Mudah Lupa
Seorang laki-laki 70 tahun datang ke seorang dokter spesialis penyakit
dalam, mengeluh mudah lupa selama 2 tahun terakhir, tidak dapat mengendarai
mobil sendiri, dan susah menemukan kata-kata. Pada usia 60 tahun pernah
mengalami serangan stroke sebanyak 2 kali. Riwayat penyakit dahulu didapatkan
hipertensi, diabetes mellitus, tidak pernah mengalami trauma kepala, infeksi SSP
dan tidak mengkonsumsi alkohol maupun obat-obatan sedative dalam jangka
panjang. Pada pemeriksaan motorik tidak didapatkan gangguan motorik dan
neurologis, juga tidak didapatkan gangguan pendengaran dan penglihatan. Untuk
memeriksa fungsi kognitif oleh dokter dilakukan the mini mental status
examination (MMSE), juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
penyebab gangguan pada pasien tersebut.
STEP 1
Lupa
Obat sedative
Stroke
MMSE
Motorik
Kognitif
STEP 2
1. 70 th mudah lupa selama 2 tahun terakhir, tidak dapat mengendarai
mobil sendiri dan tidak bisa menemukan kata-kata.
2. Hubungan RPD dengan keluhan.
3. MMSE
STEP 3
1. Batasan lansia menurut UU No. 12 tahun 1998 adalah >60 tahun, sedangkan
menurut WHO :
-
> 90 tahun : usia sangat tua (very old) Termasuk dalam golongan lansia
A. Mudah lupa dibedakan menjadi :
Sel Saraf
Sel glia
Berfungsi memberi
nutrisi ke saraf.
Informasi disimpan
pada saraf yang sama.
Informasi tertumpuk.
Kegagalan
proses
pengodean
suatu
informasi.
Info yang
masuk ke
saraf terlalu
banyak.
Penurunan
fungsi otak
Penurunan
fungsi
mengingat
Patologis
Penyebab sering mudah lupa :
Konsumsi ganja
Pusing
Gangguan memori
Gangguan koordinasi
Perubahan hormon
Depresi
Penyakit lain
Pada lupa yang patologis pe cadangan intelektual yang merupakan
faktor predisposisi keadaan konfusio akut demensia (suatu defisit dalam
memori dan intelek serupa dengan yang terjadi pada penuaan normal
terjadi lebih dini dan dengan intensitas tinggi menuju ke perubahan
disorientasi, mental, tingkah laku dan motorik dari jenis deteriorisasi
mental presenil dan senil).
B. Susah menemukan kata-kata
Biasa ddisebut dengan afasia. Afasia e.c. cedera otak, yang umumnya
disebabkan oleh kelainan pada pembuluh darah di otak (pendarahan otak,
gangguan pembuluh darah otak, dll).
Hal-hal yang timbul sebagai permasalahan afasia adalah :
- Hemiplegi
- Hemianopsia
- Apraksia (tidak dapat
mengendarai mobil sendiri)
- disfagia
Afasia translokal
Afasia wernicke
Stroke yang terjadi sudah 2 kali, kemungkinan tipe stroke yang dialami oleh
pasien ini adalah Tipe Iskemik yang multi-infark kerusakan pada
pembulah darah di otak dimana hal ini merupakan salah satu penyebab dari
terjadinya keluhan yaitu mudah lupa, afasia, dan apraxia.
B. Hipertensi
Pompa tinggi tegangan tinggi kebocoran pembuluh darah otak
perdarahan pada otak stroke
Aterosklerosis sumbatan pembuluh darah aliran darah ke otak
terganggu stroke
C. DM
Viskositas darah meningkat aliran terganggu pembuluh darah otak
atrofi / tegangan tinggi pada otak stroke
3. MMSE (mini mental status examination), metode penilaian fungsi kognitif yang
telah digunakan secara luas oleh para klinisi, untuk prektek klinik atau penelitian.
Untuk mengevaluasi dan konfirmasi penurunan fungsi kognitif yang berisikan uji
orientasi, memori kerja dan episodik, komprehensi bahasa, menyebutkan kata dan
mengulang kata.
Kontra indikasi pemeriksaan :
Gangguan kesadaran karena pengaruh obat
Autis, psikosis, ADHD
Daftar Pertanyaan
Penilaian
ringan
sedang
berat
Observasi
Perkusi otot
Gerakan volunter
Kekuatan otot
Gerakan involunter
Tonus otot
Palpasi otot
Fungsi koordinasi
Reflex tendon
STEP 4
70th
Fisiologis
Proses menua
Patologis
Stroke 2x, HT +,
DM+, alkohoho dan
obat sedative -, infeksi
SSP -, pmx motorik,
TDL, TDD tdk ada
gangguan
Demensia multiinfark
Tes MMSE,
penunjang lain
STEP 5
1. Dementia
2. MMSE
3. Asesmen geriatri
4. Peran dokter keluarga
STEP 6
Belajar Mandiri
tes
Step 7
DEMENSIA
A. Definisi
Gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh
penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran1.
Suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual, ingatan
atau memori sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup
sehari hari1.
B. Etiologi
B.1. Penyebab Demensia reversible1:
D : Drugs (obat - obatan)
E : Emotional (gangguan emosi, missal depresi)
M : Metabolik dan endokrin
E : Eye and ear
N : Nutritional
T : Tumor & trauma
I : Infeksi
A : Arteriosclerotic (komplikasi penyakit aterosklerosis, misal infark
miokard, gagal jantung)
B.2. Penyebab Dementia non Reversible1:
B.2.1. Penyakit degenerative
Penyakit Alzheimer
Demensia yang berhubungan dengan badan lewy
Penyakit pick
Penyakit Huntington
Penyakit Parkinson
B.2.2. Dementia Vaskuler
Penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi infark)
Penyakit Binswanger
Embolisme serebral
Arthritis
Anoksia Sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat
intoksikasi
B.2.3. Demensia Traumatik
Perlukaan kranio serebral
Demensia Pugilistika
B.2.3. Infeksi
AIDS
Infeksi opoturnistik
Penyakit Creutzfeld Jacob
Leko enselopati multifocal progresif
Demensia Pasca encephalitis
C. Klasifikasi
C.1. Dementia Degeneratif Primer (demensia alzheimer)
Suatu keadaan yang meliputi perubahan dari jumlah, struktur, fungsi
neuron di daerah tertentu dari korteks otak. Etiologinya belum jelas,
kemungkinan : faktor kromosom dan genetic (gen apolipoprotein E4),
usia, riwayat keluarga, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam
alumunium, akibat infeksi virus lambat, pengaruh lingkungan dll2.
Gejala klinik2 :
a. Fase 1 :
Gangguan memori subyektif
Konsentrasi buruk
Gangguan supra visual
Lingkungan berasa menjadi asing
Agnosia kiri dan kanan
Fase dini : Insight sering sudah terganggu
b. Fase 2 :
Tanda kerusakan fokal kortikal walaupun tidak terlihat pola
deficit khas
Simtom disfungsi lobus parietalis (agnosia, dispraksia,
alkakulia)
Gejala neurologi : tanggapan ekstensor plantaris, Beberapa
kelemahan fasial
Delusi dan halusinasi
c. Fase 3 :
Pembicaraan terganggu berat, mungkin sama sekali hilang
Tampak apatik
Tidak mengenali diri sendiri atau orang lain yang dikenalnya
Penyakit lanjut : Berbaring di tempat tidur, inkontinensia
baik uri atau alvi
Kejang epileptic grand mal
Gejala neurologic : gangguan berat gerak langkat (Gait),
tonus otot dan gangguan pengenalan, gangguan gerak mulut
tidak terkontrol, hiperseksualitas, amnesia, bulimia
MCI (Mild Cognitive Impairment)
Bentuk peralihan antara keadaan normal dan demensia Alzheimer
Kriteria :
a. Keluhan gangguan memori
b. Gangguan memori pada pemeriksaan obyektif
c. Fungsi kognitif secara umum baik
d. AHS / ADL infark
e. Tidak mengakami demensia
C.2. Dementia Multi infark2
Didapatkan secara tersendiri atau gejala sisa dari stroke kortikal atau
subkortikal berulang.
Khas:
Gejala dan tanda menunjukan penurunan bertingkat (stepwise) dimana
setiap episode akut menurunkan keadaan kognitifnya
Pemeriksaan penunjang dengan MRI Lesi bisa dideteksi
Dementia vascular lain : Dementia senilis tipe biswanger
Penegakan diagnosis bisa dengan Skor Hachinsky
Riwayat dan gejala
Score
Onset mendadak
Deteriorasi bertahap
Depresi
Keluhan somatik
Emosi labil
Riwayat Hipertensi
Ateriosklerosis Penyerta
Interpretasi:
7 demensia vaskular
4 demensia e.c. Alzheimer
C.3. Dementia Dengan Badan Lewy (DLB)1,2
Patologinya sering mempunyai gambaran campuran dengan dementia
Alzheimer.
Gambaran klinik : Fluktuasi kognisi, halusinasi visual, parkinsonisme.
Dapatan mendukung : jatuh, sinkope, hilang kesadaran sepintas,
sensivitas neuroleptik, delusi dan halusinasi.
Gangguan memori lebih ringan dari AD (Alzheimer dementia).
D. Patofisiologi
Secara makroskopis perubahan otak pada pasien melibatkan kerusakan
berat neuron korteks dan hipokampus, serta penimbunan amiloid dalam
pembuluh darah intrakranial3.
