Anda di halaman 1dari 11

Dekongestan :

Actifed, tremenza (3 dd 1): pseudoephedrin 30 mg, triprolidine 1.25

mg
Rhinos SR (2 dd 1) : pseudoephedrin immediate release 60 mg,
pseudoephedrin SR 60 mg, loratadine 5 mg

Antibiotik :
-

Cefadroxil (cefat, renasistin) caps 500 mg, syr 125 mg/5ml syr forte
250 mg/5ml, drop flask 15 ml 150 mg/ml : dewasa 2x1-2 caps, anak

6-12 th 2x1, anak 2-6 th 2x , bayi <2th 15-25 mg/kg/kali


Ciprofloxacin 2x500 mg
Clavamox/augmentin/amoxiclav caps 3x625 mg / 3x875 mg

Capsul batuk pilek


Tremenza/actifed 2/3 (dewasa) (anak)
Dexametason/methylprednisolon 1 tab (dewasa), tab (anak)
Mucera 2/3 tab (dewasa) tab (anak)
Sanmol 300 mg (dewasa) 10 mg/kg (anak)
Bricasma 1/5 tab (anak-dewasa)
m.f.caps d.t.d N.X

S.3 d.d. I

Tetes telinga
-

Otolyn : antibiotik 3x3 tetes


Otopain : antibiotik + steroid 3x3 tetes
Chloramphenicol 3% 3x3 tetes
Chloramphenicol + lidocaine (colme) 3x3 tetes
Ofloxacin 0,3% (ototoksik minimal) 12 th : 10 tetes, <12 th 5
tetes. Untuk otitis externa 1x sehari, OMSK 2x sehari sambil

ditekan-tekan tragusnya biar obat masuk ke telinga tengah


Carboglycerine (seruminolitik) : 3x3 tetes
Seruminolitik lain

Preop

: puasa, profilaksis antibiotik, cek alergi obat, siap darah klo

op besar/lama
Durante op : perdarahan diminimalkan/kontrol, aspirasi disuction dan
posisi kepala miring
Post op

: monitor perdarahan, alergi, recovery anestesi

KNF hampir selalu ada septum deviasi


Ca tonsil banyak pada orangtua yang memelihara tonsil besar (tonsilitis
kronik)

Tonsil besar pada anak biasanya gandengan dengan adenoid besar


ATE (adenotonsilektomi)
Bedah sinus :
-

FESS (functional endoscopy sinus surgery) : first line saat ini


Caldwell luc : bedah makro melalui sulcus gingivobuccal PM1-M2,
fossa canina diketok sampai amblas untuk masuk sinus. Hanya
untuk kasus khusus/berat

Penyakit telinga
a. Perichondritis
Radang perichondrium aurikel dapat diiikuti pembentukan pus
antara perichondrium dan chondrium
S
: aurikel nyeri merah. Riwayat trauma +
O
: aurikel nyeri merah edematus tetapi lobulus bebas
DD : erisipelas, otitis externa, othematoma
P
:
- infiltrat (belum fluktuasi) : kompres
- abses + : insisi kartilago, drainase pus, debridement jar.nekrotik
- antibiotika
- suportif : analgetik, MRS
Komplikasi : rusak chondrium, terjadi deformitas (cauli flower ear)
b. Othematoma
S
: benjolan tidak nyeri. Bisa karna trauma/spontan
O
: benjolan selalu di depan aurikel, tanda radang
P
: insisi, drainase darah, lalu dibebat tekan(verband),
antibiotik
c. Erisipelas
S
: kulit aurikel/mae merah, bengkak, nyeri tekan disertai
gejala sistemik demam malaise
O
: seluruh aurikel termasuk lobulus radang
P
: kompres, antibiotik gram +, suportif antipiretik analgesik
d. Otitis externa sirkumskripta (furunkel)
S
: nyeri telinga hebat, nyeri kunyah/buka mulut jika di CAE
anterior, riwayat korek-korek +, pembesaran kgb preaurikuler
O
: nyeri saat manipulasi aurikel/tragus, tampak bisul 1/3 CAE
luar, pendengaran normal
P
: tampon antiseptik/burowi sering2 dibasahi dan diganti tiap
hari, antibiotik adekuat, analgesik
e. Otitis externa difus
S
: gatal kumat-kumatan lalu dikorek2 jadi nyeri. Sekret berbau
+, demam . Dasar penyakit alergi/eczem yang sewaktu2
mengalami eksaserbasi mis.lembap,dll

