Oleh :
Isabella J. Borolla
(2021-84-04)
Pembimbing
dr. Jane Pattiasina, Sp.OG
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini
guna penyelesaian tugas kepaniteraan klinik pada bagian Obsgyn dengan judul
referat “Infeksi Menular Seksual”.
Dalam penulisan referat ini, banyak pihak yang turut terlibat untuk
2. Orang tua dan semua pihak yang telah membantu serta memberi motivasi
Penulis menyadari bahwasanya referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan masukkan berupa kritik dan saran yang bersifat
datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga referat ini dapat
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 Definisi...........................................................................5
II.1.2 Epidemiologi..................................................................5
II.1.3 Jenis IMS........................................................................6
• Infeksi genital non-spesifik......................6
• Gonore......................................................8
• Trikomoniasis.........................................10
• Vaginosis bakterial.................................12
• Sifilis......................................................14
• Kondiloma Akuminata...........................17
BAB III PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Namun saat ini sudah terdapat banyak jenis penyakit infeksi menular
seksual. Infeksi menular seksual mempunyai beberapa ciri yaitu penularan tidak
harus dengan hubungan seksual, infeksi dapat terjadi pada orang yang belum
pernah melakukan hubungan seksual dan pada orang yang tidak berganti-ganti
pasangan, sebagian penderita adalah karena keadaan di luar kemampuan mereka
yang artinya mereka sudah berusaha untuk tidak terjangkit penyakit. penyakit.
Pada referat ini akan dibahas mengenai masing-masing etiologi, epidemiologi,
pathogenesis, manifestasi klinis, penatalaksanaan dan prognosis dari penyakit
infeksi menular menular seksual yaitu gonore, bacterial vaginosis, sifilis, ulkus
mole, herpes simpleks, kondiloma akuminatum, limfogranuloma venerium, dan
HIV/AIDS.
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Infeksi Menular Seksual (IMS)
2.2.1 Definisi
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual. Cara hubungan seksual tidak selalu genital-genital
namun bisa juga oro-genital, anogenital sehingga kelainan tidak terbatas pada
daerah genital saja. Tidak semua infeksi menular seksual ditularkan dengan
hubungan seksual namun bisa juga melalui peralatan yang tercemar cairan
tubuh (cairan vagina, sperma, dan saliva).1,2
2.2.2 Epidemiologi
lnsidens l.M.S. tetap meningkat di berbagai negeri di dunia. Banyak
laporan mengenai penyakit ini, angka-angka yang dilaporkan tidak
menggambarkan angka yang sebenarnya. Hal tersebut disebabkan oleh:1,3
1. Banyak kasus yang tidak dilaporkan karena belum ada peraturan yang
mewajibkan melaporkan setiap kasus baru l.M.S. yang ditemukan kecuali
infeksi HIV.
2. Bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.
3. Fasilitas diagnosis IMS tidak selalu tersedia di tempat layanan
kesehatan sehingga sering terjadi salah diagnosis
4. Banyak kasus IMS asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama
pasien perempuan.
5. Pengawasan pada risiko IMS belum berjalan baik.
Banyak faktor yang mempengaruhi insidens l.M.S. ini, antara lain: 1,3
1. Perubahan demografik
2. Perubahan sikap dan perilaku akibat faktor demografi di atas, terutama
dalam bidang agama dan moral.
3. Pemberian pendidikan kesehatan khususnya kesehatan genetalia belum.
4. Pemakaian obat antibiotik tanpa resep dokter, maka timbul resistensi
kuman terhadap antibiotik tersebut.
5. Fasilitas layanan kesehatan yang kurang memadai.
5
6
ETIOLOGI
Penyebab l.G.N.S.adalah Chlamydia trachomatis (50%), sedangkan
sisanya adalah: Ureaplasma urealyticum di Mycoplasma hominis,
Trichomonas vagina, virus herpes simpleks, Gardnerella vagina, Alergi dan
Bakteri. 1,2,3,4
Chlamydia trachomatis Telah terbukti bahwa lebih dari 50% daripada
semua kasus U.N.S. disebabkan oleh kuman ini Chlamydia trachomatis
merupakan parasit intraobligat, menyerupai bakteri Gram-negatif. Chlamydia
trachomatis penyebab U.N.S. ini termasuk subgrup A dan tipe serologi D-K.
