KARSINOMA NASOFARING
Oleh :
Preseptor :
dr. Jacky Munilson, Sp.THT-KL(K), FICS
BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA & LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2022
KARSINOMA NASOFARING
Prissy Mahisa Sandra1 Dhianisa Salsabila1
KARSINOMA NASOFARING
Definisi
Gambar 3. Nasofaring pada pemeriksaan rinoskopi
KNF merupakan tumor ganas yang berasal dari sel
posterior.
epitel nasofaring. Tumor ini dapat bermula dari dinding
lateral nasofaring (fossa rosenmuller) dan menyebar
Arteri utama yang memperdarahi daerah
ke dalam atau keluar nasofaring menuju dinding
nasofaring adalah arteri faringeal asendens, arteri
lateral, posterosuperior, dasar tengkorak, palatum,
palatina asendens, arteri palatina desendens, dan
kavum nasi dan orofaring. Kanker nasofaring dapat
cabang faringeal arteri sfenopalatina. Pembuluh darah
bermetastasis ke kelenjar limfe leher.5
tersebut berasal dari arteri karotis eksterna dan
cabang-cabangnya. Pembuluh darah vena berada di
Epidemiologi
bawah membrane mukosa yang berhubungan dengan
Berdasarkan GLOBOCAN 2020, terdapat 133.354
pleksus pterygoid di daerah superior dan fasia
kasus baru KNF muncul setiap tahunnya dengan
posterior atau vena jugularis interna di bawahnya. 4,5
80.008 kematian akibat KNF.6 KNF terutama
ditemukan pada laki-laki usia produktif (perbandingan
pasien laki-laki dan wanita adalah 2,18:1) dan 60%
pasien berusia antara 25 hingga 60 tahun.7
Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di
propinsi Cina Selatan yakni sebesar 40-50 kasus
getah bening diawali pada nodus limfatik yang keluhan lain. Benjolan bersifat tidak nyeri dan paling
terletak di lateral retrofaring yaitu Nodus sering berada di leher bagian atas. Dikarenakan
Rouvierre. Pada kelenjar ini sel tersebut tumbuh nasofarig berada di garis tengah, benjolan pada leher
dan berkembang biak sehingga kelenjar menjadi ini dapat muncul secara bilateral. Selain leher, organ
besar dan tampak sebagai benjolan pada leher lain yang menjadi lokasi metastasis tersering ialah
bagian samping. Benjolan ini dirasakan tanpa paru, tulang, dan hepar.5
nyeri karenanya sering diabaikan oleh pasien.
Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang Diagnosis
terus, menembus kelenjar dan mengenai otot Diagnosis KNF dilakukan mulai dari anamnesis,
dibawahnya. Kelenjar menjadi lekat pada otot pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang.
dan sulit digerakkan. Keadaan ini merupakan
gejala yang lebih lanjut lagi. Pada sebagian Anamnesis
kasus limfadenopati servikalis merupakan gejala Anamnesis yang dapat kita tanyakan yaitu sudah
utama yang mendorong pasien datang ke dokter. berapa lama keluhan dirasakan, pada satu sisi saja
d. Metastasis jauh. Sel-sel kanker dapat ikut atau keduanya baik itu hidung atau telinga, keluhan
mengalir bersama getah bening atau darah, dirasakan tiba-tiba / mendadak atau progresif, serta
mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari riwayat trauma.1
nasofaring. Organ yang paling sering adalah Riwayat gaya hidup dan sosial ekonomi juga perlu
tulang, hati dan paru. Hal ini merupakan pertanda ditanyakan contohnya riwayat konsumsi ikan asin
dari stadium akhir dan prognosis sangat buruk. berulang dikarenakan ikan asin mengandung
nistrosamin yang dapat memicu KNF. Selain itu,
Manifestasi Klinis riwayat merokok juga perlu ditanyakan dikarenakan
Gejala karsinoma nasofraing sendiri dapat dibagi merupakan faktor risiko kejadian KNF. Kemudian
menjadi empat kelompok: gejala nasofaring sendiri, tanyakan juga riwayat KNF atau keganasan lainnya
gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta gejala pada keluarga.1
metastasis atau gejala di leher. Gejala nasofaring Gejala yang muncul dapat berupa telinga terasa penuh,
dapat berupa epistaksis ringan, sekret hidung, tinnitus, otalgia, hidung tersumbat, lendir bercampur darah.