: sekret MAE + serous/purulen, CAE edematus merah,

pendengaran umumnya normal


P
: bersihkan sekret dan cuci CAE, pasang tampon burowi,
antibiotik, antihistamin dan analgesik p.r.n, KIE hindari korek
Komplikasi : malignant otitis externa (predisposisi orang
immunocompromise mis.DM, ditandai adanya jaringan granulasi
CAE dan parese N.cranialis terutama N.VII).
Terapi : antibiotik ciprofloxacin, debridement, kontrol DM, HBOT
f. Otomikosis
S
: sangat gatal, tidak nyeri. Sekret , mungkin riwayat tetes
antibiotik lama
O
: massa fluffy (seperti kapas) kadang ada bintik hitam di atas
permukaannya
P
: ear toilet, antifungal topikal
g. Cerumen obsturan
S
: rasa penuh/buntu telinga
O
: MAE penuh serumen
P
:
- serumen cair : bersihkan dengan cotton bud
- serumen padat : pakai hook
- serumen padat keras : lunakkan dengan seruminolitik beberapa
hari setelah itu irigasi dengan air hangat lalu diaspirasi. Syarat MT
harus intak
h. Corpal MAE
S
: nyeri, sensasi ada yang bergerak dalam telinga
O
: corpal +
P
: jika masih hidup, matikan dengan carbogliserin/rivanol.
Keluarkan dengan hook/irigasi air hangat. Berikan antibiotik,
analgesik
i. HZ oticus
Trias ramsay hunt syndrome : parese n.VII, vesikel CAE/MT, ....
j. OMA/otitis media supuratif akut
Radang telinga tengah karena infeksi. Fase-fasenya :
- Kataral : oklusi tuba, rasa penuh/grebeg2, tuli
- Supurasi : gejala sistemik demam, nyeri telinga, MT bulging
-

hiperemis
Perforasi : nyeri dan demam hilang, tuli masih menetap, keluar

sekret mukopurulen
Resolusi : perforasi perlahan menutup. Dlm 14 hari menutup OMA,
3 mg subakut, 2 bln kronik
Tx : dekongestan, antibiotik, jika MT bulging miringotomi,
simtomatis jika ada (mis.fase supurasi antipiretik-analgesik)

DD : miringitis bulosa (nyeri +, tuli kalo ada ringan, otoskopi ada


bula yang mudah pecah;mirip MT bulging)
k. OMSK
OMA yang tidak sembuh sempurna karena berbagai faktor misal

terapi tidak adekuat, terlambat berobat, imun jelek, ISPA berulang


Tanda khas OMSK : perforasi menetap, sekret kronik hilang timbul
Tipe :
Benigna (sentral perforasi) vs Maligna (atik kolesteatom, marginal
granulasi, total)
Tenang (sekret kering) vs Aktif (sekret +, ada infeksi)
Kolesteatom :
Kongenital
Acquired : primer (MT intak) dan sekunder (MT perforasi
sebelumnya)
KU : tuli konduksi, telinga berair
Dx : otoskopi, garpu tala/audiometri nada murni, foto schuller (cari
tau mastoiditis karna mastoid sering ikut radang akibat kontak

anatomis dgn kav.timpani)


Tx :
Benigna : medikamentosa. Cuci telinga dengan H2O2 jika OMSK
aktif. Antibiotik untuk infeksi penyebab basah, cari sumber infeksi
penyebab basah misal gangguan fx tuba atau tonsilitis kronik
setelah kering, observasi 3 bulan perforasi tetap tidak menutup,

timpanoplasti
Malignant : bedah mastoidektomi
1. Canal wall down : meruntuhkan dinding posterior canalis
auditorius external (CAE). Telinga luar, mastoid, dan telinga
tengah dijadikan 1 ruang. M.timpani direkonstruksi ulang.
Varian lain :
Radical mastoidektomi : m.timpani dan ossicle telinga tengah
diangkat
Modified radical : m.timpani dan telinga tengah tidak diutak-atik
Indikasi : cholesteatom luas, only hearing/better hearing ear
affected, status fisik lemah tidak kuat operasi berulang
Keuntungan : resiko timbul kolesteatom berulang kecil
Kerugian : tidak boleh kemasukan air, harus rutin bersihkan
telinga/6 bulan, pendengaran mungkin tambah turun karna
arsitektur telinga diubah
2. Canal wall up : dinding posterior external canal tidak
diruntuhkan. Mastoidnya saja yang dibersihkan

Indikasi : cholesteatom mastoid saja, tidak ada di telinga tengah


Keuntungan : tidak terlalu invasif
Kerugian : resiko cholesteatom kambuh cukup besar sehingga
perlu second look surgery 9-12 bulan pasca op. <9 bulan
cholesteatom belum cukup banyak u/terlihat sedangkan >12
bulan cholesteatom beresiko sudah merusak telinga.
Cholesteatom tumbuh lagi pertimbangkan canal wall down
Komplikasi :
1.
2.
3.
l.

