi lateral, inferior, superior,
anterior dan posterior dinding sinus maksilaris, sinus
frontalis dan sinus sphenoid
 IV. Tumor mulai keluar dari kavum nasi dan sinus
paranasal
Diagnosis
 Berdasarkan : gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
patologi anatomi dan pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan rinoskopi anterior, tampak masa putih, hampir
serupa dengan polip
 Gambaran mikroskopi, ketebalan epitel meningkat dengan
invaginasi epitel ke dalam stroma
 Radiologi tidak ada gambaran spesifik
Susilawati dkk,1990,Weisller
Penatalaksanaan
 Terapi medik / operasi

• Operasi Konservatif
• Ethmoidektomi
• Maksilektomi

 Radioterapi (masih diperdebatkan)

Madenhal WM, 1985


Laporan Kasus
Anamnesa
 Nama :BW
 Jenis kelamin :Laki-laki
 Umur :49 th
 Alamat :Sleman
 Pekerjaan :Wiraswasta
 RM :1.66.95.26
 Keluhan utama : hidung kanan buntu.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 tahun yang lalu pasien merasakan hidung
sebelah kanan buntu, terus-menerus dan mulai terasa
memberat 3 bulan yang lalu, dan pasien juga merasakan
adanya benjolan didalam hidung kanan. Pasien
mengeluhkan adanya cairan dari hidung kanan, kadang
bening cair, kadang kental kekuningan, berbau. Tidak
ada keluhan nyeri, tidak ada keluhan mimisan, tidak ada
keluhan kemeng-kemeng di wajah. Tidak ada keluhan
pada hidung kiri, telinga dan tenggorok.
 Riwayat penyakit dahulu :
 Sudah pernah mengalami keluhan yang sama 7 tahun lalu, dan dioperasi hidung
di RS swasta di Jogja pada bulan Februari 2013, serta membawa hasil PA yang
didiagnosa dengan Inverted Papilloma.
 Riwayat menderita alergi : disangkal
 Riwayat menderita diabetes militus : disangkal
 Riwayat menderita hipertensi : disangkal
 Riwayat penyakit keluarga :
 Riwayat menderita keluhan yang sama (-)
Pemeriksaan Fisik
Status General :
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umun baik, gizi cukup, compos mentis.
 Tekanan darah : 120/80 mmHg,
 Nadi : 80x/menit,
 Suhu : 37ºC
 Pernafasan 20 /menit.
Pemeriksaan THT
Telinga : CAE dan MT : dbn
Hidung :
Rhinoskopi Antor
pada kavum nasai dektra didapatkan massa putih, permukaan tidak rata,
discharge (+) bening, encer, deviasi septum kekiri dan nasal hemoragi (-).
Rhinoskopi Postor
Tampak massa putih, permukaan tidak rata memenuhi kavum nasi dekstra
 Pemeriksaan telinga dalam batas normal
 Pemeriksaan orofaring dalam batas normal
CT Scan
 Hasil CT Scan, tampak torus tubarius dan fossa rosenmuller tidak
simetris, tampak lesi isodens di cavum nasi dextra yang meluas sampai
sinus maxilaris dextra, sinus ethmoidalis dextra dan sinus sphenoidalis
dextra.
 Kesan: Massa cavum nasi dextra yang meluas ke sinus maxilaris
dextra, sinus ethmoidalis dextra dan sinus sphenoidalis dextra
Patologi Anatomi
 Mikroskopik jaringan kavum nasi dengan proliferasi epitel skuamous
yang tumbuh masuk kedalam stroma. Stroma sembab dengan sebukan
limfosit, eosinofil, serta sedikit leukosit pmn. Tidak didapatkan tanda
ganas. Kesimpulan biopsi kavum nasi : inverted papiloma
Diagnosis
 Inverted Papilloma Nasal Dektra
Penatalaksanaan
Ektirpasi tumor dengan pendekatan rhinotomi lateral
Masalah
- Rekurensi
Plan
- Kontrol berkala ke poli THT post mondok
Diskusi
 Untuk menegakkan diagnosa Inverted Papilloma secara pasti selain
anamnesa, gejala klinik, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis
adalah pemeriksaan laboratorium (biopsi).
 Tindakan biopsi dapat dilakukan secara intra nasal
maupun ekstra nasal, biopsi multiple lebih tepat
dilakukan karena penting untuk menegakkan
diagnosa, hal ini dapat menghindari kesalahan
diagnosa yang disebabkan oleh keganasan yang dapat
terjadi secara bersama-sama.
Pada pasien ini setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
PA, CT Scan dan biopsi post operasi dapat ditegakkan diagnosa inverted
papiloma
Walaupun inverted papiloma merupakan tumor jinak, tetapi oleh karena sifat
– sifatnya yang agresif mendestruksi jaringan sekitarnya, terutama sekitar
cavitas nasi dan sinus para nasal
Dari gambaran CT Scan tanpak adanya destruksi di dinding medial sinus
maksila dan massa meluas ke kavum nasi dan sinus etmoid dekstra.
 Inverted papiloma menurut Suh K et al 1977
menyatakan bahwa kekambuhan meningkat pada
tumor – tumor dengan gambaran atipi yang menonjol,
dan Vrabec et al, 1975, mengemukakan sel – sel
epitel seragam dengan ukuran dan bentuk yang sama
disertai maturasi epitel dan bentuk – bentuk atipy
yang minimal kadang – kadang didapatkan mitosis
 Pada pemeriksaan biopsi post operasi didapat adanya
epitel skuamous kompleks dan kolumnar kompleks
yang tumbuh kedalam mukosa, sebagian tampak
diantara fragmen tulang, sel – sel relatif monomorf
dengan membran basal yang masih utuh. Tampak
beberapa sel atipik
Beberapa ahli menduga bahwa kekambuhan terjadi
oleh karena inverted papiloma berasal dari multi
focal, meskipun para ahli lain lebih setuju bahwa
penyebab utama kekambuhan oleh karena
pengangkatan yang tidak bersih, sehingga tumor
akan kambuh lagi pada tempat pengangkatan
sebelumnya (Weisllerbet al, 1986, SegalbK et al,
1986, dan Lawson et al 1989)
Menurut Lawson et al, 1989, Frekuensi kekambuhan sesudah pengangkatan
berhubungan langsung dengan metode operasi.
 Eksisi terbatas meliputi intra nasal polipektomi,
conchotomi,CWL, etmoidektomi extra nasal
mengakibatkan frekuensikekambuhan 41 % saampai
71 %. Sebaliknya rhinotomi lateralis dikombinasikan
dengan maksilektomi medial akan memperkecil
frekuensi kekambuhan menjadi 6 % sampai 29 %
(Lawson et al 1989)
Disamping mengurangi frekuensi kekambuhan
rhinotomi lateralis juga memiliki kerugian atau
komplikasi meliputi dacryocystitis, odema palpebra,
diplopia disamping komplikasi lebih lanjut yakni
sikatriks dan fistula nasokutaneus
Kesimpulan
Telah dilaporkan pasien laki-laki usia 49 tahun dengan diagnosa inverted
papilloma nasal dekstra, yang dipertegas dengan pemeriksaan biopsi dan
telah dilakukan ekstirpasi tumor dengan pendekatan rhinotomi lateral.
Pasien disarankan untuk kontrol untuk memantau perkembangan
penyakitnya.
Terima Kasih

