Anda di halaman 1dari 38

Spondylolisthesis

Preseptor :
dr. Heny Damajanti, Sp.Rad, M.sc
Definisi Spondylolysis
 Spondylolysis adalah suatu defek yang terjadi pada pars
interartikularis, hal ini dapat terjadi pada satu sisi
(unilateral) atau pada kedua sisi (bilateral) pada tulang
belakang dan paling sering terjadi pada vertebra L4 dan L5.

 Pars interatikularis adalah potongan tipis tulang yang


menghubungkan segmen superior dan inferior dari sendi
facet untuk membentuk unit kerja yang memungkinkan
gerakan tulang belakang. 

 Spondylolysis berpotensi untuk berkembang menjadi


spondylolisthesis
Definisi Spondylolisthesis

 Spondylolisthesis merupakan suatu pergeseran,


umumnya ke depan satu korpus vertebra bila
dibandingkan dengan vertebra lain yang terletak
dibawahnya.

 Merupakan kegagalan struktural dan fungsional


dari neural arch dan sendi facet.

 Sering terjadi pada vertebra L4-L5, dan L5-S1


karena proses degeneratif.
Anatomi
PARS
INTERARTICULARIS
LAMINA
Epidemiologi Spondylolysis

 Pada 95 % kasus, defek terjadi pada L5.


 Pria 2-4 kali lebih sering terkena daripada

wanita.
 Usia bisa terjadi pada anak-anak dengan usia

6 tahun persentasenya 4,4 %.


 Orang dengan spondylolysis, 30-50% akan

berkembang menjadi spondylolisthesis.


Epidemiologi Spondyolisthesis

 5-6% pada populasi laki-laki, 2-3% pada


wanita.
 82% isthmic spondylolisthesis terjadi di L5-

S1.
 11,3% terjadi di L4-L5
 Spondylolisthesis kongenital (tipe displastik)

terjadi 2 kali lebih sering pada perempuan


(14-21%).
Etiologi
 Spondylolysis
◦ Mikrofraktur yang berulang-ulang disebabkan oleh stress
fracture pada pars interartikularis.
◦ Hereditas.
◦ Olahraga ( base ball, foot ball, wrestling, gymnastic, tennis ).
◦ Pasien dengan spina bifida okulta.
 Spondylolysthesis
◦ Kongenital
◦ Lesi
◦ Degeneratif
◦ Trauma
◦ Patologik
Klasifikasi Spondylolisthesis

 Displastik
 Isthmus
 Degeneratif
 Traumatik
 Patologis
Derajat Keparahan
 Sistem grading Meyerding untuk menilai
pergeseran.
 Persentase sudut posisi (slip)posterior veterbral
body bagian atas dengan permukaan superior
dari Vetebral body bagian bawah

◦ Grade I :5%-25%
◦ Grade II: 26%-50%
◦ Grade III : 51%-75%
◦ Grade IV : >75%
◦ Grade V : dislokasi lengkap vertebra yang berdekatan.
Tipe I Spondylolisthesis Displastik

 Disebabkan kelainan kongenital pada


permukaan sacral superior dan permukaan L5
inferior, atau keduanya dengan pergeseran
vertebra L5.
Tipe II, Isthmic atau spondilolitik

 Lesi terletak pada bagian isthmus atau pars


interartikularis.
 Jika defeknya pada pars interartikularis tanpa

adanya pergeseran tulang disebut dengan


spondylolysis.
Tipe IIA Lytic atau Stress
Spondylolisthesis

 Umumnya diakibatkan oleh mikrofraktur


rekuren.
 Juga disebut stress fraktur pars

interartikukaris, dan paling sering terjadi


pada laki-laki.
Tipe IIB

 Umumnya diakibatkan oleh mikrofraktur pada


pars interartikularis.
 Pars interartikularis masih tetap intak akan

tetapi meregang dimana fraktur mengisinya


dengan tulang baru.
Tipe IIC

 Fraktur akut pada bagian pars interartikularis.


 Pencitraan radiosotope diperlukan dalam

menegakkan diagnosis kelainan ini.


Tipe III Spondylolisthesis Degeneratif

 Akibat degenerasi permukaan sendi lumbal


yang akan mengakibatkan pergeseran
vertebra ke depan atau ke belakang.
 Dijumpai pada orang tua.
 Spondylolisthesis degeneratif pergeseran

vertebra tidak melebihi 30%.


