Anda di halaman 1dari 28

Case Report Section

DEMENSIA ALZHEIMER

Oleh
Franesia Dwirahmana 0810312104

Pembimbing :
Dr. Hj Meiti Frida, SpS (K)
Dr. Hendra Permana, SpS

BAGIAN NEUROLOGI
RSUP DR.DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi
Demensia adalah kumpulan gejala kronik yang disebabkan oleh berbagai
latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek,
gangguan global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa, mundurnya
kemampuan berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan
perilaku, emosi labil dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa
adanya gangguan dalam pekerjaan, aktivitas harian dan sosial.

1.2. Klasifikasi
Demensia dapat dibagi menjadi demensia yang reversibel dan ireversibel
yaitu :
Reversibel :
- Alkoholisme
- Gangguan pasikiatri
- Normal pressure Hydrocephalus
- Demensia Vaskular
Ireversibel :
-Demensia Alzheimer
-Pick’s Disease
-Parkinson’s Disease Dementia1

1.3. Diagnosis
Demensia ditandai oleh adanya gangguan kognisi, fungsional dan
perilaku, sehingga terjadi gangguan pada pekerjaan, aktivitas harian dan
sosial. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
neuropsikologis. Anamnesis/wawancara meliputi awitan penyakit
(akut/perlahan), perjalanan penyakit (stabil/ progresif, membaik), usia awitan,
riwayat medis umum dan neurologis, perubahan neurobehaviour, riwayat

2
psikiatri, riwayat yang berhubungan dengan etiologi (seperti infeksi,
gangguan nutrisi, penggunaan obat, dan riwayat keluarga). Pemeriksaan fisik
meliputi tanda vital, pemeriksaan umum, pemeriksaan neurologis dan
neuropsikologis. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium
dan radiologis.
Anamnesis
Wawancara mengenai penyakit sebaiknya dilakukan pada penderita dan
mereka yang sehari-hari berhubungan langsung dengan penderita (pengasuh).
Hal yang paling penting diperhatikan adalah riwayat penurunan fungsi
terutama kognitif dibandingkan dengan sebelumnya. Awitan
(mendadak/progresif lambat) dan adanya perubahan prilaku dan kepribadian.
Riwayat Medis Umum
Demensia dapat merupakan akibat sekunder dari berbagai penyakit, sehingga
perlu diketahui adanya riwayat infeksi kronis (misalnya HIV dan Sifilis),
ganguan endokrin (hiper/hipotiroid), diabetes Mellitus, neoplasma, kebiasaan
merokok, penyakit jantung, penyakit kolagen, hipertensi, hiperlipidemia dan
aterosklerosis.
Riwayat Neurologis
Perlu untuk mencari etiologi seperti riwayat gangguan serebrovaskuler,
trauma kapitis, infeksi SSP, epilepsi, tumor serebri dan hidrosefalus.
Riwayat Gangguan Kognisi
Riwayat gangguan kognitif merupakan bagian terpenting dari diagnosis
demensia. Riwayat gangguan memori sesaat, jangka pendek dan jangka
panjang; gangguan orientasi ruang, waktu dan tempat, benda, maupun
gangguan komprehensif): gangguan fungsi eksekutif (meliputi
pengorganisasian, perencanaan dan pelaksanaan suatu aktivitas), gangguan
praksis dan visuospasial.
Selain itu, perlu ditanyakan mengenai aktivitas harian, diantaranya
melakukan pekerjaan, mengatur keuangan, mempersiapkan keperluan harian,
melaksanakan hobi dan mengikuti aktivitas sosial. Dalam hal ini, perlu
pertimbangan berdasarkan pendidikan dan sosial budaya.