Mohon Asupan
Sinonim:

Schnei Papillo Papillo Papillo Papillo


derian ma jinak ma ma sel ma sel
papillo mukosa epiteli transisi squam
ma, hidung, onal, ous.
al,
Alper-Myer-Eibling, 2001
Rinotomi Lateral
 Definition: This surgical procedure provides adequate exposure to the
inside of the nasal cavity, upper midface, nasal root, and the ethmoids. 
This surgery was first described by Michaux in 1853 and later
perfected by Moure.
Indikasi…..

1. To remove benign tumors involving the nose and


para nasal sinuses
2. To remove impacted nasal foreign bodies from the
nasal cavity
3. Variations of this incision can be used to perform
maxillectomy
 Complications:

1. Bleeding from angular vein

2. Wound infection

3. Wound dehiscence

4. Injury to infraorbital nerve / vessels


 Incision:  The incision is named after Moure (Moure's lateral
rhinotomy).  The incision is started from the inner extremity
of the eyebrow, descending along the lateral wall of the nose
over the naso labial fold.  It is curved up to the alar margin. 
 The classic Moure's incision should not extend into the
vestibule of the nose. 
 The advantage of this incision is that it can be extended above
and below to facilitate better exposure of midface, anterior
skull base and orbit.  The incision heals with minimal
scarring. 
 Soft tissue dissection: The dissection is deepened up to the
level of bone, the soft tissue is mobilised from the
underlying ethmoid bone, antromedial antral wall and
nasal pyramid.  This gives excellent access into the nasal
cavity.

