NEONATUS INFECTION
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Di RSUD dr.Soedjati Purwodadi
Disusun oleh:
Wimbi Kartika Ratnasari
(01.211.6552)
Pembimbing:
dr. Kurnia Dwi Astuti, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Usia
: 2 hari
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Tn. N.H.
Tanggal dirawat
: 20 Mei 2016
Ruang perawatan
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 20 Mei 2016 dengan Ibu pasien dan
didukung dengan catatan medis.
Keluhan utama: bayi demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD RSUD dr. Soedjati rujukan dari Puskesmas dengan
keluhan panas sejak kemarin siang disertai dengan malas menetek. Ibu mengaku
tidak ada kelainan selama kehamilan, waktu persalinan dan setelah bayi lahir.
Enam jam setelah lahir pasien dan ibunya diijinkan pulang dan di nasehati agar
sering dijemur pagi dan sering diberi ASI.
Ibu mengeluhkan bahwa tubuh bayi demam sejak kemarin siang disertai
malas menetek. Menangis kurang kuat, gerak kurang aktif, BAK (+) warna kuning
bening, BAB (+) warna kecoklatan, lunak, perut kembung (-), kejang (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu belum dapat dinilai.
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi
: (-)
Diabetes Mellitus
: (-)
Riwayat asma
: (-)
Penyakit jantung
: (-)
Penyakit ginjal
: (-)
Alergi
: (-)
Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan
dengan penyakit sekarang
2
BMK
SMK
KMK
Pertumbuhan
- Berat badan lahir
- Berat badan saat ini
- Panjang badan
- Lingkar kepala
- Lingkar dada
- Lingkar lengan
: 2800 gram
: 2800 gram
: 49 cm
: 32 cm
: 31 cm
: 11 cm
Perkembangan :
Maturitas Fisik
Maturitas Neuromuskular
Kesan
Riwayat Imunisasi
BCG
:5
Polio
:-
DPT
:-
HIB
:-
Campak
:-
Hepatitis B
:-
: - mmHg
: 152 x/menit
: 38,30C
: 48 x/menit
a. Status Gizi
BB
: 3000 gram
PB
: 47 cm
(-),
palatoschizis (-)
Leher
:
pembesaran KGB (-), trachea terdorong (-)
Paru-paru
- Inspeksi
Hemithorax
dextra
Superior
-/-/-/< 2/ < 2
-
Inferior
-/-/-/< 2/ < 2
-
Kulit
Lanugo (-), sianotik (-), pucat (-), ikterik (+), sklerema (-)
dan
Refleks primitive
Refleks rooting
Refleks moro
Refleks palmar graps
Refleks plantar graps
: (+)
: (+)
: (+)
: (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
19 Mei 2016
Bilirubin Total
: 13,1
Bilirubin Direk
: 0,6
Bilirubin Indirek
: 12,5
Kesan
: hiperbilirubinemia
21 Mei 2016
Bilirubin Total
: 7,8
Bilirubin Direk
: 0,4
Bilirubin Indirek
: 7,4
Kesan
: bilirubin dbn
E. DAFTAR MASALAH
- Sklera ikterik
- Kreamer III
- Hiperbilirubinemia
F. DIAGNOSIS BANDING
- Neonatal jaundice fisiologis
- Neonatal jaundice non fisiologis
- Inkopabilitas darah (Rh, ABO)
- Sferositosis
- Anemia Hemolitik non sferositosis (Defisiensi 6 GDP)
G. DIAGNOSIS SEMENTARA
- Neonatal jaundice non fisiologis
H. DIAGNOSIS SEKUNDER
- Neonatus aterm
I. INITIAL PLANNING
Initial Plan Diagnosis:
-
Uji Coombs
Netek ASI (pemberian ASI, yang lebih sering : 10-12 kali / hari)
Fototerapi 72 jam.
Menjelaskan pemberian ASI yang benar dan cara menyusui yang benar
Mengajari ibu untuk menilai ikterus dan beri nasehat pada ibu untuk
kembali bila terjadi ikterus lagi
J. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
10
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
11
TINJAUAN PUSTAKA
Neonatal Jaundice
Neonatal Jaundice atau Ikterus pada bayi yang baru lahir atau yang dikenal
dengan istilah ikterus neonatarum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai
oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Bilirubin yang berlebih pada darah disebut juga
hiperbilirubinemia,
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin serum total 5
mg/dL (86 mol/L). Ikterus atau jaundice adalah warna kuning pada kulit,
konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin tak terkonjugasi pada
jaringan. Ikterus pada neonatus akan terlihat bila kadar bilirubin serum >5 mg/dL.
Istilah hiperbilirubinemia sering disalah artikan sebagai ikterus berat yang
membutuhkan
terapi
segera.
