A. Defenisi LBP
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal,
tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun
secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal (Dachlan, 2009). Nyeri punggung
bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah, yang mungkin
disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri punggung bawah dapat
mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan oleh
kondisi degeneratif seperti penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya,
infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang
belakang. Obesitas, merokok, berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang buruk,
postur yang tidak sesuai untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur yang buruk juga
dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Anonim, 2014).
B. Tanda dan gejala
Keluhan LBP sangat beragam, tergantung dari patofisiologi, perubahan biokimia
atau biomekanik dalam discus 9 intervertebralis. Bahkan pola patofisiologi yang serupa
pun dapat menyebabkan sindroma yang berbeda dari pasien. Pada umumnya sindroma
lumbal adalah nyeri. Sindroma nyeri muskulo skeletal yang menyebabkan LBP termasuk
sindrom nyeri miofasial dan fibromialgia. Nyeri miofasial khas ditandai nyeri dan nyeri
tekan seluruh daerah yang bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak
kelompo otot yang tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas
pada saraf tepi. Keluhan nyeri sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan.
Fibromialgia mengakibatkan nyeri dan nyeri tekan daerah punggung bawah, kekakuan,
rasa lelah, dan nyeri otot (Dachlan, 2009).
Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas,
dan nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala serangan pertama sangat
penting. Dari awal kejadian serangan perlu diperhatikan, yaitu apakah serangannya
dimulai dengan tiba – tiba, mungkin setelah menggeliat, atau secara berangsur – angsur
tanpa kejadian apapun. Dan yang diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan menetap
atau kadang – kadang berkurang. Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan
gejala yang penting pula yaitu apakah adanya sekret uretra, retensi urine, dan
inkontinensia (Apley, 2013).
C. Etiologi
Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang paling banyak adalah penyebab
sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan nyeri rujukan dari
gangguan sistem gastrointestinal, sistem genitorinaria atau sistem kardiovaskuler. Proses
infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP. Penyebab
sistem neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor ialah (Dachlan, 2009)
1. Otot
2. Discus intervertebralis
3. Sendi apofiseal, anterior, sakroiliaka
4. Kompresi saraf / radiks
5. Metabolik
6. Psikogenik
7. Umur
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelaianan yang terjadi pada tulang
belakang, otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong
tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain:
1. Kelainan kongenital / kelainan perkembangan, seperti spondylosis dan
spondilolistesis, kiposcoliosis, spina bifida, ganggguan korda spinalis
2. Trauma minor, seperti regangan, cedera whiplash
3. Fraktur, seperti traumatik misalnya jatuh, atraumatik misalnya osteoporosis,
infiltrasi neoplastik, steroid eksogen
4. Hernia discus intervertebralis
5. Degeneratif kompleks diskus misalnya osteofit, gangguan discus internal, stenosis
spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebra, gangguan sendi
atlantoaksial misalnya arthritis reumatoid
6. Arthritis spondylosis, seperti 11 artropati facet atau sacroiliaka, autoimun misalnya
ankylosing spondilitis, sindrom reiter
7. Neoplasma, seperti metastasisi, hematologic, tumor tulang primer
8. Infeksi / inflamasi, seperti osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis discus,
meningitis, arachnoiditis lumbal
9. Metabolik osteoporosis – hiperparatiroid
10. Vaskuler aneurisma aorta abdominalis, diseksi arteri vertebral
11. Lainnya, seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, sindrom
nyeri kronik.
