Anda di halaman 1dari 10

Tugas Harian Radiologi

Periode 25 Agustus – 27 September 2021


Preseptor : dr. Tuti Handayani, Sp.Rad

Muhd Arif Shah bin Jamaludin


2040312154

1. Osteoporosis

1.1 Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro- arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
1.2 Etiologi
Osteoporosis dibagi menjadi dua golongan besar menurut penyebabnya, yaitu:a.
Osteoporosis primer yaitu osteoporosis yang bukan disebabkan oleh suatu penyakit
(proses alamiah). Osteoporosis primer berhubungan dengan berkurangnya massa tulang
dan atau terhentinya produksi hormon (khusus perempuan yaitu estrogen) disamping
bertambahnya usia Dapat terjadi pada berbagai usia, dihubungkan dengan faktor resiko
meliputi, merokok, aktifitas, berat badan, alkohol, ras putih kulit Asia,riwayat keluarga,
postur tubuh dan asupan kalsium yang rendah.
Osteoporosis sekunder yaitu osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai kondisi
klinis/penyakit, seperti infeksi tulang tumor tulang pemakaian obat-obatan tertentu dan
immobilitas yang lama. Merupakan osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit atau
penggunaan obat tertentu. Penyebab paling umum osteoporosis sekunder adalah
defisiensi vitamin D dan terapi glukokortikoid

1.3 Gejala
Gejala-gejala umum yang terjadi pada kondisi osteoporosis adalah : fraktur tulang,
postur yang bungkuk (Toraks kifosis atau Dowager's hump), berkurangnya tinggi badan,
nyeri pada punggung, nyeri leher dan nyeri tulang
1.4 Gambaran Radiologi

Pemeriksaan radiologi umumnya terlihat jelas apabila telah terjadi osteoporosis lanjut
atau jika hasil BMD yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan menggunakan alat
densitometer menunjukkan positif tinggi.

2. Spondilosis

2.1 Definisi
Spondylosis adalah sejenis penyakit rematik yang menyerang tulang belakang
(spine osteoarhtiritis) yang disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus
intervertebralis yang mengakibatkan makin meyempitnya jarak antara vertebra sehingga
mengakibatkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen
intervertebralis dan iritasi persendian posterior.

2.3 Gejala Klinis


Gejala spondylosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Spodylosis Cervical
- Rasa sakit yang hilang timbul
- Nyeri yang menyebar ke bahu, lengan, tangan, atau jari
- Kekakuan sendi pada bahu atau leher sehingga membatasi pergerakan setelah bangun
tidur
- Mati rasa pada daerah leher atau bahu
- Kelemahan atau kesemutan di leher, bahu, lengan, tangan, atau jari
- Sakit kepala di bagian belakang kepala
- Kehilangan keseimbangan
b. Spondylosis thoracal:
- Nyeri di bagian atas dan pertengahan punggung
- Kaku punggung setelah bangun tidur
- Terbatasnya gerak tulang punggung
c. Spondylosis Lumbal:
- Rasa sakit yang hilang timbul
- Kaku tulang punggung bagian bawah
- Rasa sakit yang berkurang dengan istirahat atau setelah berolahraga
- Mati rasa daerah sekitar pinggang atau punggung bawah
- Kelemahan pada punggung bawah
- Sering terjadi kesemutan pada kaki
- Kesulitan berjalan

2.4 Gambaran Radiologis

Gambaran yang mungkin didapatkan pada pemeriksaan Radiologi adalah


sebagai berikut:
1. Penyempitan ruang diskus intervertebralis
2. Perubahan kelengkuangan vertebrae dan penekanan saraf
3. Osteofit/Spur formation di anterior ataupun posterior vertebrae
4. Pemadatan corpus vertebrae
5. Porotik (lubang) pada tulang
6. Vertebrae tampak seperti bambu (Bamboo Spine)
7. Sendi sacroiliaca tidak tampak atau kabur
8. Celah sendi menghilang

3. Spondilolistesis

3.1 Definisi
Spondylolisthesis adalah suatu pergeseran corpus vertebra ke anterior terhadap korpus
vertebra yang terletak dibawahnya. Umumnya terjadi pada pertemuan lumbosacral
(lumbosacral joints) dimana L5 bergeser di atas S1, akan tetapi hal tersebut dapat terjadi
pula pada tingkat vertebra yang lebih tinggi.

3.2 Etiologi
Penyebab spondylolysthesis adalah multifaktorial. Predisposisi kongenital tampak
pada spondylolysthesis tipe 1 dan 2, dan postur, gravitasi, tekanan rotasional dan stres/
tekanan konsentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan penting dalam terjadinya
pergeseran tersebut. Terdapat 5 tipe utama spondiylolisthesis:
Tipe I: spondylolisthesis displastik (kongenital) dan terjadi akibat kelainan kongenital.
Biasanya pada permukaan sacral superior dan permukaan L5 inferior atau keduanya
dengan pergeseran vertebra L513.
b. Tipe II: istmhik atau spondilolitik dimana lesi terletak pada bagian isthmus atau pars
interartikularis, mempunyai angka kepentingan klinis yang bermakna pada individu di
bawah 50 tahun. Jika defeknya pada pars interartikularis tanpa adanya pergeseran tulang,
keadaan ini disebut dengan spondilolisis. Jika satu vertebra mengalami pergeseran
kedepan dari vertebra yang lain, kelainan ini disebut dengan spondilolysthesis.
c. Tipe III: merupakan spondilolistesis degeneratif dan terjadi sebagai akibat degenerasi
permukaan sendi vertebra. Perubahan pada permukaan sendi tersebut akan
mengakibatkan pergeseran vertebra ke depan atau ke belakang. Tipe spondilolistesis ini
sering dijumpai pada orang tua. Pada tipe III, spondilolistesis degenerative pergeseran
vertebra tidak melebihi 30 %.
d. Tipe IV: spondilolistesis traumatic berhubungan dengan fraktur akut pada elemen
posterior (pedikel, lamina atau permukaan/ facet) dibandingkan dengan fraktur pada
bagian pars interartikularis.
e. Tipe V: spondilolistesis patologik, terjadi karena kelemahan struktur tulang sekunder
akibat proses penyakit seperti tumor atau penyakit tulang lainnya
3.4 Gejala Klinik
1. Nyeri punggung bawah.
2. Beberapa pasien dapat mengeluhkan nyeri, mati rasa, kesemutan, atau kelemahan pada
kaki karena kompresi saraf.
3. Keketatan dari paha belakang dan penurunan jangkauan gerak dari punggung bawah.
3.5 Gambaran radiologis

Syair
 Kelengkungan dan kedudukan vertebra lumbosacral baik, tidak tampak
listesis.
 Struktur dan bentuk vertebra lumbosacral baik. Densitas vertebra
lumbosacral baik. Pedikel intak. Tidak tampak tanda-tanda fraktur,
destruksi, lesi litik/blastik.
 Tidak tampak pembentukan spur.
 Tidak tampak penyempitan celah diskus intervertebralis ataupun foramen
intervertebralis. Sendi-sendi vertebra lumbosacral dan sacroiliaca bilateral
terlihat baik.
 Jaringan lunak paravertebra lumbal kesan baik.

4. Spondilitis

4.1 Definisi
Spondylitis merupakan penyakit peradangan pada tulang belakang. Keadaan ini dapat
terjadi akibat adanya infeksi dari bakteri. Spondylitis ada 2 macam yaitu spondylitis
tuberculosa dan spondylitis ankilosa.
. Spondilitis ankilosis Berasal dari bahasa Yunani, dari kata : ankylos =
melengkungspondylos = vertebra adalah merupakan penyakit inflamasi kronik,
bersifatsistemik, ditandai dg kekakuan progresif dan terutama menyerangsendi
tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yg tidak diketahui. Penyakit ini
daapt melibatkan sendi-sendi perifer,sinovial dan rawan sendi, serta terjadi
osifikasi tendon dan ligamen yg akan mengakibatkn fibrosis dan ankilosis
tulang.
. Spondilitis tuberculosaadalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi
granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium
tuberculosa yang mengenai tulang vertebra. Tuberkulosis yang menyerang
vertebra disebut dengan spondilitis Tuberkulosis. Spondilitis tuberkulosis ini
disebut juga dengan Pott Desease jika disertai dengan paraplegi atau defisit
neurologis. Spondilitis tuberkulosis sering mengenai thorakal 8 hingga lumbal
3, dan sering mengenai bagian korpus vertebra.

4.2 Etiologi
1. Spondilitis Ankilosis
Masih belum diketahui walaupun oleh beberapa ahli dianggap sebagai varian atritis
rheumatoid, pada sebagian besar pasien dengan penyakit ini dan keluarga
dekatnyaditemukan antigen dengan HLA-B27 dan mungkin karena perubahan
geneticatau autoimun.
2. Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat
lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3 dari tipe
human dan 1/3dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik. Kuman
ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur
lama selama beberapa tahun.

4.3 Gejala Klinis


1. Spondylitis tuberkulosa
Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala tuberkulosis
pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat badan menurun,
suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari serta sakit pada punggung.
Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari.
2. Spondylitis ankilosis
a. Manifetasi Skeletal
 Low back pain
Nyeri pinggang (low back pain) pada ankylosing spondylitis ditandai oleh
:
a. dimulai dengan adanya rasa nyaman di pinggang dan penderita sebelum berumur 40
tahun;
b. Permulaannya insidious (perlahan-lahan).
c. nyeri menetap paling sedikit selama 3 bulan;
d. berhubungan dengan kaku pada pinggang waktu pagi hari;
e. nyeri berkurang/membaik dengan olah raga.
1. Massa atau benjolan
Sebagian besar tumor Ewing menyebabkan terjadinya suatu benjoalan atau massa
yang tedapat pada lengan atau kaki. Massa atau benjoalan ini teraba lunak dan panas.
2. Gejala Sistemik
Jika tumor telah menyebar, terjadi gejala sistemik akibat adanya proses inflamasi
berupa demam, mudah lelah, penurunan berat badan. Tumor yang mengenai tulang
belakang dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan pada lengan dan tungkai, sedangkan
tumor yang menyebar ke paru-paru dapat menyebabkan sesak napas.

4.4 Gambaran Radiologi

 Aligment: besar, bentuk, struktur trabekula torakalumbal dalam batas


normal
• Tampak destruksi corpus vertebra T9 dan T10 terutama pada aspek anterior
yang memberikan gambaran wedge shape.
• Tidak tampak osteofit
• Permukaan endplate corpus vertebra tidak sklerotik.
• Discus intervertebralis T9 dan T10 tampak menyempit.
• Foramen intervertebralis tidak menyempit.
 Pedikel dalam batas normal.
 Tampak bayangan opak densitas soft tissue di paravertebra T9 dan T10 kanan
dan kiri yang disertai kalsifikasi.
KESAN : Spondilitis TB dengan gibbus dan paravertebral abses di T9 dan T10

5. Coxitis

5.1 Definisi
Merupakan infeksi yang terjadi pada sendi panggul. Terbagi 2 yaitu coxitis TB
dan Non TB

5.2 Etiologi
 TB : M.Tubercolosis
 Non TB : staphylococcus, streptococcus, H. Influenza

5.3 Gejala Klinis


 Gejala umum Infeksi : Demam, general weakness, berkeringat pada malam hari,
anoreksia, penurunan berat badan
 Berlangsung kronik (TB) akut (Non TB)
 Nyeri persendian
 Bengkak, kulit teraba hangat
 Keterbatasan gerak
 Spasme otot pada malam hari

5.4 Gambaran Radiologi

6. Tumor colon/ca recti

6.1 Definisi
Karsinoma kolon merupakan suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak
sel DNA dan jaringan sehat di sekitar kolon.

6.2 Etiologi
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian karsinoma kolon yaitu :

 Umur
 Faktor genetic
 Faktor Linkungan
 Faktor Makanan
 Polyposis Familial
 Polip Adenoma
 Adenoma Vilosa
 Colitis Ulserosa

6.3 Gejala Klinis


Pasien dengan karsinoma kolon umumnya memberikan keluhan berupa gangguan proses
defekasi (Change of bowel habit) berupa konstipasi atau diare, perdarahan segar lewat
anus (rectal bleeding), perasaan tidak puas setelah buang air besar (tenesmus), buang air
besar berlendir (mucoid diarrhea), anemia tanpa sebab yang jelas,dan penurunan berat
badan. Adanya suatu massa yang dapat teraba dalam perut jugadapat menjadi keluhan
yang dikemukakan.

6.4 Gambaran Radiologis


Foto Colon In Loop
 Tampak haustra dan incisura menghilang dengan caliber colon recto sigmoid
sampai colon descenden mengecil
 Tidak tampak filling defect maupun additional shadow

Anda mungkin juga menyukai