PENDAHULUAN
dengan sacrum atau kadang hubungan dengan vertebra lainnya. Kelainan terjadi akibat hilangnya
kontinuitas pars intervertebralis sehingga menjadi kuran kuat untuk menahan pergeseran tulang
Gejalanya berupa nyeri pinggang yang semakin hebat bila berdiri, berjalan,atau berlari,
dan berkurang bila beristirahat. Biasanya otot biceps femur, semitendinosus, semimembranosus
dan grasilis tegang sehingga ekstensi tungkai terbatas. Foto rontgen memberikan gambaran yang
jelas menunjukkan kelainan vertebra. Kelainan ini mungkin tidak bergejala sehingga perlu
pemeriksaan klinis dan radiologis berkala. Adanya pergeseran yang progresif merupakan
indikasi untuk melakukan stabilisasi. Nyeri pinggang yangr ingan biasanya dapat diatasi dengan
mempersempit panggul dan tidak memungkinkan persalinan per vaginam (Samsuhidajat, dkk.,
2002).
Sedankan fraktur kompresi merupakan diskontinuitas dari jaringan tulang akibat dari
suatu penekanan atau tindihan yang melebihi kemampuan dari tulang tersebut.Fraktur kompresi
vertebra terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra dalam menopang beban tersebut,
seperti pada kasus terjadinya trauma. Pada osteoporosis, fraktur kompresi dapat terjadi gerakan
sederahana seperti terjatuh pada kamar mandi, bersin, atau mengangkat beban yang berat.
Fraktur kompresi vertebra merupakan jenis fraktur yang sering terjadi dan merupakan
masalah yang serius.Setiap tahun, sekitar 700.000 insidensi di Amerika Serikat, dimana
prevalensinya meningkat 25% pada wanita yang berumur diatas 50 tahun.Satu dari dua wanita
dan satu dari empat laki-laki berumur lebih dari 50 tahun menderita osteoporosis berhubungan
dengan fraktur. Insidensi fraktur kompresi vertebra meningkat secara progresif berdasarkan
semakin bertambahnya usia, dan prevalensinya sama antara laki-laki (21,5%) dan wanita
(23,5%), yang diukur berdasarkan suatu studi pemeriksaan radiologi. Meskipun hanya sekitar
sepertiga menunjukkan gejala akut, awalnya semua berhubungan dengan angka yang signifikan
Penderita fraktur kompresi vertebra dapat mengalami penurunan kualitas hidup yang
berhubungan dengan kesehatan berdasarkan fungsi fisik, status emosi, gejala klinis, dan
TINJAUAN PUSTAKA
Vertebra adalah pilar yang berfungsi sebagai penyangga tubuh dan melindungi
medulla spinalis. Pilar itu terdiri atas 33 ruas tulang belakang yang tersusun secara
segmentel yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal (vertebra servikalis), 12 ruas tulang
torakal (vertebra torakalis), 5 ruas tulang lumbal (vertebra lumbalis), 5 ruas tulang sacral
yang menyatu (vertebra sacral), dan 4 ruas tulang ekor (vertebra koksigea).
samping, pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosis di daerah servikal dan
memungkinkan gerakan antar korpus ruas tulang belakang.Lingkup gerak sendi pada
vertebra servikal adalah yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerak sedikit karena
adanya tulang rusuk yang membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal mempunyai
ruang lingkup gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya
semakin kecil.
b) Elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri atas lamina, pedikel,
Setiap ruas tulang belakang terdiri atas korpus di depan dan arkus neuralis di
belakang yang di situ terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasang lamina, 2 pedikel,
mempunyai bentuk khusus, misalnya tulang servikal pertama yang disebut atlas dan ruas
servikal kedua yang disebut odontoid. Kanalis spinalis terbentuk antara korpus di bagian
depan dan arkus neuralis di bagian belakang. Kanalis spinalis ini di daerah servikal
berbentuk segitiga datar dan lebar, sedangkan di daerah torakal berbentuk bulat dan kecil.