sumbatan hidung, denasal speech (rhinolalia clausa) Pada stadium lanjut dapat ditemukan benjolan pada leher,
gejala akan semakin seproporsi dengan ukuran terjadi gangguan saraf, diplopa, dan neuralgia
tumor.1,2,3 Gangguan pada telinga merupakan gejala trigeminal (saraf III, IV, V, VI).1 Sebanyak 80% pasien
dini yang timbul karena tempat asal tumor yang dekat akan mengeluhkan gejala dari hidung. mulai dari
dengan tuba eustachius. Disfungsi pada tuba dapat sumbatan hidung, sekret hidung bercampur darah,
menyebabkan penumpukan cairan di telinga tengah dan post-nasal drip.11 Selain keluhan hidung, pasien
juga mengeluhkan gejala pada telinga yaitu gangguan
sehingga pasien merasakan tuli unilateral yang
pendengaran konduktif, rasa penuh dan tinitus. Hal ini
bersifat konduktif, gangguan lain dapat berupa tinnitus,
disebabkan karena pertumbuhan massa yang
rasa tidak nyaman di telinga, otitis media unilateral, menghalangi aliran keluar dari tuba eustachius
sampai nyeri di telinga (otalgia). Tidak jarang pasien sehingga muncul gejala sekunder. Selanjutnya ada
dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian gejala neurologis akibat dari ekstensi intrakranial
sadar bahwa penyebabnya adalah KNF. 5,10 dimana kejadiannya sebanyak 8%-12% dapat disertai
Nasofaring berlokasi sangat dekat dengan rongga dengan keterlibatan saraf kranial dan yang paling
tengkorak, gangguan beberapa saraf otak dapat sering terlibat adalah saraf abducens (VI).12
terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma ini. Penjalaran Keterlibatan kelenjar getah bening leher juga
melalui foramen laserasum akan mengenai saraf merupakan salah satu manifestasi klinis karsinoma
kranial ke III, IV, VI, sehingga tidak jarang gejala nasofaring dimana kelenjar getah bening dari puncak
diplopia yang membawa pasien lebih dahulu ke segitiga posterior dan jugularis atas paling sering
terlibat pada stage awal kemudian jika perbesara
dokter. Bila mengenai N.V pasien akan merasakan
KGB ditemukan di supraklavikula menandakan bahwa
nyeri dan kebas pada wajah. Neuralgia trigerminal
sudah masuk stadium lanjut.3
merupakan gejala yang sering ditemukan oleh ahli
saraf jika belum terdapat keluhan lain yang berarti.5,10 Pemeriksaan Fisik
Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf Untuk pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
kranial ke IX, X, dan XI membentuk jugular foramen cara langsung yaitu nasofaringoskopi` dengan
syndrome. KNF juga dapat menyebabkan Trotter’s endoskop / nasofaringoskop kaku (rigid
Triad yang terdiri dari tuli konduktif (akibat blokade nasopharyngoscope). Kemudian dengan cara tak
tuba eustachius), ipsilateral temporoparietal neuralgia langsung yaitu dengan rinoskopi posterior.
(keterlibatan saraf kranial V), dan paralisis palatal Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat bagaimana
(saraf kranial X). Selain itu, dapat pula terjadi destruksi keadaan masa di nasofaring. Pemeriksaan
menggunakan nasofaringoskopi diketahui lebih detail
tulang tengkorak dan bila sudah terjadi demikian,
dibandingkan rinoskopi posterior karena dengan
prognosisnya akan buruk.5,10
pemeriksaan tersebut kita dapat mengetahui seluruh
Pada leher dapat terjadi metastasis ke kelenjar keadaan dari rongga hidung dan nasofaring.
leher dalam bentuk benjolan yang mendorong pasien Sedangkan bila menggunakan rinoskopi posterior ada
untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat
Pemeriksaan Penunjang
1. Pencitraan
Pemeriksaan radiologik dilakukan untuk melihat
massa KNF dan untuk mengetahui seberapa jauh dari
penyebaran KNF tersebut sehingga membantu
menegakkan prognosisnya. CT-Scan pada daerah
kepala dan leher mulai setinggi sinus frontalis sampai
dengan klavikula, tanpa dan dengan kontras. Teknik Gambar 8. Tumor nasofaring yang dilihat dengan
pemberian kontras dengan injector 1-2 cc / kg BB. CT endoskopi rigid.
berguna untuk melihat tumor primer / lokal yang akan
terlihat memanjang dari atap faring bahkan tumor 3. Patologi Anatomi
tersembunyi lainnya serta ekstensi intrakranial namun Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan
penyebaran ke jaringan sekitarnya serta penyebaran biopsi nasofaring. Biopsi dapat dilakukan dengan dua
KGB regional menjadikan MRI sebagai modalitas cara yaitu dari hidung atau dari mulut. Biopsi melalui
pilihan.14 hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind
Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila biopsy). (THT) WHO mengklasifikasikan hasil
dicurigai adanya kelainan maka dilanjutkan dengan CT histopatologi menjadi tiga subgrup:16
Scan Thoraks dengan kontras. Pada kanker yang
curiga sudah bermetastasis pada tulang dapat Karsinoma sel skuamosa (berkreatinisasi)
dideteksi dengan pemeriksaan skintigrafi dengan PET- (20-25%) Merupakan tipe yang
Scan.15 menghasilkan keratin dan dapat
berdiferensiasi dengan baik.