In the video clipping shown below the rhinolith from inside


the nasal cavity is removed via this procedure.  The wound
is seen being closed in layers.
DEFINISI INVERTED PAPILLOMA
 Kantung mukosa yang berisi edema, jaringan fibrous, pembuluh darah, sel
inflamasi, dan kelenjar (Kennedy,2001)
 Kondisi inflamasi reaktif mukosa hidung & sinus paranasal yang menahun
idiopatik (Lee, 2003)
Gejala klinik (Scott Brown,1997)

• Obstruksi nasal  keluhan utama


• Rhinora, bersin bersin
• Hiposmia/anosmia
• Post nasal drip
• Nyeri kepala
• Epistaksis
TANDA – TANDA KLINIS
 Hidung Luar : wajah melebar, frog
like
 Rinoskopi anterior : tampak polip
yang mulus, pucat, warna seperti
mutiara, mengkilat, tidak nyeri
terhadap sentuhan
(Bhargava, 2002)
DIAGNOSIS

 GEJALA KLINIS :
1) Hidung tersumbat
2) Bersin-bersin
3) Discharge
4) Expansion of the nose
5) Anosmia
6) Mendengkur/nafas lewat mulut
7) Pusing, epiphora, PNDjarang
8) Bicara terganggu sengau
TABLE. Diagnosis nasal obstruction (resulting from common causes)

Diagnosis Symptoms Tests

Allergy Bilateral nasal obstruction, history of seasonal Skin tests, RAST, food
obstruction, pale/bluish nasal mucosa allergen testing
Sinusitis Mucopus on anterior rhinoscopy, pain during CT scan of sinuses, ultrasound
percussion of involved sinus of sinuses
Septal deviation Septal deviation on physical examination, CT of sinuses/septum
unilateral nasal obstruction
Neoplasm Obvious mass on physical examination CT scan of sinuses, biopsy
Turbinate Turbinate enlargement (usually inferior) on Direct inspection
hypertrophy physical examination
Vasomotor rhinitis Clear glary mucus Rule out other etiologies
Septal perforation Septal perforation on physical examination Direct inspection
Valvular collapse Nasal 砺 alvular ・ collapse on deep inspiration Cottle test, observation of a
deep inspiration
Choanal atresia Unilateral (or bilateral) nasal obstruction with Sagittal CTs through
clear rhinorrhea nasopharynx

RAST, radioallergosorbent test.


PATHOGENESIS
Changes of
Ciliary &
the mucosal
epithelial
gas
damage
metabolism
Change of the
Change in the
host milieu.
composition & pH
Bacterial become
of secretion
pathogenic

Inflammation of Stagnation o
the lamina propria secretion

Inhibition of
Increased
ventilation &
mucosal thickness
drainage
Ostium
Occlusion
TERAPI
 Konservatif
- Kortikosteroid
- Antihistamin
- Antibiotik polipoid dg curiga sinusitis
- Dekongestan
 Operasi- Polipektomi
- Sinuskopi
- Caldwell-Luc
- Etmoidektomi
Definisi
 Merupakan suatu kelompok lesi jinak yang berasal dari permukaan mukosa
sinonasal atau mukosa schneiderian. Disebut juga schneiderian papillomas
(SPs) of the nose. Lesi neoplastik ini dapat dengan mudah dikenali secara
histopatologis
Histopatologi

 Menurut gambaran histopatologinya dibagi menjadi 3 subtipe : (1)


Inverted Papilloma; (2) fungiform papilloma ; (3) cylindric cell
papilloma .