Bagian lain yang menyokong kekompakan ruas tulang belakang adalah komponen jaringan
lunak yaitu ligamentun longitudinal anterior, ligamentun longitudinal posterior, ligamentun
Stabilitas tulang belakang disusun oleh dua komponen, yaitu komponen tulang dan
komponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan tiga pilar. Pertama yaitu
satu tiang atau kolom di depan yang terdiri atas korpus serta diskus intervertebralis. Kedua
dan ketiga yaitu kolom di belakang kanan dan kiri yang terdiri atas rangkaian sendi
intervertebralis lateralis. Tulang belakang dikatakan tidak stabil, bila kolom vertical
Medulla spinalis berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa saraf yang
menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh.Semakin tinggi
kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yang diakibatkan.Missal, jika
kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di
bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah
dan tidak terdapat sensasi di bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sacral
Gambar Otot yang memproduksi gerakan dari sendi intervertebrata torakal dan lumbal
2.2 SPONDILOLISTESIS
2.2.1 Definisi
Kata spondylolisthesis berasal dari bahsa Yunani yang terdiri atas kata
spondylo yang berarti tulang belakang (vertebra) dan listhesis yang berarti
kedepan) terhadap korpus vertebra yang terletak dibawahnya. Umumnya terjadi pada
pertemuan lumbosacral (lumbosacral joints) dimana L5 bergeser (slip) diatas S1, akan
tetapi hal tersebut dapat terjadi pula pada tingkat vertebra yang lebih tinggi (Voshoor,
dkk, 2013).
tampak pada spondilolistesis tipe 1 dan 2, dan postur, gravitasi, tekanan rotasional
dan stres/ tekanan konsentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan penting dalam
b. Tipe II, istmhik atau spondilolitik, dimana lesi terletak pada bagian isthmus atau
individu di bawah 50 tahun. Jika defeknya pada pars interartikularis tanpa adanya
pergeseran tulang, keadaan ini disebut dengan spondilolisis. Jika satu vertebra
mengalami pergeseran kedepan dari vertebra yang lain, kelainan ini disebut
Tipe IIB umumnya juga terjadi akibat mikro-fraktur pada pars interartikularis.
tetap intak, akan tetapi meregang dimana fraktur mengisinya dengan tulang
baru(Salter, 2013).
Tipe IIC sangat jarang terjadi dan disebabkan oleh fraktur akut pada bagian
spondilolistesis ini sering dijumpai pada orang tua. Pada tipe III, spondilolistesis
sekunder akibat proses penyakit seperti tumor atau penyakit tulang lainnya
(Salter, 2013).
2.2.3 Patofisiologi
mempunyai patologi yang berbeda. Tipe tersebut antara lain tipe displastik, isthmic,
permukaan sendi yang kecil dan inkompeten. Spondilolistesis displastik sangat jarang
terjadi, akan tetapi cenderung berkembang secara progresif, dan sering berhubungan
dengan deficit neurologis berat. Sangat sulit diterapi karena bagian elemen posterior
permukaan kecil untuk fusi pada bagian posterolateral (Vokshoor, dkk., 2013).
sacrum bagian atas atau L5. Pada tipe ini, 95 % kasus berhubungan dengan spina
bifida occulta. Terjaid kompresi serabut saraf pada foramen S1, meskipun
biasanya didapatkan pada usia 6-16 tahun, dan pergeseran tersebut sering lebih cepat.
tingkat rendah (low grade : kurang dari 50 % yang mengalami pergeseran) dan sekitar
dkk., 2013).
pengukuran jarak dari pinggir posterior korpus vertebra superior hingga pinggir
posterior korpus vertebra inferior yang terletak berdekatan dengannya pada foto
rontgen lateral. Jarak tersebut kemudian dilaporkan sebagai panjang korpus vertebra
akan menyebabkan tekanan yang besar pada pars interartikularis. Lordosis lumbal
dan tekanan rotasional dipercaya berperan penting dalam perkembangan defek litik
pada pars interartikularis dan kelemahan pars interartikularis pada pasien muda.
diskus degenerative atau facet arthropaty. Proses tersebut dikenal dengan spondilosis.
tersebut. Umumnya terjadi pada L4-5, dan wanita usia tua yang umumnya terkena.
