Anda di halaman 1dari 25

Skenario 3

Senin, 16 Januari 2012

Mudah Lupa
Seorang laki-laki 70 tahun datang ke seorang dokter spesialis penyakit
dalam, mengeluh mudah lupa selama 2 tahun terakhir, tidak dapat mengendarai
mobil sendiri, dan susah menemukan kata-kata. Pada usia 60 tahun pernah
mengalami serangan stroke sebanyak 2 kali. Riwayat penyakit dahulu didapatkan
hipertensi, diabetes mellitus, tidak pernah mengalami trauma kepala, infeksi SSP
dan tidak mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan sedative dalam jangka
panjang. Pada pemeriksaan motorik tidak didapatkan gangguan motorik dan
neurologis, juga tidak didapatkan gangguan pendengaran dan penglihatan. Untuk
memeriksa fungsi kognitif oleh dokter dilakukan the mini mental status
examination (MMSE), juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
penyebab gangguan pada pasien tersebut.
STEP 1
Lupa

: berkurangnya fungsi otak untuk mengolah memori.

Obat sedative

: obat-obatan yang digunakan untuk mengurangi rasa cemas


dan tegang serta memberi rasa nyaman.

Stroke

: defisit neurologis akut e.c. gangguan aliran darah secara


mendadak dengan tanda sesuai pada tempat lesi.

MMSE

: tes skrining gangguan kognisi yang berkorelasi dengan


tes standar Wechster Adult Intelegence Scale (WAIS).

Motorik

: suatu istilah untuk menggambarkan perilaku atau gerakan


yang dilakukan oleh manusia.

Kognitif

: memperoleh pengetahuan dan dapat memanipulasi pikiran


dengan mengingat, menilai serta berimajinasi.

STEP 2
1. 70 th mudah lupa selama 2 tahun terakhir, tidak dapat mengendarai
mobil sendiri dan tidak bisa menemukan kata-kata.
2. Hubungan RPD dengan keluhan.
3. MMSE

4. Pada pemeriksaan tidak ditemukan gangguan motorik dan neurologis serta


tidak ada gangguan pendengaran dan penglihatan.

STEP 3
1. Batasan lansia menurut UU No. 12 tahun 1998 adalah >60 tahun, sedangkan
menurut WHO :
-

45 59 tahun : middle age

60 74 tahun : lansia (elderly)

75 90 tahun : lansia tua (old)

> 90 tahun : usia sangat tua (very old) Termasuk dalam golongan lansia
A. Mudah lupa dibedakan menjadi :

Fisiologis akibat proses menua


Proses lupa :
Saraf

Sel Saraf

Sel glia

Berfungsi memberi
nutrisi ke saraf.

Berfungsi sebagai tempat


menyimpan informasi,
mengantar informasi ke
tubuh kita, mengendalikan
ingatan, perhatian, persepsi,
pertimbangan bahasa &
kesadaran.

Informasi disimpan
pada saraf yang sama.

Informasi tertumpuk.

Kegagalan
proses
pengodean
suatu
informasi.

Info yang
masuk ke
saraf terlalu
banyak.

Penurunan
fungsi otak

Penurunan
fungsi
mengingat

Patologis
Penyebab sering mudah lupa :
Konsumsi ganja

Pusing

Gangguan memori

Gangguan koordinasi

Perubahan hormon

Depresi

Penyakit lain
Pada lupa yang patologis pe cadangan intelektual yang merupakan
faktor predisposisi keadaan konfusio akut demensia (suatu defisit dalam
memori dan intelek serupa dengan yang terjadi pada penuaan normal
terjadi lebih dini dan dengan intensitas tinggi menuju ke perubahan
disorientasi, mental, tingkah laku dan motorik dari jenis deteriorisasi
mental presenil dan senil).
B. Susah menemukan kata-kata
Biasa ddisebut dengan afasia. Afasia e.c. cedera otak, yang umumnya
disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darah di otak (pendarahan otak,
gangguan pembuluh darah otak, dll).
Hal-hal yang timbul sebagai permasalahan afasia adalah :
- Hemiplegi
- Hemianopsia
- Apraksia (tidak dapat
mengendarai mobil sendiri)
- disfagia

- Seolah-olah ingatan tak


berfungsi lagi
- Berbeda dalam merespon
sesuatu
- Epilepsi

Afasia dibedakan menjadi :