3
Riwayat Gangguan Perilaku dan kepribadian
Gejala psikiatri dan perubahan perilaku sering dijumpai pada penderita
demensia. Hal ini perlu dibedakan dengan gangguan psikiatri murni, misalnya
depresi, skizofrenia, terutama tipe paranoid. Pada penderita demensia dapat
ditemukan gejala neuropsikologis berupa waham, halusinasi, misidentifikasi,
depresi, apatis dan cemas. Gejala perilaku dapat berupa bepergian tanpa
tujuan (wandering), agitasi, agresifitas fisik maupun verbal, restlessness dan
disinhibisi.
Riwayat Intoksikasi
Perlu ditanyakan riwayat intoksikasi aluminium, air raksa, pestisida,
insektisida, alkoholisme dan merokok. Riwayat pengobatan terutama
pemakaian kronis antidepresan dan narkotika.
Riwayat Keluarga
Riwayat demensia, gangguan psikiatri, depresi, penyakit Parkinson, sindrom
down dan retardasi mental.
Pemeriksaan fisik
Demensia adalah suatu sindrom yang terdiri dari gejala-gejala gangguan daya
kognitif global yang tidak disertai gangguan derajat kesadaran, namun
bergandengan dengan perubahan tabiat yang dapat berkembang secara
mendadak atau sedikit demi sedikit pada setiap orang dari semua golongan
usia.
Pemeriksaan fisik umum, dilakukan sebagaimana biasa pada praktek klinis.
Pemeriksaan neurologis : Dilihat adanya tekanan tinggi intra kranial,
gangguan neurologis fokal misalnya gangguan berjalan, gangguan motorik,
sensorik, otonom, koordeinasi, gangguan penglihatan, gerakan
abnormal/apraksia dan adanya refleks patologis dan primitif.

1.4. DEMENSIA ALZHEIMER


Merupakan frekuensi demensia yang paling tinggi, meliputi 50-55 % dari
seluruh demensia, biasanya memeiliki faktor resiko seperti usia yang lebih
dari 40 tahun, riwayat keluarga Alzheimer, Parkinson, Sindrom Down.

4
Demensia Alzheimer dibagi menjadi 3 stadium yaitun :
- Stadium Ringan
Gangguan memori menonjol, namun penderita masih dapat melakukan
aktivitas harian sederhana.
- Stadium Sedang.
Gangguan memori diikuti oleh gangguan kognisi lain : Penderita
membutuhkan bantuan untuk melakukan aktivitas harian, terutama yang
kompleks.
- Stadium lanjut.
Penderita sudah tidak dapat berkomunikasi karena gangguan kognitif
berat, biasanya diikuti penurunan fungsi motorik.
Awitan dan perjalanan penyakit bertahap, progresif lambat. Perubahan
prilaku dapat terjadi pada stadium ringan, sedang maupun lanjut.

1.5 PEMERIKSAAN KLINIK


Sebagai test penyaring (setelah pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan
neurologis) dilakukan pemeriksaan MMSE (sensitivity 71% to 92% dan
specificity 56% to 96%7), CDT (Clock Drawing Test), Activity Daily Living
(ADL) dan Instrumental Activity Daily Living (IADL), Disability Assessment fo
Dementia (DAD), Ischemic Hachinski Score (IHS) yang dapat membedakan
demensia vaskuler dengan demensia Alzheimer, dan jika diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan neuropsikiatri.
1. Pemeriksaan memori
Secara formal pemeriksaan memori dapat dilakukan dengan meminta
penderita untuk mencatat, menyimpan, mengingat dan mengenal
informasi. Kemampuan untuk mempelajari informasi baru dapat diperiksa
dengan meminta penderita untuk mempelajari suatu daftar kata – kata.
Penderita diminta untuk mengulang kata – kata (registration), meningat
kembali informasi tadi setelah beberapa menit ( retention, recall), dan
mengenal kata – kata dari banyak daftar (recognition).
2. Pemeriksaan kemampuan berbahasa