D. Definisi Spondylosis
Definisi Spondylosis adalah penyakit degeneratif tulang belakang. Spondylosis ini
disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus intervertebralis, yang
mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar vertebra sehingga mengakibatkan
terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebralis dan iritasi
persendian posterior. Rasa nyeri pada spondylosis ini disebabkan oleh terjadinya
osteoartritis dan tertekan radiks oleh kantong durameter yang mengakibatkan iskemik
dan radang (Harsono dan Soeharso, 2005). Spondylosis lumbal merupakan penyakit
degeneratif pada corpus vertebra atau diskus intervertebralis. Kondisi ini lebih banyak
menyerang pada wanita. Faktor utama 12 yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan spondylosis lumbal adalah usia, obesitas, duduk dalam waktu yang lama
dan kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia menunjukkan bahwa kondisi ini banyak
dialami oleh orang yang berusia 40 tahun keatas. Faktor obesitas juga berperan dalam
menyebabkan perkembangan spondylosis lumbar. Spondylosis lumbal seringkali
merupakan hasil dari osteoarthritis atau spur tulang yang terbentuk karena adanya proses
penuaan atau degenerasi. Proses degenerasi umumnya terjadi pada segmen L4 – L5 dan
L5 – S1. Komponen-komponen vertebra yang seringkali mengalami spondylosis adalah
diskus intervertebralis, facet joint, corpus vertebra dan ligamen (terutama ligamen
flavum) (Regan, 2010).
G. Problematik
Spondylosis lumbal menggambarkan adanya osteofit yang timbul dari vertebra
lumbalis. Osteofit biasanya terlihat pada sisi anterior, superior, dan sisi lateral vertebra.
Pembentukan osteofit timbul karena terdapat tekanan pada ligamen. Apabila hal ini
mengenai saraf, maka akan terjadi kompresi pada saraf tersebut, dan dari hal itu dapat
menimbulkan rasa nyeri, baik lokal maupun menjalar, parastesia atau mati rasa, dan
kelemahan otot (Woolfson, 2008).
H. Prognosis
Spondylosis merupakan penyakit degeneratif tulang belakang, dimana hal ini sulit
untuk diketahui perkembangannya. Dalam kasus ini, tidak menimbulkan kecacatan yang
nyata, namun perlu diperhatikan juga penyebab dan faktor yang mempengaruhinya,
seperti adanya kompresi dan penyempitan saraf yang nantinya dapat menyebabkan
kelumpuhan bahkan gangguan perkemihan. Pada pasien yang sudah mengalami
degeneratif pada lumbalnya, namun sudah tidak merasakan adanya nyeri pada daerah
punggung bawah dalam waktu satu minggu, maka kondisi pasien akan membaik dalam
waktu 3 bulan (Woolfson, 2008).
Assesment Fisioterapi
A. Anamnesis
1. Anamnesis umum
Nama : Ny. Syamsiah Dg. Dewi
Tgl lahir : 31 Desember 1952
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jl. Poros Gowa tamallayang Gowa Sulawesi Selatan
2. Anamnesis khusus
Keluhan utama :
- Nyeri kaki :+
- Nyeri tungkai :+
- Nyeri paha :+
- Nyeri pantat :+
- Sakit punggung :+
Nyeri meningkat saat
Pagi hari : Nyeri dan kekakuan gerak...?
Sore hari :-
Malam hari : Sakit punggung.....?
Nyeri meningkat dengan
- Duduk : +
- Berdiri :-
- Berjalan :-
- Berbaring :-
Nyeri pada saat duduk :+
Nyeri pada saat membungkuk :+
Nyeri pada saat batuk :+
Nyeri pada saat mengangkat/mendorong :+
Nyeri dibawah lutut :+(
Nyeri dibawah pantat :+
Apakah anda merasakan sakit dikaki pada saat berjalan dan berkurang pada saat
duduk : tidak, duduk terasa sakit
Apakah anda bisa berjalan lebih baik saat mendorong trolli berjalan : tidak
Sifat keluhan : Menjalar
Lokasi keluhan : Sampai kedua tungkai
Lama keluhan : kurang lebih 8 bulan yang lalu
B. Quick test/screning test
1. Provokasi test
Teknik : Pasien dalam posisi tengkurap dan berada diujung bed dengan
kedua kaki menyentuh lantai. FTis menginstruksikan pasien
untuk mengangkat kedua kakinya kemudian FTis memberikan
kompresi pada vertebra lumbal.
