Anda di halaman 1dari 15

1 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

Karsinoma Nasofaring
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021

Oleh :

Rahmat Ilham 1840312680


M. Arif Shah bin Jamaludin 2040312012

Preseptor :

dr. Rossy Rosalinda, SpTHT-KL(K), FICS

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK

BEDAH KEPALA DAN LEHER

RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2021
2 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session

KARSINOMA NASOFARING
Rahma Ilham, Muhammad Arif Shah bin Jamaludin
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021

PENDAHULUAN dibatasi oleh basis sfenoid, basis oksiput dan vertebra


Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor servikal 1 dan 2. Dinding anterior nasofaring adalah
ganas (kanker) yang berasal dari sel epitel nasofaring, daerah sempit jaringan lunak yang merupakan batas
bagian atas tenggorokan belakang hidung dan dekat koana posterior. Batas inferior nasofaring adalah
1
dengan dasar tengkorak. Kejadian KNF masih jarang palatum molle. Batas dinding lateral merupakan fasia
di temukan di dunia, sekitar 1% dari seluruh faringobasilar dan m. konstriktor faring superior.5,6
2
keganasan pada anak. Namun di Indonesia, Tuba Eustachius masuk dari telinga tengah ke
karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker nasofaring melalui celah di fasia faringobasilar di
daerah kepala leher dengan prevalensi terbanyak. daerah posterosuperior, tepat di atas batas superior
Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher di muskulus konstriktor faring superior yang disebut
Indonesia merupakan karsinoma nasofaring, fossa russenmuller (resessus faringeal). Fossa
kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan Rossenmuller merupakan tepi dinding posterosuperior
paranasal, laring, dan tumor ganas rongga mulut, nasofaring yang merupakan tempat asal munculnya
tonsil dan hipofaring dalam persentase yang sedikit.3 sebagian besar kanker nasofaring dan yang paling
Nasofaring merupakan bagian nasal dari faring sensitif terhadap penyebaran keganasan pada
5,6
yang mempunyai struktur berbentuk kuboid. Banyak nasofaring.
terdapat struktur anatomis penting di sekitarnya.
Banyak syaraf kranial yang berada di dekatnya, dan
juga pada nasofaring banyak terdapat limfatik dan
suplai darah. Struktur anatomis ini mempengaruhi
diagnosis, stadium, dan terapi dari kanker tersebut.4
Penanggulangan KNF sampai saat ini masih
merupakan suatu masalah karena etiologi yang masih
belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak
nasofaring yang tersembunyi sehingga sulit untuk
diperiksa. Akibatnya diagnosis sering terlambat
dengan ditemukannya metastasis pada leher sebagai Gambar 1. Anatomi Nasofaring
gejala pertama. Makin terlambatnya diagnosis maka
prognosis (angka bertahan hidup 5 tahun) semakin Tepat di atas apeks dari fossa Rossenmuller
buruk. terdapat foramen laserum, yang berisi arteri karotis
TINJAUAN PUSTAKA interna dengan sebuah lempeng tipis fibrokartilago.
Anatomi Tepat di anterior fossa russenmuller, terdapat nervus
Nasofaring adalah ruang trapezoid di belakang mandibula (V3) yang berjalan di dasar tengkorak
koana yang berhubungan dengan orofaring dan melalui foramen ovale. Kira-kira 1.5 cm posterior dari
terletak di superior palatum mole. Ukuran nasofaring fossa russenmuller terdapat foramen jugulare, yang
pada orang dewasa yaitu tinggi 4 cm, lebar 4 cm, dan dilewati oleh saraf kranial IX-XI, dengan kanalis
3 cm pada dimensi anteroposterior. Dinding hipoglosus yang terletak paling medial.7,8
posteriornya sekitar 8 cm dari aparatus piriformis
sepanjang dasar hidung. Bagian atap dan dinding
posterior dibentuk oleh permukaan yang melandai
3 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

melekat ke dinding posterior pada waktu menelan,


muntah, mengucapkan kata-kata tertentu.
Struktur penting yang terdapat di nasofaring :
1. Ostium Faringeum tuba auditiva muara
dari tuba auditiva
2. Torus tubarius, penonjolan di atas ostium
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
faringeum tuba auditiva yang disebabkan
karena cartilago tuba auditiva
3. Torus levatorius, penonjolan di bawah
ostium faringeum tuba auditiva yang
disebabkan karena musculus levator veli
Gambar 2. Fossa Of Rosenmuller palatini.
Nasofaring dilapisi oleh mukosa dengan 4. Plica salpingopalatina, lipatan di depan
epitel kubus berlapis semu bersilia pada daerah dekat torus tubarius
koana dan daerah di sekitar atap, sedangkan pada 5. Plica salpingopharingea, lipatan di
daerah posterior dan inferior nasofaring terdiri dari belakang torus tubarius, merupakan
epitel skuamosa berlapis. Daerah dengan epitel penonjolan dari musculus
transisional terdapat pada daerah pertemuan antara salphingopharingeus yang berfungsi untuk
atap nasofaring dan dinding lateral. Lamina propria membuka ostium faringeum tuba auditiva
seringkali diinfiltrasi oleh jaringan limfoid, sedangkan terutama ketika menguap atau menelan.
lapisan submukosa mengandung kelenjar serosa dan 6. Recessus Pharingeus disebut juga fossa
5
mukosa. rossenmuller. Merupakan tempat
Arteri utama yang memperdarahi daerah predileksi Karsinoma Nasofaring.
nasofaring adalah arteri faringeal asendens, arteri 7. Tonsila pharingea, terletak di bagian
palatina asendens, arteri palatina desendens, dan superior nasopharynx. Disebut adenoid
cabang faringeal arteri sfenopalatina. Pembuluh darah jika ada pembesaran. Sedangkan jika ada
tersebut berasal dari arteri karotis eksterna dan inflammasi disebut adenoiditis.
cabang-cabangnya. Pembuluh darah vena berada di 8. Tonsila tuba, terdapat pada recessus
bawah membran mukosa yang berhubungan dengan pharingeus.
pleksus pterigoid di daerah superior dan fasia 9. Isthmus pharingeus merupakan suatu
posterior atau vena jugularis interna di bawahnya. penyempitan di antara nasopharing dan
Daerah nasofaring dipersarafi oleh pleksus faringeal oropharing karena musculus
yang terdapat di atas otot konstriktor faringeus media. sphincterpalatopharing
Pleksus faringeal terdiri dari serabut sensoris saraf 10. Musculus constrictor pharingeus dengan
glossofaringeus (IX), serabut motoris saraf vagus (X), origo yang bernama raffae pharingei
dan serabut saraf ganglion servikalis simpatikus.
Sebagian besar saraf sensoris nasofaring berasal dari
sarafglossofaringeus, hanya daerah superior
nasofaring dan anterior orifisuim tuba yang mendapat
persarafan sensoris dari cabang faringeal ganglion
sfenopalatina yang berasal dari cabang maksila saraf
trigeminus (V1).7,8
Nasofaring berbentuk kerucut dan selalu
terbuka pada waktu respirasi karena dindingnya dari
tulang, kecuali dasarnya yang dibentuk oleh palatum
Gambar 3 Nasofaring
molle. Nasofaring akan tertutup bila palatum molle
Fungsi nasofaring :
4 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1. Sebagai jalan udara pada respirasi


