Anda di halaman 1dari 69

RBD

SPONDYLOLISTHESIS &
FRAKTUR KOMPRESI
Hanum Puspa
Atika Afidatu
M. Ulil Abshor

Pembimbing: dr. Bambang, Sp.Rad


PENDAHULUAN
Spondilolistesis merupakan pergeseran ke depan korpus
vertebra dalam hubungannya dengan sacrum atau kadang
hubungan dengan vertebra lainnya.
Hal tersebut terjadi akibat hilangnya kontinuitas pars
intervertebralis sehingga menjadi kuran kuat untuk
menahan pergeseran tulang belakang
Fraktur kompresi merupakan diskontinuitas dari jaringan
tulang akibat dari suatu penekanan atau tindihan yang
melebihi kemampuan dari tulang tersebut.
Fraktur kompresi vertebra terjadi jika berat beban
melebihi kemampuan vertebra dalam menopang beban
tersebut, seperti pada kasus terjadinya trauma.
Pada osteoporosis, fraktur kompresi dapat terjadi gerakan
sederahana seperti terjatuh pada kamar mandi, bersin,
atau mengangkat beban yang berat (Andrew, 2014).
ANATOMI VERTEBRA
Vertebra pilar yang berfungsi sebagai penyangga tubuh
dan melindungi medulla spinalis.

Terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara


segmentel yang terdiri atas
7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis)
12 ruas tulang torakal (vertebra torakalis)
5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis)
5 ruas tulang sacral yang menyatu (vertebra sacral)
4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea)
MEDULLA SPINALIS
Medulla spinalis berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan
membawa saraf yang menyampaikan sensasi dan gerakan
dari dan ke berbagai area tubuh.Semakin tinggi kerusakan
saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang
diakibatkan
Sendi dan ligament kolumna vertebra
SPONDYLOLISTHESIS
DEFINISI
SPONDYLOLISTHESIS
Spondilolistesis pergeseran korpus vertebrae (biasanya
ke depan) terhadap korpus vertebra yang terletak di
bawahnya.

Umumnya terjadi pada pertemuan lumbosacral


(lumbosacral joints) di mana L5 bergeser (slip) diatas S1,
akan tetapi hal tersebut dapat terjadi pula pada tingkat
vertebra yang lebih tinggi (Voshoor, dkk, 2013).
ETIOLOGI
SPONDYLOLISTHESIS
Etiologi spondylolistesis multifaktorial

Predisposisi kongenital tampak pada spondilolistesis tipe 1


dan 2, postur, gravitasi, tekanan rotasional dan stres/
tekanan konsentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan
penting dalam terjadinya pergeseran tersebut.
GRADES
SPONDYLOLISTHESIS (1)
Sistem grading Meyerding menilai beratnya pergeseran.

Kategori tersebut didasarkan pengukuran jarak dari pinggir


posterior korpus vertebra superior hingga pinggir posterior
korpus vertebra inferior yang terletak berdekatan dengannya
pada foto rontgen lateral. Jarak tersebut kemudian dilaporkan
sebagai panjang korpus vertebra superior total (Vokshoor, dkk.,
2013)
GRADES
SPONDYLOLISTHESIS (2)
Grade 1 adalah 0-25 %
Grade 2 adalah 25-50 %
Grade 3 adalah 50-75 %
Grade 4 adalah 75-100 %
Spondiloptosis lebih dari 100 %
PATOFISIOLOGI
SPONDYLOLISTHESIS (1)
Spondilolistesis displastik
kelainan kongenital karena malformasi lumbosacral joints dengan permukaan
sendi yang kecil dan inkompeten.
Sangat jarang terjadi, tetapi cenderung berkembang secara
progresif, dan sering berhubungan dengan deficit neurologis berat.
Sangat sulit diterapi karena bagian elemen posterior dan
prosessus transversus cenderung berkembang kurang baik,
meninggalkan area permukaan kecil untuk fusi pada bagian
posterolateral
Terjadi akibat defek arkus neural, seringnya pada sacrum bagian
atas atau L5.
Pada tipe ini, 95 % kasus berhubungan dengan spina bifida occulta
dan terjadi kompresi serabut saraf pada foramen S1, meskipun
peregserannya minimal (Vokshoor, dkk., 2013)
PATOFISIOLOGI
SPONDYLOLISTHESIS (2)
Spondilolistesis isthmic (spondilolistesis spondilolitik)
Bentuk spondilolistesis yang paling sering dijjumpai dengan
angka prevalensi 5-7 %.
Biasanya didapatkan pada usia 6-16 tahun, dan pergeseran
tersebut sering lebih cepat.
Kebanyakan spondilolistesis isthmic tidak bergejala, akan
tetapi insidensi timbulnya gejala tidak diketahui.
Secara kasar 90 % pergeseran isthmus merupakan
pergeseran tingkat rendah (low grade : kurang dari 50 %
yang mengalami pergeseran) dan sekitar 10 % bersifat high
grade (lebih dari 50 % yang mengalami pergeseran)
(Vokshoor, dkk., 2013)
PATOFISIOLOGI
SPONDYLOLISTHESIS (4)
Spondilolisthesis tipe degenerative
Instabilitas intersegmental akibat penyakit diskus degenerative
atau facet arthropaty (dikenal dengan spondylosis)
Pergeseran tersebut terjadi akibat spondilosis progresif pada 3
kompleks persendian tersebut.
Umumnya terjadi pada L4-5 dan wanita usia tua
Cabang saraf L5 biasanya terkena akibat stenosis resesus
lateralis sebagai akibat hipertrofi ligament atau permukaan
sendi (Salter, 2013)
PATOFISIOLOGI
SPONDYLOLISTHESIS (5)
Spondilolisthesis tipe traumatic
Banyak bagian arkus neural yang terkena / mengalami fraktur,
sehingga menyebabkan subluksasi vertebra yang tidak stabil.
Spondilolistesis patologis
Akibat penyakit yang mengenai tulang atau dari metastasis
atau penyakit metabolic tulang, yang menyebabkan
mineralisasi abnormal, remodeling abnormal serta penipisan
bagian posterior sehingga menyebabkan pergeseran
(slippage).
Terjadi pada penyakit Pagets, tuberculosis tulang, giant cell
tumor dan metastasis tumor (Salter, 2013)
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (1)

GAMBARAN KLINIS (1)

Khas: nyeri punggung (back pain) pada regio yang terkena


Umunya nyeri yang timbul berhubungan dengan aktivitas.
Aktivitas membuat nyeri makin bertambah buruk dan istirahat
akan dapat menguranginya.
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (2)

GAMBARAN KLINIS (2)

Spasme otot dan kekakuan dalam pergerakan tulang


belakang.
Tidak sering terjadi : gejala neurologis seperti nyeri pada
bokong dan otot hamstring, kecuali jika terdapatnya bukti
subluksasi vertebra.
Keadaan umum pasien biasanya baik, dan
Masalah tulang belakang umumnya tidak berhubungan
dengan penyakir atau kondisi lainnya
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (3)

PEMERIKSAAN FISIK (1)

Postur pasien biasanya normal


Jika subluksasio yang terjadi bersifat ringan
Gangguan bentuk postur
Jika subluksasio berat
Pergerakan tulang belakang berkurang karena nyeri
Terdapat spasme otot.
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (4)

PEMERIKSAAN FISIK (2)

Ketika pasien dalam posisi telungkup (prone) di atas meja


pemeriksaan, perasaan tidak nyaman atau nyeri dapat
diidentifikasi
ketika palpasi dilakukan secara langsung diatas defek pada tulang
belakang
Sering dijumpai : nyeri dan kekakuan otot
lokalisasi nyeri disekitar defek dapat sangat mudah diketahui saat
pasien diletakkan pada posisi lateral dan meletakkan kaki mereka
keatas seperti posisi fetus
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (5)

PEMERIKSAAN FISIK (3)

Pemeriksaan neurologis terhadap pasien dengan


spondilolistesis biasanya negatif
Fungsi berkemih dan defekasi biasanya normal
terkecuali pada pasien dengan sindrom cauda equine yang
berhubungan dengan lesi derajat tinggi
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (6)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (1)


X Foto vertebra
dilakukan pada posisi tegak/berdiri
Film posisi AP, lateral, dan oblique
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (7)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (2)

CT scan
Beberapa kasus tertentu, seperti pasien dengan defek pada pars
interartikularis
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (8)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (3)

Bone scan (SPECT scan)


Diagnosis awal reaksi stress/tekanan pada defek pars
interartikularis yang tidak terlihat baik dengan foto polos
Scan positif menunjukkan bahwa proses penyembuhan tulang
telah dimulai, akan tetapi tidak mengindikasikan bahwa
penyembuhan yang definitive akan terjadi.
DIAGNOSIS
SPONDYLOLISTHESIS (9)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (4)

MRI
CT scan dapat menggambarkan abnormalitas pada tulang
dengan baik, akan tetapi MRI sekarang lebih sering digunakan
karena selain dapat mengidentifikasi tulang juga dapat
mengidentifikasi jaringan lunak (diskus, kanal dan anatomi
serabut saraf ) lebih baik dibandingkan dengan foto polos
FRAKTUR KOMPRESI
DEFINISI
FRAKTUR KOMPRESI
Fraktur kompresi adalah diskontinuitas jaringan tulang
akibat dari suatu penekanan atau tindihan yang melebihi
kemampuan dari tulang tersebut
Terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra
dalam menopang beban tersebut, seperti pada kasus
terjadinya trauma.
Pada osteoporosis, fraktur kompresi dapat terjadi karena
gerakan sederhana seperti terjatuh pada kamar mandi,
bersin atau mengangkat beban yang berat.
ETIOLOGI
FRAKTUR KOMPRESI
Trauma
Fraktur kompresi baji
Posmenopausal osteoporosis
Tersering pada wanita yang berumur di atas 60
Keganasan
Multiple mieloma, nekrosis avaskular, limpoma atau metastasis
keganasan lain atau adanya infeksi
Osteoporosis Sekunder
Penyebab sekunder dari kehilangan masa tulang harus
diperhatikan, seperti penggunaan terapi glukokortikoid,
penggunaan alkohol, hipogonadisme, dan endokrinopati seperti
hipertiroid, dan penyakit chusing, hiperparatiroid, dan diabetes
mellitus
KLASIFIKASI
FRAKTUR KOMPRESI (2)
Tipe fraktur Bagian yang terkena Stabil vs tidak stabil

Wedge fracture Hanya anterior Stabil


Burst fracture Anterior dan Tidak stabil
middle

Fracture/dislocati Anterior, middle Tidak stabil


on injuries dan posterior

Seat belt fracture Anterior, middle Tidak stabil


dan posterior
MEKANISME CEDERA
FRAKTUR KOMPRESI (1)
Pergeseran aksial (kompresi)
Kekuatan vertical yang mengenai segmen lurus pada spina servikal
atau lumbal akan menimbulkan kompresi aksial.
Nucleus pulposus akan mematahkan lempeng vertebra dan
menyebabkan fraktur vertical pada vertebra, dengan kekuatan yang
lebih besar, bahan diskus didorong masuk ke dalam badan
vertebral, menyebabkan fraktur remuk (brust fracture).
Karena unsur posterior utuh keadaan ini didefinisikan sebagai
cedera stabil.
Fragmen tulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis
spinalis dan inilah yang menjadikan fraktur ini berbahaya,
kerusakan neurologik sering terjadi
Fraktur Kompresi Vertebra Thorakal
MANIFESTASI KLINIS
FRAKTUR KOMPRESI (1)
Sepertiga kasus kompresi vertebra yang menunjukkan
gejala
Adanya tarikan pada tulang belakang
Saat mengangkat jendela, mengangkat anak kecil dari tempat
tidur, atau gerakan melenturkan badan secara berlebihan
Adanya rasa nyeri, biasanya dirasakan seperti rasa nyeri
yang dalam
disebabkan oleh banyak gerak, dan pasien biasanya merasa lebih
nyaman dengan beristiraha
Tampilan klinis : miolopatik fraktur dengan tanda dan
gejala nyeri radikuller yang nyata
Jarang sekali menyebabkan kompresi pada medulla spinalis
MANIFESTASI KLINIS
FRAKTUR KOMPRESI (2)
Mengakibatkan perubahan postur tubuh karena terjadinya
kifosis dan scoliosis
Gejala pada sistem pernafasan
Dapat terjadi akibat berkurangnya kapasitas paru.
Gejala-gejala pada abdomen
Seperti rasa perut tertekan, rasa cepat kenyang, anoreksia, dan
penurunan berat badan
KOMPLIKASI
FRAKTUR KOMPRESI (4)
Psikologis
Kejadian depresi meningkat pada pasien yang menderita
fraktur kompresi vertebra, akibat nyeri kronis, perubahan
bentuk tubuh, detorientasi dalam kemampuan merawat diri
sendiri, dan akibat bedrest yang lama.
Pasien yang mengalami depresi biasanya yang mengalami
lebih dari satu fraktur dan akan menjadi cepat tua dan
terisolasi secara sosial.
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (1)

PEMERIKSAAN FISIK (1)

Dilakukan dengan cara pasien berdiri, sehingga tanda-


tanda osteoporosis seperti kiposkoliosis akan lebih
tampak
Adanya deformitas pada tulang belakang tidak mengindikasikan
adanya fraktur
Menekan vertebra dengan ibu jari mulai dari atas sampai
ke bawah yaitu pada prosesus spinosus
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (2)

PEMERIKSAAN FISIK (2)

Fraktur kompresi vertebra dapat terjadi mulai dari oksiput


sampai dengan sacrum, biasanya terjadi pada region
pertengahan thorak (T7-T8) dan pada thorakolumbal junction
Ulangi lagi pemeriksaan sampai benar-benar ditemukan lokasi
nyeri yang tepat.Nyeri yang berhubungan dengan pemeriksaan
palpasi vertebra mungkin disebabkan oleh adanya fraktur
kompresi vertebra.
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (3)

PEMERIKSAAN FISIK (3)

Selajutnya dilakukan dengan membantu pasien melakukan


gerakan fleksi dan ekstesi pada tulang belakang, gerakan
ini akan menyebabkan rasa nyeri yang disebabkan oleh
adanya fraktur kompresi vertebra.
Jika tidak ditemukan nyeri yang tajam, kemungkinan hal tersebut
merupakan suatu kelainan tulang belakang yang berkaitan
dengan umur.
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (4)

PEMERIKSAAN FISIK (4)

Spasme otot atau kekakuan otot dapat terjadi sebagai


akibat dari kekuatan otot melawan gravitasi pada bagian
anterior dari vertebra.
Pemeriksaan neurologis perlu dilakukan.
Tidak jarang pada kasus osteomyelitis mempunyai gejala
yang mirip dengan fraktur kompresi vertebra.
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (5)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (1)

X Foto Vertebra
Posisi AP dan lateral
Fraktur kompresi vertebra asimptomatik tidak selalu
menunjukkan kolaps vertebra pada gambaran radiologi.
Digambarkan sebagai penurunan panjang vertebra lebih dari 15%,
umumnya ditemukan pada vertebra thorakolumbal secara
anteroposterior dan lateral.
Bagian thorakolumbal yang biasa terkena adalah T8, T12, L1 dan
lumbal bagian bawah terbanyak adalah L4.
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (6)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (2)

CT Scan
Penting dalam menentukan diferensial diagnosis karena
adanya penyempitan kanalis spinal, dan komposisi spesifik
vertevra dapat digambarkan.
MDCT potongan sagital dengan fraktur
multipel
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (7)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (3)

MRI
Jika sumber nyeri tidak dapat ditemukan
Dapat juga menunjukkan adanya keganasan
Mengidentifikasi adanya fraktur dan membantu dalam
menentukan terapi yang tepat.
Adanya Short Tau Inversion Recovery (STIR) paling ideal
diperiksa dengan MRI
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (8)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (4)

Single-Photon Emission Computed


Tomography (SPECT)
Menentukan adanya fraktur dan tingkat osteoporosis karena
keamampuannya dalam menggambarkan densitas tulang.
DIAGNOSIS
FRAKTUR KOMPRESI (9)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (5)

Scintigraphy
Menggunakan deteksi radiasi sinar gamma untuk
menggambarkan kondisi dari jaringan atau organ, juga
merupakan metode ayng penting untuk memprediksi hasil
(outcome) dari beberapa teknik operasi
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. P
Usia : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Sawah Besar RT 004/RW 003,
Kaligawe, Gayamsari, Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
SukuBangsa : Jawa
Ruangan : Rawat Jalan
ANAMNESA (ALLOANAMNESA)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien
perempuan usia Keluhan Utama : Dirasakan sejak 1
59 tahun datang tahun yang lalu
dibawa oleh Nyeri punggung dan semakin
keluarga ke Poli menjalar sampai memberat sejak 3
Penyakit Dalam ke kaki bulan terakhir
RSISA Semarang