Afasia broca

Afasia translokal

Afasia wernicke

Afasia tipe campuran

2. Pengaruh RPD dengan keluhan


Pada lansia faktor-faktor endogenic dan faktor-faktor exogenic ini saling
mempengaruhi. Kedua faktor risiko tersebut hubungannya erat dan sangat saling
mempengaruhi dengan penyakit degeneratif pada lansia.
A. Stroke

Stroke yang terjadi sudah 2 kali, kemungkinan tipe stroke yang dialami oleh
pasien ini adalah Tipe Iskemik yang multi-infark kerusakan pada
pembulah darah di otak dimana hal ini merupakan salah satu penyebab dari
terjadinya keluhan yaitu mudah lupa, afasia, dan apraxia.
B. Hipertensi
Pompa tinggi tegangan tinggi kebocoran pembuluh darah otak
perdarahan pada otak stroke
Aterosklerosis sumbatan pembuluh darah aliran darah ke otak
terganggu stroke
C. DM
Viskositas darah meningkat aliran terganggu pembuluh darah otak
atrofi / tegangan tinggi pada otak stroke

3. MMSE (mini mental status examination), metode penilaian fungsi kognitif yang
telah digunakan secara luas oleh para klinisi, untuk prektek klinik atau penelitian.
Untuk mengevaluasi dan konfirmasi penurunan fungsi kognitif yang berisikan uji
orientasi, memori kerja dan episodik, komprehensi bahasa, menyebutkan kata dan
mengulang kata.
Kontra indikasi pemeriksaan :
Gangguan kesadaran karena pengaruh obat
Autis, psikosis, ADHD

Daftar Pertanyaan

Penilaian

1. Tanggal berapakah hari ini?

0-2 kesalahan = baik

2. Hari apakah hari ini?

3-4 kesalahan = gangguan intelek

3. Apakah nama tempat ini?

ringan

4. Dimana alamat rumah Bapak/Ibu?

5-7 kesalahan = gangguan intelek

5. Berapa umur bapak/ibu?

sedang

6. Kapan bapak/ibu lahir?

8-10 kesalahan = gangguan intelek

7. Siapakah nama bgubernur kita?

berat

8. Hitung mundur mulai dari 20!

4. Akibat perubahan morfologis pada otak menyebabkan fungsional otot, yaitu


terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot.
Cara pemeriksaan sistem motorik :

Observasi

Perkusi otot

Gerakan volunter

Kekuatan otot

Gerakan involunter

Tonus otot

Palpasi otot

Fungsi koordinasi

Reflex tendon

STEP 4
70th

2th terakhir mudah lupa, tidak dapat


mengendarai mobil sendiri, dan susah
menemukan kata-kata

Fisiologis

Proses menua

Patologis

Stroke 2x, HT +,
DM+, alkohoho dan
obat sedative -, infeksi
SSP -, pmx motorik,
TDL, TDD tdk ada
gangguan

Demensia multiinfark

Tes MMSE,
penunjang lain

STEP 5
1. Dementia
2. MMSE
3. Asesmen geriatri
4. Peran dokter keluarga

STEP 6
Belajar Mandiri

tes

Step 7

Jumat, 20 Januari 2012

DEMENSIA
A. Definisi
Gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh
penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran1.
Suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual, ingatan
atau memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup
sehari hari1.

B. Etiologi
B.1. Penyebab Demensia reversible1:
D : Drugs (obat - obatan)
E : Emotional (gangguan emosi, missal depresi)
M : Metabolik dan endokrin
E : Eye and ear
N : Nutritional
T : Tumor & trauma
I : Infeksi
A : Arteriosclerotic (komplikasi penyakit aterosklerosis, misal infark
miokard, gagal jantung)
B.2. Penyebab Dementia non Reversible1:
B.2.1. Penyakit degenerative
Penyakit Alzheimer
Demensia yang berhubungan dengan badan lewy
Penyakit pick
Penyakit Huntington
Penyakit Parkinson
B.2.2. Dementia Vaskuler
Penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi infark)

Penyakit Binswanger
Embolisme serebral
Arthritis
Anoksia Sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat
intoksikasi
B.2.3. Demensia Traumatik
Perlukaan kranio serebral
Demensia Pugilistika
B.2.3. Infeksi
AIDS
Infeksi opoturnistik
Penyakit Creutzfeld Jacob
Leko enselopati multifocal progresif
Demensia Pasca encephalitis

C. Klasifikasi
C.1. Dementia Degeneratif Primer (demensia alzheimer)
Suatu keadaan yang meliputi perubahan dari jumlah, struktur, fungsi
neuron di daerah tertentu dari korteks otak. Etiologinya belum jelas,
kemungkinan : faktor kromosom dan genetic (gen apolipoprotein E4),
usia, riwayat keluarga, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam
alumunium, akibat infeksi virus lambat, pengaruh lingkungan dll2.
Gejala klinik2 :
a. Fase 1 :
Gangguan memori subyektif
Konsentrasi buruk
Gangguan supra visual
Lingkungan berasa menjadi asing
Agnosia kiri dan kanan
Fase dini : Insight sering sudah terganggu

b. Fase 2 :
Tanda kerusakan fokal kortikal walaupun tidak terlihat pola
deficit khas
Simtom disfungsi lobus parietalis (agnosia, dispraksia,
alkakulia)
Gejala neurologi : tanggapan ekstensor plantaris, Beberapa
kelemahan fasial
Delusi dan halusinasi
c. Fase 3 :
Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali hilang
Tampak apatik
Tidak mengenali diri sendiri atau orang lain yang dikenalnya
Penyakit lanjut : Berbaring di tempat tidur, inkontinensia
baik uri atau alvi
Kejang epileptic grand mal
Gejala neurologic : gangguan berat gerak langkat (Gait),
tonus otot dan gangguan pengenalan, gangguan gerak mulut
tidak terkontrol, hiperseksualitas, amnesia, bulimia
MCI (Mild Cognitive Impairment)
Bentuk peralihan antara keadaan normal dan demensia Alzheimer
Kriteria :
a. Keluhan gangguan memori
b. Gangguan memori pada pemeriksaan obyektif
c. Fungsi kognitif secara umum baik
d. AHS / ADL infark
e. Tidak mengakami demensia
C.2. Dementia Multi infark2
Didapatkan secara tersendiri atau gejala sisa dari stroke kortikal atau
subkortikal berulang.

Khas:
Gejala dan tanda menunjukan penurunan bertingkat (stepwise) dimana
setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya
Pemeriksaan penunjang dengan MRI Lesi bisa dideteksi
Dementia vascular lain : Dementia senilis tipe biswanger
Penegakan diagnosis bisa dengan Skor Hachinsky
Riwayat dan gejala

Score

Onset mendadak

Deteriorasi bertahap

Perjalanan klinis fluktuatif

Kebingungan pada malam hari

Kepribadian relatif terganggu

Depresi

Keluhan somatik

Emosi labil

Riwayat Hipertensi

Riwayat Penyakit serebrovaskular

Ateriosklerosis Penyerta

Keluhan neurologi fokal

Gejala neurologi fokal

Interpretasi:
7 demensia vaskular
4 demensia e.c. Alzheimer
C.3. Dementia Dengan Badan Lewy (DLB)1,2
Patologinya sering mempunyai gambaran campuran dengan dementia
Alzheimer.
Gambaran klinik : Fluktuasi kognisi, halusinasi visual, parkinsonisme.
Dapatan mendukung : jatuh, sinkope, hilang kesadaran sepintas,
sensivitas neuroleptik, delusi dan halusinasi.
Gangguan memori lebih ringan dari AD (Alzheimer dementia).

C.4. Dementia Fronto temporal2


Diakibatkan suatu proses degenerative di region korteks anterior otak.
Gambarang klinis : distribusi topografik daerah korteks temporal yang
terkena (bisa unilateral maupun bilateral).
C.5. Dementia pada penyakit neurologic2
Penyakit : Parkinson, Khorea Huntington, Hidrosefalus bertekanan
normal (jarang).
Gejala : mirip dementia subkortikal Selain didapat dementia juga
gejala postur dan langkah (gait), serta depresi.
C.6. Sindroma amnestik (pepula benigna akibat penuaan)2
Gejala utama : gangguan memori (daya ingat).
Sindroma amnestik terdapat gangguan daya ingat hal yang baru
saja terjadi.
Penyebab : defisiensi thiamin, lesi pada struktur otak bagian temporal.
tengah, iskemia global transien akibat insufisiensi serebrovaskuler.
Pepula benigna : gangguan ringan daya ingat yang tidak progresif dan
tidak menganggu aktifitas hidup sehari hari.
Sering mengulang pertanyaan sama atau lupa pada kejadian yang baru
terjadi.