5
Penderita diminta untuk menyebut nama benda di dalam ruangan
( misalnya : dasi, meja, baju, lampu ) atau bagin dari tubuh ( misalnya :
hidung, dagu, bahu), mengikuti perintah/ aba – aba (misalnya : menunjuk
pintu kemudian meja atau mengulang ungkapan.
3. Pemeriksaan apraksia
Ketrampilan motorik dapat diperiksa dengan cara meminta penderita untuk
melakukan gerakan tertentu, misalnya memperlihatkan bagaimana cara
mengosok gigi, memasang atau menyusun balok atau menyusun tongkat
dalam desain tertentu.
4. pemeriksaan daya abstraksi
daya abstraksi dapat diperiksa dengan berbagai cara, misalnya menyuruh
penderita untuk mengitung sampai sepuluh, menyebut seluruh alpabet,
mengitung dengan kelipatan tujuh, menyebut nama binatang sebanyak –
banyaknya dalam 1 menit atau menulis huruf m dan n secara bergantian.
5. pemeriksaan MMSE (sensitivity 71% to 92% dan specificity 56% to
96%7), CDT (Clock Drawing Test), Activity Daily Living (ADL) dan
Instrumental Activity Daily Living (IADL), Disability Assessment fo
Dementia (DAD), Ischemic Hachinski Score (IHS) yang dapat
membedakan demensia vaskuler dengan demensia Alzheimer

6
7
1.6 PEMERIKSAAN LAIN PADA DEMENSIA
• Mini Mental State Examination

Skor MMSE berkisar antara 0 – 30. orang lanjut usia, normal menunjukkan skor
24 – 30. depresi dengan gangguan kognitif mempunyai skor 9 – 27. Sementara itu
senile mental decline memiliki skor <23 dan demensia senilis < 17 (0 – 17).
Penderita dengan skor 24 atau kurang benar – benar menunjukkan gangguan

8
kognitif. Sementara itu MMSE tidak sensitif untuk awal demensia dengan
demikian skor normal tidak berarti meniadakan kemungkinan adanya demensia.

• Activities of daily living (ADL's)


Instructions: Indicate the level of assistance needed with the following six
ADLs by circling the score that most closely describes the patient.

1. Bathing (either sponge bath, tub bath, or shower)


Receives no assistance (gets in and out of tub by self if tub is usual means of
bathing (3)
Receives assistance in bathing only one part of body, such as the back or a leg (2)
Receives assistance in bathing more than one part of body or is not bathed (1)

2. Continence
Controls urination and bowel movement completely by self (3)
Has occasional "accidents" (2)
Needs supervision to keep urine or bowel control, uses catheter, or is incontinent
(1)

3. Dressing
(gets clothes from closets and drawers, including underwear / outer garments; uses
fasteners, including braces, if worn)
Gets clothes and gets completely dressed without assistance (3)
Gets clothes and gets dressed without assistance except in tying shoes (2)
Receives assistance in getting clothes or getting dressed or stays partly or
completely undressed. (1)

4. Feeding
Feeds self without assistance (3)
Feeds self except for assistance in cutting meat or buttering bread (2)
Receives assistance in feeding or is fed partly or completely by nasogastric or
gastric tubes or intravenous fluids (1)

9
5. Toileting
(going to the "toilet room" for bowel or urine elimination, cleaning self after
elimination and arranging clothes)
Goes to "toilet room," cleans self, and arranges clothes without assistance (may
use object for support, such as cane, walker, or wheelchair, and may manage night
bedpan or commode and empty same in morning) (3).
Receives assistance in going to "toilet room," cleaning self, or arranging clothes
after elimination or receives assistance in using night bedpan or commode (2)
Does not go to room termed "toilet" for the elimination process (1)

6. Transferring
Moves in and out of bed or chair without assistance (may use object for support
such as cane or walker) (3)
Moves in and out of bed or chair with assistance (2)
Does not get out of bed 1

Total score__________

II.3.3. Instrumental activities of daily living (IADL's)


(Instructions: For the following seven categories, indicate the patient's
level of function, ranging from independent = I, needs assistance = A, or
dependent = D; then sum the number of activities in each function level)

1. Telephone
(I) Able to look up numbers, dial, receive, and make calls without help
(A) Able to answer phone or dial operator in an emergency but needs special
phone or help in getting number or dialing
(D) Unable to use telephone

