SPONDYLOLISTHESIS &
FRAKTUR KOMPRESI
Hanum Puspa
Atika Afidatu
M. Ulil Abshor
CT scan
Beberapa kasus tertentu, seperti pasien dengan defek pada pars
interartikularis
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (8)
MRI
CT scan dapat menggambarkan abnormalitas pada tulang
dengan baik, akan tetapi MRI sekarang lebih sering digunakan
karena selain dapat mengidentifikasi tulang juga dapat
mengidentifikasi jaringan lunak (diskus, kanal dan anatomi
serabut saraf ) lebih baik dibandingkan dengan foto polos
FRAKTUR KOMPRESI
DEFINISI
FRAKTUR KOMPRESI
Fraktur kompresi adalah diskontinuitas jaringan tulang
akibat dari suatu penekanan atau tindihan yang melebihi
kemampuan dari tulang tersebut
Terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra
dalam menopang beban tersebut, seperti pada kasus
terjadinya trauma.
Pada osteoporosis, fraktur kompresi dapat terjadi karena
gerakan sederhana seperti terjatuh pada kamar mandi,
bersin atau mengangkat beban yang berat.
ETIOLOGI
FRAKTUR KOMPRESI
Trauma
Fraktur kompresi baji
Posmenopausal osteoporosis
Tersering pada wanita yang berumur di atas 60
Keganasan
Multiple mieloma, nekrosis avaskular, limpoma atau metastasis
keganasan lain atau adanya infeksi
Osteoporosis Sekunder
Penyebab sekunder dari kehilangan masa tulang harus
diperhatikan, seperti penggunaan terapi glukokortikoid,
penggunaan alkohol, hipogonadisme, dan endokrinopati seperti
hipertiroid, dan penyakit chusing, hiperparatiroid, dan diabetes
mellitus
KLASIFIKASI
FRAKTUR KOMPRESI (2)
Tipe fraktur Bagian yang terkena Stabil vs tidak stabil
X Foto Vertebra
Posisi AP dan lateral
Fraktur kompresi vertebra asimptomatik tidak selalu
menunjukkan kolaps vertebra pada gambaran radiologi.
Digambarkan sebagai penurunan panjang vertebra lebih dari 15%,
umumnya ditemukan pada vertebra thorakolumbal secara
anteroposterior dan lateral.
Bagian thorakolumbal yang biasa terkena adalah T8, T12, L1 dan
lumbal bagian bawah terbanyak adalah L4.
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (6)
CT Scan
Penting dalam menentukan diferensial diagnosis karena
adanya penyempitan kanalis spinal, dan komposisi spesifik
vertevra dapat digambarkan.
MDCT potongan sagital dengan fraktur
multipel
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (7)
MRI
Jika sumber nyeri tidak dapat ditemukan
Dapat juga menunjukkan adanya keganasan
Mengidentifikasi adanya fraktur dan membantu dalam
menentukan terapi yang tepat.
Adanya Short Tau Inversion Recovery (STIR) paling ideal
diperiksa dengan MRI
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (8)
Scintigraphy
Menggunakan deteksi radiasi sinar gamma untuk
menggambarkan kondisi dari jaringan atau organ, juga
merupakan metode ayng penting untuk memprediksi hasil
(outcome) dari beberapa teknik operasi
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. P
Usia : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Sawah Besar RT 004/RW 003,
Kaligawe, Gayamsari, Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
SukuBangsa : Jawa
Ruangan : Rawat Jalan
ANAMNESA (ALLOANAMNESA)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien
perempuan usia Keluhan Utama : Dirasakan sejak 1
59 tahun datang tahun yang lalu
dibawa oleh Nyeri punggung dan semakin
keluarga ke Poli menjalar sampai memberat sejak 3
Penyakit Dalam ke kaki bulan terakhir
RSISA Semarang
Gejala dirasakan
kebiasaan terus-menerus,
mengangkat nyeri semakin
barang barang memberat saat
berat (+), riwayat dipakai jalan dan
jatuh (-) saat bangun dari
posisi tidur
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat kencing manis, kolesterol, asam urat disangkal.
Riwayat darah tinggi (-), tidak minum obat
Riwayat stroke sebelumnya (-)
Riwayat trauma kepala (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Hipertensi (-)
Diabetes mellitus (-)
Alergi (-)
Asma (-)
Riwayat penyakit yang sama di keluarga (-)
RIWAYAT PENYAKIT SOS-EK DAN
PRIBADI
Pasien bekerja sebagai wiraswasta dan biaya pengobatan
pasien ditanggung BPJS.