D. Patofisiologi
Secara makroskopis perubahan otak pada pasien melibatkan kerusakan
berat neuron korteks dan hipokampus, serta penimbunan amiloid dalam
pembuluh darah intrakranial3.
Secara mikroskopis, terdapat perubahan morfologis (struktural) dan
biokimia pada neuron.
Perubahan morfologi terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenerasi soma (badan) dan atau akson dan dendrit
neuron3.

a. Lesi 1

Kekusutan neurofibrilaris, yaitu struktur intra seluler yang berisi


serat kusut, terpelintir yang sebagian besar terdiri dari protein.

Normalnya protein tersebut akan menstabilkan mikrotubulus (rantai


protein berbentuk spiral membentuk tabung berlubang)
membawa makanan dan molekul lain dari badan sel menuju ujung
akson membentuk jembatan penghubung dengan neuron lain.

Pada pasien demensia protein tidak dapat terikat pada


mikrotubulus protein yang abnormal masuk ke filamen heliks
ganda yang sekelilingnya terluka hubungan interstruktural tidak
berfungsi akhirnya kematian.

b. Lesi 2
Plak senilis, terutama dari Beta Amiloid (A-Beta) yang terbentuk dalam
cairan jaringan di sekililing neuron.
Perubahan bokimia adanya penurunan sintesis asetil kolin di korteks
hipokampus sehingga terjadi penurunan kadar aktifitas kolinergik dan
menyebabkan demensia.

E. Manifestasi klinis Secara Umum


Gangguan memori
a. Ketidakmampuan untuk belajar hal-hal baru.
b. Lupa akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau dipelajari.
Gangguan orientasi
a. Orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
Afasia
a. Kesulitan menyebut nama orang atau benda.
Apraksia
a. Ketidakmampuan untuk melakukan gerakan meskipun kemampuan
motorik, fungsi sensorik dan pengertian yang diperlukan tetap baik.
b. Pasien kesulitan dalam menggunakan benda tertentu, misal: menyisir
rambut.

Agnosia
a. Ketidakmampuan mengenali/mengidentifikasi benda walaupun fungsi
sensorinya baik, misal: tidak bisa mengenali kursi meskipun visus baik.
Gangguan fungsi eksekutif
a. Berkaitan dengan gangguan di lobus frontalis atau jaras-jaras
subkortikal yang berhubungan dengan lobus frontalis.
b. Melibatkan kemampuan berpikir anstrak, merencanakan, mengambil
inisiatif, membuat urutan, memantau, menghentikan kegiatan komplek.
Perubahan kepribadian
Gangguan lain
a. Psikiatri : cemas, depresi
b. Neurologi : kejang, nyeri kepala, pingsan, kelemahan, gangguan tidur

F. Diagnosis
F.1. Anamnesis4
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
Menanyakan identitas Tn.X (70thn)
Menanyakan keluhan utama Mudah lupa
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang.
a. Onset 2 tahun terakhir
b. Lokasi c. Kualitas Mengganggu aktivitas sehari hari
d. Kuantitas e. Kronologis
f. Faktor yang memperberat dan memperingan.
g. Gejala penyerta susah menemukan kata kata.
Menanyakan riwayat penyakit dahulu dan faktor resiko yang
berhubungan dengan penyakit sekarang.
a. Pada usia 60 tahun pernah mengalami serangan stroke 2 kali
b. Hipertensi
c. Diabetes melitus

Menanyakan riwayat pengobatan yang sudah dilakukan.


a. konsumsi alkohal (-)
b. konsumsi obat sedative dalam jangka panjang (-)
Menanyakan riwayat penyakit keluarga.
Menayakan riwayat social ekonomi.
Menyimpulkan dan memberi kemungkinan diagnosis penyakit.
F.2.Pemeriksaan Fisik4
Pemeriksaan tekanan darah dalam keadaan tidur, duduk dan berdiri,
masing-masing

dilakukan

selama

1-2

menit

untuk

melihat

kemungkinan terdapat hipotensi.


