Anda di halaman 1dari 4

LIPOSARCOMA

Definisi

Liposarkoma merupakan salah satu tumor ganas jaringan lunak dan terbanyak ditemukan
pada usia dewasa antara dekade 5 dan 7 serta jarang terjadi pada usia anak. Liposarkoma sering
terjadi pada ekstremitas bawah (fosa poplitea dan paha bagian tengah), retroperitoneal, perirenal,
mesenteric region, dan area bahu (Afiati & Bethy, 2013).
Liposarcoma adalah tumor ganas jaringan lunak yang sering terjadi pada ekstremitas bawah
(fosa poplitea dan paha bagian tengah), retroperitoneal, perirenal, mesenteric region, dan area bahu.

Epidemiologi

Berdasarkan WHO, secara histopato-logik, liposarkoma dibagi menjadi empat sub-


tipe/varian histologik, yaitu well differentiated liposarcoma (WDLS), dedifferentiated liposar-coma
(DDLS), myxoid liposarcoma (MLS)/round cell liposarcoma (RLS) dan pleiomorphic lipo- sarcoma
(PLS).1-3 DDLS, RLS dan PLS meru-pakan liposarkoma high grade malignancy, agresif dan
cenderung metastasis. Sedangkan WDLS dan MLS adalah tumor low grade yang sangat jarang
terjadi metastasis. Sistem grading French Federation Nationale des Centres de Lutte Contre le
Cancer (FNCLCC) berdasarkan skor diferensiasi, mitosis dan nekrosis. Pada liposarkoma ada tiga
skor differensiasi berdasar-kan tipe histologik yaitu skor 1 (WDLS), skor 2 (MLS) dan skor 3
(DDLS, RLS dan PLS). Semakin tinggi skor, semakin buruk diferensiasi liposarkoma serta makin
agresif (Ida & Sjahjenny, 2015).
Liposarkoma jarang terjadi dan cenderung lebih membentuk tonjolan. Terjadi dari sel – sel
mesenkim primitif, beberapa diantaranya membawa vakuola – vakuola lipid yang harus ada paling
sedikit beberapa sel. Sesungguhnya liposarkoma dapat timbul dimana saja pada tubuh diluar
jaringan adiposa. Sebagian besar terjadi di jaringan – jaringan lunak dalam dan meneruskan perjalanan
penyakit yang sangat tergantung pada gambaran sistologiknya. Liposarkoma miksoid cenderung
merupakan tumor – tumor derajat rendah, yang sering kambuh, mempunyai perjalanan penyakit
yang sulit diobat dan metastasis lambat. Sebaliknya, liposarkoma sel bulat dan liposarkoma
pleomorfik adalah sarkoma – sarkoma derajat tinggi dan agresif (85% sampai 90% bermetastase)
(Robbins, 1999).
Liposarkoma merupakan tipe yang paling umum dari sarkoma jaringan lunak. Sarkoma
jaringan lunak merupakan tumor yang jarang, yang tumbuh dan berkembang dalam jaringan yang
diturunkan dari embrionik mesoderm. Sarkoma ini mungkin terjadi dimana – mana tetapi paling
sering terjadi pada daerah paha (Gale, 1999).

Etiologi

Menurut Smeltzer, 2001. Penyebab secara umum dari kanker yaitu : virus, agens fisik, agens kimia,
faktor – faktor genetik, faktor makanan dan hormonal.
1. Virus
Virus sebagai penyebab kanker pada tubuh manusia sulit untuk dipastikan karena virus sulit
untuk diisolasi. Virus dianggap dapat menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga
mengganggu generasi mendatang dari populasi sel tersebut dan ini barang kali mengarah pada
kanker.

2. Agens Fisik
Faktor – faktor fisik yang mengarah pada karsinogenesis mencakup pemanjanan terhadap
sinar matahari atau pada radiasi. Pemajanan berlebih terhadap sinar ultraviolet terutama pada orang
yang berkulit putih atau terang, bermata hijau atau biru dapat meningkatkan resiko terkena kanker.
Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi berulang atau ketika
terapi radiasi diberikan saat mengobati penyakit. Pemajanan terhadap medan elektromagnetik dari
kabel listrik, mikrowave, dan telepon seluler dapat meningkatkan resiko kanker.
3. Agens Kimia
Sekitar 85 % dari semua kanker diperkirakan berhubungan dengan lingkungan. Karsinogen
kimia mencakup zat warna amino aromatik dan anilin, arsenik, jelaga dan tar, asbeston, pinang dan
kapus sirih, debu kayu, senyawaan berilium, dan polivinil klorida.

4. Faktor Genetik dan Keturunan


Faktor genetik juga memainkan peranan dalam pembentukan sel kanker. Jika kerusakan
DNA terjadi pada sel dimana pola kromosomnya abnormal, dapat terbentuk sel - sel mutan. Pola
kromosom yang abnormal dari kanker berhubungan dengan kromosom ekstra, terlalu sedikit
kromosom, atau translokasi kromosom. Beberapa kanker pada masa dewasa dan anak – anak
menunjukkan predisposisi keturunan. Pada kanker dengan predisposisi herediter, umumnya saudara
dekat dan sedarah dan tipe kankernya sama.

5. Faktor – Faktor Makanan


Faktor – faktor makanan diduga berkaitan dengan 40% sampai 60% dari semua kanker
lingkungan. Substansi makanan dapat proakif, karsinogenik atau ko – karsinogenik. Resiko kanker
meningkat sejalan dengan ingesti jangka panjang karsinogenik atau ko-karsinogenik atau tidak
adanya substansi proaktif dalam diet. Substansi diet berkaitan dengan peningkatan resiko kanker
mencakup lemak, alkohol, daging diasinkan atau diasap, makanan yang mengandung nitrat atau nitrit,
dan masukan diet dengan kalori tinggi.

6. Agens Hormonal
Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam keseimbangan
hormon baik oleh pembentukan hormon tubuh sendiri atau pemberian hormon eksogenus.

Patofisiologi

Pada sarkoma belum dikenal adanya kanker insitu, sehingga sukar sekali untuk mengetahui
kapan sarkoma itu muncul. Secara umum terjadinya kanker dimulai dari tumbuhnya satu sel kanker
yang besarnya 10 mU. Kanker itu tumbuh terus tanpa batas, mengadakan invasi kejaringan sekitar
dan menyebar sampai akhirnya penderita meninggal. Perjalanan penyakit kanker sampai penderita
meninggal dapat dibagi menurut luas penyakit atau stadium penyakit. Stadium penyakit kanker dapat
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Stadium Pra Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker belum dapat diketahui adanya dengan
pemeriksaan klinik yang ada. Pada saat ini tumor yang lebih kecil dari 0,5 cm hampir tidak dapat
diketahui dengan pemeriksaan klinik maupun penunjang klinik. Diperkirakan lama stadium pra klinik
itu 2/3 dari lama perjalanan hidup kanker dan hanya 1/3 dari lama hidupnya berada dalam stadium
klinik.

2. Stadium Klinik : Yaitu stadium pada saat kanker itu telah cukup besar atau telah memberikan
keluhan sehingga dapat diketahui adanya dengan pemeriksaan klinik dan / atau penunjang klinik.
Selanjutnya stadium klinik dibagi menjadi beberapa stadium berdasarkan :
a. Kemungkinan Sembuh :
1) Stadium Dini ( Early Stage ) : Dimana kanker itu belum lama diketahui adanya, masih
kecil, letaknya masih lokal terbatas pada organ tempat asalnya tumbuh, belum
menimbulkan kerusakan yang berarti pada organ yang ditumbuhinya dengan
kemungkinan sembuh besar.
2) Stadium Lanjut ( Advance Stage ) : Stadium dimana kanker itu telah lama ada, telah
besar, telah menimbulkan kerusakan yang besar pada daerah yang ditumbuhinya, telah
mengadakan infiltrasi pada jaringan atau organ disekitarnya dan umumnya juga telah
mengadakan metastase regional. Kemungkinan sembuh kecil.
3) Stadium Sangat Lanjut ( Far Advance Stage ) : Stadium dimana kanker telah lama ada,
telah besar dan keadaanya sama dengan stadium lanjut dan disertai metastase luas
diseluruh tubuh. Kemungkinan sembuh sangat kecil atau tak dapat sembuh lagi
(Sukardja, 2000).
b. Topografi Penyakit
Stadium penyakit berdasarkan letak topografi tumor beserta ekstensi dan metastasenya
dalam organ. Berdasarkan topografinya stadium kanker dibagi menjadi :
1) Stadium Lokal : Pertumbuhan kanker masih terbatas pada organ tempatnya semula
tumbuh.
2) Stadium Metastase Regional : Kanker telah mengadakan metastase di kelenjar
lymfe yang berdekatan yaitu kelenjar lymfe regional. Pada kasus liposarkoma
dikaki pembesaran kelenjar limfe dapat dilihat pada kelenjar limfe inguinalis.
3) Stadium Metastase Jauh atau Diseminasi : Kanker telah mengadakan metastase di
organ yang letaknya jauh dari tumor primer.

Manifestasi Klinik

Tumor ganas ini umumnya memberikan gejala dan tanda benjolan tanpa nyeri atau tanda
radang dan biasanya mempunyai simpai atau batas yang cukup jelas dengan jaringan sekitarnya,
sehingga kebanyakan tidak dianggap sebagai tumor ganas. Benjolan tanpa gejala dan keluhan apapun
karena tumbuh dalam jaringan lunak yang mudah didesak dan sering kali jauh dari organ vital.
Keluhan baru timbul setelah ukuran sudah besar atau terjadi tarikan atau tekanan pada otot atau saraf
(Sjamsuhidajat, 1997).
Gejala dan tanda kanker jaringan lemak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana
tumor berada, umumnya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit,
hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit. Rasa sakit muncul akibat perdarahan atau nekrosis
dalam tumor dan bisa juga karena penekanan pada saraf – saraf tepi. Kanker yang sudah begitu besar,
dapat menyebabkan borok dan perdarahan kulit (Sjamsuhidajat, 1997).