2. Jalan udara ke tuba eustachii Faktor Resiko
3. Resonator Penyebab dari kanker nasofaring adalah virus
Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan Epstein-Barr karena pada semua pasien nasofaring
hidung didapatkan titer anti-EBV yang cukup tinggi. Virus ini

Definisi bukan satu-satunya faktor penyebab timbulnya kanker


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Karsinoma nasofaringadalah tumor ganas nasofaring. Faktor-faktor lain yang memungkinkan

yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi timbulnya kanker ini adalah faktor genetik dan faktor

di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma lingkungan.9

nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala a. Faktor Genetik

leher yang terbanyak di Indonesia. Berdasarkan penelitian, kanker nasofaring


berhubungan dengan kelemahan lokus pada region
HLA-A2, HLAB17dan HLA-Bw26. Orang dengan yang
memiliki gen ini memilikirisiko dua kali lebih besar
menderita karsinoma nasofaring. Pada sel normal
pertumbuhan (pembelahan/proliferasi) dan diferensiasi
diatur oleh gen yang disebut proto-onkogen.
Pembelahan pada sel normal terjadi bila ada rangsang
pertumbuhan yang diterima oleh reseptor faktor
pertumbuhan (growth factor receptor) yang terletak
pada membran sel. Pesan tersebut kemudian
diteruskan melalui membran sel ke dalam sitoplasma,
Gambar 4. Tumor Nasofaring
yang seterusnya melalui penghantar isyarat di dalam
sitoplasma akan disampaikan ke dalam inti. Rangsang
Epidemiologi
pertumbuhan selanjutnya akan mengaktifkan faktor
Angka kejadian karsinoma nasofaring di
pengatur inti untuk memulai transkripsi DNA.11,12
Indonesia cukup tinggi, yakni 4,7 kasus baru per tahun
Onkogen terjadi melalui mutasi somatik proto-
per 100.000 penduduk. Catatan dari berbagai rumah
onkogen. Dalam keadaan normal ekspresi proto-
sakit menunjukkan bahwa karsinoma nasofaring
onkogen diperlukan untuk pertumbuhan dan
menduduki urutan ke empat setelahkanker leher
diferensiasi sel dan tidak mengakibatkan keganasan,
rahim, kanker payudara dan kanker kulit. Namun,
karena aktivitasnya dikontrol secara ketat. Aktivasi
bagian THT (telinga hidung dan tenggorokan) di
proto-onkogen menjadi onkogen dapat terjadi melalui
Indonesia sepakat mendudukan karsinoma nasofaring
perubahan struktural dalam gen, translokasi
pada peringkat pertama penyakit kanker pada daerah
kromosom, amplifikasi gen atau mutasi dalam
ini. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher
berbagai elemen yang dalam keadaan normal
merupakan karsinoma nasofaring, kemudian diikuti
berfungsi untuk mengontrol ekspresi gen
oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal (18%),
bersangkutan.Mutasi proto-onkogen relatif sering
tumor ganas laring (16%), serta tumor ganas rongga
terjadi dalam sel yang berproliferasi aktif, namun
mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.9,10
perubahan ke arah ganas dapat dicegah dengan
Ras mongoloid merupakan faktor dominan
bantuan ekspresi berbagai gen supresor (tumor
timbulnya kanker nasofaring sehingga kekerapan
suppresor gen atau anti-onkogen) yang berperan
cukup tinggi pada penduduk Cina bagian Selatan,
menginduksi terhentinya siklus sel atau menginduksi
Hongkong, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura,
proses apoptosis. Apabila fungsi gen-gen yang
dan Indonesia. Kanker nasofaring lebih sering
berperan dalam pengawasan ini terganggu akibat
ditemukan pada laki-laki yang mungkin ada
mutasi atau hilang (delesi), maka sel bersangkutan
hubungannya dengan faktor genetik, kebiasaan hidup,
akan menjadi rentan terhadap transformasi
pekerjaan, dan lain-lain.9
ganas.Perubahan yang dialami proto-onkogen seluler
5 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