Pemeriksaan fisik untuk menilai system
a. Pemeriksaan saraf kepala
b. Pemeriksaan panca indra, saraf nafas, gigi dan mulut
c. Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis
d. Pemeriksaan dada, paru, jantung
e. Pemeriksaan ekstremitas, reflek, kulit - integumen
F.3.Pemeriksaan penunjang4
Foto torak, EKG
Laboratorium :
a. Darah rutin / urin / feses
b. Gula darah, lipid, fungsi hati, fungsi ginjal
c. Fungsi tiroid (T3, T4, TsH)
d. Kadar serum B6, B12
Bila dicurigai Demensia MRI dan CT scan
F.4.Pemeriksaan fungsi4
Aktifitas hidup sehari-hari bangun pagi, berpakaian sendiri
Aktifitas hidup sehari-hari instrumental
Memerlukan kemampuan dasar, juga memerlukan berbagai koordinasi
kemampuan atot, susunan saraf yang lebih rumit
Kemampuan mental kognitif

Mempunyai fungsi intelek, memori lama dan memori dari ke 3


assasment diperoleh tingkat kemampuan:

Kemampuan untuk melakukan tanpa bantuan orang lain

Kemampuan untuk melakukan dengan sedikit bantuan orang lain

Sama sekali tidak mampu melakukan tanpa bantuan orang lain

F.5. Pemeriksanaan dengan MMSE


MMSE adalah tes yang digunakan untuk mengetahui penurunan
fungsi kognitif, biasanya digunakan pada demensia. Tes dilakukan
selama 10 menit dengan kategori yang dinilai adalah orientasi waktu,
tempat, perhatian dan perhitungan, mengingat kembali, bahasa,
perintah2.
Interpretasi hasil MMSE2:
Metode
Single

Score

Interpretasi

< 24

Abnormal

< 21

Kemungkinan demensia lebih besar

>25

Kemungkinan demensia lebih kecil

cutoff
Range

Pendidikan 21

Keparahan

Abnormal pada tingkat pendidikan kelas 2 SMP

< 23

Abnormal pada tingkat pendidikan SMA

< 25

Abnormal pada tingkat pendidikan Universitas

0-17

Kelainan kognitif berat

18-23

Kelainan kognitif ringan

24-30

Tidak ada kelainan kognitif

G. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena
penyebab dan patofisiologi masih belun jelas. Pengobatan simptomatik
dan suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan
keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai
efek yang menguntungkan3.
Nama Obat
Donepezil

Galantamine

Rivastigmine

memantine

Golongan

Indikasi

Dosis

Kolinesterase Demensia
inhibitor
ringan
s/d
sedang
Kolinesterase Demensia
inhibitor
ringan
s/d
sedang

Efek Samping

Dosis awal 5mg/hr,


setelah 4-6 mgg
menjadi 10mg.hr
Dosis awal 8mg/hr,
tiap bulan dinaikkan
8mg/hr
sehingga
dosis max 24mg/hr
Kolinesterase Demensia
Dosis
awal
inhibitor
ringan
s/d 2x1,5mg/hr.
Tiap
sedang
bulan
dinaikkan
2x1,5mg/hr hingga
max 2x6mg/hr.
Penghambat Demensia
Dosis awal 5mg/hr,
reseptor
sedang
s/d setelah
1mgg
NMDA
berat
dinaikkan
menjadi
2x5mg/hr
hingga
dosis max 2x10mg/hr

Mual, muntah,
diare, insomnia
Mual, muntah,
diare, anorexia

Mual, muntah,
pusing, diare,
anorexia

Pusing,
nyeri
kepala,
konstipasi

Obat-obat untuk gangguan psikiatrik dan perilaku1


Gangguan
Perilaku

Nama Obat

Dosis

Sitalopram

10-40 mg/hr

Esitalopram

5-20 mg/hr

Sertralin

25-100 mg/hr

Quetiapin

25-300 mg/hr

Depresi

Agitasi, Anxietas,
perilaku Obsesif

Efek Samping
Mual,mengantuk, nyeri
kepala, tremor
Insomnia, mual, mulut
kering,
diare,
mengantuk
Mual, diare, mulut
kering,
mengantuk,
disfungsi sexual
Mengantuk,
mulut
kering,
mengantuk,
dispepsia

Olanzapin
Risperidon

Insomnia

Zolpidem
Trazodon

2,5-10 mg/hr

BB naik, mulut kering,


tremor, pusing
0,5-1 mg, S3dd1
Mengantuk,
tremor,
insomnia,
pandangan
kabur, nyeri kepala
5-10 mg, malam hari
Diare, mengantuk
25-100 mg, malam Pusing, nyeri kepala,
hari
mulut kering, konstipasi

H. Prognosa
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita probable demensia menunjukkan
bahwa nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu1:
Derajat beratnya penyakit
Variabilitas gambaran klinis
Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis
kelamin
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita demensia.