Sesungguhnya,
hiperbilirubinemia
dan
12
bilirubin naik perlahan tetapi dengan kadar puncak lebih tinggi, serta
memerlukan waktu lebih lama untuk menghilang, mencapai 2 minggu. Kadar
bilirubin pada neonatus prematur dapat mencapai 10-12 mg/dL pada hari ke-5
dan masih dapat naik menjadi >15 mg/dL tanpa adanya kelainan tertentu.
Kadar bilirubin akan mencapai <2 mg/dL setelah usia 1 bulan, baik pada bayi
cukup bulan maupun prematur. Hiperbilirubinemia fisiologis dapat disebabkan
beberapa mekanisme:
a. Peningkatan produksi bilirubin, yang disebabkan oleh:
- Masa hidup eritrosit yang lebih singkat
- Peningkatan eritropoiesis inefektif
b. Peningkatan sirkulasi enterohepatik
c. Defek uptake bilirubin oleh hati
d. Defek konjugasi karena aktivitas uridin difosfat glukuronil transferase
(UDPG-T) yang rendah
e. Penurunan ekskresi hepatik
2. Hiperbilirubinemia nonfisiologis
Keadaan di bawah ini menandakan kemungkinan hiperbilirubinemia
nonfisiologis dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut:
- Awitan ikterus sebelum usia 24 jam
- Peningkatan bilirubin serum yang membutuhkan fototerapi (lihat Diagram
-
1)
Peningkatan bilirubin serum >5 mg/dL/24 jam
Kadar bilirubin terkonjugasi >2 mg/dL
Bayi menunjukkan tanda sakit (muntah, letargi, kesulitan minum,
Diagnosis
Anamnesis
- Riwayat keluarga ikterus, anemia, splenektomi, sferositosis, defisiensi glukosa
-
hati,
menandakan
kemungkinan
penyakit Gilbert, sindrom Crigler-Najjar tipe 1 dan II, atau fibrosis kistik
Riwayat saudara dengan ikterus atau anemia, mengarahkan pada kemungkinan
13
direk berkepanjangan.
Pemberian air susu ibu (ASI). Harus dibedakan antara breast-milk jaundice
dan breastfeeding jaundice.
a. Breastfeeding jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh kekurangan
asupan ASI. Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu produksi
ASI belum banyak. Untuk neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
(bukan bayi berat lahir rendah), hal ini tidak perlu dikhawatirkan, karena
bayi dibekali cadangan lemak coklat, glikogen, dan cairan yang dapat
mempertahankan metabolisme selama 72 jam. Walaupun demikian
keadaan ini dapat memicu terjadinya hiperbilirubinemia, yang disebabkan
peningkatan sirkulasi enterohepatik akibat kurangnya asupan ASI. Ikterus
pada bayi ini tidak selalu disebabkan oleh breastfeeding jaundice, karena
dapat saja merupakan hiperbilirubinemia fisiologis.
b. Breast-milk jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh air susu ibu
(ASI). Insidens pada bayi cukup bulan berkisar 2-4%. Pada sebagian besar
bayi, kadar bilirubin turun pada hari ke-4, tetapi pada breast-milk
jaundice, bilirubin terus naik, bahkan dapat mencapai 20-30 mg/dL pada
usia 14 hari. Bila ASI dihentikan, bilirubin akan turun secara drastis dalam
48 jam. Bila ASI diberikan kembali, maka bilirubin akan kembali naik
tetapi umumnya tidak akan setinggi sebelumnya. Bayi menunjukkan
pertambahan berat badan yang baik, fungsi hati normal, dan tidak terdapat
bukti hemolisis. Breast-milk jaundice dapat berulang (70%) pada
kehamilan berikutnya. Mekanisme sesungguhnya yang menyebabkan
breast-milk jaundice belum diketahui, tetapi diduga timbul akibat
terhambatnya uridine diphosphoglucuronic acid glucuronyl transferase
14
(UDGPA) oleh hasil metabolisme progesteron, yaitu pregnane-3-alpha 2beta-diol yang ada di dalam ASI sebagian ibu.
Pemeriksaan Fisik
Ikterus dapat dideteksi secara klinis dengan cara mengobservasi warna
kulit setelah dilakukan penekanan menggunakan jari. Pemeriksaan terbaik
dilakukan menggunakan cahaya matahari. Ikterus dimulai dari kepala dan meluas
secara sefalokaudal. Walaupun demikian inspeksi visual tidak dapat dijadikan
indikator yang andal untuk memprediksi kadar bilirubin serum.
Hal-hal yang harus dicari pada pemeriksaan fisis:
- Prematuritas
- Kecil masa kehamilan, kemungkinan berhubungan dengan polisitemia.