1.Inverted papilloma
 pola pertumbuhan endofit atau ke dalam
 pada dinding nasal lateral
 ± 47% dari seluruh kasus SPs
 Laki-laki : wanita = rasio 5 : 1
 pada usia 40-70 tahun
 Gross Appearance
permukaan
bergelombang dan
tampak lubang lubang –
lubang kecil, tempat
mucosal sinus-like
inversions.
 Mikroskopik :
 invagination of sinus-like character yang dilapisi oleh banyak epitel
skuamosa bertingkat bergantian dengan atau bahkan dilapisi oleh
sel-sel epitel bertingkat bersilia atau bersel goblet yang melapisi
saluran pernapasan.
 Sel-sel epitel skuamosa yang melipat kedalam atau pada permukaan
sering terisi penuh dengan glikogen.
 Produksi keratin oleh epitel skuamosa jarang terjadi.
 Bila ini terjadi  kemungkinan adanya keganasan yang berbasis
dari papiloma.
 Jaringan terdiri dari sel-sel radang akut dan kronis.
 Gambaran mitosis pada epitel yang bertumpukan sering
terjadi, biasanya di dekat lapisan basal.
 Woodson et al. (1985) menemukan ada tidaknya
gambaran mitosis berhubungan dengan angka rekurensi
sebesar 37%.
 Gambaran mitosis hingga 2 per high power field 
rekurens 80%. >2 mitosis per high power field 
rekurensi 88 %
2. fungiform papilloma
 ± 50% kasus SPs
 pola pertumbuhan yang exofit (ke arah luar).
 pada septum nasi,
 pada usia 20-50
 laki-laki > wanita
 Gross Appearance : lesi tampak menonjol, menyatu,
kasar dengan konsistensi elastis. Lesi ini melekat pada
mukosa melalui dasar yang luas
 Mikroskopik :
 Fingers of growth yang dilapisi epitel skuamosa yang
tumbuh keluar dari mukosa septum.
 Tidak ditemukan adanya glikogen
 Epitel permukaan dibentuk oleh epitel respiratorik
bercilia atau yang tipe mucus
3. Cylindrical papillomas
 tipe yang paling jarang ditemukan ( 3-5%)
 disebut juga oncocytic SPs,
 biasa ditemukan pada dinding lateral nasal, sinus
maksilaris, dan etmoidalis.
 orang dewasa usia 40-70 tahun,
 tidak ada perbedaan frekuensi antara pria dan wanita.
 Gross Appearance  suatu fragmen yang opak,
kuning-keabu-abuan, dan mudah pecah. Permukaan
tidak halus tapi bergranular halus
 Mikroskopik :
 Mempunyai ciri mukosa memutar keluar membentuk
rentetan seperti daun pakis ( everted frond – like series)
yang dilapisi oleh epitel respiratorik.
 Bermacam-macam kista yang berisi mucus terdapat
diantara sel-sel epitel dengan sitoplasma eosinofilik
Gross appereance of inverted papilloma
(www.drtbalu.com- otolaryngology online)
Modality: CT
From the case: Inverted papilloma
Diagnosa banding
 Polip nasi
 Angiofibroma
 Karsinoma sinonasal
Polip nasi
 Definisi
 Polip nasi adalah lesi abnormal yang berasal dari mukosa nasal atau sinus
paranasal (Brown, 2001). Polip merupakan suatu hasil akhir dari berbagai proses
penyakit di Cavum nasi.
 Pertumbuhan ini sering berasal dari sinus
ethmoidalis, biasanya bilateral dan bentuknya
multiple. Bila tumbuh dari sinus maksilaris
bentuknya soliter dan biasanya unilateral.
 Pada keadaan yang terakhir ini disebut pula
anthrochoanal polip, sebab massa polip setelah
keluar dari antrum melalui ostiumnya akan
tumbuh kearah choanae.
Polip nasi
 Patogenesis polip nasi belum jelas. Perkembangan polip diduga berhubungan
dengan inflamasi kronis, disfungsi sistem saraf otonom, predisposisi genetik.
 Kebanyakan teori mempertimbangkan bahwa
polip nasi merupakan manifestasi dari proses
inflamasi kronis. Kebanyakan studi menganggap
bahwa polip nasi tidak berhubungan dengan
proses alergi, karena secara statistik polip nasi
umumnya ditemukan pada pasien asma non alergi
(13%), asma alergi (5%) dan hanya 0,5 % dari
3000 individu atopi dengan polip nasi.
 Penatalaksanaan polip nasi biasanya derngan pendekatan
medical care dengan menggunakan oral dan topikal nasal
steroid. Antihistamin, dekongestan dan sodium kromolin
hanya sedikit memberikan manfaat. Imunoterapi
mungkin berguna pada kasus dengan rinitis alergi.
Pendekatan lain adalah dengan Surgical care.

 Intervensi bedah digunakan terutama pada anak
dengan polip nasi multipel atau rinosinusitis
kronis yang tidak berhasil dengan pengobatan.
 Polipektomi sangat efektif untuk mengatasi nasal
symptom, khususnya pada sejumlah kecil polip.
Sedangkan pada polip nasi multipel biasanya
kekambuhannya tinggi.
Patologi polip nasi
 Makroskopis polip nasi tampak sebagai masa yang lunak,
permukaan licin, bertangkai, dengan warna bervariasi
kadang translucent, putih dan keruh, kekuningan, merah
muda dan dapat pula merah seperti warna daging.
 Mikroskpis tampak jaringan submukosa yang
oedem, terdapat banyak cairan serous pada
ruangan interseluler, diantaranya terdapat relatif
sedikit jaringan fibrous. Ditemukan infiltrasi
neutrofil, eosinofil, limfosit dan sel plasma. Pada
stadium awal dilapisi oleh epitel pseudokolumner
besilia, tetapi pada stadium lanjut mengalami
metaplasi menjadi sepitel squamous. Membrana
basalis menebal mengalami hialinisasi.
Gambaran klinis polip nasi
 Gejala utama polip nasi adalah sumbatan dan hilangnya
sensasi pembau. Berat ringannya tergantung besar kecilnya
polip .
 Dapat unilateral atau bilateral atau pada saat mendapat
serangan radang maupun alergi. Rhinorrhoe biasanya encer
atau mukopurulen bila ada infeksi, dapat menetes ke belakang
sebagai post nasal drip.
 Keluhan sering disertai bersin-bersin bila latar belakang alergi
yang mendasarinya. Infeksi sinus paranasalis dapat terjadi
bersama-sama dengan polip nasi.
Gambaran klinis polip nasi
 Rinoskopi anterior, massa polip akan terlihat dan dengan
menggunakan sonde bisa diidentifikasi multiple atau soliter, dan
asal atau pangkal polip yang biasanya dari meatus nasi media.
 Dengan melihat kedua lubang hidung massa polip akan terlihat
bilateral dan multiple. Biasanya berasal dari sinus ethmoidalis dan
pada kasus yang sudah lama dapat mendesak tulang hidung ke
depan sehingga terjadi pelebaran batang hidung.
 Rinonoskopi posterior, terutama digunakan untuk melihat
antrochoanal polip. Umumnya terjadi pada dekade kedua
kehidupan.
Pemeriksaan penunjang polip nasi
 Radiologis, pada posisi occipitofrontal dapat dinilai adanya
massa polip di cavum nasi sebagai bayangan jaringan
lunak. Pada posisi occipitomental keadan antrum mungkin
ditemukan adanya penebalan mukosa atau timbunan cairan
yang terlihat sebagai bayangan air fluida level.
 Antrochoanal polip pada posisi lateral tampak sebagai
bayangan radiolusen antara atap nasofaring dan palatum
molle, walaupun harus dipikirkan juga kemungkinan
pembesaran adenoid
 Pemeriksaan patologi anatomi, dilakukan dari bahan operasi yang
sebelumnya makroskopis dicurigai adanya keganasan.
TERAPI POLIP NASI
 Pengobatan terdiri atas 2 macam yaitu konservatif yang
terdiri atas pemberian antihistamin dan kortikosteroid baik
secara sistemik maupun local. Bila dengan cara ini gagal
maka dilakukan tindakan operatif.
 Perlu diperhatikan bahwa polip nasi adalah proses
degenerasi hidropik sebagai akibat kelainan yang melatar
belakangi, maka setelah tindakan polipektomi perlu
dilakukan tindakan untuk mengatasi kelainan yang melatar
belakangi tersebut, misalnya untuk alergi dengan
desensitisasi.
Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma (JNA)
 Tumor jinak yg jarang
 Dapat terjadi pada laki-laki dewasa.
 Gejala :
 Epistaxis
 Massa di cavum nasi
 Dapat extensi ke luar cavum nasi shg menyebabkan gejala:
 Obstruksi nasal
 Massa di wajah
 Proptosis
 Unilateral
JNA
 CT-scan
 MRI  untuk massa yg menyerang ke daerah lain, mis : orbita
JNA
 Bopsi dapat dilakukan jika ;
 Gejala klinik yg hampir sama dgn pykt lain
 Spt : tumor penyebaran luas,
 Gambaran yg infiltratif dari CT/ imaging
 Adanya lymphadenopathi
 Dan pada pasien wanita
Terapi JNA
 Standart : operatif
 Radioterapi can be done if the patient have asymptomatic
 Refuse surgery with severe epistaxis :
 -embolisasi -angiografi emergensi
JNA
 Biasanya terbatas pada : cavum nasi, nasopharynx, SPN, fossa
pterigopalatna, fossa medial infratemporal
 Surgery: transpalatal , transantral mempunyai jumlah minimal kekambuhan
External Ethmoidectomy Procedure
Pictures of Total Maxillectomy and Obturator
 Total Maxillectomy for cancer of the maxillary sinus, resulting in a large
defect in the roof of the mouth which communicates with the nose and
nasopharynx. See enlarged picture below.
 An Obturator is worn by the patient to seal the defect and allow the
patient to eat and speak.
 Magnified picture of total
maxillectomy.  After
removing the roof of the
maxillary antrum, its floor
(the hard palate) and its
medial wall, one can look
from the mouth and see the
floor of the orbit, the ethmoid
sinus and thenasopharynx. 
 Occasionally, the orbit is
exenterated and its floor
removed, thus resulting in one
large cavity.
 A lateral rhinotomy incision is made beginning in the medial aspect of the
eyebrow, angling around to midway up the lateral wall of the nose and into the
alar groove. A notch can be made in the medial canthal area to prevent
webbing. The exposure should be adequate without cutting the lip which also
leaves better final cosmesis. A subperiosteal dissection is performed exposing
the anterior wall of the maxillary sinus. The infraorbital nerve is identified and
protected. The medial wall of the orbit is dissected exposing the anterior and
posterior ethmoid artery which will be the superior most aspect of the
dissection. The lacrimal sac is dissected out of its sulcus and at its most distal
aspect divided. An antrostomy in to the maxillary sinus is performed and then
the remainder of the maxillary sinus is removed taking care to preserve the
infraorbital nerve. 
 Medial Maxillectomy:
Medial maxillectomy through lateral rhinotomy incision is the gold standard for
the removal of inverted papilloma. It has the advantages of excellent exposure
of the lateral nasal wall and paranasal sinuses. The success is related to the en
bloc resection of the lateral nasal wall, ethmoid labyrinth, and medial portion of
the maxilla which are the sites of formation and extension of this tumor. 
 This is a procedure that allows visualization of the tumor margins while
allowing preservation of the orbital rim, the eye and its attachments, the lacrimal
apparatus, the nasal pyramid, and the palate. The medial maxillectomy allows an
en bloc removal of the ethmoidal labyrinth and the medial aspect of the maxilla
from the cribriform plate superiorly to the floor of the nose inferiorly; and from
the anterior extent of the ethmoidal cells back to the area of the optic nerve. The
lamina papyracea is included in the tissue block. This technique can be
expanded to involve the removal of the cribriform plate when combined with an
intracranial approach. 
 W.H.O. Has histologically classified nasal papillomas into
three types according to its histology. These include:

