Anda di halaman 1dari 32

Prof. Dr. H. Basjirudin A, Sp.

S(K)
Bagian Neurologi FKUA
Padang

Pendahuluan
Di Indonesia harapan hidup jumlah
lansia
Tahun 2000 penduduk lansia : 7, 28 %
Tahun 2020 diperkirakan : 11,34 %
Pada 80 % lansia berumur diatas 65
tahun : mengidap 1 atau lebih penyakit
khronis

Proses penuaan proses degenerasi semua


organ tubuh termasuk
otak

gangguan neurologi,
psikiatri termasuk, demensia

Namun ada pula lansia yang berprestasi :


- Staf dosen untuk S III
- Karya karya besar

Definisi
Ada beberapa definisi, a l : Demensia adalah
Kumpulan gejala klinik yang disebabkan berbagai
latar belakang penyakit, dan ditandai oleh hilangnya
memori jangka pendek dan ganggun fungsi mental,
termasuk fungsi bahasa, mundurnya kemampuan
berfikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri,
perubahan perilaku, emosi labil dan hilangnya
pengenalan waktu dan tempat
gangguan kognitif dengan kemunduran intelektual
tanpa adanya gangguan tingkat kesadaran atau situasi
stress, menimbulkan gangguan dalam pekerjaan,
aktivitas harian dan sosial, disebabkan berbagai
keadaan yang sebagian masih reversibel

Definisi

3. Secara umum
Demensia adalah kemunduran kemampuan
kognitif dan intelektual sampai mengganggu
kehidupan sehari-hari dipekerjaan dari
lingkungan.
kognitif : memori-bahasa-eksekutif, orientasipraksis-berfikir abstrak
INTELEK : Kemampuan mental sejak bayi, bkat, keterampilan
untuk adaptasi diri terhadap tugas hidup, belajar,
berfikir kreatif/abstrak, pertimbangan kritis
dalam
kesulitan dan daya pikir masa
depan

Anatomi patologik
Makroskopis : otak atrofi, pembuluh darah
sklerotik umur 70 tahun berat
otak : 160-200 gram
Mikroskopis : jumlah neuron (otak
dewasa kehilangan ribuan
neuron/hari)
Neuron - mengalami atrofi
- bercak argyrofil (senile plaques)

Kelainan Faali
Suplai peredaran darah dan O2 berkurang
EEG : pada 50 % umur lanjut masih normal
pada 1/3 nya : perlambantan
pada 50 % : kelainan difus
Kelainan biokimiawi dan peranan
neurotransmitter
cabang-cabang sel neurit berkurang
Proses-proses enzym dan metabolisme (ATP, O2
consuption) berubah pula
Pola kerja berbagai neuro transmitter terganggu

Etiologi Demensia
1. Demensia dengan penyakit yang etiologi
dasarnya tak dikenal disebut demensia
idiopatik
2. Demensia dengan etiologi yang dikenal tapi
belum dapat diobati, tergolong penyakit
heredo degeneratif :
(Degeneratif spino-serebeller, chorea
huntington, subakut leuco ensefalitis
sklerotik)

3. Demensia dengan etiologi penyakit yang dapat


diobati :
Lesi intrakranium ekspansif, seperti tumor,
hematom, hidrosefalus
Radang menahun intrakranial
Intoksikasi alkohol, obat-obatan
Gangguan metabolisme, hati, ginjal, Ca , Vit
B12
Gangguan endokrin: tirotoksikosis,
miksudema
dll

Pemerikasaan
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan neurologik
pe tekanan intra kranial
hemisparese gangguan tonus otot, gerakan
involunter
keseimbangan
Pemeriksaan Neuropsikologi
Evaluasi memori, orientasi, bahasa, kalkulasi,
praksis, visuospasial

Reflek khusus (reflek regresi)


1. Refleks pegang (grasp refleks) : jari
pemeriksa diletakkan di tangan penderita
dipegang
2. Refleks monyong (snout refleks):
orbikularis oris diketok berkontraksi
3. Refleks isap (suck refleks) : bibir disentuh
dengan pensil dihisap
4. Refleks glabella, diketuk pada glabella
mata dipejamkan
5. Refleks palmo mental, digores ditelapak
tangan otot mentalis kontraksi

Pemeriksaan Penunjang
Labor : elektrolit, ureum, fungsi tiroid,
hati, Vit B12
Neuroimaging : CT Scan, MRI
Atrofi cerebri
Infark, tumor, perdarahan

EEG : tidak spesifik

Pemeriksaan gangguan perilaku


Agitasi, agresifitas verbal/fisik,
keluyuran
Restlessness, dis inhibisi
Tingkah laku aneh, tidak mengikuti
pembicaraan
Tak mengenal keluarga, tidak malu
bicara porno

Epidemiologi
Mengenai 10-15% kelompok usia diatas 65 tahun
47% kelompok usia > 85 tahun
10-12% kasus demensia dapat diobati (reversibel)
Tahun 1970 Tomlison dkk mendapatkan
demensia disebabkan penyakit vaskular
demensia multi infark
Akhir-akhir ini sindroma Alzheimer lebih populer
dibicarakan seolah-olah, semua kemunduran
kognitif pada lansia tergolong Alzheimer

