Anda di halaman 1dari 8

Dokter Muda THT-KL Periode 20 Juli - 22 Agustus 2022 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

KARSINOMA NASOFARING

Oleh :

Prissy Mahisa Sandra 1810312099


Dhianisa Salsabila 1810311059

Preseptor :
dr. Jacky Munilson, Sp.THT-KL(K), FICS

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA & LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2022

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2022


Dokter Muda THT-KL Periode 20 Juli - 22 Agustus 2022 1
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

KARSINOMA NASOFARING
Prissy Mahisa Sandra1 Dhianisa Salsabila1

Afiliasi Penulis: 1. Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

PENDAHULUAN epidemiologi, etiologi, faktor risiko, manifestasi klinis,


Latar Belakang diagnosis, staging, tatalaksana, komplikasi, serta
Karsinoma nasofaring (KNF), sebelumnya dikenal prognosis karsinoma nasofaring.
sebagai limfoepitelioma, adalah keganasan yang
berasal dari epitel nasofaring. Nasofaring adalah Metode Penulisan
struktur tubular kecil di atas langit-langit lunak yang Metode yang digunakan adalah studi
menghubungkan hidung ke orofaring. Kanker yang kepustakaan dengan merujuk pada berbagai literatur.
muncul dari area ini biasanya adalah karsinoma sel
skuamosa yang berbeda dari kanker kepala dan leher Manfaat Penulisan
lainnya. Tempat asal yang paling umum adalah fossa Manfaat penulisan adalah untuk menambah
Rosenmuller, yang merupakan resesus faring. Kanker wawasan dan pengetahuan mengenai karsinoma
kepala dan leher sering terkait dengan infeksi virus nasofaring.
(Virus-related oncogenesis).1 KNF berhubungan
dengan virus Ebstein-Barr (EBV). EBV diidentifikasi TINJAUAN PUSTAKA
oleh Sir Epstein dan rekan pada tahun 1964 dalam sel Anatomi Faring
yang dikultur dari eksplan tumor limfoma Burkitt Afrika Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang
dan virus tersebut kemudian ditemukan menginfeksi bentuknya seperti corong, dimulai dari dasar
lebih dari 90% populasi dunia meskipun jarang tengkorak yang terus menyambung ke esofagus
dianggap patogen. Infeksi primer biasanya terjadi setinggi vertebra servikal ke - 6. Faring merupakan
pada masa kanak-kanak dan asimtomatik atau muncul bagian dari tractus respiratori. Bagian atas faring
sebagai peradangan ringan atau infeksi saluran berhubungan dengan rongga hidung melalui koana
pernapasan atas. Di Indonesia, 100% anak usia 5 yang disebut dengan nasofaring, bagian depan
tahun terinfeksi EBV dan membawa virus laten berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus
seumur hidup.2 orofaring ( orofaring ), sedangkan bagian bawah
KNF sangat endemik di Cina Selatan, Melayu, dan berhubungan dengan laring melalui aditus laring dan
penduduk Indonesia bersama dengan orang-orang juga esofagus (laringofaring). Panjang dinding
dari Asia Tenggara. Angka tersebut bervariasi dari posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14
nilai yang sangat kecil yaitu kurang dari 1 per 100.000 cm.4
individu di daerah non-endemik hingga nilai tinggi
masing-masing 25 hingga 30 dan 15 hingga 20 pria
dan wanita per 100.000 individu di daerah endemik.
Prevalensi tumor ganas nasofaring di lndonesia cukup
tinggi, yaitu 4,7 per 100.000 penduduk. Sebagian
besar datang berobat dalam stadium lanjut, sehingga
hasil pengobatan dan prognosis menjadi buruk. Tumor
ganas nasofaring mempunyai sifat menyebar secara
cepat ke kelenjar limfa leher dan bermetastasis jauh
yaitu ke organ-organ seperti paru, hati dan tulang. Ras
Mongoloid merupakan kelompok terbanyak yang
menderita tumor ganas nasofaring. lnsiden yang
cukup tinggi didapatkan pada penduduk Cina bagian
Selatan, Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia,
Singapura dan lndonesia. Namun demikian, tumor
ganas nasofaring juga ditemukan pada ras non-
Mongoloid seperti penduduk Yunani, Tunisia, Aljazai
dan Eskimo.3 Gambar 1. Anatomi Faring
Anatomi Nasofaring
Nasofaring merupakan ruang trapezoid di belakang
Tujuan Penulisan koana yang berhubungan dengan orofaring dan
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui terletak di superior palatum mole. Ukuran pada orang
anatomi dan histologi nasofaring, definisi, dewasa yaitu tinggi 4 cm, lebar 4 cm, dan 3 cm pada
dimensi anteroposterior. Bagian atap dan dinding