pada aktivasi menjadi onkogen selalu menstimulasi diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat
suatu fungsi sel yang mengakibatkan pertumbuhan yang sama, yaitu bersifat radiosensitif. Sedangkan
dan diferensiasi sel. Sejauh aktivasi ini terjadi karena jenis dengan keratinisasi tidak begitu radiosensitif.
mutasi, hal ini disebut mutasi dominan.11,12 Penentuan stadium untuk karsinoma
b. Faktor Lingkungan nasofaring digunakan sistem menurut American Joint
Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah iritasi Committee on Cancer (AJCC) edisi ke-7 tahun 2010.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
oleh bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu,
kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu Klasifikasi TNM menurut AJCC 2010:
masak tertentu, dan kebiasaan makan makanan Tumor Primer (T)
terlalu panas. Konsumsi ikan asin dan makanan yang Tx :Tumor primer tidak dapat dinilai
diawetkan yang mengandung volatile nitrosamin T0 :Tidak terbukti adanya tumor primer
merupakan faktor karsinogenik yang berhubungan Tis :Karsinoma in situ
dengan kanker nasofaring. Telah terbukti bahwa T1: Tumor terbatas di nasofaring atau tumor meluas
mengkonsumsi ikan asin sejak anak-anak ke orofaring dan /kavum nasi tanpa perluasan ke
meningkatkan risiko kanker nasofaring di Cina parafaring.
Selatan. Ventilasi rumah yang jelek dengan asap yang T2 :Tumor dengan perluasan ke daerah parafaring.
terperangkap di dalam rumah juga dapat T3 :Tumor melibatkan struktur tulang dasar
meningkatkan angka kejadian kanker nasofaring tengkorak dan/atau sinus paranasal
karena asap yang berasal dari kayu bakar T4 :Tumor dengan perluasan intrakranial dan/atau
mengandung zat karsinogen yang akan terakumulasi terlibatnya saraf kranial, hipofaring, orbita atau
pada dinding nasofaring posterior dan lateral, dengan dengan perluasan ke fossa infratemporal / ruang
waktu terpapar sampai beberapa jam sehari selama mastikator.
bertahun-tahun. Merokok juga berhubungan dengan KGB Regional (N)
peningkatan resiko karsinomanasofaring. Penelitian NX :KGB regional tidak dapat dinilai
menunjukkan adanya paparan jangka panjang dari N0 :Tidak ada metastasis ke KGB regional
bahan-bahan polusi memegang peranan dalam N1: Metastasis kelenjar getah bening leher unilateral
9,13,14
patogenesis karsinoma nasofaring. dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas
fossa supraklavikular, dan/atau unilateral atau
Klasifikasi dan stadium kanker nasofaring
bilateral kelenjar getah bening retrofaring dengan
Klasifikasi gambaran histopatologi yang
diameter terbesar 6 cm atau kurang.
direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
N2: Metastasis kelenjar getah bening bilateral
(WHO), dibagi atas 3 tipe, yaitu :15
dengan diameter terbesar 6 cm atau kurang, di atas
1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
fossa supraklavikular.
(Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).
N3:Metastasis pada kelenjar getah bening diatas 6
Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik,
cm dan/atau pada fossa supraklavikular:
sedang dan buruk.
N3a: Diameter terbesar lebih dari 6 cm
2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing
N3b :Meluas ke fossa supraklavikular
Carcinoma).
Metastasis Jauh (M)
Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi,
M0: Tanpa metastasis jauh
tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa
M1 :Metastasis jauh
tanpa jembatan intersel. Pada umumnya batas
Stadium T N M
sel cukup jelas.
I T1 N0 M0
3. Karsinoma tidak berdiferensiasi II T1 N1 M0
(Undifferentiated Carcinoma). III T2 N0-1 M0
IVA T1-2 N2 M0
Pada tipe ini sel tumor secara individu IVB T3 N0-2 M0
memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval IVC T4 N0-2 M0

atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya Semua T N3 M0

batas sel tidak terlihat dengan jelas. Tipe tanpa Semua T Semua N M1
6 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tabel 1. Stadium KNF berdasarkan AJCC 2010 dari karsinogenesis terkait EBV masih belum
18
sepenuhnya jelas. Selain itu, meski NPC seringkali
Gejala dan tanda diasosiasikan dengan EBV, EBV tidak mengubah sel-
Gejala karsinoma nasofaring dapat dibagi sel epitel nasofaring menjadi sel-sel klon yang
dalam empat kelompok, yaitu gejala nasofaring proliferative, meski ia dapat mentransformasi sel B
sendiri, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta primer. Agar terbentuk NPC, mula-mula dibutuhkan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
metastasis atau gejala di leher. Gejala nasofaring infeksi laten dan litik EBV yang diduga disokong oleh
dapat berupa epitaksis ringan atau sumbatan hidung. perubahan genetik yang dapat diidentifikasi pada
Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang epitel nasofaring premalignan. Setelah itu infeksi laten
timbul karena tempat asal tumor dekat muara dan litik terjadi dan menghasilkan produk-produk
eutachius (fosa rosenmuller). Gangguan dapat berupa tertentu, barulah ekspansi klonal dan transformasi sel
tinitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri epitel nasofaring premalignan menjadi sel kanker.
16,17
di telinga (otalgia) serta gangguan pendengaran. Selain faktor genetik, faktor lingkungan berupa
Karena nasofaring berhubungan dekat dengan konsumsi karsinogen dalam diet pada masa kanak-
rongga tengkorak melalui beberapa lobang, maka kanak juga dapat mengakibatkan akumulasi dari lesi
gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai genetik dan peningkatan risiko NPC. Selain diet,
gejala lanjut karsinoma ini. Perjalanan melalui laserum faktor-faktor lainnya adalah pajanan zat-zat kimia pada
akan mengenai saraf otak ke II,IV,VI dan V, sehingga pekerjaan, misalnya formaldehida dan debu kayu yang
tidak jarang pasien datang dengan keluhan diplopia. mengakibatkan inflamasi kronis di nasofaring.19
Neuralgia trigeminal adalah gejala yang sering ditemui Seperti yang telah dijelaskan, setelah faktor
16,17
oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan lainnya. genetik dan lingkungan merangsang perubahan pada
Proses karsinoma lanjut akan mengenai saraf epitel nasofaring, virus EBV memperparah keadaan
otak ke IX, X, XI, dan XII jika penjalaran melalui epitel tersebut. Virus EBV menginfeksi sel NPC secara
foramen jugulare. Gangguan ini sering disebut dengan laten. Virus ini kemudian memasuki fase infeksi litik
sindrom Jackson. Bila sudah mengenai seluruh saraf yang produktif. Tumor NPC diketahui
otak disebut sindrom unilateral. Dapat pula disertai mengekspresikan tiga protein yang dikode EBV, RNA
dengan destruksi tulang tengkorak dan bila sudah kecil dan mikroRNA. Protein-protein yang
terjadi demikian, biasanya prognosisnya buruk.16 diekspresikan di antaranya adalah EBNA1, LMP1, dan
Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di LMP2. Dalam perkembangan NPC, diduga LMP1
leher yang mendorong pasien untuk berobat, karena memiliki peran sentral. LMP1 disekresi melalui
sebelumnya tidak terdapat keluhan lain. Suatu eksosom dan masuk ke dalam sel-sel yang tidak
kelainan nasofaring yang disebut lesi hiperplastik terinfeksi EBV melalui endositosis. LMP1 juga
nasofaring atau LHN telah diteliti di China, yaitu 3 mempengaruhi lingkungan di sekeliling tumor. LMP1
bentuk yang mencurigakan pada nasofaring, seperti merupakan onkogen primer yang dapat meniru fungsi
pembesaran adenoid pada orang dewasa, salah satu reseptor TNF, yakni CD40. Akibatnya, ia
pembesaran nodul dan mukositis berat pada daerah dapat menginisasi beberapa pathway persinyalan
nasofaring. Kelainan ini bila diikuti bertahun-tahun yang merangsang perubahan fenotip dan morfologi sel
16
kemudian akan menjadi karsinoma nasofaring. epitel. LMP 1 juga mengakibatkan peningkatan EMT
(epithelial-mesenchymal transition).18 Pada proses
Patogenesis EMT, sel-sel karsinoma akan menurunkan penanda
Kanker nasofaring (NPC) merupakan tumor epitel tertentu dan meningkatkan penanda mesenkim
ganas yang diasosiasikan dengan virus EBV (Epstein tertentu sehingga menimbulkan perkembangan fenotip
Barr virus). Telah ditemukan bahwa perkembangan promigratori yang penting dalam metastasis.20 Oleh
NPC salah satunya dipengaruhi faktor risiko yang karena itu, LMP 1 juga berperan dalam menimbulkan
sudah sering dikemukakan yaitu kenaikan titer sifat metastasis dari NPC. Peningkatan EMT oleh
antibody anti-EBV yang konsisten. Akan tetapi, LMP1 ini diikuti dengan ekspresi penanda sel punca
mekanisme molekuler dan hubungan patofisiologis
7 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