Kriteria Diagnostik Demensia


1. Penurunan intelektual sedemikian rupa
mengganggu pekerjaan dan lingkungan
Bila kongnitif menurun tanpa gangguan fungsi
dalam pekerjaan/masyarakat bukan demensia
mungkin : benign senescent forgetfulness, age
asociated memory ( berisiko untuk
demensia)
2. Defisit kognitif melibatkan memori, dengan
gangguan-gangguan pertimbangan, analisis
problem, afasia, apraksia, perubahan
kepribadian
3. Penderita tetap sadar

Pemeriksaan keadaan mental sebagai pedoman untuk evaluasi


disfungsi kogntif :
Tes mini mental (the mini mental state examination)
Orientasi
1. Sebutkan : tahun berapa sekarang
musim apa
tanggal
bulan
2. Sebutkan dimana kita sekarang
negara
propinsi
kota
rumah sakit
bagian
Registrasi
3. Pemeriksaan menyebutkan 3 nama benda dengan antara 1 detik waktu menyebut nama benda
tersebut (misalnya: buku, mangkok, payung). Setelah selesai suruh penderita menyebutnya. Beri
angka 1 untuk tiap jawaban yang betul. Kemudian, bila salah, suruh ulang sampai betul semua.
Perhatian dan kalkulasi
4. Hitungan kurang 7. misalnya 100-7, pendapatnya dikurangi lagi dengan 7, demikian seterusnya
sampai 5 jawaban. Jadi : 100-7=93-7=86-7=79;72;65). Beri angka 1 bagi tiap jawaban yang betul.
Tes 4 ini dapat diganti dengan tes mengeja, yaitu mengeja mundur kata : kartu (utrak)

Skor
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Mengingat kembali
5. Tanyakan nama benda yang telah disebutkan pada pertanyaan nomor 3. beri angka 1 bagi
tiap jawaban yang betul
6. Anda tunjuk pada pinsil dan arloji. Suruh pasein menyebutkan nama benda yang anda
tunjuk
7. Suruh pasien mengulang kalimat berikut : tanpa kalau, dan atau tetapi
8. Suruh pasien melakukan 3 tingkat, yaitu :
Ambil kerta dengan tangan kananmu
Lipat dua kertas itu
Dan letakkan kertas itu dilantai
9. Anda tulis kalimat suruhan dan suruh pasien melakukannya tutup matamu
10. Suruh penderita meunlis satu kalimat pilihannya sendiri (kalimat harus mengandung subjek
dan objek dan harus mempunyai makna. Salah eja tidak diperhitungkan bila memberi skor)
11. Perbesarlah gambar di bawah ini sampai 1,5 cm tiap sisi dan suruh pasien mengkopinya,
berilah angka 1 bila semua sisi digambarnya dan potongan antara segi lim atersebut
membentuk segi empat

Jumlah skor

3
2
1
3

1
1
1

30

Pada penderita yang skornya kurang dari 24 dapat dianggap terdapat gangguan kognitif. Dalam hal sdemikian dibutuhkan
pemeriksaan yang lebih rinci.

Klasifikasi demensia
1. Berdasarkan umur : senilis, presenilis
2. Berdasarkan gejala klinis : global, afasik, visuo
perseptif
3. Berdasarkan anatomi ; kortikal, subjkortikal
4. Berdasarkan perjalanan penyakit :
demensia reversibel + 10-12% disebabkan alkohol,
obat-obat, kelainan psikiatri, penyakit meningitis,
trauma kepala, hidrosefalus komunikan
demensia non reversibel: proses degeneratif
tergolong kedalamnya demensia yang paling banyak
ditemui : demensia alzheimer dan vaskuler

Demensia Alzheimer
Lebih 50% dari serebelum demensia
Biasanya ada faktor resiko : riwayat keluarga,
alzheimer umur > 50 thn,
penyakit down`s syndrome
parkinson
Progresif, sangat chronis

Diagn. pasti dengan atopsi otak


Jadi diagn cukup dengan diagnosis probable
Kriteria diagnosa probable Alzheimer:
1. Ditemukan demensia secara klinis (test mini
mental)
2. Defisit 2 atau lebih bidang kognitif (memori,
bahasa, atensi, orientasi, fungsi eksekutif,
visuospatial)
3. Perburukan memori/kognitif progresif
4. Tak ada gangguan kesadaran
5. Tak ada penyakit otak dan gangguan sistemik
(khas: perburukan intelektual dan tingkah laku,
mengganggu pekerjaannya dan lingkungan)

Gejala klinis dibagi 3 stadium:


1 Std Amnesia : yang menonjol : amnesia diskalkulia,
spontanitas , gangguan memori jangka pendek,
pertanyaan berulang-ulang tak mampu hafal no
telpon, bingung terhadap masalah, (memori jangka
panjang : baik) std ini berlangsung 2-4 tahun
2 Std Bingung, kognisi progresif, afasia, agnosia,
apraksia, disorientasi waktu dan tempat, mengembara, salah mengenal anak, suami, isteri, kadangkadang bicara porno, std ini berlangsung 2-10tahun
3 Std Akhir (setelah 6-12 tahun sakit) akinetik, membisu
hampir vegetatif, inkontinesia, lemah, langkah
kecil-kecil, mudah terinfeksi.