Ke telinga dalam : labirinitis


Intratemporal : gradenigo syndrome
Intracranial : meningitis, abses, trombosis sinus,dll
Otitis media serosa / non supuratif
Radang kav timpani non infeksi (adenoid, sikatrik, massa pada
dewasa, barotrauma) / infeksi kronik (alergi, sinusitis, rhinitis).
Lebih banyak pada anak-anak
Penyebab : gangguan fungsi tuba
Dapat akut/kronis
Patofisiologi : vacum buat cairan cav.timpani mirip oma kataral
tetapi tidak terinfeksi/berkembang jadi supurasi
KU : tuli konduksi, rasa penuh
Dx : otoskop retraksi (ref.cahaya berubah/hilang, malleus handle
mendatar pendek, proc.brevis menonjol, plica ant tidak jelas, plica
post lbh jelas), tes pendengaran, RA/endoskopi nasal
Tx :
1. Miringotomi (posteroinferior) diikuti pemasangan gromet
(ventilating tube) untuk gantikan fungsi tuba yang terganggu
sampai faktor penyebab ggn tuba dikoreksi
2. Alternatif gromet : sementara dekongestan nasal kalo

penyebabx dicurigai infeksi kronis


m. Barotrauma telinga
Barotrauma telinga luar : nyeri, petekia CAE
Barotrauma telinga dalam : vertigo, tinnitus, tuli
Barotrauma telinga tengah : tidak berdiri sendiri, biasanya
gandeng dengan barotrauma telinga dalam
n. Mastoiditis
Nyeri tekan mastoid
o. Tuli (pendekatan klinis)
CHL : telinga luar/tengah
MHL : otosclerosis
SNHL : telinga dalam
SNHL bilateral : presbiakusis (tua), drug induced, NIHL
SNHL unilateral : trauma akustik, NIHL

Test tuli :
1. Bisik : Normal 6m, ringan 4m, sedang 2-3m, berat <1m
2. Garputala :
Rinne + = AC>BC = normal/SNHL
Rinne - = BC>AC = CHL
Weber + = telinga sakit lebih keras CHL, telinga sehat lebih keras
SNHL, atau dua-dua telinganya tuli yang sama tapi derajatnya

tidak sama berat


Weber - = lateralisasi (normal)
Schwabach normal : BC pasien = pemeriksa
Schwabach memanjang : BC pasien > pemeriksa = CHL
Schwabach memendek : BC pasien < pemeriksa = SNHL
3. Audiometri nada murni
CHL : AC turun, BC normal, gap 10dB
SNHL : AC dan BC turun sama besar, berimpit
MHL : BC turun lebih besar dari AC, dua-duanya turun tapi ada
gap
Derajat :
Ringan : 26-40 dB
Sedang : 41-60 dB
Berat
: 61-90 dB
Sgt berat
: >90 dB
4. Khusus anak : play audiometri, timpanometri, BERA (brainstem
evoked response auditory), OAE (otoacoustic emission).
Terapi tuli :
1. ABD (alat bantu dengar) : sifatnya amplifikasi / perbesar
gelombang bunyi yg masuk ke dalam koklea
2. Cochlear implant : dipasang electrical stimulus langsung ke
N.VIII, tidak melewati koklea yang rusak. Hanya untuk tuli
SNHL bilateral severe atau bayi/anak yang belum pernah

mendengar.
p. Sudden deafness
Tuli jenis SNHL mendadak tanpa etiologi yang jelas.
Tx : vasodilator ginkgo biloba, steroid, vitamin neuro, HBOT
q. Meniere syndrome
Trias : vertigo, tinnitus, tuli SNHL
Vertigo serangan pertama sangat berat sampai muntah. Serangan
berikut2nya tambah ringan.
Penyebab : hidrops endolimfa
DD :
1. Kelainan labirin : BPPV, labirinitis, barotrauma, drug induced
2. N.VIII : neuritis vestibular, acoustic neuroma
3. Central : CVA/trauma/tumor cerebellum

Tx : diet rendah garam, diuretik, antivertigo


Penyakit hidung
a. Sinusitis
Penyebabnya :
1. Rhinogen : segala sesuatu yang membuntu ostium sinus di KOM
gangguan ventilasi dan drainase hipoksia, vacum
permeabilitas mukosa naik edema mukosa, transudasi,
sekresi kelenjar > transudat/sekret terinfeksi
2. Dentogen : perluasan langsung dari abses gigi p1-m3 ke dasar
sinus
Maxilla paling sering terkena
S

: batuk, pilek, hidung buntu, demam, nyeri kepala, nyeri pipi.