Interpretasi : Jika terjadi nyeri pada saat kedua kaki diangkat, ada saat
kedua kaki diangkat dan diberikan kompresi pada vertebra dan
tidak terasa nyeri maka dicurigai spondylolistesis
Tujuan : untuk mengetahui adanya instabilitas pada segmen L1-L2
sampai L5-S1
Hasil : Tidak nyeri
3. Lumbo pelvic rhytim
Gambar 1
Gambar 2
Hasil : Nyeri
C. Inspeksi
1. Statis (posisi berdiri)
a. Arah depan :
b. Arah samping :
c. Arah belakang :
2. Dinamis
3. Pasien berjalan dengan.......................
D. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD)
1. Aktif
Fleksi lumbal : Sedikit nyeri, ROM terbatas
Ekstensi lumbal : Nyeri berat, ROM terbatas
Rotasi lumbal (ka) : Sedikit nyeri, ROM terbatas
Rotasi lumbal (ki) : Sedikit nyeri, ROM terbatas
Lateral fleksi (ka) : Sedikit nyeri, ROM terbatas
Lateral fleksi (ki) : Sedikit nyeri, ROM terbatas
2. Pasif
Fleksi lumbal : Sedikit nyeri dan terasa tegang, ROM terbatas
Ekstensi lumbal : Nyeri berat, ROM terbatas
Rotasi lumbal (ka) : Sedikit nyeri, ROM terbatas
Rotasi lumbal (ki) : Sedikit nyeri, ROM terbatas
3. Test isometrik melawan tahanan (TIMT)
Fleksi lumbal : Sedikit nyeri dan terasa tegang, ROM terbatas, firm andfeel
Ekstensi lumbal : Nyeri berat, ROM terbatas, firm andfeel
Rotasi lumbal(ka) : Sedikit nyeri, ROM terbatas, firm andfeel
Rotasi lumbal (ki) : Sedikit nyeri, ROM normal, firm andfeel
E. Pemeriksaan spesifik
1. Palpasi otot paravertebralis
Teknik : Pasien dalam posisi tidur tengkurap kemudian Ftis mempalpasi otot
paravertebralis pasien
Tujuan : untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau spasme pada otot
paravertebralis
Interpretasi : jika saat otot dipalpasi terasa tegang dan pasien merasakan nyeri,
maka otot paravertebralis mengalami spasme
2. Patric/Faber test
Teknik : Pasien dalam posisi tidur terlentang, kemudian salah satu kaki
pasien dilipat dan diletakkan diatas lutut yang satunya. FTis menekan
lutut pasien yang terlipat
Tujuan : Untuk mengetahui adanya gangguan pada SIJ atau hip joint
Interpretasi : Test positif jika terdapat nyeri pada pantat atau pangkal paha saat
lutut ditekan yang mengindikasikan adanya iritasi pada SIJ atau hip
joint.
Hasil : Tidak nyeri
3. Anti patric test
Teknik : Pasien dalam posisi tidur terlentang, kemudian salah satu kaki
pasien dilipat. Salah satu tangan FTis diletakkan diatas lutut pasien
yang terlipat dan tangan yang satunya berada dipanggul pasien,
kemudian FTis mendorong kaki pasien
Tujuan : untuk mengetahui gangguan pada SIJ atau ligament posterior SIJ
Interpretasi : Jika terdapat nyeri pada bagian posterior hip saat kaki didorong,
maka terdapat gangguan pada SIJ atau ligament posterior SIJ
Hasil : Tidak nyeri
4. PACVP test (Posteroanterior central vertebral pressure)
Teknik : Pasien dalam posisi tidur tengkurap, kemudian ibu jari FTis
menekan processus spinosus kearah anterior mulai dari L1
sampai S2
Teknik : Pasien duduk dipinggir bed dan FTis berdiri di depan pasien. Pasien
menempatkan kedua tangan pada aspek anterior dari shoulder FTis.