I. Pencegahan
Memeriksa tekanan darah dan mengupayakan agar tekanan darah yang
tinggi dan resiko vaskuler lain di kendalikan dengan baik
Pencegahan dan perlindungan terjadinya cedera kepala terutama yang
berat
Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelek dan mengupayakan
aktivitas sosial dan aktivitas untuk menghibur
Mengupayakan diet yang cukup vitamin E
Mengupayakan makan makanan yang sehat , jangan terlalu banyak
lemak
Mengupayakan asupan B12 dan asam folat yamg cukup
Hindari alkohol dan merokok
Tidur yang cukup

J. Peran dokter keluarga


Dokter keluarga memegang peranan yang sangat penting untuk proses
penyembuhan pasien.
Tugas dokter keluarga2 :
a. Menentukan diagnosa pasien
b. Membina hubungan dan memberi support
Bila pasien terpukul atau syok maka tugas dokter keluarga
memberi support supaya pasien itu sendiri memiliki keyakinan
bahwa dirinya dapat sembuh.
c. Bertanya dan memberi solusi masalah pasien
Contohnya saja menanyakan keadaan sosial ekonomi dengan
menanyakan pekerjaan pasien. Bila pasien memiliki masalah dalam
hal keuangan sehingga tidak bisa berobat maka tugas dokter
keluarga untuk sedikit memberi solusi.
d. Memberi edukasi lanjut
e. Memberi penjelasan secara rinci
Dokter keluarga bertugas memberi informasi tentang keadaan
pasien, pengobatan dan komplikasi yang kemungkinan akan
dihadapi oleh pasien dan keluarga.
K. Assesment Geriatri
Assesment geriatri merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan bagi pasien lansia (Geriatri) yang berusia >60 tahun. Kegiatan
ini dilaksanakan oleh sebuah tim yang disebut dengan TIM Assesment
Geriatri3.
Tim Assesment geriatri3:
a. Dokter spesialis penyakit dalam (Internist).
b. Dokter spesialis syaraf (Neurologist).
c. Dokter spesialis penyakit jiwa (Psychiatrist).
d. Psikolog (Psycologist).
e. Dokter gigi (Dentist).
f. Apoteker (Pharmacist).

g. Ahli Gizi (Dietician).


h. Ahli fisioterapi (Physioterapist).
i. Pekerja sosial (Social Worker).
Tujuan Assesment geriatri adalah sebagai berikut3:
a. Meningkatkan mutu

dan memperluas

cakupan pelayanan

kesehatan di rumah sakit.


b. Menjamin kemanjuran, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat.
c. Meningkatkan kerjasama antar profesi kesehatan lain (dokter,
apoteker, ahli gizi, dokter gigi, dll).
d. Membantu kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Tahapan pelaksanaan assessment geriatri3:
a. Pengambilan data
b. Penelusuran pustaka, meliputi patofisiologi dan penatalaksanaan
c. Konferensi atau diskusi
Dalam diskusi dibahas dan disimpulkan tentang penyakit, antara
lain:
Diagnosis penyakit yang diderita pasien.
Impairment atau Handicaps
Rekomendasi untuk pelaksanaan terapi
d. Rekomendasi
e. Monitoring/pemantauan
Monitoring

bertujuan

untuk

mengetahui

berkesinambungan kondisi pasien.


Diagnosis Multi axial1:
a. Axis I

: Gangguan klinis & Kondisi lain

Hamilton rating scale for depression


Hamilton anxiety scale
MMSE(pemeriksaan status mini mental)
GDS(skala depresi Geriatrik)
CDR(clinical dementia rating)

secara

b. Axis II

: Ganguan kepribadian & Retardasi mental

MMPI
IQ
c. Axis III

: Kondisi medik umu

d. Axis IV

: Masalah psikososial dan lingkungan

e. Axis V

: Penilaian fungsi secara global

ADL
IADL
QOL

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit


Saraf. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
2. Mardjono, M., Sidharta, P. 2006. Neurologi Klinis Dasar. PT Dian
Rakyat:Jakarta.
3. Soejono CH. 2006. Pengkajian Paripurna pada Pasien Geriatri. Dalam : Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Editor: Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata,
Setiati. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: Jakarta.
4. Tim penyusun. 2012. Panduan skill lab FK UNIMUS

Anda mungkin juga menyukai