PRESENTATOR : CHRISTOPEL
PENDAHULUAN
Tumor jinak epitel
Tumbuh membalik kearah stroma di bawahnya
Mudah pecah, Berwarna merah sampai keabuan, dan kadang terlihat
bening.
- 14 penderita
- Usia 45 – 55 tahun
- 9 pria dan 5 wanita
ANATOMI HIDUNG
William SP ,2000
Kerangka tulang (1/3 bagian hidung
luar)sepasang os nasalis, proc os maxila
dan proc nasalis os frontalis
Autonom :
Simpatis → n. Spinalis T1 – T2
Parasimpatis → nukleus salvatorius →
n. spenopalatinus
Fungsi mukosiliar
Yang terdiri
- epithel respiratori bersilia
- mukus blanket
- produksi mukus dari kelenjar
Semuanya berperan :
- mempertahankan kelembaban
- pembersihan udara
pernafasan
- eliminasi debris
Definisi
Tumor epitel jinak yang terdiri dari epitel batang di sertai epitel gepeng yang
berdeferensiasi baik.
Stadium :
I. tumor terbatas pada kavum nasi
II. Tumor meluas ke sinus etmoid, bagian medial sinus
maksilaris
III. Tumor meluas ke sisi lateral, inferior, superior,
anterior dan posterior dinding sinus maksilaris, sinus
frontalis dan sinus sphenoid
IV. Tumor mulai keluar dari kavum nasi dan sinus
paranasal
Diagnosis
Berdasarkan : gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
patologi anatomi dan pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan rinoskopi anterior, tampak masa putih, hampir
serupa dengan polip
Gambaran mikroskopi, ketebalan epitel meningkat dengan
invaginasi epitel ke dalam stroma
Radiologi tidak ada gambaran spesifik
Susilawati dkk,1990,Weisller
Penatalaksanaan
Terapi medik / operasi
• Operasi Konservatif
• Ethmoidektomi
• Maksilektomi
Mohon Asupan
Sinonim:
2. Wound infection
3. Wound dehiscence
GEJALA KLINIS :
1) Hidung tersumbat
2) Bersin-bersin
3) Discharge
4) Expansion of the nose
5) Anosmia
6) Mendengkur/nafas lewat mulut
7) Pusing, epiphora, PNDjarang
8) Bicara terganggu sengau
TABLE. Diagnosis nasal obstruction (resulting from common causes)
Allergy Bilateral nasal obstruction, history of seasonal Skin tests, RAST, food
obstruction, pale/bluish nasal mucosa allergen testing
Sinusitis Mucopus on anterior rhinoscopy, pain during CT scan of sinuses, ultrasound
percussion of involved sinus of sinuses
Septal deviation Septal deviation on physical examination, CT of sinuses/septum
unilateral nasal obstruction
Neoplasm Obvious mass on physical examination CT scan of sinuses, biopsy
Turbinate Turbinate enlargement (usually inferior) on Direct inspection
hypertrophy physical examination
Vasomotor rhinitis Clear glary mucus Rule out other etiologies
Septal perforation Septal perforation on physical examination Direct inspection
Valvular collapse Nasal 砺 alvular ・ collapse on deep inspiration Cottle test, observation of a
deep inspiration
Choanal atresia Unilateral (or bilateral) nasal obstruction with Sagittal CTs through
clear rhinorrhea nasopharynx
Inflammation of Stagnation o
the lamina propria secretion
Inhibition of
Increased
ventilation &
mucosal thickness
drainage
Ostium
Occlusion
TERAPI
Konservatif
- Kortikosteroid
- Antihistamin
- Antibiotik polipoid dg curiga sinusitis
- Dekongestan
Operasi- Polipektomi
- Sinuskopi
- Caldwell-Luc
- Etmoidektomi
Definisi
Merupakan suatu kelompok lesi jinak yang berasal dari permukaan mukosa
sinonasal atau mukosa schneiderian. Disebut juga schneiderian papillomas
(SPs) of the nose. Lesi neoplastik ini dapat dengan mudah dikenali secara
histopatologis
Histopatologi
1.Inverted papilloma
pola pertumbuhan endofit atau ke dalam
pada dinding nasal lateral
± 47% dari seluruh kasus SPs
Laki-laki : wanita = rasio 5 : 1
pada usia 40-70 tahun
Gross Appearance
permukaan
bergelombang dan
tampak lubang lubang –
lubang kecil, tempat
mucosal sinus-like
inversions.
Mikroskopik :
invagination of sinus-like character yang dilapisi oleh banyak epitel
skuamosa bertingkat bergantian dengan atau bahkan dilapisi oleh
sel-sel epitel bertingkat bersilia atau bersel goblet yang melapisi
saluran pernapasan.
Sel-sel epitel skuamosa yang melipat kedalam atau pada permukaan
sering terisi penuh dengan glikogen.
Produksi keratin oleh epitel skuamosa jarang terjadi.
Bila ini terjadi kemungkinan adanya keganasan yang berbasis
dari papiloma.
Jaringan terdiri dari sel-sel radang akut dan kronis.
Gambaran mitosis pada epitel yang bertumpukan sering
terjadi, biasanya di dekat lapisan basal.
Woodson et al. (1985) menemukan ada tidaknya
gambaran mitosis berhubungan dengan angka rekurensi
sebesar 37%.
Gambaran mitosis hingga 2 per high power field
rekurens 80%. >2 mitosis per high power field
rekurensi 88 %
2. fungiform papilloma
± 50% kasus SPs
pola pertumbuhan yang exofit (ke arah luar).
pada septum nasi,
pada usia 20-50
laki-laki > wanita
Gross Appearance : lesi tampak menonjol, menyatu,
kasar dengan konsistensi elastis. Lesi ini melekat pada
mukosa melalui dasar yang luas
Mikroskopik :
Fingers of growth yang dilapisi epitel skuamosa yang
tumbuh keluar dari mukosa septum.
Tidak ditemukan adanya glikogen
Epitel permukaan dibentuk oleh epitel respiratorik
bercilia atau yang tipe mucus
3. Cylindrical papillomas
tipe yang paling jarang ditemukan ( 3-5%)
disebut juga oncocytic SPs,
biasa ditemukan pada dinding lateral nasal, sinus
maksilaris, dan etmoidalis.
orang dewasa usia 40-70 tahun,
tidak ada perbedaan frekuensi antara pria dan wanita.
Gross Appearance suatu fragmen yang opak,
kuning-keabu-abuan, dan mudah pecah. Permukaan
tidak halus tapi bergranular halus
Mikroskopik :
Mempunyai ciri mukosa memutar keluar membentuk
rentetan seperti daun pakis ( everted frond – like series)
yang dilapisi oleh epitel respiratorik.
Bermacam-macam kista yang berisi mucus terdapat
diantara sel-sel epitel dengan sitoplasma eosinofilik
Gross appereance of inverted papilloma
(www.drtbalu.com- otolaryngology online)
Modality: CT
From the case: Inverted papilloma
Diagnosa banding
Polip nasi
Angiofibroma
Karsinoma sinonasal
Polip nasi
Definisi
Polip nasi adalah lesi abnormal yang berasal dari mukosa nasal atau sinus
paranasal (Brown, 2001). Polip merupakan suatu hasil akhir dari berbagai proses
penyakit di Cavum nasi.
Pertumbuhan ini sering berasal dari sinus
ethmoidalis, biasanya bilateral dan bentuknya
multiple. Bila tumbuh dari sinus maksilaris
bentuknya soliter dan biasanya unilateral.
Pada keadaan yang terakhir ini disebut pula
anthrochoanal polip, sebab massa polip setelah
keluar dari antrum melalui ostiumnya akan
tumbuh kearah choanae.
Polip nasi
Patogenesis polip nasi belum jelas. Perkembangan polip diduga berhubungan
dengan inflamasi kronis, disfungsi sistem saraf otonom, predisposisi genetik.
Kebanyakan teori mempertimbangkan bahwa
polip nasi merupakan manifestasi dari proses
inflamasi kronis. Kebanyakan studi menganggap
bahwa polip nasi tidak berhubungan dengan
proses alergi, karena secara statistik polip nasi
umumnya ditemukan pada pasien asma non alergi
(13%), asma alergi (5%) dan hanya 0,5 % dari
3000 individu atopi dengan polip nasi.
Penatalaksanaan polip nasi biasanya derngan pendekatan
medical care dengan menggunakan oral dan topikal nasal
steroid. Antihistamin, dekongestan dan sodium kromolin
hanya sedikit memberikan manfaat. Imunoterapi
mungkin berguna pada kasus dengan rinitis alergi.
Pendekatan lain adalah dengan Surgical care.
Intervensi bedah digunakan terutama pada anak
dengan polip nasi multipel atau rinosinusitis
kronis yang tidak berhasil dengan pengobatan.
Polipektomi sangat efektif untuk mengatasi nasal
symptom, khususnya pada sejumlah kecil polip.
Sedangkan pada polip nasi multipel biasanya
kekambuhannya tinggi.
Patologi polip nasi
Makroskopis polip nasi tampak sebagai masa yang lunak,
permukaan licin, bertangkai, dengan warna bervariasi
kadang translucent, putih dan keruh, kekuningan, merah
muda dan dapat pula merah seperti warna daging.
Mikroskpis tampak jaringan submukosa yang
oedem, terdapat banyak cairan serous pada
ruangan interseluler, diantaranya terdapat relatif
sedikit jaringan fibrous. Ditemukan infiltrasi
neutrofil, eosinofil, limfosit dan sel plasma. Pada
stadium awal dilapisi oleh epitel pseudokolumner
besilia, tetapi pada stadium lanjut mengalami
metaplasi menjadi sepitel squamous. Membrana
basalis menebal mengalami hialinisasi.
Gambaran klinis polip nasi
Gejala utama polip nasi adalah sumbatan dan hilangnya
sensasi pembau. Berat ringannya tergantung besar kecilnya
polip .
Dapat unilateral atau bilateral atau pada saat mendapat
serangan radang maupun alergi. Rhinorrhoe biasanya encer
atau mukopurulen bila ada infeksi, dapat menetes ke belakang
sebagai post nasal drip.
Keluhan sering disertai bersin-bersin bila latar belakang alergi
yang mendasarinya. Infeksi sinus paranasalis dapat terjadi
bersama-sama dengan polip nasi.
Gambaran klinis polip nasi
Rinoskopi anterior, massa polip akan terlihat dan dengan
menggunakan sonde bisa diidentifikasi multiple atau soliter, dan
asal atau pangkal polip yang biasanya dari meatus nasi media.
Dengan melihat kedua lubang hidung massa polip akan terlihat
bilateral dan multiple. Biasanya berasal dari sinus ethmoidalis dan
pada kasus yang sudah lama dapat mendesak tulang hidung ke
depan sehingga terjadi pelebaran batang hidung.
Rinonoskopi posterior, terutama digunakan untuk melihat
antrochoanal polip. Umumnya terjadi pada dekade kedua
kehidupan.
Pemeriksaan penunjang polip nasi
Radiologis, pada posisi occipitofrontal dapat dinilai adanya
massa polip di cavum nasi sebagai bayangan jaringan
lunak. Pada posisi occipitomental keadan antrum mungkin
ditemukan adanya penebalan mukosa atau timbunan cairan
yang terlihat sebagai bayangan air fluida level.
Antrochoanal polip pada posisi lateral tampak sebagai
bayangan radiolusen antara atap nasofaring dan palatum
molle, walaupun harus dipikirkan juga kemungkinan
pembesaran adenoid
Pemeriksaan patologi anatomi, dilakukan dari bahan operasi yang
sebelumnya makroskopis dicurigai adanya keganasan.
TERAPI POLIP NASI
Pengobatan terdiri atas 2 macam yaitu konservatif yang
terdiri atas pemberian antihistamin dan kortikosteroid baik
secara sistemik maupun local. Bila dengan cara ini gagal
maka dilakukan tindakan operatif.