Cabang saraf L5 biasanya terkena akibat stenosis resesus lateralis sebagai akibat
Pada Tipe traumatic, banyak bagian arkus neural yang terkena / mengalami
patologis terjadi akibat penyakit yang mengenai tulang, atau berasal dari metastasis
tuberculosis tulang, Giant cell Tumor dan metastasis tumor (Salter, 2013).
pergeseran dan usia pasien. Selama masa awal kehidupan, gambaran klinisnya berupa
low back pain yang biasanya menyebar ke paha bagian dalam dan bokong, terutama
sensoris, motoric dan perubahan reflex akibat dari pergeseran serabut saraf.
Progresifitas listesis pada individu dewasa muda biasanya terjadi bilateral dan
neurogenic atau gabungan beberapa gejala tersebut. Pergeseran tersebut paling sering
terjadi pada L4-5 dan jarang terjadi L3-4. Gejala radikuler sering terjadi akibat
stenosis resesus lateralis dan hipertrofi ligamen atau herniasi diskus. Cabang akar
saraf L5 sering terkena dan menyebabkan kelemahan otot ekstensor halluces longus.
tekanan pada cabang akar saraf, sehingga mengurangi nyeri yang timbul (Vokshoor,
dkk., 2013).
2.2.5 Diagnosis
a. Gambaran Klinis
Nyeri punggung (back pain) pada regio yang terkena merupakan gejala
membuat nyeri makin bertambah buruk dan istirahat akan dapat menguranginya.
Spasme otot dan kekakuan dalam pergerakan tulang belakang merupakan ciri
yang spesifik. Gejala neurologis seperti nyeri pada bokong dan otot hamstring
tidak sering terjadi kecuali jika terdapatnya bukti subluksasi vertebra. Keadaan
umum pasien biasanya baik dan masalah tulang belakang umumnya tidak
b. Pemeriksaan Fisik
Pergerakan tulang belakang berkurang karena nyeri dan terdapatnya spasme otot.
Penyangga badan kadang-kadang memberikan rasa nyeri pada pasien, dan nyeri
nyeri tampak pada beberapa segmen distal dari level/tingkat dimana lesi mulai
timbul. Ketika pasien dalam posisi telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan,
perasaan tidak nyaman atau nyeri dapat diidentifikasi ketika palpasi dilakukan
secara langsung diatas defek pada tulang belakang. Nyeri dan kekakuan otot
adalah hal yang sering dijumpai. Pada banyak pasien, lokalisasi nyeri disekitar
defek dapat sangat mudah diketahui bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan
meletakkan kaki mereka keatas seperti posisi fetus. Defek dapat diketahui pada
pada pasien dengan sindrom cauda equine yang berhubungan dengan lesi derajat
c. Pemeriksaan Radiologis
dan oblique adalah modalitas standard dan posisi lateral persendian lumbosacral
mengidentifikasi defek pada pars interartikularis, karena defek lebih terbuka pada
posisi tersebut dibandingkan bila pasien berada dalam posisi berdiri. Pada
beberapa kasus tertentu studi pencitraan seperti bone scan atau CT scan
interartikularis sangat mudah terlihat dengan CT scan. Bone scan (SPECT scan)
interartikularis yang tidak terlihat baik dengan foto polos. Scan positif
menunjukkan bahwa proses penyembuhan tulang telah dimulai, akan tetapi tidak
menggambarkan abnormalitas pada tulang dengan baik, akan tetapi MRI sekarang
lebih sering digunakan karena selain dapat mengidentifikasi tulang juga dapat
mengidentifikasi jaringan lunak (diskus, kanal dan anatomi serabut saraf ) lebih
2.3.1 Definisi
Fraktur kompresi adalah diskontinuitas dari jaringan tulang akibat dari suatu
kompresi vertebra terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra dalam
menopang beban tersebut, seperti pada kasus terjadinya trauma. Pada osteoporosis,
fraktur kompresi dapat terjadi gerakan sederahana seperti terjatuh pada kamar mandi,
Adanya kompresi pada bagian depan corpus vertebralis yang tertekan dan
mempengaruhi kolumna vertebra. Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh
osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat lain ke vertebra kemudian
membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya mudah mengalami
fraktur kompresi.
2.3.2 Epidemiologi
Fraktur kompresi vertebra merupakan jenis fraktur yang sering terjadi dan
Serikat, dimana prevalensinya meningkat 25% pada wanita yang berumur diatas 50
tahun.Satu dari dua wanita dan satu dari empat laki-laki berumur lebih dari 50 tahun
menderita osteoporosis berhubungan dengan fraktur. Insidensi fraktur kompresi
prevalensinya sama antara laki-laki (21,5%) dan wanita (23,5%), yang diukur
2.3.3 Etiologi
2.3.3.1 Trauma
dibawah 50 tahun, oleh karena itu fraktur yang terjadi pada laki-laki daripada
perempuan sampai usia 60 tahun. Contoh fraktur yang terjadi akibat trauma
terkompresi tetapi ligament posterior tetap utuh dan fraktur biasanya bersifat
stabil.
tahun.
2.3.3.3 Keganasan
limpoma atau metastasis keganasan lain atau adanya infeksi juga ikut
berperan. Fraktur kompresi vertebra terjadi pada 50% sampai 70% pasien
normal berdasarkan usia. Pada kasus ini penyebab sekunder dari kehilangan
leher.Ligament anterior dan diskus dapat rusak atau arkus saraf mungkin
mengalami fraktur. Cedera ini stabil karena tidak merusak ligament posterior.
2.3.4.2 Fleksi
Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra.
Vertebra akan mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligament
posterior. Jika ligament posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil.
vertebra, dengan kekuatan yang lebih besar, bahan diskus didorong masuk ke
tulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis spinalis dan inilah yang
2.3.4.5 Rotasi-fleksi
kemudian dapat robek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau bagian
atas dari satu vertebra dapat terpotong. Akibat dari mekanisme ini adalah
pergeseran atau dislokasi ke depan pada vertebra di atas, dengan atau tanpa
kerusakan tulang.
Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah dapat
2.3.5 Klasifikasi
spinal torakolumbal, namun dapat juga diaplikasikan pada tulang belakang dibawah
servikal karena secara umum anatomi tulang belakang mirip dengan vertebra torakal
dan lumbal.
injuries posterior
posterior
Denis membagi vertebra menjadi tiga kolum. Ketidak stabilan terjadi jika
cedera terkena dua kolum yang berlanjut, contoh kolum cedera terkena kolum
anterior dan medial atau medial dan posterior. Tiga kolum tersebut yaitu:
Kolum anterior:
Kolum medial:
Kolum posterior:
Pedikel
Ligamentum flavum
akut. cedera tulang belakang mayor diklasifikasikan ke dalam empat kategori, semua
didefinisikan dalam hal tingkat keterlibatan masing-masing dari tiga kolom, yaitu:
compression, burst, seat-belt-type, dan fraktur tipe fracture-dislocation. Setiap jenis
fraktur juga dapat dibagi beberapa subclass berdasarkan tingkat keparahan kerusakan.
Fraktur kompresi, adalah fraktur akibat kompresi dan terdapat fraktur dari
kolomanterior. Kolom tengah utuh dan bertindak sebagai engsel. Mungkin terdapat
cedera parsial dari kolom posterior, yang menunjukkan kekuatan ketegangan di tingkat
itu. kolom tengah yang kompeten mencegah fraktur dari subluksasi atau kompresi
elemen saraf oleh retropulsion fragmen dari dinding posterior ke kanal. Empat subtipe
Jenis D - tekuk dari korteks anterior dengan kedua end plates utuh.