Kesan ekonomi : Cukup
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : GCS E4M6V5
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 60 kg
IMT : 23,43 kg/m2
STATUS GENERALIS (1)
Kulit : sawo matang, tidak pucat
Kepala : mesosefal tidak terlihat ada deformitas maupun fraktur capitis
Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor 2 mm,
refleks cahaya langsung (+), refleks cahaya tidak langsung (+)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), tidak ada pembesaran
tiroid.
Vertebra :
Bentuk
Normal : (-)
Scoliosis : (+)
Pergerakan
Leher : dalam batas normal
Pinggang : Gerakan terbatas
Paru : pernapasan simetris saat statis dan dinamis, ada napas cuping
hidung, ada penggunaan otot bantu napas, suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-),
wheezing (-).
STATUS GENERALIS (2)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm di medial linea
midclavicula sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), bising (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, venektasi (-), jejas (-),gambaran gerak usus (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), ballotemen ginjal kanan (+) kiri
(+), lien dan hepar tak teraba
Perkusi : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-) normal, nyeri
ketok costovertebra (+/+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Anggota gerak: Akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik.
DIAGNOSIS
Skoliosis lumbalis dengan konveksitas ke kiri
Spondilosis lumbalis
Spondylolisthesis L2-3 grade 1
Curiga HNP disertai degeneratif discus pada vertebra L 1-
2, L 2-3, L 3-4, L 4-5 dan L5-S1
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
PEMERIKSAAN RADIOLOGI (1)
Gambaran Radiologi X Foto Vertebra Proyeksi AP
Skoliosis
lumbalis
disertai
penyempitan
corpus dan
foramen
intervertebralis
Gambaran Radiologi X Foto Vertebra Proyeksi Lateral
Osteofit
Pergeseran VL3 ke
anterior
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
PEMERIKSAAN RADIOLOGI (2)
Pembacaan Hasil X Foto Vertebra
Struktur tulang porotik
Tampak corpus L3 tampak lebih ke anterior dari L2,
pergeseran < 25%
Tampak scoliosis lumbalis dengan konveksitas ke kiri
Tampak corpus L2, 3, 4, 5 pipih
Tampak penyempitan discus dan foramen
intervertebralis L 1-2, L 2-3, L 3-4, L 4-5 dan L5-S1
dengan lusensi intradiscus
Tampak osteofit pada vertebra lumbalis
Pedikel dan procesus spinosus baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
PEMERIKSAAN RADIOLOGI (3)
KESAN
Struktur tulang porotik
Skoliosis lumbalis dengan konveksitas ke kiri
Spondilosis lumbalis
Spondylolisthesis L2-3 grade 1
Corpus L2, 3, 4, 5 pipih cenderung proses
degenerative
Tampak penyempitan discus dan foramen
intervertebralis L 1-2, L 2-3, L 3-4, L 4-5 dan L5-S1,
curiga HNP disertai degeneratif discus pada level
tersebut
PEMBAHASAN (1)
Di dalam kasus ini didapatkan pasien seorang perempuan
usia 59 tahun dibawa oleh keluarga ke Poli Penyakit Dalam
RSI Sultan Agung Semarang dengan keluhan nyeri
punggung yang dijarakan sampai kaki. Keluhan ini sudah
berlangsung sejak 1 tahun yang lalu dan semakin
memberat sejak 3 buan terakhir. Gejala dirasakan terus
menerus, nyeri semakin memberat saat dipakai jalan dan
saat bangun dari posisi tidur. Pasien mengatakan memiliki
kebiasaan mengangkat barang-barang berat. Pasien
mengatakan tidak memiiki riwayat jatuh.
PEMBAHASAN (2)
Didasarkan pada pemeriksaan X Foto Vertebra
Lumbosacral AP-Lateral didapatkan struktur tulang
porotik, tampak corpus L3 tampak lebih ke anterior dari
L2, pergeseran < 25%, tampak scoliosis lumbalis dengan
konveksitas ke kiri, tampak corpus L2, 3, 4, 5 pipih, tampak
penyempitan discus dan foramen intervertebralis L 1-2, L
2-3, L 3-4, L 4-5 dan L5-S1 dengan lusensi intradiscus,
tampak osteofit pada vertebra lumbalis serta gambaran
pedikel dan procesus spinosus baik.
KESIMPULAN
Pasien dalam kasus ini didapatkan diagnosis skoliosis
lumbalis dengan konveksitas ke kiri, spondilosis lumbalis,
spondylolisthesis L2-3 grade 1, adaanya proses
degenerative pada corpus L2, 3, 4, 5 dan curiga HNP
disertai degenerative discus pada vertebra L 1-2, L 2-3, L
3-4, L 4-5 dan L5-S1.