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2022


Dokter Muda THT-KL Periode 20 Juli - 22 Agustus 2022 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

posterior dibentuk oleh permukaan yang melandai


dibatasi oleh basis sfenoid, basis oksiput, dan vertebra
servikal 1 dan 2. Dinding anterior nasofaring adalah
daerah sempit jaringan lunak yang merupakan batas
koana posterior. Batas inferior nasofaring adalah
palatum mole. Batas dinding lateral merupakan fasia
faringobasilar dan m. konstriktor faring superior.4,5

Gambar 4. Sumber perdarahan nasofaring.

Daerah nasofaring dipersarafi oleh pleksus


faringeal yang terdapat di atas otot konstriktor
faringeus media. Pleksus faringeal terdiri dari serabut
sensoris saraf glossofaringeus (IX), serabut motoris
saraf vagus (X), dan serabut saraf ganglion servikalis
simpatikus. Sebagian besar saraf sensoris nasofaring
berasal dari saraf glossofaringeus, hanya daerah
superior nasofaring dan anterior orifisium tuba yang
mendapat persarafan sensoris dari cabang faringeal
Gambar 2. Batas-batas Nasofaring ganglion sfenopalatina yang berasal dari cabang
maksila saraf trigeminus (VI).4
Tuba Eustachius masuk dari telinga tengah ke
nasofaring melalui celah di fasia faringobasilar di Histologi Nasofaring
daerah posterosuperior, tepat di atas batas superior Mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel bertingkat
muskulus konstriktor faring superior yang disebut torak bersilia dan bersel goblet. Mukosa mengalami
fossa russenmuller (resessus faringeal). Fossa invaginasi membentuk kripta. Stroma kaya akan
rossenmuller merupakan tepi dinding posterosuperior jaringan limfoid dan terkadang dijumpai jaringan
nasofaring yang merupakan tempat asal munculnya limfoid yang reaktif. Kelenjar seromucinous dapat juga
sebagian besar kanker nasofaring dan yang paling dijumpai tapi tidak sebanyak yang terdapat pada
sensitive terhadap penyebaran keganasan pada rongga hidung.
nasofaring.4,5

Gambar 5. Sel epitel nasofaring

KARSINOMA NASOFARING
Definisi
Gambar 3. Nasofaring pada pemeriksaan rinoskopi
KNF merupakan tumor ganas yang berasal dari sel
posterior.
epitel nasofaring. Tumor ini dapat bermula dari dinding
lateral nasofaring (fossa rosenmuller) dan menyebar
Arteri utama yang memperdarahi daerah
ke dalam atau keluar nasofaring menuju dinding
nasofaring adalah arteri faringeal asendens, arteri
lateral, posterosuperior, dasar tengkorak, palatum,
palatina asendens, arteri palatina desendens, dan
kavum nasi dan orofaring. Kanker nasofaring dapat
cabang faringeal arteri sfenopalatina. Pembuluh darah
bermetastasis ke kelenjar limfe leher.5
tersebut berasal dari arteri karotis eksterna dan
cabang-cabangnya. Pembuluh darah vena berada di
Epidemiologi
bawah membrane mukosa yang berhubungan dengan
Berdasarkan GLOBOCAN 2020, terdapat 133.354
pleksus pterygoid di daerah superior dan fasia
kasus baru KNF muncul setiap tahunnya dengan
posterior atau vena jugularis interna di bawahnya. 4,5
80.008 kematian akibat KNF.6 KNF terutama
ditemukan pada laki-laki usia produktif (perbandingan
pasien laki-laki dan wanita adalah 2,18:1) dan 60%
pasien berusia antara 25 hingga 60 tahun.7
Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di
propinsi Cina Selatan yakni sebesar 40-50 kasus

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2022


Dokter Muda THT-KL Periode 20 Juli - 22 Agustus 2022 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

kanker nasofaring diantara 100.000 penduduk. karsinogenik N-nitroso.