Dalam perkembangannya Chlamydia tracho matis mengalami 2 fase: 1,2,3,4
Fase I : disebut fase noninfeksius, terjadi keadaan laten yang dapat
ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuman terdapat
intra selular dan berada di dalam vakuol yang letaknya menempel di inti salt
hospes, disebut badan inklusi (Bl).
Fase II : fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk
badan elementer (BE) yang dapat menimbul kan infeksi pada salt hospes yang
baru.
DIAGNOSIS
Diagnosis secara klinis sukar untuk mem bedakan infeksi karena gonore
atau non-gonore. Menegakkan diagnosis servisitis atau uretritis karena
klamidia sebagai penyebab, perlu peme riksaan khusus untuk menemukan
adanya C. trachomatis. 1,2,3,4
Pemeriksaan laboratorium sederhana relatif dan mudah, serta cepat adalah
dengan pemeriksaan pewarnaan Gram, Kriteria yang dipakai adalah: 1,2,3,4
A. lidak ditemukan diplokokus Gram-negatif maupun ekstrasel PMN
intrasalt.
B. lidak ditemukan blastospora, pseudohifa dan trikomonas.
C. Jumlah lekosit PMN > 5/LPB, pada spesimen duh uretra atau
PMN>30/LPB pada spesimen duh serviks.
D. Belum ada panduan untuk infeksi faring dan anal.
8
TATALAKSANA
Pilihan utama Doksiklin 2x100 mg sehari selama 7 hari, atau Azitromisin
1 gram dosis tunggal. atau Eritromisin untuk penderita yang tidak tahan
tetrasiklin, ibu hamil, atau berusia kurang dari 12 tahun, 4 x 500mg sehari
selama 1 minggu atau 4 x 250 mg sehari selama 2 minggu.
PROGNOSIS
Kadang-kadang tanpa pengobatan, penyakit lambat laun berkurang dan
akhirnya sembuh sen diri (50-70% dalam waktu kurang lebih 3 bulan). Se
pengobatan pengobatan ± 10% penderita akan mengalami eksaserbasi.1,2
GONORE
Definisi
lstilah Gonore, digunakan di seluruh infeksi yang disebabkan oleh kuman
Neisseria gononhoeae. lnfeksi ini merupakan infeksi menular seksual (IMS)
yang memiliki kejadian yang cukup tinggi di antara l.M.S lainnya. Morbiditas
data di RSCM infeksi pada urutan ke -3, setelah kondiloma akuminata, infeksi
genital non spesifik. Pada pengobatan terjadi perubahan karena sebagian
disebabkan oleh Neisseria gononhoeae yang telah resisten terhadap penisilin
dan disebut Neisseria gononhoeae penghasil penisilinase (P.P.N.G.) dan
beberapa antibiotik lainnya. Pada umumnya penyaluran terjadi melalui
hubungan seksual secara genito-genital, oro genital atau ano-genital. Tetapi,
dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk,
termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore
genital dan gonore ekstra genital.1,2,5
ETIOLOGI
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada
tahun 1879 dan baru berhasil dilakukan kultur pada tahun 1882, oleh
LEISTIKOW. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria terdapat 4
spesies yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis yang bersifat pathogen.1
Gonokok termasuk golongan diplokok bernbentuk biji kopi berukuran
lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan lang-sung
9
Levofloksasin
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihannya adalah
Levofloksasin 500 mg, dosis tunggal. Sedangkan Ciprofloksasin 500 mg, dan
Ofloksasin 400 mg, peroral dosis tunggal, di laporkan sudah resisten pada
beberapa daerah tertentu, di Indonesia.
Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, dosis tunggal secara oral. Angka kesembuhan adalah
97,7%. Tidak disarankan pemakaiannya pada kehamilan.
TRIKOMONIASIS
DEFINISI
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran bagian urogenital bawah pada
perempuan maupun laki-laki, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh
Trichomonas vagina/is dan penularannya melalui kontak seksual. ETIOLOGI
Penyebab trikomoniasis adalah T.vagina/is yang pertama kali ditemukan oleh
DONNE pada tahun 1836. Protozoa berbentuk filifor mis/ovoid, berukuran
15-18 mikron, mempunyai 4 flagel, dan bergerak seperti gelombang. Parasit
ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam
suasana pH 5-7,5. Pada suhu 50°C akan mati dalam beberapa menit, tetapi
pada suhu 0°C dapat bertahan sampai 5 hari. Ada dua spesies lainnya yang
dapat ditemukan pada manusia, yaitu T. tenax yang hidup di rongga mulut dan
Pentatrichomonas hominis yang hidup di kolon, dan pada umumnya tidak
menimbulkan penyakit.1,2
EPIDEMIOLOGI
Penularan umumnya melalui kontak seksual, tetapi dapat juga melalui
pakaian, dan handuk basah, atau karena berenang. trikomoniasis ditemukan
pada orang dengan aktivitas. terutama sex tinggi, tetapi dapat juga ditemukan
pada bayi dan perempuan paska menopause. penderitaan perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki.1,2,7
PATOGENESIS
11
DIAGNOSIS
Selain pemeriksaan laboratorium sederhana dengan menemukan parasit
trikomonas pada sediaan basah, dapat juga dilakukan peme riksaan dengan
pewamaan Giemsa, akridin oranye, Leishman, Gram dan Papanicolau. Teknik
pengecatan dianggap sulit karena proses fiksasi dan tahapan pewamaan yang
terlupakan dapat mengubah morfologi kuman. Pemilihan media biakan
merupakan hal penting, mengingat banyak jenis media yang digunakan. Media
modifikasi Diamond, misalnya In Pouch rv, digunakan secara luas dan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan media ini yang paling baik dan
mudah didapat.1,2,8
TATALAKSANA
Secara sistemik (oral) Obat yang sering digunakan tergolong derivat
nitromidazol seperti:1,3
- Metronidazol 2 x 500 mg per hari selama 7 hari, atau dosis tunggal 2 gram
atau
- Nimorazol: dosis tunggal 2 gram
- Tinidazol: dosis tunggal 2 gram
- Omidazol: dosis tunggal 1,5 gram
VAGINOSIS BAKTERIAL
DEFINISI
Vaginosis bakterial (VB) merupakan sindrom klinis, yang disebabkan oleh
bertambahnya banyak organisme komensal dalam vagina (yaitu Gard nerel/a
vagina/is, Prevotella, Mobiluncus spp.) serta minimnya laktobasilus teru tama
Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida. Pada vagina yang sehat,
laktobasilus ini mempertahankan suasana asam dan aerob. Penyebab spesifik
vaginosis bakterial ini masih belum diketahui pasti.1,2,3
EPIDEMIOLOGI
13
2. Terdapat clue-cells pada vagina (>20% total epitel vagina yang tampak
pada pemeriksaan sediaan basah dengan NaCl fisiologis dan syaratnya 100
kali)
3. limbul bau amis pada duh vagina yang ditetesi dengan larutan KOH
10% (tes amin positif)
4. pH duh vagina lebih dari 4,5.
TATALAKSANA
Pilihan pengobatan rejimen:1,2
1. Metronidazol dengan dosis 2 x 500 mg setiap hari selama 7 hari,
2. Metronidazol 2 gram dosis tunggal
3. Klindamisin 2 x 300 mg per oral sehari selama 7 hari
4. Tinidazol 2 x 500 mg setiap hari selama 5 hari,
5. Ampisiliri atau amoksisiin dengan dosis 4 x 500 mg per oral selama 5
hari.
SIFILIS
DEFINISI
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pal/idum,
sangat kronik dan sifat sistematik. Pada perjalannya dapat menyerang hampir
semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, punya masa laten, dan
dapat ditularkan dari ibu ke janin.1,4
EPIDEMIOLOGI
Asal penyakit ini tak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa.
Ada yang menganggap penyakit ini berasal dari penduduk Indian yang
dibawakan oleh anak buah Columbus waktu mereka kembali ke Spanyol pada
tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru
diketahui bahwa penyaluran sifilis dan gonore disebabkan oleh sanggama dan
keduanya dianggap disebabkan oleh infeksi yang sama. lnsidens sifilis di
berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisar antara 0,04- 0,52%.
lnsidens yang terendah di Cina, sedangkan yang tertinggi di Amerika Selatan.
Di Indonesia insidensnya 0,61 %. Di bagian kami penderita yang paling
15
banyak adalah stadium laten, di susul sifilis stadium I yang jarang, dan yang
langka yaitu sifilis stadum II.2,3
ETIOLOGI
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman
adalah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia
Spirochaetaceae, dan genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur,
panjangnya antara 6-15 um, lebar 0, 15 um, terdiri atas delapan sampai dua
puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju
seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara Pembelahan, pada stadium
aktif terjadi setiap tiga puluh jam.1,2,12
PATOGENESIS
Stadium dini
Pada sifilis yang didapat, Tpallidum masuk ke dalam kulit melalui
mikrolesi atau lendir bening, biasanya melalui sanggama. Kuman tersebut
membiak, bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel limfosit
dan sel plasma, terutama di perivaskular, pembuluh darah kecil berproliferasi
di kelilingi oleh Tpallidum dan sel-sel.1,2
Stadium lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, tampaknya treponema
dalam keadaan Dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum
penderita. Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat sekonyong-
konyong berubah, kenapa belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu
faktor presipitasi. Pada saat itu muncullah S 111 berbentuk guma. meskipun
pada permen karet tersebut tidak dapat ditemukan T.pallidum, reaksinya
karena hebat bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun. Setelah
mengalama masa laten yang bervariasi timbul di tempat-tempat lain.1,2
GEJALA KLINIS
I. Sifilis primer (SI)
Masa Tunas biasanya dua sampai empat minggu. T. Pallidum masuk ke
dalam lendir selaput atau kulit yang telah mengalami lesi/mikro-lesi secara
langsung, biasanya melalui sanggama. Treponema tersebut akan berkembang
16
Jika kadarnya kurang dari angka tersebut, setelah lebih dari dua puluh
empat sampai tiga puluh jam, maka kuman dapat berkembang biak.
Menurut lama kerja, terdapat tiga macam penisilin:
a. Penisilin G prokain dalam akua dengan lama kerja dua puluh
empat jam, jadi bersifat kerja singkat.
b. Penislin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat
(PAM), lama kerja tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang.
c. Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4 juta unit akan bertahan
dalam serum dua sampai tiga minggu, jadi bersifat kerja lama.
Ketiga obat tersebut diberikan secara intramuskular. Turunan penisilin
per oral tidak dianjurkan karena absorpsi oleh saluran cema kurang
dibandingkan dengan dijumlahkan.1,2
PROGNOSIS
Dengan penisilinnya, maka prog nosis sifilis ditemukan menjadi lebih
baik. Untuk menentukan penyembuhan mikrobiologik, yang berarti bahwa
semua T. Pallidum di bawah air terjun mungkin. Penyembuhan berarti sembuh
secara klinis seumur hidup, tidak menular ke orang lain, T.S.S. pada darah dan
likuor serebrospinalis selalu negative.1,2,3
KONDILOMA AKUMINATA
DEFINISI
Kondiloma akuminatum (bila banyak disebut sebagai kondilomata
akuminata), atau kutil kelamin (venereal warts) yaitu lesi berbentuk
papilomatosis, dengan permukaan verukosa, disebabkan oleh human
papil/omavirus (HPV) tipe tertentu (terutama tipe 6 dan 11), terdapat di daerah
kelamin dan atau anus.1,2,3
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini termasuk kelompok infeksi menular seksual (IMS), karena
98% penularan melalui hubungan seksual. Sisanya dapat ditularkan melalui
barang (fomites) yang tercemar partikel HPV. Frekuensinya pada laki-laki dan
perempuan sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit
langsung.
18
ETIOLOGI
Penyebab kondiloma akuminatum adalah human papillomavirus (HPV),
yaitu virus DNA yang tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai saat ini
telah dikenal sekitar 100 genotipe HPV. Namun tidak semuanya dapat
menyebabkan kondiloma akuminatum, tersering, atau 70-100%, oleh tipe 6,
11 . Selain itu pema pula ditemukan tipe 30, 42, 43, 44, 45, 51, 54, 55, dan 70.
Beberapa tipe HPV tertentu mungkin onkogenik tinggi, yaitu tipe 16 dan 18,
yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Tipe 6 dan 11 lebih sering
dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial serviks
derajat ringan.1,2,13
GEJALA KLINIS
Penyakit ini terutama terletak di daerah lipatan yang lembab, misalnya di
daerah genitalia ekstema. Pada laki-laki tempat predileksinya di perineum dan
sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, di dalam meatus uretra, korpus,
dan pangkal penis. Pada perempuan di daerah vulva dan sekitamya, introitus
vagina, kadang-kadang pada porsio uteri. Dengan semakin banyak kejadian
hubungan seksual anogenital, semakin banyak pula kondiloma akuminatum di
daerah anus dan sekitarnya.2,3
Kondisi lembab, misalnya pada perempuan dengan fluor albus atau pada
laki-laki yang tidak disirkumsisi, lesi kondiloma akuminata lebih cepat
membesar dan bertambah banyak. selain itu, kondisi imunitas yang menurun,
misalnya pada orang yang terinfeksi HIV atau mengalami transplantasi organ
tubuh, juga akan menambah cepat pertumbuhan kondiloma akuminatum.
dalam keadaan hamil, akan menambah banyak lesi dan akan cepat sembuh
dengan berakhirnya kehamilan.2,3,14
Kondiloma akuminatum sering tidak menimbulkan keluhan, namun
disertai rasa gatal. Bila terdapat infeksi sekunder, dapat menimbulkan rasa
nyeri, bau kurang enak, dan mudah berdarah.15
DIAGNOSIS
Kondiloma akuminatum terutama didiagnosis secara klinis karena
bentuknya yang khas. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan tes asam
19
asetat. Lesi dan kulit atau mukosa sekitamya dibungkus dengan kain kasa
yang telah dibasahi dengan larutan asam asetat 5% selama 3-5 menit. Setelah
kain kasa dibuka, seluruh area yang dibungkus tadi, diperiksa dengan kaca
pembesar (pembesaran 4-8 kali). Hasil tes yang positif disebut sebagai positif
acetowhite, terjadi warna putih akibat ekspresi sitokeratin pada sel suprabasal
yang terinfeksi HPV. Bagian sel ini mengandung banyak protein, dan warna
putih terjadi sebagai akibat denaturasi protein. Lesi HPV seringkali
menunjukkan pola kapillar (punctuated capillary pattern) yang berbatas tegas.
Pada keadaan inflamasi, tes dapat menunjukkan hasil positif namun dengan
pola yang lebih difus dan tidak beraturan.1,2,3,14
TATALAKSANA
Pilihan obat berdasarkan keadaan lesi, yaitu jumlah, ukuran dan bentuk,
serta lokasi. Cara pengobatan dapat dibagi atas pengobatan yang dilakukan
oleh pasien (home-patient-applied treatment) dan pengobatan oleh dokter
(physician app/ied treatment).1,2,3,14
1. Kemoterapi. sebuah.
a. Tinktura podofilin 25% Aplikasi dilakukan oleh dokter, tidak boleh
oleh pasien sendiri. Kulit di sekitarnya dilindungi dengan vaselin agar
tidak terjadi iritasi, dan pusing setelah 4-6 jam. Jika belum ada
penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali
mempersembahkan jangan melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan
bersifat toksik.13,14
b. Asam triklorasetat (asam trikloroasetat atau TCA) konsentrasi 80-90%
Obat ini juga dioleskan oleh dokter dan dilakukan setiap minggu. Pem
beriannya harus berhati-hati, karena dapat menimbulkan iritasi hingga
ulkus yang dalam. Boleh diberikan pada ibu hamil.13,14
c. 5-fluorourasil konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama
pada lesi di meatus uretra. Pemberiannya setiap hari oleh pasien sendiri
sampai lesi hilang. Pasien disarankan untuk tidak miksi selama 2 jam
setelah pengobatan.1,13
PROGNOSIS
20
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Juanda A, Suriadiredja ASD, Sudharmono A. ILMU PENYAKIT KULIT
DAN KELAMIN. Edisi ke-7. Menaldi SLS, editor. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UNiversita Indonesia; 2021.
2. IMS edisi 5-2.pdf.
3. Holmes KK, Sparling PF, Watts H, Cohen MS. King Holmes sexual
transmitted diseases. 4th Editio. Wasserheit J, Corey L, editors. New York;
2018.
4. Redfield RR, Kenzie WR Mac, Kent CK, Damon G, Dunworth S, Hood
TM, et al. Sexually Transmitted Infections Treatment Guidelines, 2021,
Recommendations and Reports / Vol. 70 / No. 4 [Internet]. Vol. 67, Rep.
2021. Available from: https://www.cdc.
5. Chan PA, Robinette A, Montgomery M, Almonte A, Cu-Uvin S, Lonks JR,
et al. Extragenital Infections Caused by Chlamydia trachomatis and
Neisseria gonorrhoeae: A Review of the Literature. Infect Dis Obstet
Gynecol. 2016;2016.
6. Suay-García B, Pérez-Gracia MT. Future prospects for neisseria
gonorrhoeae treatment. Antibiotics. 2018;7(2).
7. Patel EU, Gaydos CA, Packman ZR, Quinn TC, Tobian AAR. Prevalence
and correlates of trichomonas vaginalis infection among men and women in
the United States. Clin Infect Dis. 2018;67(2):211–7.
8. Van Der Pol B. Clinical and Laboratory Testing for trichomonas vaginalis.
J Clin Microbiol. 2016;54(1):7–12.
9. Greenbaum S, Greenbaum G, Moran-Gilad J, Weintruab AY. Ecological
dynamics of the vaginal microbiome in relation to health and disease. Am J
Obstet Gynecol [Internet]. 2019;220(4):324–35. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2018.11.1089
10. Han C, Li H, Han L, Wang C, Yan Y, Qi W, et al. Aerobic vaginitis in late
pregnancy and outcomes of pregnancy. Eur J Clin Microbiol Infect Dis.
2019;38(2):233–9.
11. Verstraelen H, Swidsinski A. The biofilm in bacterial vaginosis:
21
Implications
for epidemiology, diagnosis and treatment: 2018 update. Curr Opin Infect Dis.
2019;32(1):38–42.
12. Hook EW. Syphilis. Lancet. 2017;389(10078):1550–7.
13. Brianti P, De Flammineis E, Mercuri SR. Review of HPV-related diseases
and cancers. New Microbiol. 2017;40(2):80–5.
14. Betz SJ. HPV-Related Papillary Lesions of the Oral Mucosa: A Review.
Head Neck Pathol [Internet]. 2019;13(1):80–90. Available from:
http://dx.doi.org/10.1007/s12105-019-01003-7
15. Costa-Silva M, Rodrigues AG, Fernandes I, Lisboa C. Anogenital warts in
pediatric population. An Bras Dermatol. 2017;92(5):675–81.
22
22