kanker/sel progenitor kanker serta pemberian sifat- dilanjutkan dengan CT Scan Abdomen
18
sifat mirip sel punca/sel progenitor kepada sel. dengan kontras.
Protein-protein lainnya serta ekspresi RNA 3) Foto Thoraks
virus juga memiliki peranan dalam karsinogenesis Untuk melihat adanya nodul di paru atau
NPC, contohnya LMP2 yang mempertahankan latensi apabila dicurigai adanya kelainan maka
18
virus. dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
dengan kontras.
Diagnosis
4) Bone Scan
Ditegakkan berdasarkan anamnesis,
Untuk melihat metastasis tulang.
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
Anamnesis
diatas untuk menentukan TNM.
Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga,
2. Pemeriksaan Patologi Anatomi21
gejala mata dan saraf, serta gejala metastasis / leher.
Karsinoma nasofaring dibuktikan
Gejala tersebut mencakup hidung tersumbat, lendir
melalui pemeriksaan patologi anatomi
bercampur darah, tinitus, telinga terasa penuh, otalgia,
dengan spesimen berasal dari biopsi
diplopia dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V, VI),
nasofaring. Hasil biopsi menunjukkan jenis
dan muncul benjolan pada leher.21,22
keganasan dan derajat diferensiasi.
Pemeriksaan fisik22
Pengambilan spesimen biopsi dari
1. Dilakukan pemeriksaan status generalis
nasofaring dapat dikerjakan dengan
dan status lokalis.
bantuan anestesi lokal ataupun dengan
2. Pemeriksaan nasofaring:
anestesi umum.
1) Rinoskopi posterior
3. Biopsi Nasofaring
2) Nasofaringoskop ( fiber / rigid )
Diagnosis pasti berdasarkan
3) Laringoskopi
pemeriksaan PA dari biopsi nasofaring.
3. Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI
Sementara biopsi Aspirasi Jarum Halus
(Narrow Band Imaging) digunakan untuk
(BAJAH) atau biopsi insisional/eksisional
skrining, melihat mukosa dengan
kelenjar getah bening leher bukan
kecurigaan kanker nasofaring, panduan
merupakan diagnosis pasti. Biopsi
lokasi biopsi, dan follow up terapi pada
dilakukan dengan menggunakan tang biopsi
kasus-kasus dengan dugaan residu dan
yang dimasukkan melalui hidung atau mulut
residif.
dengan tuntunan rinoskopi posterior atau
Pemeriksaan penunjang
tuntunan nasofaringoskopi
1. Pemeriksaan Radiologik21,22
rigid/fiber.Pelaporan diagnosis karsinoma
1) CT Scan
nasofaring berdasarkan kriteria WHO yaitu:
Pemeriksaan radiologik berupa CT scan
a. Karsinoma sel skuamosa berkeratin
nasofaring mulai setinggi sinus frontalis
(WHO 1)
sampai dengan klavikula, potongan
b. Karsinoma tidak berkeratin
koronal, aksial, dan sagital, tanpa dan
berdiferensiasi (WHO 2) dan tidak
dengan kontras. Teknik pemberian
berdiferensiasi (WHO)
kontras dengan injector 1-2cc/kgBB,
c. Karsinoma basaloid skuamosa
delay time 1 menit. CT berguna untuk
Pemeriksaan Laboratorium yang
melihat tumor primer dan penyebaran ke
dilakukan adalah; hematologik berupa
jaringan sekitarnya serta penyebaran
pemeriksaan darah perifer lengkap, LED,
kelenjar getah bening regional.
hitung jenis, Alkali fosfatase, LDH, dan
2) USG abdomen
fungsi liver seperti SGPT-SGOT.
Untuk menilai metastasis organ-organ
Eksplorasi nasofaring dengan
intra abdomen. Apabila dapat keraguan
anestesi umum dilakukan jika dari biopsi
pada kelainan yang ditemukan dapat
8 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dengan anestesi lokal tidak didapatkan hasil seperti rinitis, sinusitis, atau polip nasal. Gejala telinga
yang positif sedangkan gejala dan tanda yaitu gangguan dengar unilateral pada usia dewasa,
yang ditemukan menunjukkan ciri yang harus dicurigai karsinoma nasofaring, khususnya
karsinoma nasofaring, atau suatu kanker di area endemik. Kanker nasofaring berkaitan dengan
yang tidak diketahui primernya (Unknown paresis saraf kranial, sehingga dapat menyerupai
Primary Cancer). Prosedur eksplorasi penyakit neurologi. Defisit saraf kranial yang tidak
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
nasofaring dengan anestesi umum dapat jelas penyebabnya sebaiknya diperiksa dengan
langsung dikerjakan pada penderita anak, endoskopi nasal, terutama pada orang dengan risiko
penderita dengan keadaan umum kurang tinggi.
baik, keadaan trismus sehingga nasofaring Kanker nasofaring juga dapat didiagnosis
tidak dapat diperiksa, penderita yang tidak banding dengan hipertrofi adenoid, namun biasanya
kooperatif, dan penderita yang laringnya adenoid memiliki permukaan licin, alur longitudinal,
terlampau sensitif, atau dari CT Scan dan letaknya di tengah nasofaring. Pada laki-laki
paska kemoradiasi/ CT ditemukan remaja dapat pula dibandingkan dengan angiofibroma
kecurigaan residu/rekuren, dengan juvenil, hal ini dapat dikonfirmasi dengan endoskopi
Nasoendoskopi Nasofaring menonjol. dan pemeriksaan MRI. Tumor lain di nasofaring di
antaranya adalah limfoma, karsinoma sinonasal,
4. Biopsi Aspirasi Jarum Halus chordoma, rhabdomyosarcoma, melanoma, dan
Kelenjar Leher Pembesaran kelenjar teratoma.
leher yang diduga keras sebagai metastasis Pada pasien dengan benjolan leher, harus
tumor ganas nasofaring yaitu, internal dilakukan biopsi nodus. Benjolan leher dapat terjadi
jugular chain superior, posterior cervical pada kondisi infeksi atau inflamasi, limfoma, atau
triangle node, dan supraclavicular node tumor ganas regio kepala leher ataupun bagian tubuh
jangan di biopsi terlebih dulu sebelum lain.
ditemukan tumor induknya. Yang mungkin
dilakukan adalah Biopsi Aspirasi Jarum Tatalaksana
Halus (BAJAH). Radioterapi
5. Serologi17 Radioterapi merupakan modalitas utama
Diagnosis KNF ditunjang beberapa pada penatalaksanaan KNF yang masih
pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan terbatas lokoregional, karena tumor ini bersifat
serologi, misalnya imunoglobulin A anti-viral radiosensitif. Kemajuan yang sangat penting
capsid antigen (Ig anti-VCA), Ig G anti-early pada radioterapi adalah IMRT (Intensity-
antigen (EA), imunohistokimia, dan Modulated Radiation Therapy). Teknologi ini
polymerase chain reaction (PCR). memungkinkan pemberian dosis radiasi
Pemeriksaan serologi dapat dilakukan konformal terhadap target melalui optimalisasi
sebagai skrining untuk deteksi dini, sering intensitas beberrapa beam. Kelebihan dari
mendahului munculnya KNF dan berfungsi IMRT ini diantaranya memiliki kemampuan
sebagai petanda tumor remisi dan untuk memberikan radioterapi conformal pada
kekambuhan. Window period selama 3 target yang tidak beraturan (irrigular). Ini sangat
tahun sesudah peningkatan antibodi dan bermanfaat pada tumor yang berada disekitar
menetap tinggi sampai muncul gejala klinis. struktur vital seperti batang otak dan medula
spinalis. Teknik ini sudah dilaporkan dapat
Diagnosis Banding meningkatkan kontrol tumor dan juga
Kanker nasofaring dapat menginvasi beragam menurunkan risiko komplikasi.18
struktur di sekitarnya, termasuk basis kranii dan leher, Kombinasi Kemoradiasi
sehingga gejala klinisnya bervariasi. Pada tahap awal Kemoradiasi konkuren saat ini menjadi
berupa gejala hidung dapat menyerupai kondisi jinak, terapi pilihan pada KNF lokoregional yang
9 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

advanced. Sebagian besar penelitian Nasofaringektomi


kemoterapi pada KNF menggunakan Cisplatin- Nasofaringektomi diindikasikan pada
based. Berdasarkan waktu pemberian tumor persisten atau rekuren yang terlalu besar
kemoterapi terhadap radioterapi dibedkan untuk brakiterapi dan terdapat perluasan ke
menjadi Induction/ Neoadjuvan (sebelum), parafaring.23 Pada tumor kecil namun tebal,
concurrent (selama radiasi) dan adjuvan reseksi adekuat dapat dilakukan menggunakan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
23
(setelah radioterapi). endoskopi melalui kavum nasi atau oral. Tumor
Kombinasi kemoradiasi sebagai yang lebih ekstensif memerlukan reseksi
17
radiosensitizer terutama diberikan pada pasien terbuka.
dengan T2-T4 dan N1-N3. Kemoterapi sebagai Terapi Target
radiosensitizer diberikan preparat platinum Cetuximab merupakan terapi target
based 30-40 mg/m2 sebanyak 6 kali, setiap yang diberikan pada KNF yang mengalami
minggu sekali 2,5 sampai 3 jam sebelum rekuren atau persisten dengan metastasis
dilakukan radiasi. Kemoterapi kombinasi/dosis jauh.23
penuh dapat diberikan pada N3 > 6 cm sebagai Edukasi
neoadjuvan dan adjuvan setiap 3 minggu Hal-hal yang perlu diedukasikan kepada
sekali, dan dapat juga diberikan pada kasus pasien telah dibahas dalam subbab
21,22
rekuren/metastatik. sebelumnya. Berikut ini adalah rangkuman
Terapi sistemik pada Karsinoma mengenai hal-hal yang penting untuk
Nasofaring adalah dengan kemoradiasi diedukasikan kepada pasien.
dilanjutkan dengan kemoterapi adjuvant, yaitu
Cisplatin + RT diikuti dengan Cisplatin/5-FU Kondisi Informasi Dan Anjuran
Radioterap 1. Efek samping radiasi akut yang dapat
atau Carboplatin/5-FU. Dosis preparat platinum i muncul (xerostomia, gangguan menelan,
based 30-40 mg/m2 sebanyak 6 kali, setiap nyeri saat menelan), maupun lanjut (fibrosis,
mulut kering, dsb)
seminggu sekali.21,22 2. Anjuran untuk selalu menjaga kebersihan
mulut dan perawatan kulit (area radiasi)
Adapun terapi sistemik pada Karsinoma selama terapi
Nasofaring kasus Rekuren/Metastatik Kemoterap Efek samping kemoterapi yang mungkin muncul
i (mual, muntah, dsb)
adalah:21,22 Nutrisi Edukasi jumlah nutrisi , jenis dan cara
pemberian nutrisi sesuai dengan kebutuhan
a. Terapi Kombinasi : Cisplatin or carboplatin Metastasis 1. Kemungkinan fraktur patologis sehingga
+ docetaxel or paclitaxel, Cisplatin/5-FU, pada pada pasien yang berisiko diedukasi untuk
tulang berhati-hati saat aktivitas atau mobilisasi.
Carboplatin, Cisplatin/gemcitabine , 2. Mobilisasi menggunakan alat fiksasi
eksternal dan/atau dengan alat bantu jalan
Gemcitabine, Taxans + Patinum +5FU dengan pembebanan bertahap
b. Terapi Tunggal : Cisplatin, Carboplatin, Lainnya 1. Anjuran untuk kontrol rutin pasca
pengobatan
Paclitaxel, Docetaxel, 5-FU, Methotrexate, 2. Anjuran untuk menjaga pola hidup yang
sehat
Gemcitabine Tabel 2 Edukasi kepada pasien21,22
Brachytherapy
Brachyterapy efektif dan digunakan Follow-up21,22
hanya pada tumor yang dangkal di nasofaring Kontrol rutin dilakukan meliputi konsultasi &
dan tanpa invasi ke tulang.23 Cara brakhiterapi pemeriksaan fisik:
nasofaring adalah dengan menggunakan 1. Tahun 1 : setiap 1-3 bulan
aplikator Levendag dengan menggunakan 2. Tahun 2 : setiap 2-6 bulan
sumber radiasi Ir 192 HDR. Dilakukan 3. Tahun 3-5 : setiap 4-8 bulan
tindakan anestesi lokal atau anestesi umum.22 4. 5 tahun : setiap 12 bulan
Dengan guide NGT 100 cm dengan Follow-up imaging terapi kuratif dilakukan
penampang ±2 mm dimasukkan melalui hidung minimal 3 bulan pasca terapi:
dan keluar dari mulut. Dengan guide ini a. MRI dengan kontras sekuens T1, T2,
dipasang aplikator lavendag lalu difiksasi.21 Fatsat, DWI + ADC
10 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