Karsinoma tidak berkreatiniasi (10- 15%)
Karsinoma tidak berdiferensiasi (60- 65%)
memiliki angka kontrol lokoregional yang tinggi (> Review and Meta-Analysis of the Association
95%) 5-year locoregional control rates. Angka survival with Lifestyle, Diets, Socioeconomic and
dapat mencapai 70 –75%. Pada stadium lanjut T3 dan Sociodemographic in Asian Region. Asian Pac J
T4, angka kontrol lokoregional 26 mencapai secara Cancer Prev. 2019;20(11):3505-3514.
berturut-turut 70% dan 50%. Angka survival 5 tahun 10. Soepardi AA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
pasien dengan stadium lanjut yang ditangani RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
kemoterapi adalah 66% dan dengan radiasi 76%.17,18 tenggorok kepala & leher cetakan ketujuh.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2017.
KESIMPULAN 11. Adoga AA, Kokong DD, Ma'an ND, Silas OA,
KNF merupakan tumor ganas daerah kepala Dauda AM, Yaro JP, Mugu JG, Mgbachi CJ,
leher terbanyak di Indonesia yang dapat disebabkan Yabak CJ. The epidemiology, treatment, and
oleh faktor genetik, virus, dan lingkungan. Diagnosis determinants of outcome of primary head and
dini menentukan prognosis pasien cukup sulit neck cancers at the Jos University Teaching
dilakukan. Seringkali tumor ditemukan terlambat dan Hospital. South Asian J Cancer. 2018 Jul-
menyebabkan metastasis ke leher lebih sering Sep;7(3):183-187
ditemukan sebagai gejala pertama. Adapun gejala 12. Blanchard P, Nguyen F, Moya-Plana A, Pignon
yang sering ditemukan mencakup 4 kelompok: gejala JP, Even C, Bidault F, Temam S, Ruffier A, Tao
nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata dan Y. [New developments in the management of
saraf, serta gejala metastasis atau gejala di leher. nasopharyngeal carcinoma]. Cancer
Diagnostik KNF berpedoman pada anamnesis, Radiother. 2018 Oct;22(6-7):492-495.
pemeriksaan fisik, penunjang (pencitraan, endoskopi, 13. lmomani MH, Zulfiqar H, Nagalli S.
histopatologi, serologi). Terapi yang tersedia meliputi Nasopharyngeal Carcinoma (NPC,
radioterapi (pilihan utama), kemoterapi, operatif, dan Lymphoepithelioma) [Updated 2022 Jan 7].
paliatif dimana pemilihan terapi tergantung pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558922/
stadium kanker. Karena perbedaan prognosis yang 14. Blanchard P, Nguyen F, Moya-Plana A, Pignon
sangat mencolok antara stadium kanker, diperlukan JP, Even C, Bidault F, Temam S, Ruffier A, Tao
pemahaman yang komprehensif tentang KNF mulai Y. [New developments in the management of
dari epidemiologi, diagnostik, terapi, untuk nasopharyngeal carcinoma]. Cancer
pencegahan serta deteksi dini guna menekan tingkat Radiother. 2018 Oct;22(6-7):492-495.
morbiditas dan mortalitasnya. 15. Nour AS, Weldehawariat TD, Woldemariam AA,
Layo DG. Nasopharyngeal Carcinoma: A
DAFTAR PUSTAKA Retrospective Study on Imaging Patterns at Tikur
1. Wu L, Li C, Pan L. Nasopharyngeal carcinoma: A Anbessa Specialized Hospital, Addis Ababa,
review of current updates. Exp Ther Med. Ethiopia. Ethiop J Health Sci. 2020
2018;15(4):3687–92. Mar;30(2):215-222.
2. Adham M, Kurniawan AN, Muhtadi AI, Roezin A, 16. Head and Neck. American Joint Comitte on
Hermani B, Gondhowiardjo S, et al. Cancer. AJCC Cancer Staging Manual 8th
Nasopharyngeal carcinoma in indonesia: edition. New York, NY: Springer;2017.
Epidemiology, incidence, signs, and symptoms at 17. Soepardi AA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
presentation. Chin J Cancer. 2012;31(4):185–96. RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
3. Chen YP, Chan ATC, Le QT, Blanchard P, Sun tenggorok kepala & leher cetakan ketujuh.
Y, Ma J. Nasopharyngeal carcinoma. Lancet. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2017.
2019;394(10192):64–80. 18. Salehniya H, Mohammadian M, Hafshejani MA,
4. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Mahdavir N. Nasopharyngeal Cancer In The
9th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; world : Epidemiology, Incidence, Mortality And
2012 Risk factor. Iran : World Cancer Research
5. Dhingra PL., Dhingra S. 2018. Diseases Of Ear, Journal. 2018.
Nose, And Throat 7th ed. Haryana: Elsevier
6. IARC. GLOBOCAN 2020: Estimated Cancer
Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in
2020.
7. Salehniya H, Mohammadian M, Hafshejani MA,
Mahdavir N. Nasopharyngeal Cancer In The
world : Epidemiology, Incidence, Mortality And
Risk factor. Iran : World Cancer Research
Journal. 2018
8. Kementrian Kesehatan RI. Panduan
Penatalaksanaan Kanker Nasofaring. 2012.
9. Okekpa SI, Mydin RB, Manganting E, Azmi NS,
Zahari SN, Kaur G, et al. Nasopharyngeal
Carcinoma (NPC) Risk Factors: A Systematic