Anda di halaman 1dari 14

Faizal Dzaky

Rahmadika
1606881071
KOMPLIKASI
• Komplikasi yang paling sering
muncul ialah komplikasi orbital,
intracranial, dan bony
• Tanda-tanda bahwa sinusitis sudah
menyebar ke orbital dan
intracranial adalah sebagai berikut:
Periorbital • Selulitis pada kelopak mata tanpa gangguan

ORBITAL Edema
penglihatan dan ophtalmophlegia
• Infeksi di septum orbital anterior

• Pada komplikasi orbital, infeksi • Infeksi melebar sampai septum orbital


Orbital • Terdapat edema kornea, nyeri, proptosis, dan
penyebab sinusitis sudah Celullitis kemosis
menyebar ke bagian orbital dan
menyebabkan 5 stage of sinonasal
periorbital infection
Subperiosteal • Akumulasi pus dibawah periosteum dari lamina
• Tatalaksana: Abcess papyracea
• Periorbital edema  antibiotik
oral dan kontrol komorbiditas
• Orbital cellulitis  antibiotik IV • Akumulasi pus di orbital
• Subperiosteal & orbital abcess Orbital Abcess • Pergerakan ekstraokular terhambat,
eksoftalmus, dan gangguan penglihatan
 drainase
• Thrombosis  operasi
• Diagnosis dari komplikasi ini dapat Cavernous • Thrombosis sepsis dari sinus kavernosus
• Pada penderita dapat muncul demam, ptosis,
dilakukan melalui CT scan dan Sinus proptosis ophthalmophlegia, kemosis,
USG Thrombosis kebutaan dan meningitis
OSTEOMYELITIS
OSTEOMYELITIS MAXILLA OSTEOMYELITIS FRONTAL
• Lebih sering terjadi pada anak-anak • Etiologi  sinusitis frontal
dibandingkan pada dewasa akibat • Terjadi penumpukan subperiosteal
adanya tulang spons pada dinding abcess pada permukaan anterior sinus
anterior maxilla frontal sehingga terbentuk tumor (pott’s
• Umumnya infeksi muncul dari dental puffy tumor)
sac dan menyebar ke maxilla • Treatment  antibiotik dan drainase
• Gejala: eritema, pipi bengkak, purulent abses
nasal discharge, subperiostal abcess,
fistula pada periorbital, dan sekuestrasi
tulang.
• Treatment  antibiotik dan drainase
abses
MUCOCELE/PYOCELE
MAXILLARY SPHENOETHMOIDAL
MUCOCELE • Jarang ditemui dan jarang • Serupa dengan
• Kista di rongga sinus yang menyebabkan keparahan frontoethmoidal gejalanya
dilapisi oleh epitel • Dapat ditata laksana namun dengan
kolumnar dengan sel dengan aspirasi eksofthalmus dan
goblet FRONTOETHMOIDAL gangguan lapang pandang
• Kista ini terus bertumbuh • Mucocele paling umum, • Diagnosis imaging
secara konsentrik dan dapat muncul dengan sakit menunjukkan kerusakan
berkembang perlahan kepala, proptosis, nyeri sphenoid dan sinus
dalam waktu 10 tahun hidung dan periorital, ethmoid
PYOCELE diplopia • Tata laksana
• Mirip mucocele namun • Diagnosis imaging adanya • Endoscopic sinus
mengandung pus clouding di sinus dengan surgery
• Dapat disebabkan dari sclerosis • Ethmoidectomy dan
infeksi mucocele • Treatment  pembedahan sphenoidectomy
INTRACRANIAL POLIP NASAL
• Komplikasi intracranial yang dapat terjadi • Massa neoplastik dari edema mukosa
antara lain: sinonasal yang terbentuk dari infeksi
• Abses ekstradural, subdural, dan primer yang menyebabkan akumulasi
epidural eosinofil
• Abses otak • Umumnya muncul dari komplikasi
• Meningitis rhinosinusitis kronik fungal dan eosinofilik
• Encephalitis • Patofisiologi:
• Umumnya komplikasi ini muncul dari • Pasien yang memiliki alergi terhadap
sinus frontal, ethmoid, dan sphenoid jamur menghirup spora  spora
akibat dari bakteri yang menyebar secara menempel pada epitel sinus 
hematogen dan melewati neuron olfaktori bertumbuh menjadi hifa  epitel
• Patogen umum dari komplikasi ini adalah mengeluarkan mucus akibat respon
bakteri anaerob alergi
• Diagnosis  CT Scan, Punksi lumbal • Pada eosinofilik; terdapat
• Treatment  Antibiotik IV, Drainase peningkatan sitokin IL-5 dan IL-13
TOXIC SHOCK SYNDROME
• Merupakan kondisi dimana pasien mengalami hipotensi,
demam , eritroderma, dan hyperemia membrane mukosa
• Patogen tersering penyebab sindrom ini ialah s. aureus,
streptococcus pneumoniae, haemophillus infuenzae, dan m.
catarrhalis
• Pada rongga nasal dan sinus, s. aureus tumbuh dengan
baik dan dapat memproduksi protease dan TSST-1 toxin;
yang diketahui dapat mendukung kejadian dari toxic shock
syndrome ini
• Namun kasus ini umumnya tidak life-threatening dan jarag
muncul
• Dapat dicegah dengan tata laksana sinusitis  aspirasi
sinus
OLFAKTORI
• Hilangnya kemampuan untuk
• Hiposmia dan anosmia dapat Anosmia menghidu
disebabkan oleh inflamasi pada
neuron olfaktori di kasus
rhinosinusitis kronik
• Berkurangnya kemampuan
• Selain itu, dapat juga disebabkan Hyposmia untuk menghidu
oleh blockade dari rongga nasal
dan sinus itu sendiri yang
menyebabkan gangguan penghidu
• Misinterpretasi dari suatu bau
konduktif Parosmia (terdapat stimulus dari luar)
• Parosmia dan phantosmia dapat
muncul pada kasus rhinosinusitis
akibat bau yang muncul dari
• Mencium bau yang tidak ada
inflamasi rongga sinus Phantosmia (tidak ada stimulus luar)
• Parosmia juga dapat muncul akibat
dari inflamasi sel neuron olfaktori
PROGNOSIS
• Sinusitis akut tanpa komplikasi sangat kecil kemungkinannya
menyebabkan mortalitas
• 40% kasus sinusitis akut dapat sembuh spontan tanpa antibiotik
• 98% kasus sinusitis akut akibat viral sembuh spontan
• Angka relapse setelah treatment yang sukses kurang dari 5%
• Sinusitis yang tidak diberi tata laksana dapat menyebabkan
komplikasi seperti meningitis, cavernous sinus thrombosis, selulitis
orbital atau abses, dan abses otak
• Sinusitis kronik umumnya disebabkan oleh alergi sehingga treatment
hanya bertujuan untuk mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas
hidup pasien
1.
Referensi
Bansal M. Disease of Ear, Nose, and Throat. 1st ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2013
2. Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology--Head and Neck Surgery. 3rd ed. New York: McGraw Hill; 2012
3. Snow JB, Wackym PA. Ballenger’s Otolaryngology Head and Neck Surgery. 17 th ed. Shelton: People’s Medical Publishing
House; 2008
4. Brook I. Acute Sinusitis [internet]. Emedicine.medscape.com. 2018 [cited 31 Mar 2019]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a6
5. Sedaghat AR. Chronic Sinusitis. Am Fam Phys. 2017 Oct 15;96(8):500-506.
6. Habib A, Sivaji N, Ashraf T. Maxillary Osteomyelitis: A Rare Entity. Case Rep Otolaryngol. 2016;2016:9723806.
doi:10.1155/2016/9723806
7. Benevides GN, Salgado GA, Ferreira CR, Felipe-Silva A, Gilio AE. Bacterial sinusitis and its frightening complications: subdural
empyema and Lemierre syndrome. Autops Case Rep. 2015;5(4):19–26. Published 2015 Dec 30. doi:10.4322/acr.2015.029
8. Goncalves S, Goldstein BJ. Pathophysiology of Olfactory Disorders and Potential Treatment Strategies. Curr Otorhinolaryngol
Rep. 2016;4(2):115–121. doi:10.1007/s40136-016-0113-5
9. Hummel T, Landis BN, Hüttenbrink KB. Smell and taste disorders. GMS Curr Top Otorhinolaryngol Head Neck Surg.
2012;10:Doc04. doi:10.3205/cto000077
10. Griffith JA, Perkin RM. Toxic shock syndrome and sinusitis--a hidden site of infection. West J Med. 1988;148(5):580–581.

Anda mungkin juga menyukai