Secara mikroskopis, terdapat perubahan morfologis (struktural) dan
biokimia pada neuron.
Perubahan morfologi terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenerasi soma (badan) dan atau akson dan dendrit
neuron3.
a. Lesi 1
b. Lesi 2
Plak senilis, terutama dari Beta Amiloid (A-Beta) yang terbentuk dalam
cairan jaringan di sekililing neuron.
Perubahan bokimia adanya penurunan sintesis asetil kolin di korteks
hipokampus sehingga terjadi penurunan kadar aktifitas kolinergik dan
menyebabkan demensia.
Agnosia
a. Ketidakmampuan mengenali/mengidentifikasi benda walaupun fungsi
sensorinya baik, misal: tidak bisa mengenali kursi meskipun visus baik.
Gangguan fungsi eksekutif
a. Berkaitan dengan gangguan di lobus frontalis atau jaras-jaras
subkortikal yang berhubungan dengan lobus frontalis.
b. Melibatkan kemampuan berpikir anstrak, merencanakan, mengambil
inisiatif, membuat urutan, memantau, menghentikan kegiatan komplek.
Perubahan kepribadian
Gangguan lain
a. Psikiatri : cemas, depresi
b. Neurologi : kejang, nyeri kepala, pingsan, kelemahan, gangguan tidur
F. Diagnosis
F.1. Anamnesis4
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri.
Menanyakan identitas Tn.X (70thn)
Menanyakan keluhan utama Mudah lupa
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang.
a. Onset 2 tahun terakhir
b. Lokasi c. Kualitas Mengganggu aktivitas sehari hari
d. Kuantitas e. Kronologis
f. Faktor yang memperberat dan memperingan.
g. Gejala penyerta susah menemukan kata kata.
Menanyakan riwayat penyakit dahulu dan faktor resiko yang
berhubungan dengan penyakit sekarang.
a. Pada usia 60 tahun pernah mengalami serangan stroke 2 kali
b. Hipertensi
c. Diabetes melitus
dilakukan
selama
1-2
menit
untuk
melihat
Score
Interpretasi
< 24
Abnormal
< 21
>25
cutoff
Range
Pendidikan 21
Keparahan
< 23
< 25
0-17
18-23
24-30
G. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena
penyebab dan patofisiologi masih belun jelas. Pengobatan simptomatik
dan suportif seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan
keluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin B, C, dan E belum mempunyai
efek yang menguntungkan3.
Nama Obat
Donepezil
Galantamine
Rivastigmine
memantine
Golongan
Indikasi
Dosis
Kolinesterase Demensia
inhibitor
ringan
s/d
sedang
Kolinesterase Demensia
inhibitor
ringan
s/d
sedang
Efek Samping
Mual, muntah,
diare, insomnia
Mual, muntah,
diare, anorexia
Mual, muntah,
pusing, diare,
anorexia
Pusing,
nyeri
kepala,
konstipasi
Nama Obat
Dosis
Sitalopram
10-40 mg/hr
Esitalopram
5-20 mg/hr
Sertralin
25-100 mg/hr
Quetiapin
25-300 mg/hr
Depresi
Agitasi, Anxietas,
perilaku Obsesif
Efek Samping
Mual,mengantuk, nyeri
kepala, tremor
Insomnia, mual, mulut
kering,
diare,
mengantuk
Mual, diare, mulut
kering,
mengantuk,
disfungsi sexual
Mengantuk,
mulut
kering,
mengantuk,
dispepsia
Olanzapin
Risperidon
Insomnia
Zolpidem
Trazodon
2,5-10 mg/hr
H. Prognosa
Dari pemeriksaan klinis 42 penderita probable demensia menunjukkan
bahwa nilai prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu1:
Derajat beratnya penyakit
Variabilitas gambaran klinis
Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis
kelamin
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita demensia.
I. Pencegahan
Memeriksa tekanan darah dan mengupayakan agar tekanan darah yang
tinggi dan resiko vaskuler lain di kendalikan dengan baik
Pencegahan dan perlindungan terjadinya cedera kepala terutama yang
berat
Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelek dan mengupayakan
aktivitas sosial dan aktivitas untuk menghibur
Mengupayakan diet yang cukup vitamin E
Mengupayakan makan makanan yang sehat , jangan terlalu banyak
lemak
Mengupayakan asupan B12 dan asam folat yamg cukup
Hindari alkohol dan merokok
Tidur yang cukup
dan memperluas
cakupan pelayanan
bertujuan
untuk
mengetahui
secara
b. Axis II
MMPI
IQ
c. Axis III
d. Axis IV
e. Axis V
ADL
IADL
QOL
DAFTAR PUSTAKA