Anda di halaman 1dari 8

Memasang infus

1. informed consent kepada pasien.

2. Persiapkan alat dan bahan (Botol infus + Selang, IV Catheter dan torniquet & Alcohol swab).

3. Cuci tangan, Gunakan handscoon serta identifikasi vena.

4. Lakukan Tindakan septik-antiseptik pada area vena yang akan dipasang IV Catheter.

5. Tusukkan IV catheter kedalam vena menghadap ke arah jantung.

6. Lepaskan torniquet + jarum dan hubungkan dengan selang infus.

7. Tutup area yang ditusuk dengan plester.

8. Sesuaikan kecepatan infus dan bersihkan alat dan bahan.

Memasang kateter

1. Informed consent kepada pasien.

2. Persiapkan Urine Cathether, urine bag, jelly dan spuit 10 cc berisi aquadest

3. Cuci tangan dan gunakan handscoon steril

4. Lapisi Urine Cathether dengan jelly, lalu masukkan catheter kedalam urethra pasien.

5. Setelah masuk, pastikan urine keluar dan hubungkan ke urine bag.

6. Masukkan aquadest kedalam lubah pengisi aquadest.

7. Tarik hingga terdapat tahanan.

8. Bersihkan alat dan bahan.

Menolong partus normal

1. Memperkenalkan diri selaku petugas yang akan menolong pasien

2. Menjelaskan tentang diagnosis dan penanganan Kala II

3. Menjelaskan pula bahwa setiap tindakan medik mempunyai risiko baik yang telah diduga
sebelumnya maupun yang tidak

4. Memastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti semua aspek diatas
5. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan untuk melakukan
tindakan ini, memintakan persetujuan secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani formulir
yang telah disediakan

6. Memasukkan lembar Persetujuan Tindakan Medik yang telah diisi dan ditandatangani kedalam
catatan medik pasien

7. Siapkan peralatan (partus set, perlengkapan jahit episiotomi, cairan DTT dan alat resusitasi
untuk bayi), pasang alas bokong, pasang sarung tangan, perlengkapan pelindung diri dan persiapan
lingkungan untuk bayi.

8. Mencuci tangan dan lengan sampai siku dengan sabun dibawah air mengalir

9. Memakai baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker, kacamata pelindung, dan alas kaki/
sepatu

10. Memakai sarung tangan DTT/steril

11. Pasien dibaringkan dalam posisi litotomi, tangan memegang paha.

12. Melakukan asepsis daerah perut bawah, paha, vulva, perineum dan anus dengan larutan
antiseptik sebanyak 2 kali

13. Penolong berada didepan vulva ( posisi litotomi )

14. Saat crowning, pimpin ibu meneran sesuai datangnya his.

15. Melakukan episiotomi medialis/mediolateralis apabila diperlukan

16. Melahirkan kepala bayi secara Perasat RITGEN (Apabila pada saat his dan ibu mengejan ukuran
lingkar kepala di vulva 5 cm, dengan ditutup kain duk steril/DTT tangan kanan penolong menekan dagu
bayi kearah depan melalui perineum (kurang lebih setinggi tulang koksigeus )

Dengan menggunakan ibu jari II-IV disisi berlawanan, tangan kiri penolong mencengkram kepala bayi
bagian atas dan menarik kearah simfisis secara halus sampai lahir berturut-turut dahi, mata hidung,
mulut dan dagu

Membersihkan lendir dimulut dan hidung bayi.

17. Melahirkan kepala bayi dapat dilakukan secara Klasik sebagai berikut: Menggunakan ibu jari dan
jari II-III tangan kanan penolong yang ditutup kain duk steril/DTT menahan perineum dan menekan
kearah kranial .Tangan kiri penolong menahan defleksi kepala bayi, berturut-turut akan lahir dahi, mata,
hidung mulut dan dagu.

Membersihkan lendir di mulut dan hidung bayi


18. Lahir kepala bayi dengan tangan kiri memastikan leher bayi tidak dililit tali pusat. Lilitan tali
pusat negatif. Kemudian terjadi putar paksi luar (eksternal rotasi).

19. Pegang kepala bayi secara biparietal dan melahirkan bahu anterior, kemudian bahu posterior

20. Setelah bahu lahir kemudian tangan kanan berada di posterior kepala bayi untuk mengendalikan
kelahiran bayi dan tangan kiri menelusuri tubuh bayi dari arah anterior hingga kaki lahir dan menangkap
kedua kaki bayi di bagian mata kakinya. Baringkan bayi dihanduk/kain dekat perut ibunya sehingga
kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya kemudian bayi dikeringkan.