Burst fraktur, terjadi akibat beban aksial dari kedua kolum yaitu kolum anterior
dan kolom tengah yang berasal di tingkat satu atau kedua ujung-piring dari vertebra
Jenis D: rotasi burst. fraktur ini bisa salah didiagnosis sebagai fraktur-
dislokasi.Mekanisme cedera ini adalah kombinasi dari beban aksial dan rotasi.
Jenis E: Burst fleksi lateral. Jenis fraktur berbeda dari fraktur kompresi lateral yang
radiologis.
Fraktur seat-belt-type, kedua posterior dan kolom tengah gagal karena hiper-
fleksi dan akibat adanya tegangan. Bagian anterior dari kolom anterior sebagian
mungkin rusak di bawah kompresi, tapi masih berfungsi seperti engsel. Tidak ada
subluksasi, dan tulang belakang adalah utamanya tidak stabil jika dalam posisi fleksi.
Cedera satu tingkat: Ini hadir sebagai fraktur sederhana melalui tulang, atau
intervertebralis.
Cedera dua tingkat: Kolom tengah pecah baik melalui tulang atau disk. Pola
cedera ini sebanding dengan kondisi yang disajikan dalam fraktur hangmans.
ketegangan, rotasi, atau geser. Hal ini mirip dengan kursi-belt-jenis cedera. Namun,
engsel anterior juga terganggu dan beberapa derajat dislokasi hadir. Ada tiga subtipe
Gambar fraktur dislokasi. Dari kiri ke kanan, tipe flexion-rotation tipe flexion-distraction
Segmen korda lumbal petama pada orang dewasa berada pada tingkat
sacral, disertai paralisis tungkai bawah dan visera. Akar toraks bagian bawah
vertebra T1 dan L1, dan meruncing pada ruang di antara vertebra Li dan
L2.Akar saraf L2 sampai S4 muncul dari konus medularis dan beraturan turun
dalam suatu kelompok (cauda equine) untuk muncul pada tingkat yang
berurutan pada spina lumbosacral. Karena itu, cedera spina di atas vertebra
T10 dapat menyebabkan transeksi korda, cedera di antra T10 dan L1 dapat
menyebabkan lesi korda dan lesi akar saraf, dan cedera di bawah vertebra L1
belakang paha dan tungkai bawah, dan dua pertiga sebelah luar telapak
kaki.
kaki.
c) Refleks anal dan penis, respons plantar dan refleks pergelangan kaki
pengendalian kencing.
a) Sensasi pada seluruh tungkai bawah selain bagian yang dipasok oleh
segmen sakral.
untuk membedakan antara transeksi korda tanpa kerusakan akar saraf dan
transeksi korda dengan kerusakan akar saraf. Pasien tanpa kerusakan akar
refleks anal (tidak lebih dari 24 jam pertama) diagnosis tidak dapat
ditegakkan dan jika refleks anal pulih kembali dan deficit saraf terus
berlanjut, lesi korda bersifat lengkap. Setiap lesi korda lengkap yang
bawah vertebra T 10, diskrepansi antara tingkat neurologic dan tingkat rangka
adalah akibat traseksi akar yang turun dari segmen yang lebih tinggi dari lesi
korda.
Sindrom Deskripsi
normal
1. Klasifikasi Frankel
Grade Description
Pada sebagian besar kasus, pasien tidak menceritakan adanya trauma yang
anak kecil dari tempat tidur, atau gerakan melenturkan badan secara berlebihan.
Trauma dengan energy yang besar biasanya ditemukan pada pasien berusia muda,
fraktur terasa nyeri, biasanya dirasakan seperti rasa nyeri yang dalam pada sisi
menunjukkan miolopatik fraktur dengan tanda dan gejala nyeri radikuller yang
nyata.Rasa nyeri pada fraktur disebabkan oleh banyak gerak, dan pasien biasanya
abdomen seperti rasa perut tertekan, rasa cepat kenyang, anoreksia, dan penurunan
kapasitas paru.
2.3.8.1 Biomekanik
seperti rasa cepat kenyang dan tekanan abdomen. Pada beberapa pasien yang
yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan terutama pada pasien yang
dalam setahun.