Perlu diperhatikan bahwa polip nasi adalah proses
degenerasi hidropik sebagai akibat kelainan yang melatar
belakangi, maka setelah tindakan polipektomi perlu
dilakukan tindakan untuk mengatasi kelainan yang melatar
belakangi tersebut, misalnya untuk alergi dengan
desensitisasi.
Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma (JNA)
Tumor jinak yg jarang
Dapat terjadi pada laki-laki dewasa.
Gejala :
Epistaxis
Massa di cavum nasi
Dapat extensi ke luar cavum nasi shg menyebabkan gejala:
Obstruksi nasal
Massa di wajah
Proptosis
Unilateral
JNA
CT-scan
MRI untuk massa yg menyerang ke daerah lain, mis : orbita
JNA
Bopsi dapat dilakukan jika ;
Gejala klinik yg hampir sama dgn pykt lain
Spt : tumor penyebaran luas,
Gambaran yg infiltratif dari CT/ imaging
Adanya lymphadenopathi
Dan pada pasien wanita
Terapi JNA
Standart : operatif
Radioterapi can be done if the patient have asymptomatic
Refuse surgery with severe epistaxis :
-embolisasi -angiografi emergensi
JNA
Biasanya terbatas pada : cavum nasi, nasopharynx, SPN, fossa
pterigopalatna, fossa medial infratemporal
Surgery: transpalatal , transantral mempunyai jumlah minimal kekambuhan
External Ethmoidectomy Procedure
Pictures of Total Maxillectomy and Obturator
Total Maxillectomy for cancer of the maxillary sinus, resulting in a large
defect in the roof of the mouth which communicates with the nose and
nasopharynx. See enlarged picture below.
An Obturator is worn by the patient to seal the defect and allow the
patient to eat and speak.
Magnified picture of total
maxillectomy. After
removing the roof of the
maxillary antrum, its floor
(the hard palate) and its
medial wall, one can look
from the mouth and see the
floor of the orbit, the ethmoid
sinus and thenasopharynx.
Occasionally, the orbit is
exenterated and its floor
removed, thus resulting in one
large cavity.
A lateral rhinotomy incision is made beginning in the medial aspect of the
eyebrow, angling around to midway up the lateral wall of the nose and into the
alar groove. A notch can be made in the medial canthal area to prevent
webbing. The exposure should be adequate without cutting the lip which also
leaves better final cosmesis. A subperiosteal dissection is performed exposing
the anterior wall of the maxillary sinus. The infraorbital nerve is identified and
protected. The medial wall of the orbit is dissected exposing the anterior and
posterior ethmoid artery which will be the superior most aspect of the
dissection. The lacrimal sac is dissected out of its sulcus and at its most distal
aspect divided. An antrostomy in to the maxillary sinus is performed and then
the remainder of the maxillary sinus is removed taking care to preserve the
infraorbital nerve.
Medial Maxillectomy:
Medial maxillectomy through lateral rhinotomy incision is the gold standard for
the removal of inverted papilloma. It has the advantages of excellent exposure
of the lateral nasal wall and paranasal sinuses. The success is related to the en
bloc resection of the lateral nasal wall, ethmoid labyrinth, and medial portion of
the maxilla which are the sites of formation and extension of this tumor.
This is a procedure that allows visualization of the tumor margins while
allowing preservation of the orbital rim, the eye and its attachments, the lacrimal
apparatus, the nasal pyramid, and the palate. The medial maxillectomy allows an
en bloc removal of the ethmoidal labyrinth and the medial aspect of the maxilla
from the cribriform plate superiorly to the floor of the nose inferiorly; and from
the anterior extent of the ethmoidal cells back to the area of the optic nerve. The
lamina papyracea is included in the tissue block. This technique can be
expanded to involve the removal of the cribriform plate when combined with an
intracranial approach.
W.H.O. Has histologically classified nasal papillomas into
three types according to its histology. These include: