CARSINOMA NASOFARING
A. KONSEP MEDIS
1. Anatomi Nasofaring
Gambar 1.1
telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada
penyebaran tumor ke lateral akan menyumbat muara tuba eustachius dan akan
tubarius terdapat resesus faring atau fosa rosenmuleri dan tepat di ujung atas
khas. Perluasan langsung melalui foramen laserum ke sinus kavernosus dan fosa
kranii media menyebabkan gangguan saraf otak III, IV, VI dan kadang-kadang
otak ke IX, X, XI dan XII. Saraf otak ke VII dan VIII biasanya jarang terkena.
Terdapat hubungan bebas melintasi garis tengah dan hubungan langsung dengan
di sebelah do sal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh
koane. Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut
Depan : Koane
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila
faringika.
a. Karsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa
3. Etiologi
alkohol dll
tengkorak.letak yang demkian sulit untuk diperiksa oleh orang yang bukan ahli,
leher.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar
(tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil
umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan
Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga
5. Gejala
Berkait dengan hal tersebut, maka gejala yang timbul pada karsinoma nasofaring
1. Gejala nasofaring
eksofilik
2. Gejala telinga
gangguan yang timbul dapat berupa tinitus, rasa tidak enak ditelinga bahkan
OMP
3. Gejala mata
mengenai saraf otak iii, iv dan vi. Gejala yang nampak dari gangguan
4. Gejala saraf
Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ix, x, xi dan xii.
a. Ekspansif
b. Infiltratif
Ke atas :
neuralgi dengan gejala nyeri kepala hebat pada daerah muka, sekitar
mata, hidung, rahang atas, rahang bawah dan lidah. Bila terkena N
III dan IV terjadi ptosis dan oftalmoplegi. Bila lebih lanjut lagi akan
Ke samping :
menelan
Akan terjadi metastasis jauh yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan
sebagainya.
II. Gejala Lanjut : Merupakan gejala yang dapat timbul oleh karena
Sebagai pedoman :
B. Tumor colli, gejala intrakranial (syaraf dan mata), gejala hidung dan
telinga.
Menurut Histopatologi :
- Keratinizing
- Non Keratinizing.
- Transitional
- Lymphoepithelioma.
Adenocystic carcinoma
Ulseratif
Tipe WHO 1
Tipe WHO 3
9. Penentuan Stadium
1. Stadium I : T1 No dan Mo
2. Stadium II : T2 No dan Mo
10. Lokasi :
1. Fossa Rosenmulleri.
4. Atap nasofaring.
Pemeriksaan THT:
2. Rinoskopia anterior :
negatif.
3. Rinoskopia posterior :
1. Biopsi :
Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui
posterior.
Bila tiga kali Biopsi hasil negatif, sedang secara klinis mencurigakan
Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan
13. Penatalaksanaan :
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala :
- Kelemahan dan / atau kelelahan.
- Perubahan pada pola istirahat / jam tidur karena keringat berlegih, nyeri
atau ansietas.
2. Integritas Ego :
Gejala :
- Faktor stress (perubahan peran atau keuangan).
- Cara mengatasi stress (keyakinan/religius).
- Perubahan penampilan.
3. Makanan/cairan
Gejala :
- Kebiasaan diet buruk (Bahan Pengawet)
4. Neurosensori
Gejala :
- Pusing atau sinkope
5. Pernafasan
Gejala :
- Pemajanan bahan aditif
6. Interaksi sosial
Gejala :
- Kelemahan sistem pendukung
7. Pembelajaran
Laporan Pendahuluan Karsinoma Nasofaring
Gejala :
- Riwayat kanker pada keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
akibat kanker.
kesukaran menelan.
pendengaran.
mual-muntah
C. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas.
Tujuan : jalan napas bersih
Kriteria Hasil:
- Jalan napas paten
- Tidak ada sesak napas
- RR 16-24x/menit
Intervensi:
1. Berikan pasien posisi semi atau fowler dan Bantu pasien untuk napas
dalam.
R/ posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernapasan.
Laporan Pendahuluan Karsinoma Nasofaring
2. Berikan oksigen
R/ meningkatkan transport oksigen.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam trakeostomi
R/ pemasangan trakeostomi dibutuhkan jika ada pembesaran kanker
nasofaring untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi radioterapi dan kemoterapi.
R/ Radioterapi dan kemoterapi merupakan penatalaksanaan untuk
mengendalikan pertumbuhan kanker.
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta.
Lab. UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair. (2008). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Lab/UPF
Ilmu Penyakit THT. Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom Fakultas Kedokteran
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (2006). Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi
Sri Herawati. (2010). Anatomi Fisiologi Cara Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorokan.
Surabaya.