2. Traveling
(I) Able to drive own car or travel alone on bus or taxi

10
(A) Able to travel but not alone
(D) Unable to travel

3. Shopping
(I) Able to take care of all shopping with transportation provided
(A) Able to shop but not alone
(D) Unable to shop

4. Preparing meals
(I) Able to plan and cook full meals
(A) Able to prepare light foods but unable to cook full meals alone
(D) Unable to prepare any meals

5. Housework
(I) Able to do heavy housework (e.g., scrub floors)
(A) Able to do light housework, but needs help with heavy tasks
(D) Unable to do any housework

6. Medication
(I) Able to take meds in the right dose at the right time
(A) Able to take meds but needs reminding or someone to prepare it
(D) Unable to take medications

7. Money
(I) Able to manage buying needs; writes checks, pays bills
(A) Able to manage daily buying needs, but needs help managing checkbook,
paying bills
(D) Unable to manage money

Total number of IAD's rated as


____ Independent
____ Assistance needed

11
____ Dependent

1.7 KRITERIA DIAGNOSIS DEMENSIA JENIS ALZHEIMER (DSM IV)

A. adanya deficit kognitif multipleks yang dicirikan


oleh kedua keadaan berikut :
1. gangguan memori ( gangguan kemampuan untuk mempelajari hala baru
atau menyebut kembali informasi yang baru saja diperolehnya)
2. Satu (atau lebih) dari gangguan kognitif berikut ini :
a. Afasia (gangguan berbahasa)
b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas
motorik sementara fungsi motorik normal).
c. Agnosia ( tak dapat mengenal atau mengidentifikasikan benda
walaupun sensoriknya normal).
d. Gangguan dalam fungsi eksekutif ( merancang,
mengorganisasikan, daya abstraksi, membuat urutan.
B. defisit kognitif pada A1 dan A2 masing –
masing menyebabkan gangguan fungsi sosial dan okupasional yang jelas dan
menggambarkan penurunan tingkat kemampuan fungsional sebelumnya secara
jelas.
C. Awitan bersifat bertahap dan fungsi kognitif
menurun terus menerus
D. Defisit kognitif pada A1 dan A2 tidak
disebabkan oleh :
1. gangguan saraf sentral lainnya yang menyebabkan deficit memori dan
kognisi yang progresif (gangguan peredaran darah otak, penyakit
Parkinson, penyakit Huntington, hematoma subdural, hidrosefalus,
normotensi, tumor otak ).
2. gangguan sistemik yang dapat menyebabkan demensia ( hipotiroidisme,
defisiensi vitamin B12 atau asam folat, defisiensi niasin, hiperkalsemia,
neurosifilis dan infeksi HIV)
3. intoksikasi bahan kimia atau obat - obatan

12
E. Defisit yang ada tidak terjadi selama delirium.
Gangguan yang ada tidak menggambarkan kelainan aksis I (depresi mayor,
skizofrenia).

1.8 PENATALAKSANAAN

Pendekatan farmakologis dan nonfarmkologis bertujuan untuk:

 Mempertahankan kualitas hidup dengan memanfaatkan kemampuan yang

ada secar optimal

 Menghambat progresivitas penyakit

 Mengobati gangguan lain yang menyertai demensia

 Membantu keluarga untuk menghadapi keadaan penyakitnya sear realistis

dan memberikan informasi cara perawatan yang tepat.

Penatalaksanaan Farmakologis

Pada demensia Alzheimer pengobatan bertujuan untuk menghentikan

progresivitas penyakit dan mempertahankan kualitas hidup. Beberapa golongan

obat yang direkomendasikan, diantaranya:

a. Golongan penghambat asetikolin esterase (seperti : donepezil

hidroklorida,rivastigmin, dan galantamin) bertujuan untuk

mempertahankan jumlah asetikolin yang produksinya menurun.

b. Antioksidan berfungsi untuk menghambat oksidasi oleh radikal bebas yang

berlebih sehingga merusak sel neuron.

c. Nootropik merupakan obat psikotropik.

13
Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian

4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis

yang bermakna.