Tujuan pengobatan

Mempertahankan kualitas hidup


Memperlambat progresivitas
Mengobati penyakit penyerta
Membantu keluarga, memberi informasi caracara penanganan yang manfaat

Terapi farmakologi
Golongan acetylcholin estrase inhibitor :
Donepizil hcl 1x5-10mg
Rivastigmin 1x1,5-6mg

Golongan esterogen me aktivitas cholonergik


Antioksidan
Nootropik agent
Golongan NSAID

Terapi non farmakologik bertujuan


Menentukan program aktivitas harian
Modifikasi perilaku
Informasi pelatihan kepada keluarga

Demensia Vaskuler
Disebabkan penyakit pembuluh darah serebral
(ump : stroke)
Ditemukan infark multipel di otak
15-25% dari semua demensia
onset pada usia yang lebih muda dan lebih
mendadak dibanding Alzheimer

Gejala klinis
Biasanya menyusul penyakit stroke, muncul
demensia, perjalanan penyakit bisa mendatar
atau membaik, kemudian memburuk lagi dst
berfluktuasi step wise
Konfusi mengembara
Kepribadian masih terpelihara sampai std lanjut
Terdapat gejala lesi di otak: hemisparese
gangguan esktrapiramidal, dysarti, dll
Defisit memori kurang menonjol tapi kognisi
lamban
Disfungsi visuospasial

Gambar : Perbedaan perjalanan klinis demensia


Alzheimer dengan demensia Vaskuler

Dikutip dari Brown MM (1993) vascular dementia Alzheimer`s Review 3(2)57-62


http://www.alzcot.org/info/vasculardementia.html

Diagnosis
1. Tentukan dulu apa ada demensia
2. Tentukan gangguan fungsi kognitif, memori,
emosional
3. Perjalanan penyakit gradual atau
stepwise
4. Periksa gejala stroke : kelainan neurogi fokal
5. Cari faktor risiko stroke, hipertensi, DM,
cholesterol , merokok, dll

Pengobatan
Demensia vaskuler adalah akibat stroke sehingga
penting di pikirkan pencegahan : secondary
stroke attack.
Obat-obat

Galatamin 2 x 4 mg 2 x 8 mg
Rivastigmin 2 x 3 mg 2 x 6 mg
Donepezil 1 x 5 mg 1 x 10 mg
Pentoxifilin 3 x 400 mg
Piracetam 3 x 800 mg 1200 mg
Ginkogiloba 2 x 40 mg 60 mg
Vit V 2 x 100 unit

Pencegahan
Sesuai dengan pencegahan serangan stroke ulang
Obati hipertensi, DM
Kendalikan hiperlipidemia
Hentikan rokok, alkohol
Diet yang sesuai
Gaya hidup sehat dengan olah raga, rendah
garam, kurangi stress
Penderita dengan resiko tinggi, berikan obat
anti agregasi trombosit.

Daftar Pustaka
1.
2.

M, Shidarta P. : Neurologi klinis dasar. PT. Dian Rakyat, 1981: 208-211.


Adams, RD. Victor, M : Principles of neurology Mc. Graw hill Inc., 1997, Wilcock, G.K
: the aging brain and dementia. The particioner: 1754, Dec, 1981.
3. Tulving E. : Episodic and semantic memory. In : Pathophisiologi demensia Rumawas
R.T. Simposuim Berbagai aspek demensia. Jakarta .1984
4. Mardjono M. dan Sidharta, P. : Neurologi klinis dasar. PT. Dian Rakyat, 1981, hal. 208211.
5. Tweedy, J., Reding, M., Garcia, C., Schulman, P., Deutsch, G. and Kupferberg, H.J.:
Significance of cortical disinhibition signs, Neurology, 32: 169-173, 1982
6. Patten, J.: Neurological Differential Diagnosis. Horald Strake Limited, London,
Springer-Verlag, New York, heidelberg, Berlin, 1980.
7. Lumbantobing SM. Neurogeriatri. Balai Penerbit Fak. Kedokt. Indonesia. Jakarta 2001
8. Yustiani Dikot. Demensia, Dignosis dan Penatalaksanaan. KONAS I Neurogeroatri
Jakarta, 2002
9. AazI. Konsensus Nasional Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan
Demensia lainnya, Edisi I. 2003
10. Basjiruddin A. Permasalahan Perubahan Menua Normal, Demensia dan Demensia
Vaskuler. Simposium Stroke dan Demensia Vaskuler, Batam. 2003.

Anda mungkin juga menyukai