2.3.8.2 Fungsional
Penelitian terbaru pada pasien-pasien ini memiliki nilai yang rendah pada
fungsi fisik, status emosi, gejala klinis, dan keseluhuran performa fungsional.
Oleh karena itu, banyak pasien yang mengalami fraktur kompresi vertebra
akan menjadi tidak aktif, dengan berbagai alas an antara lain rasa nyeri akan
berkurang dengan terlentang, takut jatuh sehingga terjadi patah tulang lagi.
sehari-hari.
2.3.8.3 Psikologis
Kejadian depresi meningkat pada pasien yang menderita fraktur
dalam kemampuan merawat diri sendiri, dan akibat bedrest yang lama. Pasien
yang mengalami depresi biasanya yang mengalami lebih dari satu fraktur dan
2.3.9 Diagnosis
kompresi vertebra dapat terjadi mulai dari oksiput sampai dengan sacrum,
kompresi vertebra.
vertebra.
Spasme otot atau kekakuan otot dapat terjadi sebagai akibat dari
vertebra.
2.3.9.2 Radiologi
adalah L4.
Gambar Rontgen fraktur kompresi vertebra
2.3.9.2.3 CT Scan
digambarkan.
Gambar CT Scan fraktur kompresi vertebra
2.3.9.2.5 Scintigraphy
LAPORAN KASUS
Usia : 24 th
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Ruangan : ICU
Anamnesis
Seorang pasien laki-laki usia 24 tahun datang dibawa oleh keluarga ke RSI
Sultan agung dengan kondisi tidak sadarkan diri. Sebelumnya pasien muntah dan kejang
kejang setelah meminum alkohol. Saat kejang pasien terjatuh kemudian tidak sadarkan diri.
Hipertensi (-)
alergi (-)
asma (-)
Kesadaran : GCSE1M3V1
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,70C
Berat badan : 60 kg
Status generalis
Kulit : sawo matang, tidak pucat
Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor 2 mm, refleks
Paru : pernapasan simetris saat statis dan dinamis, ada napas cuping hidung,
adapenggunaan otot bantu napas, suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-), wheezing (-).
Jantung :
sinistra
Abdomen :
Palpasi : supel, nyeri tekan (-),ballotemen ginjal kanan (+) kiri (+),lien dan
Perkusi : timpani, pekak alih (-), pekak sisi (-) normal, nyeri ketok
costovertebra (+/+)
3.4 Diagnosis
3.5 PemeriksaanPenunjang
3.5.1.3 Kesan
BAB IV
PEMBAHASAN
Di dalam kasus ini didapatkan pasien seorang laki-laki usia 24 tahun dibawa oleh
keluarga ke RSI Sultan agung dengan kondisi tidak sadarkan diri.Sebelumnya pasien muntah dan
kejang kejang setelah meminum alkohol. Saat kejang pasien terjatuh kemudian tidak sadarkan
diri. Untuk melakukan penanganan lebih lanjut perlu diketahui penyebabnya, maka pasien perlu
Dari hasil pemeriksaan CT-scan didapatkan gambaran berupa lesi hiperdens intrasulci
lesi hiperdens bentuk semilunar di region frontoparietal kiri yang menunjukkan perdarahan
subdural akut di regio frontoparietal kiri. Belum tampak tanda-tanda peningktan tekanan
intracranial yang berupa midline shifting, penyempitan ventrikel,sulci, fissure, cysterna. Tampak
air fluid level di sinus maksilaris kiri pada potongan SPN yang dicurigai hematosinus di sinus
maksilaris kiri. Tiak tampak discontinuitas os. Cranium maupun fraktur os. Cranium.
BAB V
KESIMPULAN
yang menunjukkan perdarahan subarachnoid. Tampak lesi hiperdens bentuk semilunar di region
frontoparietal kiri yang menunjukkan perdarahan subdural. Gambaran pada potongan sinus
paranasal tampak air fluid level di sinus maksilaris kiri yang menunjukkan adanya hematosinus.