Karsinoma nasofaring sangat jarang ditemukan di 5. Lifestyle
daerah Eropa dan Amerika Utara dengan angka Kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok dapat
kejadian sekitar <1/100.000 penduduk.7 Di Indonesia, meningkatkan risiko terjadinya KNF. Rokok
KNF merupakan salah satu jenis keganasan yang mengandung banyak zat oksidan dan juga zat
sering ditemukan, berada pada urutan ke-4 karsinoma karsinogenik, sehingga perokok memiliki resiko untuk
terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara, KNF. Selain itu paparan asap rokok pada bukan
kanker leher rahim, dan kanker paru.8 perokok juga meningkatkan risiko KNF.
6. Paparan Pekerjaan
Etiologi dan Faktor Risiko Paparan berulang dari debu kayu dan zat-zat kimia
Kanker nasofaring merupakan penyakit yang serta asap pada pekerja yang bekerja dibidang
multifaktorial, sehingga ada banyak hal yang dapat tersebut dapat meningkatkan resiko terjadinya KNF.
menjadi faktor-faktor yang mencetuskan terjadinya Oleh karena zat-zat tersebut merupakan zat
kanker ini. Virus Epstain Barr dan ras mongoloid berbahaya dan termasuk kedalam golongan
merupakan faktor dominan terjadinya kanker karsinogenik, sehingga penting para pekerja untuk
nasofaring. Selain dua faktor tersebut ada beberapa memakai pelindung agar tidak terhirup zat-zat
faktor lainnya seperti:9 berbahaya tersebut.
1. Epstain-Barr Virus (EBV)
Banyak penelitian yang menyebutkan hubungan Patogenesis
yang erat antara infeksi EBV dan kanker nasofaring. Patogenesis KNF terjadi akibat perubahan faktor
Sekitar 30 versi dari gen EBV ditemukan didalam inti genetik karena pengaruh dari faktor lingkungan dan
sel ganas. Versi yang paling sering ditemukan adalah virus. Apabila seorang terinfeksi EBV dan disertai
“mini circular chromosomes” atau yang dikenal dengan faktor risiko yang telah disebutkan diatas maka
episom. Adanya hubungan yang erat ini menjadikan perubahan epitel ke lesi pra-kanker akan lebih tinggi.
tes serologi virus menjadi suatu metode baru untuk Hal ini terjadi karena virus EBV yang masuk kedalam
mendiagnosis kanker nasofaring dan skrining pada tubuh akan mengenai epitel faring, kemudian akan
orang yang risiko tinggi. Selain itu tingginya titer anti- terjadi replikasi virus yang menyebabkan proliferasi
virus EB pada pasien kanker nasofaring dibandingkan limfosit B sehingga terjadi translokasi gen CMYC yang
pada penyakit lainnya juga menjadi suatu penanda menurunkan ekspresi gen MHC kelas I dimana gen ini
yang penting untuk kanker nasofaring. Serologi IgA berguna untuk mengenali antigen asing oleh CD8+.
VCA/IgA EA menjadi sebuah tumor marker untuk KNF Sehingga apabila CD8+ menurun maka kemampuan
dan dapat digunakan sebagai skrining. untuk mengenali dan menghancurkan sel kanker juga
2. Genetik dan Etnik akan menurun dan perkembangan sel kanker akan
Orang yang keluarganya memiliki riwayat kanker menjadi meningkat.5
memiliki 4 sampai 10 kali risiko terkena kanker Penyebaran kanker nasofaring melalui:5
nasofaring. Suatu penelitian di China dilaporkan a. Penyebaran tumor ke atas. Tumor dapat meluas
pengaruh genetik dan juga lingkungan memiliki peran ke intrakranial menjalar sepanjang fosa medialis,
penting terjadinya kanker nasofaring. Ras mongoloid disebut penjalaran Petrosfenoid, biasanya
merupakan ras dengan angka kejadian kanker melalui foramen laserum, kemudian ke sinus
nasofaring paling tinggi sehingga tidak heran apabila kavernosus, fosa kranii media dan fosa kranii
KNF paling banyak ditemukan di China. China sendiri anterior mengenai saraf-saraf kranialis anterior
memiliki tiga etnik utama yaitu Cantonese, Hokkien- (N.I –N. VI). Kumpulan gejala yang terjadi akibat
teochiu dan Hakka. Cantonese merupakan etnik yang rusaknya saraf kranialis anterior akibat
paling banyak menderita kanker nasofaring. metastasis tumor ini disebut Sindrom
3. Makanan Petrosfenoid. Gejala yang paling sering terjadi
Banyak penelitian yang menyebutkan adanya adalah diplopia dan neuralgia trigeminal.
pengaruh antara konsumsi ikan asin terhadap b. Penyebaran tumor ke belakang. Tumor meluas
munculnya KNF. Nitrosamin merupakan zat pengawet ke belakang secara ekstrakranial menembus
yang banyak digunakan dalam pembuatan ikan asin. fascia faringobasilaris yaitu sepanjang fosa
Nitrosamin merupakan zat karsinogenik sehingga posterior, di mana di dalamnya terdapat N. IX -
konsumsi dalam jangka panjang akan meningkatkan XII; disebut penjalaran retroparotidian.
risiko KNF. Penyebaran ini menggenai grup posterior dari
4. Riwayat Penyakit Respirasi saraf otak yaitu N. VII – N. XII beserta nervus
Riwayat penyakit seperti rhinitis kronis, sinusitis, simpatikus servikalis. Kumpulan gejala akibat
polip hidung atau infeksi telinga memiliki risiko untuk kerusakan pada N. IX – N. XII disebut Sindrom
KNF dua kali lipat lebih tinggi dibanding orang sehat. Retroparotidean/Sindrom Jugular Jackson.
Peradangan berulang dan infeksi bakteri dapat c. Penyebaran ke kelenjar getah bening.
menyebabkan nasofaring menjadi rentan sehingga Penyebaran ke kelenjar getah bening pada KNF
KNF dapat berkembang lebih cepat. Selain itu, sangat mudah terjadi akibat banyaknya stroma
beberapa bakteri dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit kelenjar getah bening pada lapisan submukosa
yang kemudian dapat membentuk senyawa nasofaring. Biasanya penyebaran ke kelenjar