Jika kronik tdk jelas


O

: nyeri infraorbita, konka edema hiperemis, kavum nasi

sempit, pus meatus nasi medius, karies P1-M3, transiluminasi


gelap sisi sakit, foto waters perselubungan.
A

: sinusitis akut (<4 mgg), subakut (1-3 bln), kronis (>3 bln)

: antibiotik, analgesik antipiretik, dekongestan, irigasi sinus

via meatus inferior, tidur miring ke sisi sehat


Prognosis : akut baik. Kronis silia dan mukosa rusak ireversibel
b. Ozaena
S
: hidung berbau busuk bilateral, anosmia, hidung buntu,
wanita usia puber >
O
: krusta hijau kehitaman, atrofi konka, kavum nasi lebar
P
: cuci cavum nasi dengan PZ, beri vitamin A dan besi, operasi
perkecil cav nasi
c. Epistaxis
Tampon harus basah (vaseline) supaya tidak melukai saat
dilepas/dipasang.
1. Anterior
Penyebab trauma septum, usia muda
Klinis : perdarahan dari nostril
Tx : jepit ala nasi, kepala menunduk ke depan 5 menit
perdarahan tgl sedikit : kauter AgNo3 pada sumber perdarahan.
Kalo perdarahan banyak menutupi sumber perdarahan, tampon
anterior 2-3 hari
2. Posterior
Penyebab hipertensi, usia tua, cenderung profus

Klinis : perdarahan nostril dan menelan darah


Tx : tampon posterior (Bellock) 2-3 hari
d. Rhinitis akut
Gejala rhinitis jenis apa saja : pilek, buntu, ggn pembau
S
: diawali nyeri kepala, hidung tenggorok kering (fase
prodromal). Lalu pilek encer, buntu, ggn pembau, lakrimasi
(kataralis durasi singkat). Lalu sekret mengental (resolusi). Bisa
saja disertai gejala sistemik mis.subfebris, diare, muntah, nyeri
sendi
O
: konka edema hiperemis
A
: rhintiis akut infeksi sekunder
P
: simtomatis, antibiotik bila infeksi sekunder
e. Rhinitis alergi
Suatu reaksi alergi tipe 1. Penyebab alergennya bisa seasonal
(pollen), perenneal (mite, debu, bulu hewan), ingested (BSTIK)
Organ target ; mukosa hidung, konjungtiva
S
: gatal, bersin2, pilek encer, buntu berulang, riwayat atopi,
pencetus +, dampak terhadap kualitas hidup
O
: tanda atopi general, konka edema pucat livid, sekret encer,
prick test +
A
: rhinitis alergi frekuensi (intermitent <4x/mgg, persistent
4x/mgg) derajat (ringan ADL tidak terganggu, sedang-berat
terganggu)
P
; hindari alergen, antihistamin, sodium kromoglikat, CS
intranasal, imunotherapy (desensitisasi)
Komplikasi : sinusitis, polip nasi
f. Rhinitis vasomotor
Tonus parasimpatis berlebih di mukosa hidung
S
: buntu, pilek saat perubahan suhu/kelembapan. Gejala hilang
timbul dan berganti-ganti antara hidung kanan dgn kiri
O
: konka edema, mukosa merah gelap
P
: dekongestan lokal, kaustik
g. Rhinitis medikamentosa
Abuse tetes hidung terus menerus desensitisasi mukosa
terhadap catecholamin endogen akibat terpapar catecholamin dari
tetes hidung terus menerus jadinya mirip rhinitis vasomotor
h. Corpal
S
: anak sekret purulen darah berbau, buntu, unilateral
O
: sekret purulen, corpal, lesi vestibulum nasi karna corpal
P
: ekstraksi
i. Difteri nasal
S
: anak pilek, sekret membuat lecet/maserasi nares
O
: pseudomembran putih pada septum nasi, sekret