- Tanda infeksi intrauterin, misalnya mikrosefali, kecil masa kehamilan
- Perdarahan ekstravaskular, misalnya memar, sefalhematom
- Pucat, berhubungan dengan anemia hemolitik atau kehilangan darah
-
ekstravaskular
Petekie, berkaitan dengan infeksi kongenital, sepsis, atau eritroblastosis
Hepatosplenomegali, berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital,
Pemeriksaan Penunjang
- Bilirubin serum total. Bilirubin serum direk dianjurkan untuk diperiksa bila
-
ikterus menetap sampai usia >2 minggu atau dicurigai adanya kolestasis.
Darah perifer lengkap dan gambaran apusan darah tepi untuk melihat
morfologi eritrosit dan ada tidaknya hemolisis. Bila fasilitas tersedia, lengkapi
Penatalaksanaan
15
Penatalaksanaan
pada
bagian
ini
adalah
penatalaksanaan
untuk
payudara.
Pemeriksaan komponen ASI dilakukan bila hiperbilirubinemia menetap >6
hari, kadar bilirubin >20 mg/dL, atau riwayat terjadi breastfeeding
16
Diagram 1. Panduan terapi sinar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu.
Sumber: dimodifikasi dari AAP. Management of hyperbilirubinemia in the
newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics. 2004;114:297-316
Keterangan
- Bilirubin yang digunakan adalah bilirubin serum total. Jangan menggunakan
nilai bilirubin tak terkonjugasi ataupun bilirubin terkonjugasi.
17
kadar bilirubin serum total yang lebih tinggi dari cut-off point.
Pada kadar bilirubin serum total lebih rendah 2-3 mg/dL dari cut-off point,
dapat dipertimbangkan terapi sinar konvensional di rumah. Namun, terapi
sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi yang memiliki faktor risiko.
Diagram 2. Panduan transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu.
Sumber: dimodifikasi dari AAP. Management of hyperbilirubinemia in the
newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics. 2004;114:297-316
Keterangan:
- Transfusi tukar segera direkomendasikan untuk bayi yang menunjukkan tanda
ensefalopati bilirubin akut (hipertoni, arching, retrocollis, opistotonus,
demam, high pitched cry) atau bila bilirubin serum total 5 mg/dL di atas garis
-
yang ditentukan.
Faktor risiko: penyakit hemolitik isoimun, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi,
18
dengan memeriksa kadar bilirubin serum total atau pengkajian terhadap faktor
risiko secara klinis (lihat Tabel 2). Dengan memeriksa bilirubin serum total
dan memplot hasilnya pada nomogram, kita dapat mengetahui apakah bayi
berada pada zona risiko rendah, menengah, atau tinggi untuk terjadinya
hiperbilirubinemia berat (Diagram 3). Studi terbaru menyatakan bahwa
kombinasi kadar bilirubin sebelum dipulangkan dan usia gestasi merupakan
-
19
20
Daftar Pustaka
1. Martin CR, Cloherty J. Neonatal hyperbilirubinemia. Cloherty JP, Eichenwald
EC, Stark AR, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi ke-6. Philadelphia:
Lippincot Williams & Wilkins;2008. h.185-221.
2. American Academy of Pediatrics, Subcommittee on Hyperbilirubinemia.
Management of hyper- bilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks
of gestation. Pediatrics. 2004;114:297316.
3. Porter ML, Dennis BL. Hyperbilirubinemia in the term newborn. Am Fam
Physician. 2002;65:599- 606.
4. American Academy of Pediatrics. Practice Parameter: Management of
hyperbilirubinemia in the healthy term newborn. Pediatrics. 1994;94;558-65.
5. Gomella TL, Cunningham D, Eyal FG. Neonatology: management,
procedures, on-call problems, disease, and drugs. Edisi ke-6. New York:
McGraw-Hill; 2009. h.381-95.
6. Rohsiswatmo R. Indikasi terapi sinar pada bayi menyusui yang kuning.
Dalam: Suradi R, Hegar B, Partiwi IGAN, Marzuki ANS, Ananta Y,
penyunting. Indonesia menyusui. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2010. h.67-75.
7. Guedes HG, Centeno MJ, Silva J, Silva MG, Severo M, Goncalves A, dkk.
Prospective validation of a novel strategy for assessing risk of significant
hyperbilirubinemia. Pediatrics. 2011;127;e126-31.
8. Bhutani VK, Gourley GR, Adler S, Kreamer B, Dalin C, Johnson LH.
Noninvasive measurement of total serum bilirubin in a multiracial
predischarge
newborn
population
to
assess
the
risk
of
severe
21