b. Bone Scan untuk menilai respons terapi kerja Tumor nasofaring susp.
terhadap lesi metastasis tulang. Keganasan
Follow Up Terapi Paliatif (dengan terapi  Hidung tersumbat ada sejak 2 bulan ini
kemoterapi); follow-up dengan CT Scan terutama dirasakan pada hidung
pada siklus pertengahan terapi untuk sebelah kiri
melihat respn kemoterapi terhadap tumor.  Telinga berdenging ada terutama
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
disebelah kiri
Prognosis  Riwayat penurunan berat badan ada,
Prognosis pasien dengan KNF dapat sangat kira-kira 10 kg sejak 1 bulan ini
berbeda antara subkelompok yang satu dengan  Riwayat benjolan di leher disangkal
subkelompok yang lain. Penelitian tentang faktor-  Riwayat pandangan ganda tidak ada
faktor yang dapat memengaruhi prognosis masih terus
 Riwayat sakit kepala ada, hilang timbul,
berlangsung hingga saat ini. Kebanyakan faktor-faktor
nyeri kepala hilang saat diberikan obat
prognosis bersifat genetik ataupun molekuler. klinik
analgesik
(pemeriksaan fisik maupun penunjang). Sampai saat
 Riwayat nyeri atau tidak nyaman saat
ini belum ada uji meta analisis yang menggabungkan
menelan tidak ada
angka kesintasan dari berbagai studi yang telah ada.22
Prognosis pada pasien keganasan paling sering
Riwayat Penyakit Dahulu :
dinyatakan sebagai kesintasan 5 tahun. Menurut
 Tidak ada Riwayat menderita DM, HT,
AJCC tahun 2010, kesintasan relatif 5-tahun pada
Kolesterol tinggi, alergi, asma.
pasien dengan KNF Stadium I hingga IV secara
berturutan sebesar 72%, 64%, 62%, dan 38%.22
Riwayat Penyakit Keluarga :
 Tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan
pasien

Laporan Kasus
Riwayat Kebiasaan, Sosial, Ekonomi:
Identitas Pasien
 Pasien seorang ibu rumah tangga.
Nama : Nn. Ernadita
 Pasien tidak merokok dan tidak minum
Jenis Kelamin : Perempuan
alkohol.
Usia : 59 tahun
Alamat : Jambi
Status Generalisata
Suku Bangsa : Minang
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tanggal Periksa : 23 Juli 2021
Kesadaran : Composmentis Cooperatif
Tekanan darah : 110/90 mmHg
Keluhan Utama :
Frekuensi nadi : 74x per menit
Keluar darah dari hidung yang memberat
Suhu : 36,5°C
sebelah kiri sejak 3 bulan yang lalu
Pernapasan : 19x per min
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sianosis :-
 Keluar darah dari hidung yang
Edema :-
memberat sejak 3 bulan sebelum masuk
Anemis :-
rumah sakit. Darah berwarna segar.
Ikterus :-
Didapatkan keluar darah terakhir pada
Pemeriksaan Sistemik
pagi hari sebelum rawatan sebanyak 1
Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak
lembar tissue dan berhenti sendiri.
mudah dicabut
Pasien merupakan rujukan dari RSUD
Muaro Bungo Jambi dengan diagnosis
11 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Mata : Konjuntiva anemis -/-, sklera ikterik Nyeri Ketok - -


-/- Tes Garpu Rinne

Thoraks : Jantung dan paru dalam batas Tala


Weber: Tidak ada
normal
lateralisasi Tidak ada tuli
Abdomen : Supel, bising usus (+), dalam batas
Schawabach: Sama
normal
dengan
Fakultas pemeriksa
Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Ekstremitas : Edema tungkai -/-, CRT <2s
Status Lokalis THT-KL Audiometri Tidak dilakukan
Telinga Timpanom Tidak dilakukan
Pemeriks Kelainan Dextra Sinistra etri
aan
Daun Kelainan - - Hidung

Telinga Kongenital Pemeri Kelainan Dextra Sinistra

Trauma - - ksaan
Hidung Deformitas - -
Radang - -
Luar Kelainan - -
Kelainan Metabolik - -
Kongenital
Nyeri Tarik - -
Trauma - -
Nyeri Tekan - -
Radang/Ma - -
Tragus
Liang dan Cukup Lapang Iya Iya ssa
Sinus Deformitas - -
Dinding Sempit - -
Parana Nyeri - -
Telinga Hiperemis - -
sal Tekan
Edema - -
Nyeri Ketok - -
Massa - -
Sekret/Ser Bau - -
Rinoskopi Anterior
umen Warna Kuning Kuning Vestibu Vibrise Ada Ada
Jumlah Sedikit Sedikit lum Radang Tidak ada Tidak ada
Jenis Kavum Normal/Cu Cukup Sempit,
Nasi kup Lapang Lapang tampak
Membran Timpani
Sempit massa di
Utuh Warna Putih Putih Lapang kavum dan
Refleks Cahaya (+), (+), arah koana
arah jam 7 Sekret Lokasi

jam 5 Jenis Tidak ada


Tidak ada
Bulging - - Jumlah
Bau
Konka Ukuran Normal
Retraksi - -
Inferior Warna Merah muda
Licin Sulit dinilai
Atrofi - -
Permukaan

Perforasi Jumlah perforasi MT tidak ada Edema


Konka Ukuran Normal Sulit dinilai
Jenis perforasi
Media Warna
Kuadran
Pinggir
Mastoid Tanda Radang - - Permukaan