 1.Exophytic papilloma – originates mainly from the nasal septum


 2.Inverted papilloma – Typically arises from the lateral nasal wall
or within the
maxillary sinus
 3.Columnar cell papilloma – commonly arises from lateral nasal
wall
Symptoms: Include
Unilateral nasal obstruction– This occurs when the
mass is sufficiently large to cause
airway obstruction.
Nasal discharge– This is due to retained secretions
in the nasal cavity and the
excessive mucous secretions from mucoid glands
present in the nasal mucosa.
Epistaxis– Commonly unilateral and occurs
unprovoked. Usually self limiting in
nature.
Head ache– Is caused due to blockage of the normal
sinus drainage. If the head ache is intense and
nocturnal then malignant transformation eroding the
skull base should be suspected.
Sinusitis & swelling involving the nose– This is
usually due to the mass obstructing
the sinus drainage. Swelling is seen in the alar region
(flaring of the ala).
Anosmia– This is very rare and is seen only in
patients with bilateral mass lesions.
Hearing impairment– Is caused when the mass
expands into the naso pharynx to

involve the eustachean tube. This can also cause


tinnitus rarely.
Epiphora– This is caused due to blockage of naso
lacrimal duct at the inferior meatus
Numbness over cheek– Due to involvement of
infraorbital nerve
Altered speech– Occurs when the mass involves the
nasopharynx
Proptosis– Is seen in patients in whom the lamina
papyracea has been breached

Anda mungkin juga menyukai