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2022


Dokter Muda THT-KL Periode 20 Juli - 22 Agustus 2022 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

getah bening diawali pada nodus limfatik yang keluhan lain. Benjolan bersifat tidak nyeri dan paling
terletak di lateral retrofaring yaitu Nodus sering berada di leher bagian atas. Dikarenakan
Rouvierre. Pada kelenjar ini sel tersebut tumbuh nasofarig berada di garis tengah, benjolan pada leher
dan berkembang biak sehingga kelenjar menjadi ini dapat muncul secara bilateral. Selain leher, organ
besar dan tampak sebagai benjolan pada leher lain yang menjadi lokasi metastasis tersering ialah
bagian samping. Benjolan ini dirasakan tanpa paru, tulang, dan hepar.5
nyeri karenanya sering diabaikan oleh pasien.
Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang Diagnosis
terus, menembus kelenjar dan mengenai otot Diagnosis KNF dilakukan mulai dari anamnesis,
dibawahnya. Kelenjar menjadi lekat pada otot pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang.
dan sulit digerakkan. Keadaan ini merupakan
gejala yang lebih lanjut lagi. Pada sebagian Anamnesis
kasus limfadenopati servikalis merupakan gejala Anamnesis yang dapat kita tanyakan yaitu sudah
utama yang mendorong pasien datang ke dokter. berapa lama keluhan dirasakan, pada satu sisi saja
d. Metastasis jauh. Sel-sel kanker dapat ikut atau keduanya baik itu hidung atau telinga, keluhan
mengalir bersama getah bening atau darah, dirasakan tiba-tiba / mendadak atau progresif, serta
mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari riwayat trauma.1
nasofaring. Organ yang paling sering adalah Riwayat gaya hidup dan sosial ekonomi juga perlu
tulang, hati dan paru. Hal ini merupakan pertanda ditanyakan contohnya riwayat konsumsi ikan asin
dari stadium akhir dan prognosis sangat buruk. berulang dikarenakan ikan asin mengandung
nistrosamin yang dapat memicu KNF. Selain itu,
Manifestasi Klinis riwayat merokok juga perlu ditanyakan dikarenakan
Gejala karsinoma nasofraing sendiri dapat dibagi merupakan faktor risiko kejadian KNF. Kemudian
menjadi empat kelompok: gejala nasofaring sendiri, tanyakan juga riwayat KNF atau keganasan lainnya
gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta gejala pada keluarga.1
metastasis atau gejala di leher. Gejala nasofaring Gejala yang muncul dapat berupa telinga terasa penuh,
dapat berupa epistaksis ringan, sekret hidung, tinnitus, otalgia, hidung tersumbat, lendir bercampur darah.
sumbatan hidung, denasal speech (rhinolalia clausa) Pada stadium lanjut dapat ditemukan benjolan pada leher,
gejala akan semakin seproporsi dengan ukuran terjadi gangguan saraf, diplopa, dan neuralgia
tumor.1,2,3 Gangguan pada telinga merupakan gejala trigeminal (saraf III, IV, V, VI).1 Sebanyak 80% pasien
dini yang timbul karena tempat asal tumor yang dekat akan mengeluhkan gejala dari hidung. mulai dari
dengan tuba eustachius. Disfungsi pada tuba dapat sumbatan hidung, sekret hidung bercampur darah,