Fistel - - Edema
Septum Cukup Cukup lurus Cukup
Sikatrik - -
Lurus/Devi lurus
Nyeri Tekan - -
asi
12 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Permukaan Palatum
Warna Mole + Arkus -
Spina - - Faring
Dinding Warna Tidak Tidak
Krista - -
Faring hiperemis hiperemis
Abses - -
Licin
Perforasi - -
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Permuka Licin
- -
an
Tonsil Ukuran T1 T1
Massa Lokasi Tidak ada Di KI dan
Warna Tidak Tidak
Bentuk koana
hiperemis hiperemis
Ukuran Tak
Licin Licin
Permukaan beraturan
Permuka
Warna Merah
an Tidak Tidak
Konsistensi Licin
Muara melebar melebar
Mudah Iya
kripti - -
Detritus - -
Rinoskopi Posterior (tidak dilakukan) Eksudat
Koana Cukup Peritonsil Warna Tidak Tidak
Lapang/Nor hiperemis hiperemis
mal -
Sempit - -
Edema
Massa - -
Abses
Mukosa Warna
-
Perlengk
etan
Edema
Tumor Lokasi
Jaringan
Bentuk
Granulasi
Ukuran
Konka Warna Tidak ada
Permuka
Inferior Permukaan
an
Edema
Adenoi Ada/tidak Konsiste
d nsi
Muara Tertutup Gigi Karies/ra Ada Ada
Tuba Sekret diks
Eustac Edema Kesan
Lidah Warna Merah Merah
hius Mukosa
Massa Lokasi muda muda
Ukuran Bentuk Tidak ada Tidak ada
Bentuk kelainan kelainan
Permukaan -
Post Ada/Tidak Deviasi - -
Nasal Jenis Massa -
Drip
Laringoskopi Indirek (tidak diperiksa)
Oral Cavity dan Orofaring Pemeriksa Kelainan Dextra Sinistra
Pemeriksaa Kelainan Dextra Sinistra an
n Epiglotis Bentuk - -
Trismus - - Warna
Uvula - Edema
13 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pinggir  PT/APTT : 9.8/23.7 detik


Rata/Tidak Kesimpulan : Anemia, Limfopenia,
Aritenoid Warna - -
APTT dibawah nilai rujukan.
Edema
KIMIA KLINIK
Massa
 Ureum/Kreatinin: 58/1.7 mmol/L
Gerakan
Plika Warna - -  GDS : 105 mg/dL
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
Vokalis Pinggir  Na/K/Cl : 139/3.3/108 mmol/L

Medial Kesimpulan : Ureum dan kreatinis

Massa meningkat, Kalium menurun


Sinus Massa - -
Piriformis Sekret
NASOENDOSKOPI
Valekulae Massa - -
Dekstra Sinistra
Sekret/Sej Kavum Nasi Lapang Sempit
enisnya Konka Inferior Eutrofi Hipertrofi
Warna KI Merah Muda Merah Muda
Warna Konka Media Eutrofi Eutrofi
Edema Meatus Media Terbuka Terbuka
Sekret - -
Massa
Krusta - -
Septum + -
Deviasi
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher Nasofaring - Tampak massa
Inspeksi di nasofaring
1) Lokasi : Tidak ada
pembesaran KGB
2) Bentuk : Tidak ada Diagnosis Utama :

pembesaran KGB Carcinoma Nasofaring Non Keratinizing

3) Soliter / Multiple : Tidak ada Undiferentiated stadium IV B (T4N0M0)

pembesaran KGB
Diagnosis Tambahan :-

Palpasi
1) Bentuk : Tidak ada Pemeriksaan Anjuran :-

pembesaran KGB
2) Ukuran : Tidak ada Terapi :

pembesaran KGB  Pro Kemoterapi Neoadjuvan

3) Konsistensi : Tidak ada


pembesaran KGB Prognosis :

4) Mobilitas : Tidak ada - Quo ad vitam : Dubia ad Bonam

pembesaran KGB - Quo ad sanam : Dubia ad Bonam


-
Pemeriksaan Penunjang: DISKUSI
LABORATORIUM Nn Ernamita, 59 tahun, Keluar darah dari
HEMATOLOGI hidung yang memberat sejak 3 bulan sebelum masuk