Gejala dirasakan
kebiasaan terus-menerus,
mengangkat nyeri semakin
barang barang memberat saat
berat (+), riwayat dipakai jalan dan
jatuh (-) saat bangun dari
posisi tidur
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat kencing manis, kolesterol, asam urat disangkal.
Riwayat darah tinggi (-), tidak minum obat
Riwayat stroke sebelumnya (-)
Riwayat trauma kepala (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Hipertensi (-)
Diabetes mellitus (-)
Alergi (-)
Asma (-)
Riwayat penyakit yang sama di keluarga (-)
RIWAYAT PENYAKIT SOS-EK DAN
PRIBADI
Pasien bekerja sebagai wiraswasta dan biaya pengobatan
pasien ditanggung BPJS.
Kesan ekonomi : Cukup
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : GCS E4M6V5
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 60 kg
IMT : 23,43 kg/m2
STATUS GENERALIS (1)
Kulit : sawo matang, tidak pucat
Kepala : mesosefal tidak terlihat ada deformitas maupun fraktur capitis
Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor 2 mm,
refleks cahaya langsung (+), refleks cahaya tidak langsung (+)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), tidak ada pembesaran
tiroid.
Vertebra :
Bentuk
Normal : (-)
Scoliosis : (+)
Pergerakan
Leher : dalam batas normal
Pinggang : Gerakan terbatas
Paru : pernapasan simetris saat statis dan dinamis, ada napas cuping
hidung, ada penggunaan otot bantu napas, suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-),
wheezing (-).
STATUS GENERALIS (2)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 cm di medial linea
midclavicula sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), bising (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, venektasi (-), jejas (-),gambaran gerak usus (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), ballotemen ginjal kanan (+) kiri
(+), lien dan hepar tak teraba
Perkusi : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-) normal, nyeri
ketok costovertebra (+/+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Anggota gerak: Akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik.
DIAGNOSIS
Skoliosis lumbalis dengan konveksitas ke kiri
Spondilosis lumbalis
Spondylolisthesis L2-3 grade 1
Curiga HNP disertai degeneratif discus pada vertebra L 1-
2, L 2-3, L 3-4, L 4-5 dan L5-S1
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
PEMERIKSAAN RADIOLOGI (1)
Gambaran Radiologi X Foto Vertebra Proyeksi AP

Skoliosis
lumbalis
disertai
penyempitan
corpus dan
foramen
intervertebralis
Gambaran Radiologi X Foto Vertebra Proyeksi Lateral

Osteofit
Pergeseran VL3 ke
anterior
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
PEMERIKSAAN RADIOLOGI (2)
Pembacaan Hasil X Foto Vertebra
Struktur tulang porotik
Tampak corpus L3 tampak lebih ke anterior dari L2,
pergeseran < 25%
Tampak scoliosis lumbalis dengan konveksitas ke kiri
Tampak corpus L2, 3, 4, 5 pipih
Tampak penyempitan discus dan foramen
intervertebralis L 1-2, L 2-3, L 3-4, L 4-5 dan L5-S1
dengan lusensi intradiscus
Tampak osteofit pada vertebra lumbalis
Pedikel dan procesus spinosus baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
PEMERIKSAAN RADIOLOGI (3)
KESAN
Struktur tulang porotik
Skoliosis lumbalis dengan konveksitas ke kiri
Spondilosis lumbalis
Spondylolisthesis L2-3 grade 1
Corpus L2, 3, 4, 5 pipih cenderung proses
degenerative
Tampak penyempitan discus dan foramen
intervertebralis L 1-2, L 2-3, L 3-4, L 4-5 dan L5-S1,
curiga HNP disertai degeneratif discus pada level
tersebut
PEMBAHASAN (1)
Di dalam kasus ini didapatkan pasien seorang perempuan
usia 59 tahun dibawa oleh keluarga ke Poli Penyakit Dalam
RSI Sultan Agung Semarang dengan keluhan nyeri
punggung yang dijarakan sampai kaki. Keluhan ini sudah
berlangsung sejak 1 tahun yang lalu dan semakin
memberat sejak 3 buan terakhir. Gejala dirasakan terus
menerus, nyeri semakin memberat saat dipakai jalan dan
saat bangun dari posisi tidur. Pasien mengatakan memiliki
kebiasaan mengangkat barang-barang berat. Pasien
mengatakan tidak memiiki riwayat jatuh.
PEMBAHASAN (2)
Didasarkan pada pemeriksaan X Foto Vertebra
Lumbosacral AP-Lateral didapatkan struktur tulang
porotik, tampak corpus L3 tampak lebih ke anterior dari
L2, pergeseran < 25%, tampak scoliosis lumbalis dengan
konveksitas ke kiri, tampak corpus L2, 3, 4, 5 pipih, tampak
penyempitan discus dan foramen intervertebralis L 1-2, L
2-3, L 3-4, L 4-5 dan L5-S1 dengan lusensi intradiscus,
tampak osteofit pada vertebra lumbalis serta gambaran
pedikel dan procesus spinosus baik.
KESIMPULAN
Pasien dalam kasus ini didapatkan diagnosis skoliosis
lumbalis dengan konveksitas ke kiri, spondilosis lumbalis,
spondylolisthesis L2-3 grade 1, adaanya proses
degenerative pada corpus L2, 3, 4, 5 dan curiga HNP
disertai degenerative discus pada vertebra L 1-2, L 2-3, L
3-4, L 4-5 dan L5-S1.

Anda mungkin juga menyukai