Kedua tangan FTis diletakkan pada vertebra lumbal, kemudian FTis
menarik lumbal hingga lordosis full.
Tujuan : untuk mengetahui instabilitas dari vertebra lumbal
Interpretasi : terdapat gerakan yang berlebihan dari vertebra lumbal
Hasil : Terbatas
8. Spesific torswn test
Teknik :
Tujuan :
Hasil : Firm andfeel
Teknik : Posisi pasien tidur terlentang, kemudian FTis meraba ujung jari kaki
pasien dengan menggunakan pulpen
Tujuan : Untuk mengetahui adanya menginial iritasi, keterlibatan akar saraf
atau iritasi dural
Hasil :
11. Kering test
Teknik :
Tujuan :
Hasil :
12. ROM test
a. Aktif
1) Fleksi lumbal
b. Pasif
1) Fleksi lumbal
Teknik : Pasien dalam posisi berdiri tegak. Kemudian FTis
menggerakkan badan pasien kearah depan (membungkuk),
kemudian FTis mengukur luas gerak sendi fleksi lumbal pasien
Tujuan : Untuk mengetahui lingkup gerak sendi ekstensi lumbal
Hasil : 90 derajat
2) Ekstensi lumbal
b. Ekstensi Lumbal
Teknik : Posisi pasien tidur tengkurap dengan tangan diletakkan
disamping. Instruksikan pasien untuk mengangkat badan
pasien
Tujuan : untuk mengetahui kekuatan otot ekstensor lumbal
Interpretasi :
- Nilai 5 : tangan dibelakang leher, lumbal lurus hingga kepala, dada dan
tulang rusuk terangkat dari bed
- Nilai 4 : tangan diletakkan disamping badan, lumbal lurus hingga kepala,
dada dan tulang rusuk terangkat dari bed
- Nilai 3 : tangan diletakkan disamping badan, lumbal lurus hingga sternum
terangkat dari bed
- Nilai 2 : tangan diletakkan disamping badan, lumbal lurus hingga kepala
terangkat dari bed
- Nilai 1 : hanya sedikit kontraksi dari otot tanpa ada gerakan
Hasil :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Teknik : FTis menjelaskan prosedur pengguanaan dari VAS. Kemudian FTis
bertanya pada pasien tentang intensitas nyeri yang dirasakan
Tujuan : Untuk mengetahui intensitas nyeri
Interpretasi :
- 0 : tidak ada nyeri
- 1-3 : nyeri ringan
- 4-6 : nyeri sedang
- 7-9 : nyeri berat
- 10 : sangat nyeri/nyeri yang tak tertahankan
Hasil :
15. MRI
F. Diagnosa Fisioterapi
Low Back Pain et causa spondylosis lumbal
G. Identifikasi ICF
1. Impairment
a. Nyeri menjalar
b. Spasme otot paravertebralis
c. Kelemahan otot fleksor dan ekstensor lumbal
d. Keterbatasan gerak lumbal kesemua arah
e. Gangguan fungsional lumbal
2. Activity limitation
a. Kesulitan untuk membungkukkan bada
b. Kesulitann untuk memutar badan kearah kiri dan kanan
c. Kesulitan saat berdiri atau berjalan lama
d. Gangguan ADL duduk
3. Participation restriction
Pasien kesulitan dalam melakukan aktifitas pekerjaannya di kantor
H. Problematik Fisioterapi
1. Nyeri menjalar kebokong dan daerah tungkai
2. Spasme otot paravertebralis
3. Kelemahan otot fleksor dan ekstendor lumbal
4. Keterbatasan gerak lumbal
5. Gangguan fungsional lumbal
I. Intervensi
1. IRR
5) Naikkan intesitas secara bertahap sampai ada kontraksi otot dari pasien
3. Exercise therapy
a. Manual traksi
Tujuan :
b. Mobilisasi sendi
- PACVP
Tujuan :
- Transversal glide
Tujuan :