P
: ADS 20,000 U
j. Polip nasi
Penonjolan mukosa ke cavum nasi karena edema kronik yang lama
kelamaan bertambah berat dan turun ke bawah mengikuti tarikan
gravitasi. Pria > wanita. Penyebab keradangan/alergi kronik.
S
: buntu, pilek, ggn pembau progresif
O
: massa lunak rata licin bertangkai mudah digerakkan, warna
putih abu-abu, tidak mudah berdarah
P
: ekstraksi polip
k. ANJ
Tumor nasofaring jinak secara histologis namun ganas secara klinis
karena ekspansif. Ke superior : basis cranii;cefalgia. Lateral : oklusi
tuba;otalgia. Inferior : palatum mole bombans;ggn menelan
bernafas berbicara. Posterior : maxilla;frog face.
S
: pria puber buntu, epistaxis berulang profus, pilek
O
: massa nasofaring mudah berdarah (karna hanya dilapisi
selapis endotel tanpa otot), warna merah keunguan, fenomena
palatum mole
P
:
Dx
: foto waters, biopsi, CT scan, endoskopi
Tx
: pembedahan, radiasi pra bedah pada lesi luas
Penyulit : perdarahan profus, anemia, deformitas wajah
l. KNF
Faktor resiko : ikan asin (nitrosamin), radang kronis
Patologi : WHO 1 differentiated keratinized, WHO 2 differentiated
non keratinized, WHO 3 undifferentiated
Trias KNF :
1. Gejala hidung : telinga terasa penuh, tinnitus kronik
2. Gejala leher : benjolan ipsi/kontralateral (limfatik leher crossing
midline)
3. Gejala kepala : nyeri kepala, diplopia/strabismus, ggn menelan,
reflek muntah tenggorok turun
Dx : biopsi gold standard, CT Scan, DL-RFT-LFT pra radioterapi
Tx : gold standar radioterapi. Bedah sulit akses nasofaring dan
stadium biasa sudah lanjut
Penyakit tenggorok
Approach penyakit tenggorok :
1. Serak (lanjut no.2) / tidak (lanjut no.3)
2. Tanda ISPA :
- Tanda ISPA + < 3 mgg : laringitis akut

Tanda ISPA dan > 3 mg : laringitis kronik (iritant/overuse), tumor

3.
4.
-

supraglotis.
Tonsil normal (lanjut no 4). Tidak normal :
hiperemis detritus : tonsilitis akut.
Pseudomembran : difteri.
Edema tidak hiperemi kripta melebar : tonsilitis kronis
Faring :
Faring hiperemis : faringitis akut. KU nyeri tenggorok baik saat

atau tanpa menelan


Faring nodul/granul : faringitis kronis. KU rasa tenggorok
mengganjal / berlendir kronis, nafas bau

Penting untuk bedakan tonsilofaringitis viral dengan bakterial (GABHS)


Terbanyak disebabkan virus (rhino, adenovirus), sering pada musim
hujan/dingin. Anak-anak dalam setahun mengalami URI >5x sementara
dewasa dari anak
Curiga GAS bila :
a. Anak usia 4-7 tahun
b. Sudden onset demam dan nyeri tenggorok tanpa gejala prodromal
(batuk pilek) sebelumnya
c. Sakit kepala, muntah
d. Centor criteria : 4 poin, positive predictive value 50%
1. Demam (1)
2. Cervical lymphadenopathy (1)
3. Exudat (1)
4. Absence of cough (1)
Penunjang :
a. GAS rapid antigen testing
b. Throat swab culture (gold standard)
Terapi :
a. Tonsilitis/faringitis akut : perbanyak istirahat, banyak minum,
kumur salin/antiseptik, antibiotik, simtomatis, diet lunak
b. Tonsilitis kronis : antibiotik hanya bila eksaserbasi akut, selebihnya
antibiotik tidak berguna. Pertimbangkan ATE
c. Faringitis kronis : kauter kimia AgNO3 pada nodul
Komplikasi :
a. Dekat : abses peritonsil, abses parafaring
b. Jauh : demam rheuma, GNAPS, viral arthritis, dll
Abses peritonsil
a. Riwayat tonsilitis berulang / tidak terobati adekuat

b.
c.
d.
e.

Nyeri telan drooling (pitialismus)


Trismus hot potato voice
Lemas karena intake kurang
DP : demam, edema tonsil dan palatum mole unilateral, uvula

deviasi ke sisi sehat


f. Terapi :
1. Dokter umum : aspirasi di titik paling bombans atau
pertengahan garis horizontal antara geraham dengan palatum
mole. Dokter THT : insisi dan drainase dengan resiko aspirasi
pus ke trakea
2. Antibiotik
3. Simtomatis : analgetik, antipiretik, rehidrasi
Benda asing jalan nafas
Benda asing jalan makan

Anda mungkin juga menyukai