22. Pastikan tidak ada janin kedua.

23. Jepit tali pusat dengan jarak 3 cm dari pusat bayi, kemudian dengan klem kedua dijepit tali pusat
dengan jarak 2 cm dari jepitan pertama arah ibu. Lakukan desinfeksi pada tali pusat yang akan digunting,
kemudian potong dengan gunting tali pusat.

24. Kepala tampak crowning, membuka vulva 5-6 cm. Dilakukan manuver Ritgen, lahir hidup bayi
perempuan, BB 2800 gram, PB 46 cm,

A/S 8/9, Ballard Score 37-38 minggu.

24. Pastikan tidak ada janin kedua. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik di bagian paha.

25. Suntikkan oksitosin 10 unit secara intramuskular di bagian paha 1/3 atas distal lateral segera setelah
bayi lahir. Kemudian berdiri di samping kanan ibu.

26. Tali pusat yang di klem dilakukan pengurutan kearah ibu hingga jaraknya ± 5 cm dari vulva kemudian
ditekan dengan jari dan jepit dengan klem. Lakukan peregangan tali pusat terkendali.

27. Lakukan masase fundus uteri

28. Lihat tanda-tanda lepasnya plasenta: tali pusat bertambah panjang (+), ada semburan darah (+),
uterus berubah bentuk dari diskoid menjadi globuler (+)

29. melahirkan plasenta

30. Melahirkan plasenta dengan manuver brand-andrew: tangan kanan penolong memegang tali pusat
sedemikian rupa 5 cm di depan vulva, tangan kiri penolong mendorong uterus ke arah dorso-kranial

31. Setelah plasenta tampak di introitus vagina maka dengan kedua tangan memegang plasenta lakukan
putaran searah arah jarum jam dengan lembut hingga terlahir seluruhnya.

32. Memeriksa kelengkapan plasenta (kotiledon dan selaput amnion), dan memperhatikan ada tidaknya
kelainan plasenta.

33. Mengukur banyaknya darah yang keluar dengan menggunakan gelas ukur

34. Menilai adanya laserasi jalan lahir


35. melakukan perineorafi

Pemasangan NGT

1. Melakukan Informed Consent kepada pasien:

a. Menjelaskan indikasi pemasangan NGT sesuai dengan kondisi pasien

b. Prosedur pemasangan NGT.

c. Meminta persetujuan pasien.

2. Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pemasangan NGT.

3. Mencuci tangan dan memakai Personel Protective Equipment ( Handscoen).

4. Memposisikan pasien setengah duduk dengan kepala sedikit di tekuk ke depan (High Fowler) bila
pasien sadar.

5. Memposisikan pasien dalam posisi telentang jika pasien tidak sadar.

6. Melakukan pengukuran / perkiraan batas lambung dengan menggunakan NGT, yaitu

dari hidung ke telinga, lalu dari telinga ke processus xiphoideus. Menentukan batas panjang NGT yang
akan dimasukkan dengan melihat indikator yang pada NGT.

7. Mengoles NGT dengan K-Y Jelly.

8. Memasukkan NGT melalui hidung secara pelan-pelan sampai mencapai

lambung (sampai batas yang telah ditentukan sebelumnya) .

9. Menguji letak NGT apakah sudah sampai lambung dengan menggunakan metode

Whoosh tes :

a. Memasang membran stetoskop setinggi epigastrium kiri.

b. Melakukan aspirasi udara dengan spoit 10 cc.

c. Memasang spoit 10 cc yang telah berisi udara ke NGT.

d. Menyemprotkan udara yang berada di dalam spoit dengan cepat sambil

mendengarkan ada tidaknya suara “whoosh” pada stetoskop. Jika terdengar suara “whoosh” maka NGT
telah masuk ke dalam lambung. Jika tidak terdengar maka selang NGT dimasukkan/dikeluarkan
beberapa cm. Kemudian dilakukan pengulangan metode “whoosh” hingga terdengar suara pada
stetoskop.

10. Melakukan fiksasi NGT pada hidung dengan menggunakan plester.

11. Menyambungkan NGT dengan botol penampung.

12. Membuka dan membuang handschoen pada tempat sampah medis.

13. Melakukan cuci tangan.

1. Mengucapkan Salam dan memperkenalkan diri

2. Menganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi, atau jika tertusuk jarum maupun peralatan tajam
lainnya

3. Memastikan peralatan dan bahan yang digunakan untuk penjahitan dalam kondisi steril

II. INSPEKSI PERINEUM DAN JALAN LAHIR

1. Menilai kedalaman luka dan jaringan mana yang terluka

2. Mendekatkan tepi laserasi untuk menentukan cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah.

3. Memberikan anastesi local, pastikan obat anastesi sudah bekerja. Telusuri dengan hati hati
menggunakan satu jati untuk menentukan batas-batas luka

4. Membuat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laseri dibagian vagina.

5. Setelah membuat tusukan pertama, membuat ikatan dan potongpendek benang yang lebih pendek
dari ikatan.

6. Menutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, menjahit arah cincin himen.

7. Tepat sebelum cincin himen, memasukan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke bawah cincin himen
sampai jarum ada di bawah laserasi

8. Memeriksa bagian antara jarum di perineum dan bagian atas laserasi

9. Memperhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.

10. Meneruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai
bagian bawah laserasi.
11. Memastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit.

12. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua lapis jahitan
terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan dan/atau mendekatkan jaringan tubuh secara
efektif

13. Setelah mencapai ujung laserasi, mengarahkan jarum ke atas dan meneruskan penjahitan
menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler, jahitan ini akan menjadi jahitan lapis
kedua

14. Memeriksa lubang bekas jarum, di mana jahitan kedua akan meninggalkan luka yang tetap terbuka
berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka akan menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.

15. Menusukkan jarum dari robekan perinium ke dalam vagina, dimana jarum harus keluar dari belakang
cincin hymen

16. Mengikat benang dengan membuat simpul didalam vagina

17. Memotong ujung benang dan menyisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu
pendek, maka simpul akan longgar dan laserasi akan membuka

18. Mengulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa atau
peralatan yang tertinggal di dalam

19. Memasukkan jari yang paling kecil kedalam anus dengan lembut

Jika jahitan teraba, mengulangi pemeriksaan rektum 6 minggu pasca persalinan

Mencuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air disinfeksi tingkat tinggi

29. Mengeringkan daerah genital

30. Membantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman

IV. KONSELING

1. Jika penyembuhan belum sempurna (misalnya jika ada fistula rektovaginal atau jika ibu melaporkan
inkontinensia alvi atau feses), merujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan rujukan

Menasehati ibu :

a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering

b. Menghindari obatobat tradisional pada perineum

c. Mencuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali perhari
31. Kembali dalam seminggu untuk pemeriksaan penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali lebih awal
jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan berbau busuk dari lukanya atau jika daerah
tersebut menjadi lebih nyeri

32. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah selesai tindakan

MENJAHIT LUKA

1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan

2. Informed consent

3. Mencuci tangan dan keringkan

4. Memakai sarung tangan bersih.

5. Menyiapkan alat.

6. Membersihkan luka dengan cairan antiseptic

7. Mengganti sarung tangan dengan sarung tangan steril.

8. Melakukan anestesi Jaringan sekitar luka dengan lidocain2%

9. Petugas membersihkan luka dengan cairan normal saline (NaCl 0.9%)

10.Bila luka kotor dan dalam, petugas memggunakan larutan H2O2/perhidrol 10%.

11. Membuka jarum yang sudah terhubung dengan benang

12. Memegang jarum dengan menggunakan klem kemudian mulai menjahit luka

13. Jika luka dalam sampai jaringan otot, maka menjahit lapis demi lapis(jenis benang disesuaikan
dengan jaringan yang robek, contoh: catgut, chromic, side dll.

14. Mengikat benang dengan membentuk simpul

15. Memotong benang dan menyisakan sepanjang 1 mm (untuk jahitan dalam), 0.65 cm (jahitan luar)

16. Melanjutkan jahitan luka sampai luka tertutup

17. Mengoleskan normal salin/ desinfektan(betadine) pada jahitan

18. Menutup luka yang sudah dijahit dengan kasa steril

19. Memasang plester/hifafix

20 .Mengakhiri prosedur dengan baik.


21. Merapikan pasien dan menanyakan respons pasien terhadap tindakan yang kita lakukan.

22. Melepas sarung tangan dan memberisihkan alat.

23. Mencuci tangan.

Cross insisi

1. Mencuci tangan sebelum memeriksa pasien, keringkan.

2. Bersihkan luka dan sekitarnya seluas mungkin

3. Memakai handscoon

4. Disinfeksi luka dan sekitarnya seluas mungkin dengan larutan betadine/alcohol

5. Anestesi local sekitar luka

6. Insisi dengan menggunakan bisturi dengan arah sayatan silang.

7. Semprotkan H2O2 dengan menggunaan spuit kedalam luka.

8. Semprotkan NaCl dengan menggunakan spuit kedalam luka dan diulang 2-3kali

9. Semprotkan betadine dengan menggunakan spuit kedalam luka.

10. Tutup luka dengan kassa steril

11. Injeksi TT jika diperlukan

12. berikan AB dan edukasi kebersihan luka

Anda mungkin juga menyukai