menyebabkan penumpukan cairan di telinga tengah dan post-nasal drip.11 Selain keluhan hidung, pasien
juga mengeluhkan gejala pada telinga yaitu gangguan
sehingga pasien merasakan tuli unilateral yang
pendengaran konduktif, rasa penuh dan tinitus. Hal ini
bersifat konduktif, gangguan lain dapat berupa tinnitus,
disebabkan karena pertumbuhan massa yang
rasa tidak nyaman di telinga, otitis media unilateral, menghalangi aliran keluar dari tuba eustachius
sampai nyeri di telinga (otalgia). Tidak jarang pasien sehingga muncul gejala sekunder. Selanjutnya ada
dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian gejala neurologis akibat dari ekstensi intrakranial
sadar bahwa penyebabnya adalah KNF. 5,10 dimana kejadiannya sebanyak 8%-12% dapat disertai
Nasofaring berlokasi sangat dekat dengan rongga dengan keterlibatan saraf kranial dan yang paling
tengkorak, gangguan beberapa saraf otak dapat sering terlibat adalah saraf abducens (VI).12
terjadi sebagai gejala lanjut karsinoma ini. Penjalaran Keterlibatan kelenjar getah bening leher juga
melalui foramen laserasum akan mengenai saraf merupakan salah satu manifestasi klinis karsinoma
kranial ke III, IV, VI, sehingga tidak jarang gejala nasofaring dimana kelenjar getah bening dari puncak
diplopia yang membawa pasien lebih dahulu ke segitiga posterior dan jugularis atas paling sering
terlibat pada stage awal kemudian jika perbesara
dokter. Bila mengenai N.V pasien akan merasakan
KGB ditemukan di supraklavikula menandakan bahwa
nyeri dan kebas pada wajah. Neuralgia trigerminal
sudah masuk stadium lanjut.3
merupakan gejala yang sering ditemukan oleh ahli
saraf jika belum terdapat keluhan lain yang berarti.5,10 Pemeriksaan Fisik
Proses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf Untuk pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
kranial ke IX, X, dan XI membentuk jugular foramen cara langsung yaitu nasofaringoskopi` dengan
syndrome. KNF juga dapat menyebabkan Trotter’s endoskop / nasofaringoskop kaku (rigid
Triad yang terdiri dari tuli konduktif (akibat blokade nasopharyngoscope). Kemudian dengan cara tak
tuba eustachius), ipsilateral temporoparietal neuralgia langsung yaitu dengan rinoskopi posterior.
(keterlibatan saraf kranial V), dan paralisis palatal Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat bagaimana
(saraf kranial X). Selain itu, dapat pula terjadi destruksi keadaan masa di nasofaring. Pemeriksaan
menggunakan nasofaringoskopi diketahui lebih detail
tulang tengkorak dan bila sudah terjadi demikian,
dibandingkan rinoskopi posterior karena dengan
prognosisnya akan buruk.5,10
pemeriksaan tersebut kita dapat mengetahui seluruh
Pada leher dapat terjadi metastasis ke kelenjar keadaan dari rongga hidung dan nasofaring.
leher dalam bentuk benjolan yang mendorong pasien Sedangkan bila menggunakan rinoskopi posterior ada
untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2022


Dokter Muda THT-KL Periode 20 Juli - 22 Agustus 2022 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

halangan berupa bayangan yang ada dikaca.13

Pemeriksaan Penunjang

1. Pencitraan
Pemeriksaan radiologik dilakukan untuk melihat
massa KNF dan untuk mengetahui seberapa jauh dari
penyebaran KNF tersebut sehingga membantu
menegakkan prognosisnya. CT-Scan pada daerah
kepala dan leher mulai setinggi sinus frontalis sampai
dengan klavikula, tanpa dan dengan kontras. Teknik Gambar 8. Tumor nasofaring yang dilihat dengan
pemberian kontras dengan injector 1-2 cc / kg BB. CT endoskopi rigid.
berguna untuk melihat tumor primer / lokal yang akan
terlihat memanjang dari atap faring bahkan tumor 3. Patologi Anatomi
tersembunyi lainnya serta ekstensi intrakranial namun Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan
penyebaran ke jaringan sekitarnya serta penyebaran biopsi nasofaring. Biopsi dapat dilakukan dengan dua
KGB regional menjadikan MRI sebagai modalitas cara yaitu dari hidung atau dari mulut. Biopsi melalui
pilihan.14 hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind
Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila biopsy). (THT) WHO mengklasifikasikan hasil
dicurigai adanya kelainan maka dilanjutkan dengan CT histopatologi menjadi tiga subgrup:16
Scan Thoraks dengan kontras. Pada kanker yang
curiga sudah bermetastasis pada tulang dapat  Karsinoma sel skuamosa (berkreatinisasi)
dideteksi dengan pemeriksaan skintigrafi dengan PET- (20-25%) Merupakan tipe yang
Scan.15 menghasilkan keratin dan dapat
berdiferensiasi dengan baik.
 Karsinoma tidak berkreatiniasi (10- 15%)
 Karsinoma tidak berdiferensiasi (60- 65%)

4. Serologi Epstein Barr


Pemeriksaan serologi virus Epstein Barr dapat
dilakukan. Virus ini memiliki dua antigen penting: Viral
Capsid Antigen (VCA) dan Early Antigen (EA). Sampel
yang akan ditemukan dapat berupa IgA anti EBV-EA
dan IgA Anti-VCA. Pemeriksaan Serologi IgA untuk
infeksi virus Ebstein Barr dapat berguna dalam
mendeteksi KNF.14
Gambar 6. Gambaran KNF stadium awal pada CT
Scan Stadium
Adapun stadium KNF dibagi berdasarkan
Klasifikasi TNM menurut AJCC, Edisi 8, 2017:
 Tumor Primer (T)
TX : Tumor primer tidak dapat dinilai T0 : Tidak
terdapat tumor primer
Tis : Tumor in situ
T1 : Tumor terbatas pada nasofaring, atau
tumor meluas ke ororfaring dan atau rongga
hidung tanpa perluasan ke parafaringeal
Gambar 7. PET-Scan menggunakan FDG pada T2 : Tumor dengan perluasan ke parafaringeal
KNF. T3 : Tumor melibatkan struktur tulang dari basis
kranii dana tau sinus paranasal
2. Endoskopi T4 : Tumor dengan perluasan intrakranial dan
Pemeriksaan endoskopi dapat dilakukan dibawah atau keterlibatan saraf kranial, hipofaring, orbita,
anastesi lokal menggunakan endoskopi rigid atau atau dengan perluasan ke fosa infratemporal /
fleksibel. Pertumbuhan kanker dapat proliferatif, measticator space
ulseratif, atau infiltratif pada submukosa. Biopsi dapat  KGB Regional (N)
dilakukan bersamaan dengan endoskopi.5
NX : KGB Regional tidak dapat dinilai
N0 : Tidak terdapat metastasis ke KGB
regional
N1 : Metastasis unilateral ke KGB, 6 cm atau
kurang di atas fosa supraklavikula
N2 :Metastasis bilateral di KGB, 6 cm atau kurang
dalam dimensi terbesar di atas fosa supraklavikula
N3 : Metastasis di KGB, ukuran > 6 cm

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2022


Dokter Muda THT-KL Periode 20 Juli - 22 Agustus 2022 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