Vaksin untuk demensia Alzheimer masih dalam penelitian

Manajemen terapi non-farmakologi:


1.Usahakan lingkungan rumah yang tenang dan stabil.
2.Tanggapi pasien dengan sabar dan penuh kasih
3.Buatlah aktivitas konstruktif untuk penyaluran gelisahnya.
4.Hindari minuman berkafein untuk membantu mengurangi gejala cemas
dan gelisah.

14
BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

 Nama : Ny. P

 Jenis kelamin : Perempuan

 Umur : 65 Tahun

 Suku bangsa : Minangkabau

 Alamat : Padang

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Seorang pasien perempuan umur 65 tahun di bangsal Neurologi RS. DR. M.

Djamil Padang tanggal 7 Februari 2014 :

Keluhan utama :

Sering lupa

Riwayat Penyakit Sekarang :

• Sering lupa yang dipegang sejak 6 bulan terakhir. Pasien merasakan

ini secara perlahan-perlahan. Awalnya pasien lupa tanggal dan

hari,kesulitan mengingat nama orang baik yang baru dikenal

15
maupun teman lama dan sering mengulang pertanyaan dan

pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pasien juga

sering lupa meletakkan barang yang dipegang sebelumnya.

• Kemudian pasien kadang-kadang juga sering tersesat di jalan yang

sudah sering dilalui. Pasien juga cenderung mudah marah,

tersinggung, cemas. Pasien masih dapat melaksanakan kegiatan

sehari-hari.

• Sakit kepala tidak ada

• Tidak ada pemakaian obat-obatan sebelum pasien mengalami gejala

ini.

Riwayat Penyakit Dahulu

• Tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya

• Riwayat trauma tidak ada

• Riwayat hipertansi,sakit gula, sakit jantung, stroke tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

• Tidak ada keluarga yang menderita sakit gula, tekanan darah

tinggi,jantung dan stroke.

Riwayat Pekerjaan dan Sosio Ekonomi

Pasien seorang ibu rumah tangga, dan tinggal bersama anaknya

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

16
Kesadaran : GCS 15 (E4 M6 V5)

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 82x/menit

Napas : 20x/menit

Suhu : 36,5 oC

Status Internus

Rambut : tidak mudah dicabut.

Kulit dan kuku : tidak ditemukan sianosis

KGB : tidak ditemukan pembesaran

Keadaan regional

Kepala : tidak ditemukan kelainan

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : tak ditemukan kelainan

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Leher : JVP 5-2 cmH2O

PARU

Inspeksi : simetris kiri=kanan

Palpasi : fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler N, ronkhi(-), wheezing(-)

JANTUNG

Inspeksi : ictus tidak terlihat

Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LCMS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

17
Kanan : linea sternalis dextra

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

ABDOMEN

Inspeksi : tak tampak membuncit

Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) Normal

Status Neurologis

Kesadaran CMC, GCS 15 (E4 M6 V5)

Status Neurologis

1. Tanda Rangsangan Selaput Otak

Kaku kuduk : (-)

Brudzinski I : (-)

Brudzinski II : (-)

Tanda Kernig : (-)

2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial

Pupil : Isokor, Ø 3mm/3 mm, Refleks cahaya +/+

Muntah proyektil (-)

18
sakit kepala progresif (-)

3. Pemeriksaan Nervus Kranialis

N.I (Olfaktorius)

Penciuman Kanan Kiri


Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Baik Baik

N.II (Optikus)

Penglihatan Kanan Kiri


Tajam Penglihatan Baik Baik
Lapangan Pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa

N.III (Okulomotorius)

Kanan Kiri
Bola Mata Bulat Bulat
Ptosis - -
Gerakan Bulbus
Strabismus - -
Nistagmus -
Ekso/Endopthalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Refleks Cahaya (+) (+)
Refleks Akomodasi (+) (+)
Refleks Konvergensi (+) (+)

N.IV (Troklearis)

Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Baik Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)

19
N.VI (Abdusens)

Kanan Kiri
Gerakanmata kemedial bawah Baik Baik
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)

N.V (Trigeminus)

Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+) (+)
Menggerakan rahang (+) (+)
Menggigit (+) (+)
Mengunyah (+) (+)
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Maksila
Refleks Masseter (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Mandibula
Sensibilitas Baik Baik

N.VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Baik Baik
Sekresi air mata (+) (+)
Fisura palpebra Baik Baik
Menggerakan dahi Baik Baik
Menutup mata Baik Baik
Mencibir/bersiul Baik
Memperlihatkan gigi Baik Baik
Sensasi lidah 2/3 belakang Baik Baik
Hiperakusis (-) (-)

20
Plika nasolabialis Baik Baik

N.VIII (Vestibularis)

Kanan Kiri
Suara berbisik (+) (+)
Detik Arloji (+) (+)
Rinne test
Webber test
Scwabach test
• Memanjang
• Memendek
Nistagmus
• Pendular (-) (-)
• Vertical
• Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)

N.IX (Glosofaringeus)

Kanan Kiri
Sensasi Lidah 1/3 belakang Baik Baik
Refleks muntah (gag refleks) (+) (+)

N.X (Vagus)

Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Di tengah
Menelan Baik Baik
Artikulasi Baik
Suara Baik
Nadi Teratur

N.XI (Asesorius)

Kanan Kiri
Menoleh kekanan Baik

21
Menoleh kekiri Baik
Mengangkat bahu kanan Baik
Mengangkat bahu kiri Baik

N.XII (Hipoglosus)

Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)

Pemeriksaan Koordinasi

Cara Berjalan Baik Disatria (-)


Romberg test (-) Disgrafia (-)
Ataksia (-) Supinasi-Pronasi (-)
Rebound Phenomen (-) Tes Jari Hidung (-)
Tes Tumit Lutut (-) Tes Hidung Jari (-)

Pemeriksaan Fungsi Motorik

A. Badan Respirasi Teratur


Duduk Dapat dilakukan
B.Berdiri dan Gerakan spontan (-) (-)
berjalan
Tremor (-) (-)
Atetosis (-) (-)
Mioklonik (-) (-)
Khorea (-) (-)

C.Ekstermitas Superior Inferior


Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Tropi Eutropi Eutropi Eutropi eutropi

22
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus eutonus

Pemeriksaan Sensibilitas

Sensibilitas taktil Baik


Sensibilitas nyeri Baik
Sensibilitas termis Baik
Sensibilitas kortikal Baik
Stereognosis Baik
Pengenalan 2 titik Baik
Pengenalan rabaan Baik

Sistem Refleks

A. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri


Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Berbangkis Triseps (++) (++)
Laring KPR (++) (++)
Masseter APR (++) (++)
Dinding Perut Bulbokavernosa
• Atas Creamaster
• Tengah Sfingter
• Bawah
B. Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Lengan Tungkai
Hofmann Tromner (-) (-) Babinski (-) (-)
Chaddoks (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha
Klonus kaki

Fungsi Otonom

• Miksi : baik, aninhibited bladder tidak ada

• Defikasi : baik

• Keringat : baik

23
Fungsi Luhur

Kesadaran Tanda Demensia (+)


Reaksi bicara Baik Refleks glabela (-)
reaksi intelek Baik Refleks Snout (-)
Reaksi emosi Baik Refleks Menghisap (-)
Refleks Memegang (-)
Refleks palmomental (-)
Mini Mental State Examination :

Orientasi :2

Registrasi :3

Atensi dan kalkulasi :1

Recall :1

Bahasa :1

Jumlah :10

Kesan : Definite gangguan kognitif

CDT

Menggambarkan lingkaran tertutup :1

Menempatkan angka-angka :1

Ke-12 angka diletakkan tepat :0

Kedua jarum jam pada posisi yang benar :0

Jumlah :2

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 11,7 g/dl

24
Leukosit : 12200/mm3

LED : 35%

Trombosit : 335000/mm3

GDR : 106 gr%

Ureum : 35 g/dl

Kreatinin : 0,8 g/dl

Na : 142mEq/L

K : 4,2mEq/L

Cl : 111 mEq/L

Diagnosis Klinis : Demensia Alzheimer

Diagnosis Topik : korteks serebri

Diagnosis Etiologi : degeneratif

Pemeriksaan Anjuran : - CT Scan

Penatalaksanaan :