 Hemoglobin : 10.6 g/dl rumah sakit. Darah berwarna segar. Didapatkan keluar

 Leukosit : 6490 sel/mm3 darah terakhir pada pagi hari sebelum rawatan
sebanyak 1 lembar tissue dan berhenti sendiri. Pasien
 Hematokrit : 32%
merupakan rujukan dari RSUD Muaro Bungo Jambi
 Eritrosit : 3.120.000 sel/ mm3
dengan diagnosis kerja Tumor nasofaring susp.
 Diff. count : 0/1/3/75/13/8
14 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Keganasan selain itu terdapat juga gejala hidung dipertangungjawabkan. Sekalipun secara klinik jelas
tersumbat ada sejak 2 bulan ini terutama dirasakan karsinoma nasofaring, namun biopsi tumor primer
pada hidung sebelah kiri. Telinga berdenging ada mutlak dilakukan, selain untuk konfirmasi diagnosis
terutama disebelah kiri, terdapat juga riwayat histopatologi, juga menentukan subtipe histopatologi
penurunan berat badan ada, kira-kira 10 kg sejak 1 yang erat kaitannya dengan pengobatan dan
bulan ini, riwayat benjolan di leher disangkal, riwayat prognosis. Berikut adalah gejala nasofaring yang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
pandangan ganda tidak ada, riwayat sakit kepala ada, pokok berupa nasal sign, ear sign, eye sign, tumor
hilang timbul, nyeri kepala hilang saat diberikan obat sign, dan cranial sign.
analgesic, riwayat nyeri atau tidak nyaman saat Pada kasus didapatkan beberapa gejala yaitu
menelan tidak ada. terdapat terdapat gangguan telinga yaitu telinga terasa
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ada penuh yang mengakibatkan pendengaran menurun
kesan massa di daerah nasofaring kiri, tidak terdapat atau pada gejala awal seperti sensasi telinga
benjolan di daerah colli regional. mendengar suara berdenging tanpa terlihat penurunan
Dilakukan pemeriksaan penunjang, pendengaran yang berarti; selain itu pasien juga
didapatkan bahwa pada pemeriksaan nasoendoskopi, merasakan adanya rasa telinga berdenging. Hal
terdapat adanya massa dengan curiga keganasan di tersebut diatas terjadi karena tumor menekan muara
daerah nasofaring kiri. Selain itu hasil ekspertise CT- tuba eustachii sehingga terjadi tuba oklusi, karena
Scan juga menyimpulkan massa pada nasofaring muara tuba eustachii dekat dengan fossa rosenmulleri.
tersebut suggestif kearah massa ganas. Tekanan dalam kavum timpani menjadi menurun
Karsinoma adalah pertumbuhan baru yang sehingga terjadi tinnitus.
ganas terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung Pasien juga mengalami adanya rasa sakit kepala
menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan pada salah satu bagian kepala saja. Gejala cranial
metastasis. Nasopharyngeal carcinoma merupakan dapat terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan
tumor ganas yang timbul pada epithelial pelapis dirasakan pada penderita. Gejala ini berupa :
ruangan dibelakang hidung (nasofaring). Karsinoma - Sakit kepala yang terus menerus, rasa sakit
nasofaring salah satu nya dapat disebabkan karena ini merupakan metastase secara hematogen.
adanya konsumsi zat-zat karsinogenik. Pada kasus - Kesukaran pada waktu menelan
didapatkan adanya konsumsi ikan asin setiap kali Namun pada pasien tidak didapatkan adanya rasa
makan, dimana dapat diduga sebagai penyebab tidak nyaman saat menelan akibat dari pembesaran
tumbuhnya tumor. Selain itu didapatkan Riwayat tumor tersebut.
kebiasaan merokok pada pasien, dimana merokok Pada pasien diberikan terapi kemoterapi adjuvan
sendiri adalah aktivitas yang menjadi factor risiko untuk terapi lebih lanjut.
tertinggi seseorang mendapatkan penyakit keganasan,
terlebih di daerah nasofaring, yang terpapar asap DAFTAR PUSTAKA
rokok yang ebih banyak disbanding regional lainnya, 1. National Comprehensive Cancer Network
setelah paru-paru. Sejumlah besar studi kasus yang (NCCN). NCCN Clinical Practice Guidelines in
dilakukan pada populasi yang berada di berbagai Oncology (NCCN Guidelines) : Head and Neck
daerah di Asia dan Amerika Utara, telah Cancers Version 2.2013. NCCN; 2013.
dikonfirmasikan bahwa ikan asin dan makanan lain 2. American cancer society. Nasopharyngeal
yang awetkan mengandung sejumlah besar cancer. American Cancer Society; 2013.
nitrosodimethyamine (NDMA), N-nitrospurrolidene 3. Soepardi EA, Iskandar N, Editor. Buku Ajar Ilmu
(NPYR) dan nitrospiperidine (NPIP ) yang mungkin Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Edisi 6.
merupakan faktor karsinogenik karsinoma nasofaring. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Diagnosis karsinoma nasofaring dapat 4. Titcomb C P. High incidence of nasopharyngeal
ditegakkan dengan adanya beberapa gejala yang carcinoma in Asia. J Insur Med. 2001; 33: 235-8.
diberi penilaian. Bila jumlah nilai mencapai 50, 5. Yang XR, Diehl S, Pfeiffer R, et al, 2005,
diagnosa klinik karsinoma nasofaring dapat Evaluation of Risk Factors for Nasopharyngeal
15 Dokter Muda THT-KL Periode Juli-Agustus 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Carcinoma in High-Risk Nasopharyngeal Epstein-Barr virus latent membrane protein-1 in


Carcinoma Families in Taiwan, Cancer the development of nasopharyngeal carcinoma.
Epidemiology Biomarkers Prevention, vol.14, Cancer Lett. j.canlet. 2013, 337:1
no.4. 19. Tsao SW, Yip YL, Tsang CM, Pang PS, Lau
6. Chew CT, 1997 Nasopharynx (the Postnasal VMY, Zhang G, et al. Etiological factors of
Space), Scott-Brown’s Otolaryngology, nasopharyngeal carcinoma. Oral oncol.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2021
6thedition, Butterworth-Heinemann, Great Britain. j.oraloncology. 2014; 50:330-338.
7. Ballenger JJ, 1994, Anatomy Bedah Faring dan 20. Komang SK. Patogenesis, patofisiologi, dan
Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan manifestasi kliis kanker nasofaring. Ltm Pemicu 3
Leher, Binarupa Aksara, Edisi 13, Jilid 1. Modul Penginderaan. FKUI. 2016.
8. Brennan, Bernadette. Nasopharyngeal 21. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman nasional
Carcinoma. Manchester. BioMed Central Ltd. pelayanan kedokteran kanker nasofaring.
2006. Jakarta. 2017.
9. Roezin A &AdhamM, 2010, Karsinoma 22. Kementrian Kesehatan RI. Panduan
Nasofaring, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga penatalaksanaan kanker nasofaring. Jakarta.
Hidung Tenggorok Kepala Leher, Balai Penerbit 2017
FK-UI, Edisi Kelima, Jakarta. 23. Rahman S. Update diagnosis dan tatalaksana
10. Yang XR, Diehl S, Pfeiffer R, et al, 2005, karsinoma nasofaring. ResearchGate.net. 2014.
Evaluation of Risk Factors for Nasopharyngeal
Carcinoma in High-Risk Nasopharyngeal
Carcinoma Families in Taiwan, Cancer
Epidemiology Biomarkers Prevention, vol.14,
no.4.
11. Japaris, Willie. Karsinoma Nasofaring Dalam:
Onkologi Klinis. Jakarta : FKUI. 2008.
12. Holt GR & Shockley WW, 1993, Head & Neck
Cancer, Clinical Oncology, A Lange Medical
Book, London.
13. McDermott AL, Dutt SN, Watkinson JC, 2001,
The Etiology of Nasopharyngeal Carcinoma, Clin.
Otolaryngol, vol. 26.
14. Chew CT, 1997 Nasopharynx (the Postnasal
Space), Scott-Brown’s Otolaryngology,
6thedition, Butterworth-Heinemann, Great Britain.
15. Chua MLK, Wee JTS, Hui EP. 2015.
Nasopharingeal carcinoma.
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(15)00055-
0.
16. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, dan
Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala dan leher ed 7. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI. 2012, pp 158-163.
17. Wijaya FO dan Soeseno B. Deteksi dini dan
diagnosis karsinoma nasofaring. Kalbemed.com.
CDK-254/vol.44 no.7. 2017.
18. Yoshizaki T, Kondo S, Wakisaka N, Murono S,
Endo K, Sugimoto H, et al. Pathogenic role of

Anda mungkin juga menyukai