Pemeriksaan Penunjang

Untuk menentukan ganas atau jinak dari semua benjolan pada jaringan lunak yang
menetap perlu dilakukan biopsi. Benjolan yang mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya dan
disangka lipoma dapat memberi hasil patologi yang mengejutkan. Secara klinis diagnosis
ditentukan dengan palpasi untuk memperkirakan ukuran kelainan dan perlekatan dengan struktur
dangkal maupun dalam. Pemeriksaan pencitraan seperti radiografi, ultrasonografi, limfangiografi,
payaran CT, atau MRI sebaiknya digunakan dengan selektif. Angiografi bermanfaat karena dapat
menilai hubungan anatomi tumor dengan jaringan sekitarnya. Dalam perencanaan pembedahan,
angiografi menentukan jarak tumor dengan pembuluh darah utama.
Pemeriksaan pencitraan paru dilakukan karena kebanyakan tumor ganas jaringan lunak
lebih dulu beranak sebar ke paru – paru. Foto Rontgen dilakukan karena kanker ini bisa menginvasi
tulang, setelah foto Rongten dapat direncanakan untuk reseksi tulang (Sjamsuhidajat, 1997).

Komplikasi

Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada paru – paru, liver,
tulang. Komplikasi dari penatalaksanaan yaitu infeksi pada pembedahan, dan jika dilakukan terapi
radiasi mungkin akan terjadi perlambatan penyembuhan luka, dan nekrosis dijaringan setelahnya.
Jika dilakukan khemoterapi, akan didapat komplikasi antara lain : mual, muntah, stomatitis, neuropati
perifer, miopati jantung, dan kerusakan hepar (Gale, 1999).
Penatalaksanaan Medis

Sebelum kita memberikan terapi pada penderita kanker, terlebih dahulu perlu diketahui
bagaimana prinsip – prinsip pengelolaan kanker. Pastikan dulu diagnosa klinis dan patologi, stadium
dan keadaan penderita, serta buat rencana terapi yang akan diberikan. Apa tujuan terapi, bagaiman
caranya, bagaimana urutannya, kapan dimulai dan hasil apa yang diharapkan.
Tujuan terapi kanker ada 2 yaitu : kuratif atau penyembuhan dan paliatif atau meringankan.
Terapi kuratif ialah tindakan untuk menyembuhkan penderita yaitu membebaskan penderita dari
kanker yang dialami untuk selama – lamanya. Umumnya untuk penyembuhan kanker ini hanya
mungkin pada kanker dini yaitu kanker loko regional, masih kecil. Kurang lebih 70 % kanker yang
solid dapat disembuhkan dengan pembedahan.
Terapi paliatif ialah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker
terutama bagi yang tidak mungkin disembuhkan lagi. Perawatan Paliatif bertujuan untuk
memperbaiki kualitas hidup agar dapat bekerja dan menikmati hidup. Mengatasi komplikasi yang
terjadi, dapat memperpanjang hidup dan tanpa memperpanjang penderitaan. Mengurangi atau
meringankan keluhan, keluhan yang berat pada penderita kanker umumnya nyeri, ulkus berbau,
perdarahan yang sukar berhenti dan berulang – ulang, tidak ada nafsu makan, badan lemas dan
mengurus, dsb. Hilang atau berkurangnya keluhan maka penderita akan merasa lebih enak dan
sehat (Sukardja, 2000).
Ada bermacam – macam terapi kanker, yaitu : Terapi utama, ini merupakan
penatalaksanaan yang ditujukan kepada penyakit kanker itu sendiri, yang meliputi pembedahan,
radioterapi, khemoterapi, hormonterapi dan bioterapi. Pada umumnya terapi yang diberikan
kepada penderita kanker ialah cara sequential yaitu setelah selesai dengan cara terapi yang satu,
kalau perlu diikuti cara terapi yang lain. Pada kasus kanker loko regional yang operabel, urutan
terapi umumnya ialah dimulai dengan operasi, kemudian radioterapi dan terakhir khemoterapi
(Sukardja, 2000).
Pada sarkoma jaringan lunak seperti liposarkoma penatalaksanaan bukan hanya tumornya
saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah yang
telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakannya berupa operasi eksisi luas.
Penggunaan radioterapi dan khemoterapi hanyalah sebagai pelengkap. Untuk kanker yang
ukurannya besar, setelah operasi ditambah dengan radioterapi. Setelah penderita operasi harus sering
kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan
ditempat jauh hasil metastase. (Sukardja, 2000).

Anda mungkin juga menyukai