1. Manajemen Umum : rehabilitasi kognitif

nutrisi

2. Khusus : donepezil

neurotropik

25
BAB 3
DISKUSI

Telah diperiksa seorang wanita berumur 65 tahun yang di bangsal


Neurologi RS DR M Djamil Padang dengan diagnosis klinik demensia alzheimer.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis diketahui pasien menderita sering lupa sejak 6 bulan terakhir yang
terjadi secara perlahan-perlahan. Pasien lupa tanggal dan hari,kesulitan mengingat
nama orang baik yang baru dikenal maupun teman lama dan sering mengulang
pertanyaan dan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu pasien juga
sering lupa meletakkan barang yang dipegang sebelumnya. Kemudian pasien
kadang-kadang juga sering tersesat di jalan yang sudah sering dilalui. Pasien juga

26
cenderung mudah marah, tersinggung, cemas. Pasien masih dapat melaksanakan
kegiatan sehari-hari.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan pada hasil MMSE 10 dan
CDT 2, dari pemeriksaan didapatkan kesan gangguan kognitif. Pada kasus ini,
demensia kemungkinan disebabkan oleh proses degenerasi otak.
Penatalaksanaan umum pada pasien ini yaitu donepezil dan nootropik
yang berguna untuk memperbaiki fungsi kognisi, menurunkan inaktivasi dari
neurotransmitter asetilkolin sehingga meningkatkan potensi neurotransmitter
kolinergik yang pada gilirannya menimbulkan perbaikan memori.
Penatalaksanaan non farmakologis pada penderita demensia antara lain
program aktivitas harian penderita ( kegiatan harian yang teratur dan sistematis,
misalnya aktivitas fisik yang baik, melaksanakan Latih, Ulang, Perhatikan dan
asosiasi ), serta orientasi realitas ( penderita diingatkan akan waktu dan tempat,
beri tanda khusus untuk suatu tempat tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dikot Y, Ong PA, 2007. Diagnosis dini dan penatalaksanaan demensia. Jakarta:
PERDOSSI.
2 Mardjono M, Sidharta P, 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat,
hal 211-214
3. Herbert R et al, Incidence and Risk Factors in the Canadian Study of Health
and Aging. American Heart Association, 2000; 3: 1487-933.
4.Geldmacher D, Whitehouse P, Evaluation of Dementia. The New England
Journal of Medicine. 1996; (8);330-364.

27
5. Taternichi TK, Desmond DW, Mayeux R, et al. Dementia after stroke: baseline
frequency, risks, and clinical features in hospitalized cohort. Neurology.1992;
42(6): 1185-936.
6. Rocca WA, Hoffman Apendiks, Brayne C, et.al. The prevalence of vascular
dementia in Europe: facts and fragments from 1980-1990 studies. EURODEM-
Prevalence Research Group. Ann Neurol. 1991; 30(6): 817-247.
7. DeCarli C, Reed T, Miller BL, et.al.Impact of Apolipprotein E 4 and Vascular
Disease om Brain Morphology in Men from the NHLBI Twin Study. American
Heart Association 1999; (5):1548-538.
8. Beilby JP, Hunt OCJ, et.al. Apolipoprotein E Gene Polymorphism are
associated with Carotid Plaque Formation but not With Intima-media Wall
Thickening. American Heart Association. 2003;(10):869-739.
9. De Leeuw FE, Richard F, De Groot JC, et.al. Interaction Between
Hypertension, ApoE, and Cerebral White Matter Lesions. American Heart
Associatiom. 2004;(1): 11057-6210.
10. Leung CHS, Poon WS, et.al. Apolipoprotein E Genotype and Outcome in
Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage. 2002; (10): 548-5

28

Anda mungkin juga menyukai