N3a : Ukuran > 6cm berbatasan


N3b : Perluasan ke fosa supraklavikula dengan organ
 Metastasis Jauh (M) at risk, mis : konkuren
MX : Metastasis jauh tidak dapat dinilai kiasma
M0 : tidak terdapat metastasis jauh optikum)
M1 : Terdapat metastasis jauh
Radioterapi merupakan terapi utama KNF yaitu
dengan cara merusak DNA sehingga menyebabkan
Tabel 1. Staging KNF.17 kerusakan pada sel tumor. Radioterapi ada 2 yaitu
radioterapi kuratif definitif dan radioterapi paliatif.
Ti1 T1 T2 T3 T4 Radio terapi kuratif definitif diberikan kepada tumor
stadium I dan II sedangkan untuk radioterapi paliatif
N0 0 I II III IVA diberikan pada stadium lanjut dan sudah
bermetastasis. Radioterapi masih merupakan
N1 II II III IVA pengobatan utama.13
Kemoterapi diberikan kepada pasien dengan
M0
kasus yang telah berulang ataupun telah
N2 III III III IVA
bermetastasis ke organ lain (stadium III dan IV).
Mekanisme kerja dari kemoterapi yaitu dengan
N3 IVB IVB IVB IVB menghambat sintesis purin dan pirimidin sehingga
mengubah struktur DNA dan menggagalkan replikasi
M1 IVC IVC IVC IVC dari sel tumor tersebut. Obat kemoterapi ada yang
diberikan untuk menghambat seluruh siklus
pembelahan sel dan menghambat siklus tertentu pada
pembelahan sel. Kemoterapi biasanya
Diagnosis Banding
dikombinasikan dengan radioterapi. Kemoterapi
Diagnosis banding KNF bergantung pada
menjadi terapi tambahan (adjuvant) terbaik.13,16
bentuk dan luas lesi serta gejala yang menyertai
pasien1 Pilihan operasi pada KNF jarang dilakukan, hal
 Kondisi jinak ini disebabkan oleh karena lokasinya yang rumit
- Polip nasofaring disertai letaknya yang sangat berdekatan dengan
- Angiofibroma organ penting tepi sayatan bebas tumor. Tindakan
 Kondisi ganas operatif dapat dilakukan teutama pada kasus yang
- Limfoma rekuren lokal atau regional yang masih dapat dieksisi
- Tumor kelenjar saliva dengan tepi sayatan bebas kanker.18
- Karsinoma sinonasal Pada perawatan paliatif Perhatian pertama
- Melanoma mukosa maligna harus diberikan pada pasien pengobatan radiasi.
Tatalaksana Mulut rasa kering disebabkan oleh kerusakan kelenjar
liur mayor maupun minor data penyinaran. Tidak
Terapi mencakup radiasi, kemoterapi,
banyak yang dapat dilakukan selain menasihatkan
kombinasi keduanya, dan didukung dengan terapi
pasien untuk makan dengan banyak kuah, membawa
simptomatik sesuai dengan gejala.
minuman kemanapun pergi dan mencoba memakan
dan mengunyah rasa asam untuk merangsang
Tabel 2. Penatalaksanaan menurut stadium
kelenjar. Gangguan lain sekitarnya hampir tidak
memungkinkan untuk adalah mukositis mulut karena
Pedoman
Terapi KNF jamur, rasa kaku di daerah leher karena fibrosis
Modalitas
jaringan akibat penyinaran, sakit kepala, kehilangan
nafsu makan, mual muntah.16,18
Staidum Dini Stadium I Radiasi Saja Saat kanker sudah bermetastasis tidak banyak
tindakan medis yang dapat diberikan selain simtomatis
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan
Stadium Kemoradiasi
Stadium II paliatif diindikasikan langsung terhadap pengurangan
Intermediet Konkuren
rasa nyeri, mengontrol gejala dan memperpanjang
usia. Radiasi sangat efektif mengurangi nyeri akibat
Kemoradiasi metastasis tulang.16
Stadium
konkuren +/-
lokal Stadium III Prognosis
Kemoterapi
lanjut
adjuvan Prognosis keseluruhan tidak baik dan angka
Perencanaan Kemoterapi survival lima tahunnya hanya 30%. Hal ini biasa terjadi
terapi radiasi induksi, diikuti karena terlambat menegakkan diagnosis. Dengan
problematik Stadium IV
dengan pengenalan tanda dan gejala sedini mungkin maka
(tumor yang kemoradiasi prognosis dapat membaik.17 Stadium T1 dan T2

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2022


Dokter Muda THT-KL Periode 20 Juli - 22 Agustus 2022 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

memiliki angka kontrol lokoregional yang tinggi (> Review and Meta-Analysis of the Association
95%) 5-year locoregional control rates. Angka survival with Lifestyle, Diets, Socioeconomic and
dapat mencapai 70 –75%. Pada stadium lanjut T3 dan Sociodemographic in Asian Region. Asian Pac J
T4, angka kontrol lokoregional 26 mencapai secara Cancer Prev. 2019;20(11):3505-3514.
berturut-turut 70% dan 50%. Angka survival 5 tahun 10. Soepardi AA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
pasien dengan stadium lanjut yang ditangani RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
kemoterapi adalah 66% dan dengan radiasi 76%.17,18 tenggorok kepala & leher cetakan ketujuh.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2017.
KESIMPULAN 11. Adoga AA, Kokong DD, Ma'an ND, Silas OA,
KNF merupakan tumor ganas daerah kepala Dauda AM, Yaro JP, Mugu JG, Mgbachi CJ,
leher terbanyak di Indonesia yang dapat disebabkan Yabak CJ. The epidemiology, treatment, and
oleh faktor genetik, virus, dan lingkungan. Diagnosis determinants of outcome of primary head and
dini menentukan prognosis pasien cukup sulit neck cancers at the Jos University Teaching
dilakukan. Seringkali tumor ditemukan terlambat dan Hospital. South Asian J Cancer. 2018 Jul-
menyebabkan metastasis ke leher lebih sering Sep;7(3):183-187
ditemukan sebagai gejala pertama. Adapun gejala 12. Blanchard P, Nguyen F, Moya-Plana A, Pignon
yang sering ditemukan mencakup 4 kelompok: gejala JP, Even C, Bidault F, Temam S, Ruffier A, Tao
nasofaring sendiri, gejala telinga, gejala mata dan Y. [New developments in the management of
saraf, serta gejala metastasis atau gejala di leher. nasopharyngeal carcinoma]. Cancer
Diagnostik KNF berpedoman pada anamnesis, Radiother. 2018 Oct;22(6-7):492-495.
pemeriksaan fisik, penunjang (pencitraan, endoskopi, 13. lmomani MH, Zulfiqar H, Nagalli S.
histopatologi, serologi). Terapi yang tersedia meliputi Nasopharyngeal Carcinoma (NPC,
radioterapi (pilihan utama), kemoterapi, operatif, dan Lymphoepithelioma) [Updated 2022 Jan 7].
paliatif dimana pemilihan terapi tergantung pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558922/
stadium kanker. Karena perbedaan prognosis yang 14. Blanchard P, Nguyen F, Moya-Plana A, Pignon
sangat mencolok antara stadium kanker, diperlukan JP, Even C, Bidault F, Temam S, Ruffier A, Tao
pemahaman yang komprehensif tentang KNF mulai Y. [New developments in the management of
dari epidemiologi, diagnostik, terapi, untuk nasopharyngeal carcinoma]. Cancer
pencegahan serta deteksi dini guna menekan tingkat Radiother. 2018 Oct;22(6-7):492-495.
morbiditas dan mortalitasnya. 15. Nour AS, Weldehawariat TD, Woldemariam AA,
Layo DG. Nasopharyngeal Carcinoma: A
DAFTAR PUSTAKA Retrospective Study on Imaging Patterns at Tikur
1. Wu L, Li C, Pan L. Nasopharyngeal carcinoma: A Anbessa Specialized Hospital, Addis Ababa,
review of current updates. Exp Ther Med. Ethiopia. Ethiop J Health Sci. 2020
2018;15(4):3687–92. Mar;30(2):215-222.
2. Adham M, Kurniawan AN, Muhtadi AI, Roezin A, 16. Head and Neck. American Joint Comitte on
Hermani B, Gondhowiardjo S, et al. Cancer. AJCC Cancer Staging Manual 8th
Nasopharyngeal carcinoma in indonesia: edition. New York, NY: Springer;2017.
Epidemiology, incidence, signs, and symptoms at 17. Soepardi AA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
presentation. Chin J Cancer. 2012;31(4):185–96. RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
3. Chen YP, Chan ATC, Le QT, Blanchard P, Sun tenggorok kepala & leher cetakan ketujuh.
Y, Ma J. Nasopharyngeal carcinoma. Lancet. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2017.
2019;394(10192):64–80. 18. Salehniya H, Mohammadian M, Hafshejani MA,
4. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Mahdavir N. Nasopharyngeal Cancer In The
9th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; world : Epidemiology, Incidence, Mortality And
2012 Risk factor. Iran : World Cancer Research
5. Dhingra PL., Dhingra S. 2018. Diseases Of Ear, Journal. 2018.
Nose, And Throat 7th ed. Haryana: Elsevier
6. IARC. GLOBOCAN 2020: Estimated Cancer
Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in
2020.
7. Salehniya H, Mohammadian M, Hafshejani MA,
Mahdavir N. Nasopharyngeal Cancer In The
world : Epidemiology, Incidence, Mortality And
Risk factor. Iran : World Cancer Research
Journal. 2018
8. Kementrian Kesehatan RI. Panduan
Penatalaksanaan Kanker Nasofaring. 2012.
9. Okekpa SI, Mydin RB, Manganting E, Azmi NS,
Zahari SN, Kaur G, et al. Nasopharyngeal
Carcinoma (NPC) Risk Factors: A Systematic

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2022

Anda mungkin juga menyukai