Tipe IV Spondylolisthesis Traumatik

 Berhubungan dengan fraktur akut pada


elemen posterior (pedikel, lamina, atau
permukaan/facet) dibandingkan dengan
fraktur pada bagian pars interartikularis.
Tipe V Spondylolisthesis Patologik

 Kelemahan struktur tulang sekunder akibat


proses penyakit seperti tumor atau penyakit
tulang lainnya.
Manifestasi Klinik

 Spondylolysis biasanya bersifat Asimptomatik. Namun


juga dapat bersifat Simptomatik seperti rasa nyeri saat
ekstensi dan atau rotasi pada lumbal spine, 25 % pada
penderita, simptomatik hanya terjadi kadang-kadang.
 Pada spondylolisthesis bervariasi bergantung pada

tipe pergeseran dan usia pasien.


 Berupa back pain yang biasanya menyebar ke paha

bagian dalam dan bokong, terutama selama aktivitas


tinggi.
 Nyeri menjalar ke tungkai bawah, bisa dikaitkan

dengan iritasi radiks saraf.


Keterbatasan
 Terbatasnya pergerakan tulang belakang.
 Kekakuan otot hamstring.
 Tidak dapat mengfleksikan panggul dengan

lutut yang berekstensi penuh.


 Hiperlordosis lumbal dan thorakalumbal.
 Hiperkifosis lumbosacral junction.
 Pemendekan badan jika terjadi pergeseran

komplit (spondiloptosis).
 Kesulitan berjalan.
Pemeriksaan fisik
 Pada inspeksi terdapat kelainan pola gait.
 Pada palpasi terdapat nyeri radikular pada
proscessus spinosus diatas slip (khas pada L4).
 Lumbar Tenderness dan ROM terbatas.
 Gangguan sensorik.
 Defisit neurologis dan hasil positif straight-leg
raising tests jarang ditemukan pada kasus
spondylolisthesis, termasuk kasus dengan sciatica.
 Ketika defisit neurologis ditemukan, biasanya
melibatkan akar L5, yang mengalami iritasi didalam
neuroforamina.
Studi Diagnostik
 Pada Lateral oblique radiograph dari
spondylolysis dapat ditemukan gambaran
klasik “collar on the Scottie dog” .
Axial computed tomography
 Defek Spondylolysis di L5
 Kurangnya cincin vertebra karena

spondylolysis bilateral.
Rekonstruksi sagital computed tomographic
image
 Defek pada pars interarticularis yang

memisahkan processus inferior articular dari


vertebra pada L5.
Magnetic resonance imaging(MRI)
Fungsi:
 mengidentifikasi edema sumsum tulang

pada early stress injury dari pars.


 menentukan kelas spondylolisthesis.
 memvisualisasikan neuroforamina.
Penatalaksanaan
Anak dan remaja :
 Rigid antilordotic thoracolumbosacral

orthosis bracing selama 23 jam sehari selama


6 bulan untuk mengurangi stres pada pars
interarticularis
 Kegiatan fisik sederhana sambil

menggunakan brace.
Dewasa :
 Edukasi
 Analgesik
 Obat anti inflamasi nonsteroid
 Diatermi (US, MWD, SWD)
 Olahraga
 Menghindari bedrest
 Cepat kembali ke beraktivitas
Rehabilitasi
 Terapi fisik :
◦ Fleksibilitas
◦ Kekuatan
◦ Ketahanan
◦ Toleransi nyeri
◦ Tingkat disabilitas.
 Peregangan :

◦ flexors pinggang
◦ hamstrings
◦ quadriceps
◦ otot gastrocnemius-soleus.
 Penguatan :

◦ Perut
◦ Otot punggung
Latihan
Diagnosis Banding

 Degenerative low back pain


 Lumbar disc herniation
 Discitis
 Lumbar radiculopathy
 Spinal stenosis
 Fraktur vertebra (kompresi, tumor, infeksi)
 Lumbar sprain atau strain
Tindakan Pembedahan

spondylolisthesis yang menyebabkan defisit


neurologis progresif
 kompresi cauda equina dengan kelemahan

kaki, gangguan sensorik, atau kandung


kemih atau inkontinensia usus, dan nyeri
punggung persisten dan berat, dan nyeri
tungkai meskipun telah dilakukan
pengobatan konservatif agresif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai