Anda di halaman 1dari 42

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2023


UNIVERSITAS PATTIMURA

PNEUMONIA

Disusun Oleh

Isabella J Borolla
(2021-84-004)

Pembimbing
dr. Rizki Ayu Rizal, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul “

Pneumoni ”. Laporan Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Anak. Penyusunan Laporan

Kasus ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari berbagai pihak.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

dr. Rizki Ayu Rizal Sp.A, selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu,

pikiran, dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kasus ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan demi perbaikan penulisan Laporan Kasus ini kedepannya. Semoga

laporan Laporan Kasus dapat memberikan manfaat ilmiah bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Ambon, Juni 2023

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : By. A. B

Umur : 2 hari

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Lorong Gadihu

Lahir : 4 Juni 2023

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 5 juni 2023

Mulai dijadikan Kasus : 9 juni 2023

B. ANAMNESIS

Alloanamnesis diperoleh dari Ibu pasien :

Keluhan Utama : Napas Berbunyi

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang bayi perempuan berusia 2 hari diantar ibunya dengan keluhan

batuk sejak 2 minggu SMRS. Batuk berlendir susah dikeluarkan,

pasien juga mengeluhkan demam 2 hari SMRS, dan sejak usia 2 bulan

keluarga mengatakan pasien tidak mengalami kenaikan berat badan.

Keluhan seringkali dialami saat pasien diberikan minum. Pilek (-).

Keluhan lain disangkal. Minum kurang. BAB dan BAK baik.

2. Riwayat Penyakit dan Pengobatan Sebelumnya : -

3. Riwayat Penyakit Keluarga : -


4. Riwayat Pribadi/Sosial
a. Riwayat Kehamilan Ibu

Pasien merupakan anak pertama. Tidak terdapat riwayat keguguran

sebelumnya.

b. Riwayat Persalinan

Pasien lahir secara SC. Pasien lahir sesuai usia kehamilan. Berat

badan lahir 3000 gram dan panjang badan lahir 48 cm.

c. Riwayat Nutrisi

Pasien minum susu formula

d. Riwayat Imunisasi

Imunisasi lengkap.

e. Keadaan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Keluarga

Pasien tinggal dengan kedua orang tua pasien. Ibu pasien merupakan

seorang ibu rumah tangga.

C. PEMERIKSAAN FISIK (06/05/2023)

1. Status Antropometri
a. BB sekarang : 3050 gram

b. TB sekarang : 49 cm

2. Status Gizi Kurva WHO

a. BB/U : -2SD s/d 0SD

b. TB/U : -2SD s/d 0SD

c. BB/TB : -1SD s/d 2SD

d. Status Gizi : Gizi baik dengan perawakan normal

3. Tanda Vital

a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

b. Kesadaran : compos mentis

c. Nadi : 128 x/menit

d. Respirasi : 48 x/m

e. Suhu Aksila : 36,0 °C

f. Saturasi oksigen : 99% dengan nasal kanul 0,5 lpm


4. Status Generalis

a) Kepala

• Bentuk: Normocephal

• Mata : CA (-/-), SI (-/-)

• Telinga : Otorrhea (-/-)

• Hidung : Rhinnorhea (-)

• Mulut : Bibir tampak kering (-), sianosis (-)

b) Leher

Pembesaran kelenjar getah bening (-)

c) Thorax
• Jantung
: BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

• Paru-paru : simetris, retraksi (-), vesikuler (+/+), rhonki


(+/+), wheezing (-/-)

d) Abdomen : Bising usus (+) kesan normal, NT (-).

e) Ekstremitas: Akral hangat, edema (-), sianosis (-), capillary


refill time < 3 detik

f) Kulit : Teraba hangat, Ikterus (-), turgor kulit


kembali cepat.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Labolatorium Darah Lengkap (06-06-2023)

INDIKATOR HASIL NILAI RUJUKAN

3
WBC 15,3 4.0 – 10.0 x 10 /µL

NEU% 59,9 28% - 78%

LYM% 25,8 20% - 50%

MON% 9,0 1.0% - 6.0%

EO% 2,6 1.0% - 5.0%

BA% 1,5 0.0% - 2.0%

6
RBC 4,34 4.3 – 5.6 x 10 /µL

HGB 15,3 12.0 – 17.0 gr/dL

HCT 44,9 40 – 48%

MCV 104,0 80.0 – 100 fL

MCH 35,3 28.0 – 32.0 pg

MCHC 34,1 31.0 – 35.0 gr/dL

3
PLT 327 150 – 350 x 10 /µL

MPV 6,1 7.0 – 11.0 fL


2. Foto Thorax (08-06-2023)

 Asimetris, kondisi film cukup dan inspirasi cukup

 Cor bentuk dan ukuran DBN

 Tampak bercak infiltrate pada lapangan atas dan tengah pada pulmo kanan

 Pemadatan dan pembesaran hilus bilateral (-)

 Kedua sinus dan diafragma DBN

 Tulang-tulang intak

Kesan : Pneumonia dextra


3. Morfologi Darah Tepi (06-06-2023)

- Eritrosit : eritrosit gambaran normositik normokrom, ovalosit (+), polikromasia,


sel target (+) normoblast (+) bendra inklusi (-)
- Leukosit : Jumlah cukup, PMN > limfosit, granulasi toksik (+) vakuolisasi (+) sel
muda (-)
- Trombosit : Jumlah Cukup, Giant trombnosit (+)
- Kesan : leukosit dengan tanda-tanda infeksi
- IT ratio : 5%

4. Fungsi Hati (07-06-2023)

- Bilirubin total 5.2 mg/dl


- Bilirubin indirect 2,0 mg/dl

E. RESUME
Seorang anak laki-laki berusia 9 bulan diantar ibunya ke IGD dengan

keluhan batuk sejak 2 minggu SMRS. Batuk berlendir susah

dikeluarkan, pasien juga mengeluhkan demam 2 hari SMRS, dan sejak

usia 2 bulan keluarga mengatakan pasien tidak mengalami kenaikan

berat badan. Keluhan seringkali dialami saat pasien diberikan minum.

Nafsu makan dan minum baik. BAB dan BAK baik. Riwayat kontak

dengan pasien konsumsi OAT disangkal. Riwayat imunisasi pasien

tidak lengkap sejak usia 3 bulan. BB dan TB pasien 3,7 kg dan 63 cm

sehingga didapatkan status gizi yaitu gizi buruk dengan perawakan

sangat pendek. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan nadi

136x/menit dan saturasi oksigen 98% dengan nasal kanul 0,5 lpm.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bibir tampak kering, pada paru

terdengar bunyi rhonki pada kedua lapang paru, dan perut tampak

cembung, undulasi (+). Pada pemeriksaan laboratorium darah lengkap

didapatkan penurunan HGB 10,4 g/dL, penurun RBC 3,97 juta/uL,

penurunan HCT 32,7%, penurunan MPV 6,3 fl, peningkatan monosit

13,9% dan peningkatan eosinophil 8,2%. Pada pemeriksaan foto

thorax didapatkan kesan pneumonia bilateral disertai dengan

lymphadenopathy dextra suspek spesifik. Serta dilakukan

echocardiogram 2 kali yang pertama pada tanggal 12 Mei 2023

didapatkan kesan suspek CC-TGA (Congenitally Corrected

Transported of Great Arteries) dan 3 hari setelahnya dilakukan

echocardiogram lagi didapatkan kesan TR-PR.

F. DIAGNOSIS KERJA

Pneumonia

G. DIAGNOSIS BANDING

− Pneumonia

− Asma

H. TATALAKSANA

− Kebutuhan cairan 90x3,0kg = 270cc/hari


12x22 cc via OGT
− IVFD D5% ½ NS 1 tpm

− Inj. Ampicilin 140mg/12jam/iv

− Inj. Gentamicin 14mg/24jam/iv

H. PROGNOSIS

− Ad Vitam : bonam
− Ad Functionam : dubia ad bonam
− Ad Sanationam : dubia ad bonam

I. FOLLOW UP

Tanggal S O A P
06/06/23  Muntah (+)  KU : TSS  Kebutuhan cairan
HP+1  Napas  Kesadaran : compos  Pneumonia per hari
berbunyi(+) mentis 80ml/Kgbb/hari
 Demam (-)  HR: 125x/menit = 80x2,9kg =
 BAB (+) BAK  RR: 56x/menit 232cc/hari
(+)  SpO2: 96% NC 0,5 Lpm = 12x19 cc via
 T: 36,2OC OGT
 IFVD D5% ½ NS
Status Generalis: 1 tpm
 Kepala: Normocephal  Inj. Ampicilin 14
 Mata: CA(-/-), SI (-/-), mg/12 jam/iv
cekung (-/-)  Inj. Gentamycin
 Telinga: othore (-/-) 140 mg/24 jam/iv
 Hidung: rhinore (-/-)
 Mulut: sianosis (-), bibir
kering (-), lidah kotor (-)
 Leher: pembesaran KGB
(-)
 Tenggorokan: SDE
 Thorax: retraksi (-)
 Pulmo: BN: vesikuler
(+/+), wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
 Cor: BJ I/II reguler,
murmur (-), gallop (-)
 Abdomen: BU (+)NT
(-), hepatomegali (-)
splenomegali (-)
 Ekstremitas: akral
hangat, CRT <3 detik

Tanggal S O A P
07/06/23  Muntah (-)  KU : TSS  Kebutuhan cairan
HP+2  Napas  Kesadaran : compos  Pneumonia per hari
berbunyi(+) mentis 90ml/Kgbb/hari
 Demam (-)  HR: 128x/menit = 80x3,0kg =
BAB (+) BAK  RR: 48x/menit 270cc/hari
(+)  SpO2: 98% NC 0,5 Lpm = 12x22 cc via
 T: 36,0OC OGT
 IFVD D5% ½ NS
Status Generalis: 1 tpm
 Kepala: Normocephal  Inj. Ampicilin 14
 Mata: CA(-/-), SI (-/-), mg/12 jam/iv
cekung (-/-)  Inj. Gentamycin
 Telinga: othore (-/-) 140 mg/24 jam/iv
 Hidung: rhinore (-/-)
 Mulut: sianosis (-), bibir
kering (-), lidah kotor (-)
 Leher: pembesaran KGB
(-)
 Tenggorokan: SDE
 Thorax: retraksi (-)
 Pulmo: BN: vesikuler
(+/+), wheezing (-/-),
rhonki (++)
 Cor: BJ I/II reguler,
murmur (-), gallop (-)
 Abdomen: BU (+)NT
(-), hepatomegali (-)
splenomegali (-)
 Ekstremitas: akral
hangat, CRT <3 detik

Tanggal S O A P
08/06/23  Muntah (-)  KU : TSS  Kebutuhan cairan
HP+3  Napas  Kesadaran : compos  Pneumonia per hari
berbunyi(+) mentis 120ml/Kgbb/hari
 Demam (-)  HR: 127x/menit = 120x2,9kg =
BAB (+) BAK (+)  RR: 48x/menit 348cc/hari
 SpO2: 99% room air = 12x22cc
 T: 36,3OC  IFVD D5% ½ NS
1 tpm
Status Generalis:  Inj. Ampicilin 14
Status Generalis: mg/12 jam/iv
 Kepala: Normocephal  Inj. Gentamycin
 Mata: CA(-/-), SI (-/-), 140 mg/24 jam/iv
cekung (-/-)
 Telinga: othore (-/-)
 Hidung: rhinore (-/-)
 Mulut: sianosis (-), bibir
kering (-), lidah kotor (-)
 Leher: pembesaran KGB
(-)
 Tenggorokan: SDE
 Thorax: retraksi (-)
 Pulmo: BN: vesikuler
(+/+), wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
 Cor: BJ I/II reguler,
murmur (-), gallop (-)
 Abdomen: BU (+)NT
(-), hepatomegali (-)
splenomegali (-)
 Ekstremitas: akral
hangat, CRT <3 detik

Tanggal S O A P
09/06/23  Batuk berlendir  KU : TSS  Kebutuhan cairan
HP+4  Gatal pada  Kesadaran : compos  Pneumonia per hari
seluruh tubuh mentis 160ml/Kgbb/hari
 Makan dan  HR: 140x/menit = 160x3,0kg =
minum baik  RR: 40x/menit 494cc/hari
 BAB dan BAK  SpO2: 96% room air = 12x41cc
baik  T: 36,2OC  IFVD D5% ½ NS
1 tpm
Status Generalis:  Inj. Ampicilin 14
Status Generalis: mg/12 jam/iv
 Kepala: Normocephal  Inj. Gentamycin
 Mata: CA(-/-), SI (-/-), 140 mg/24 jam/iv
cekung (-/-)
 Telinga: othore (-/-)
 Hidung: rhinore (-/-)
 Mulut: sianosis (-), bibir
kering (-), lidah kotor (-)
 Leher: pembesaran KGB
(-)
 Tenggorokan: SDE
 Thorax: retraksi (-)
 Pulmo: BN: vesikuler
(+/+), wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
 Cor: BJ I/II reguler,
murmur (-), gallop (-)
 Abdomen: BU (+)NT
(-), hepatomegali (-)
splenomegali (-)
 Ekstremitas: akral
hangat, CRT <3 detik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. PNEUMONIA

A. Definisi

I. Definisi
Penyakit pneumonia pada balita merupakan salah satu masalah
Kesehatan yang belum dapat terselesaikan di Indonesia. Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) pneumonia adalah
infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru(alveoli).Pneumonia adalah
radang akut yang menyerang jaringan paru dan sekitarnya. Pneumonia
adalah manifestasi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang paling
berat karena dapat menyebabkan kematian. Penyebab pneumonia adalah
bakteri, virus, ataupun jamur (IDAI 2017).3
Menurut WHO (2006) pneumonia adalah bentuk inflamasi pada daerah
saluran pernapasan, sedangkan menurut Buku Saku Kesehatan Anak
Indonesia (2007) pneumonia ini merupakan penyakit yang disebabkan
oleh viru, bakteri, atau jamur dan biasanya akan sulit menentukan secara
spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto rontgen thorax. 4
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pneumonia adalah salah satu infeksi saluran pernafasan yang
bersifat secara akut yang secara spesifik merupakan peradangan pada
parenkim paru yang lebih sering terjadi pada bayi dan awal masa kanak-
kanak.
II. Epidemiologi
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang merupakan penyebab utama
kematian pada balita di dunia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 melaporkan bahwa kematian balita di Indonesia mencapai 15,5%.2
Pada profil Kesehatan Republik Indonesia data tahun 2017 didapatkan
angka insiden pneumonia di Indonesia sebesar 20,54 per 1000 balita..
Pada tahun 2013 ditemukan kasus pneumonia balita sebanyak 571.547
kasus. Kasus tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2014 menjadi
657.490 kasus. Penurunan angka kasus terjadi pada tahun 2015 dengan
besaran 554.650 kasus. Namun, pada tahun 2016 kembali mengalami
peningkatan hingga terbanyak 568.146 kasus dan menurun pada tahun
2017 sebesar 511.434 kasus.2,3

III. Faktor Risiko dan Etiologi


Pola kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda sesuai dengan
distribusi usia pasien. Secara umum bakteri yang paling sering berperan
penting dalam pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, haemophilus
influenzae, Staphylococcus aureus, Streptococcus group B, serta kuman
atipik klamidia dan mikoplasma.5,6

Tabel III.1 Faktor Risiko Pneumonia pada Anak dan Neonatus25

Faktor Risiko Pneumonia (anak) Faktor Risiko Pneumonia (neonatus)


Jenis Kelamin Laki-laki : Perempuan : 2:1 Early-onset
 Faktor Sosioekonomi/lingkungan :  Early-Onset :
 Sosioekonomi rendah (family size, crowdling)  Prolonged rupture of the fetal membranes (>18
 Tingkat pengetahuan maternal yang kurang hours)
 Akses faskes yang kurang  Maternal amnionitis
 Malnutrisi  Premature delivery
 Tidak diberikan ASI  Fetal tachycardia
 Merokok (aktif dan pasif)  Maternal intrapartum fever
 Alkohol,obat-obatan
 Kondisi Kelainan Kardiopulmoner :  Late-Onset :
 Congenital Heart Disease  Assisted ventilation (4 times higher in intubated
 Bronkopulmoner dysplasia dan PPOK than in nonintubated)
 Diabetes mellitus  Anomalies of the airway (choanal atresia, cystic
 Asma adenomatoid malformations)

 Kelainan neuromuscular  Severe underlying disease

 Gastrointestinal (GERD, trakeoesofageal fistula)  Prolonged hospitalization

 Congenital and acquired immunodeficiency  Neurologic impairment resulting in aspiration of

disorders. gastrointestinal contents


 Nosocomial infections due to poor hand washing or
overcrowding

Patogen Neonatus Infants Anak<5 tahun Anak>5 tahun


Virus -Herpes Simplex -Cytomegalovirus -Respiratory -Virus respiratori
-Enterovirus (CMV) syncytial virus -Coronavirus
-Adenovirus -Respiratory influenza A and B -Varicella-zooster (jarang)
-Mumps syncytial virus -Parainfluenza virus -EBV
-Congenital rubella -Influenza (tipe 3)
-Cytomegalovirus -Adenovirus Adenovirus serotipe
-Metapneumovirus 1,2,3,4,5,6
-Human
metamneumovirus
-Rhinovirus
-Coronavirus
(termasuk sindrom
respiratori akut berat)

Bakteri -Streptokokus grup B -Streptococcus -Streptococcus -Streptococcus pneumoniae


-Bakteri enteric gram pneumoniae pneumoniae -Haemophilus Influenzae
(-) -Haemophilus -Haemophilus -Mycobacterium tuberculosis
-Ureaplasma Influenzae Influenzae -Coxiella burnetti
urealyticum -Mycobacterium -Mycobacterium -Klebsiella pneumoniae
-Listeria tuberculosis tuberculosis -Streptococcus pyogenes
monocytogenes -Ureplasma -Coxiella burnetti
-Streptococcus urealyticum -Klebsiella
pneumoniae -Bordetella pertussis pneumoniae
-Streptokokus grup D -Streptococcus
anaerob pyogenes

Jamur Candida species :


-Rate of colonization
of GI and Respiratory
tract of very low-
birth-weight infants
is 25% (during labor
& delivery)
-Pneumonia in 70%
of infants with
systemic candida
Lain-lain Congenital
toxoplasmosis

Tabel III.2 Etiologi Pneumonia Berdasarkan Patogen Penyebab dan Usia25

IV. Klasifikasi Pneumonia


Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi serta letak
anatomi yang terkena : 7,8,9
a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan tempat yang menjadi faktor risiko :
 Community Acquired Pneumonia (CAP) : pneumonia infeksius
pada anak yang sangat berpengaruh erat dengan keadaan
sosioekonomi dan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
sekolah
 Hospital Acquireed Pneumonia (HAP) : pneumonia yang
didapatkan anak selama menjalani perawatan di rumah sakit
atau sesudah dirawat dikarenakan penyakit lain atau prosedur
perawatan yang dijalani
 Ventilator Acquired Pneumonia (VAP) : pneumonia yang
didapat anak selama menjalani prosedur perawatan dirumah
sakit dengan menggunakan ventilator (ICU)
b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan area paru yang terkena :10,11
 Pneumonia lobaris : melibatkan seluruh atau satu bagian besar
dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena
pneumonia, maka disebut dengan pneumonia bilateral
 Pneumonia lobularis : terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
 Pneumonia Intertsisial : proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (intertsisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular
c. Klasifikasi pneumonia berdasarkan ringan dan beratnya gejala :
 Pneumonia ringan : ditandai dengan batuk atau sulit bernafas,
nafas cepat, atau adanya tarikan dinding dada bawah.
 Pneumonia berat : ditandai dengan batuk/sulit bernafas dengan
saturasi oksigen<90%/central cyanosis, distress pernafasan
(merintih,tarikan dinding dada berat), terdapat tanda
pneumonia dengan tanda bahaya umum (tidak mau minum,
letargi, bahkan bisa sampai kejang)

V. Patogenesis, Patofisiologi, dan Manifestasi Klinis
Proses patogenesis pneumonia berhubungan dengan tiga faktor, yaitu
keadaan imunitas pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien dan
lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan : (1) inokulasi langsung; (2)
penyebaran melalui darah; (3) inhalasi bahan aerosol; (4) kolonisasi di
permukaan mukosa. Dari keempat cara tersebut, mekanisme yang
tersering ialah dengan cara kolonisasi.14,15

Gambar V. 1 Gambaran Patogenesis Pneumonia26

Basil yang masuk bersama secret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi
peradangan berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuk
antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan
leukosit yang lain melalui psedopodosis sistoplasmik mengelilingi bakteri tersebut
kemudian terjadi proses fagositosis. Pada waktu terjadi perlwanan antara host dan
bakteri, maka akan tampak empat zona pada daerah pasitik, yaitu : (1) zona luar
(edema) : alveoli yang terisi dengan bakteri dan cairan edema; (2) zona permulaan
konsolidasi (red hepatization) : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah
merah; (3) zona konsolidasi yang luas (grey hepatization) : daerah tempat terjadi
fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak; (4) zona resolusi E : daerah
tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar
makrofag.14,15

VI. Klasifikasi Pneumonia


Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi serta letak
anatomi yang terkena : 7,8,9
d. Klasifikasi pneumonia berdasarkan tempat yang menjadi faktor risiko :
 Community Acquired Pneumonia (CAP) : pneumonia infeksius
pada anak yang sangat berpengaruh erat dengan keadaan
sosioekonomi dan lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
sekolah
 Hospital Acquireed Pneumonia (HAP) : pneumonia yang
didapatkan anak selama menjalani perawatan di rumah sakit
atau sesudah dirawat dikarenakan penyakit lain atau prosedur
perawatan yang dijalani
 Ventilator Acquired Pneumonia (VAP) : pneumonia yang
didapat anak selama menjalani prosedur perawatan dirumah
sakit dengan menggunakan ventilator (ICU)
e. Klasifikasi pneumonia berdasarkan area paru yang terkena :10,11
 Pneumonia lobaris : melibatkan seluruh atau satu bagian besar
dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena
pneumonia, maka disebut dengan pneumonia bilateral
 Pneumonia lobularis : terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
 Pneumonia Intertsisial : proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (intertsisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular
f. Klasifikasi pneumonia berdasarkan ringan dan beratnya gejala :
 Pneumonia ringan : ditandai dengan batuk atau sulit bernafas,
nafas cepat, atau adanya tarikan dinding dada bawah.
 Pneumonia berat : ditandai dengan batuk/sulit bernafas dengan
saturasi oksigen<90%/central cyanosis, distress pernafasan
(merintih,tarikan dinding dada berat), terdapat tanda
pneumonia dengan tanda bahaya umum (tidak mau minum,
letargi, bahkan bisa sampai kejang)

VII. Patogenesis, Patofisiologi, dan Manifestasi Klinis


Proses patogenesis pneumonia berhubungan dengan tiga faktor, yaitu
keadaan imunitas pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien dan
lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan : (1) inokulasi langsung; (2)
penyebaran melalui darah; (3) inhalasi bahan aerosol; (4) kolonisasi di
permukaan mukosa. Dari keempat cara tersebut, mekanisme yang
tersering ialah dengan cara kolonisasi.14,15

Gambar V. 1 Gambaran Patogenesis Pneumonia26


Basil yang masuk bersama secret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi
peradangan berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuk
antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan
leukosit yang lain melalui psedopodosis sistoplasmik mengelilingi bakteri tersebut
kemudian terjadi proses fagositosis. Pada waktu terjadi perlwanan antara host dan
bakteri, maka akan tampak empat zona pada daerah pasitik, yaitu : (1) zona luar
(edema) : alveoli yang terisi dengan bakteri dan cairan edema; (2) zona permulaan
konsolidasi (red hepatization) : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah
merah; (3) zona konsolidasi yang luas (grey hepatization) : daerah tempat terjadi
fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak; (4) zona resolusi E : daerah
tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar
makrofag.14,15
VIII. Diagnosis
Pendekatan terhadap anak dengan dugaan pneumonia dimulai dengan
Riwayat yang terperinci dan pemeriksaan fisik yang cermat. Riwayat
penyakit yang didapatkan pada saat anamnesis lebih memungkinkan untuk
mengungkapkan demam, dengan gejala pernafasan yang terkait, termasuk
gejala batuk dan takipnea.19,20
Pada pemeriksaan fisik, dokter harus memberikan perhatian khusus
pada penampilan umum atau keadaan umum, khususnya untuk menilai
apakah anak sudah mausk dalam keadaan hipoksia dan sianosis. Meskipun
kehadiran demam tidak spesifik untuk pneumonia, hal itu bisa mungkin
bisa menjadi salah satu tanda terjadinya pneumonia okultisme.Dalam
tinjauan sistematis sudah dijelaskan, bahwa takipnea dua kali lebih sering
pada anak-anak. Tanda-tanda lain dari gangguan pernapasan termasuk
peningkatan otot aksesorius untuk pernapasan (intercostal,subcostal, atau
terjadinya retraksi suprasternal;nasal flares yang melebar).19,20
Penting untuk menyebutkan bahwa banyak pasien yangs secara klinis
yang diduga memiliki pneumonia hanay perlu mendapat terapi empiric
tanpa perlu pemeriksaan pencitraan atau pemeriksaan laboraturium kecuali
untuk anak-anak yang sudah mengalami keadaan dengan hipoksia dan
ketidakmampuan untuk makan dan minum.19,20
Adapun akan dibahas mengenai mendiagnosis anak dengan pneumonia
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan penunjang sesuai
dengan indikasi:19,20
a. Anamnesis
Pasien anak biasanya akan datang dengan keluhan sesak yang
disertai demem tinggi,batuk.Dapat juga ditemui nafas yang
cepat,gelisah, dan bahkan keadaan membiru pada anak. Hal yang perlu
ditanyakan, ialah :21,22
 Onset : akut atau kronik? dan perlu ditanyakan mengenai
durasi
 Kronologi : berhubungan dengan pola intermitten atau secara
terus-menerus dan perlu ditanyakan mengenai frekuensi
(apakah setiap hari,per minggu, atau per bulan/malam/pagi?)
 Kualitas dan progresi : apakah gejala semakin membaik atau
memburuk dibandingkan dengan sebelumnya.
 Severity : tingkat keparahan (ringan,sedang, berat)
 Modifying factors : precipitating and relieving factors (faktor-
faktor yang memperberat dan faktor yang mengurangi gejala,
misalnya apakah sebelumnya sudah ada penggunaan obat, baik
itu usaha untuk mengurangi gejala ataupun berhubungan
dengan Riwayat penyakit terdahulu
 Associated symtomps : yang berhubungan dengan gejala lain,
missal batuk,mengi/wheezing,hemoptisis,sesak mapas, nyeri
dada,ortopnea dan juga perlu ditanyakan mengenai systemic
symptoms, yang berupa gejala-gejala sistemik berupa demam,
malaise, amoreksia, dan penurunan berat badan.
 Riwayat lain : apakah pasien sebelumnya pernah kontak
dengan apsien TB (atau batuk kronik) dalam keluarga atau
lingkungan tempat tinggal,Riwayat tersedak,Riwayat infeksi
HIV)
 Penting juga untuk ditanyakan mengenai Riwayat imunisasi
pada anak : BCG, DPT, campak,Hib
 Riwayat atopi : untuk keadaan tertentu, seperti asma,rhinitis
atopi/alergi, baik pada pada pasien anak maupun pada
keluarganya.
b. Pemeriksaan Fisik24,25
o Keadaan umum :
 Sianosis sentral
 Merintih/grunting, pernapasan yang menggunakan
cuping hidung, wheezing, stridor
 Kepala anak terangguk-angguk
 Peningkatan tekanan vena jugularis
 Telapak tangan sangat pucat
o Abdomen : dapat terjadi hepatomegali dan splenomegali
o Pemeriksaan thorax : untuk menilai frekuensi pernapasan yang
berdasarkan pada usia anak.
 Usia <2 bulan : >60 kali/menit
 Usia 2 – 11 bulan : >50 kali/menit
 Usia 1- 5 tahun : >40 kali/menit
 Usia >5 tahun ; >30 kali/menit
o Perkusi : bisa terjadi redup (harus dicermati karena
kemungkinan sudah amsuk kedalam tanda-tanda efusi pleura
atau dapat terjaid hipersonor (sebagai salah satu tanda
pneumothorax)
o Auskultasi : dapat ditemukan adanya crackles (ronkhi) atau
suara nafas yang bronkial.
c. Pemeriksaan Penunjang24,25
 Complete Blood Count / Darah Perifer Lengkap : untuk
membedakan pneumonia yang disebabkan oleh virus dan
mikoplasma, jumlah leukosit masih dalam batas normal atau
bisa juga sedikit meningkat, sedangkan pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri, terjadi leukositosis (15.000 –
40.000/mm3) dengan predominan leukosit PMN. Pada infeksi
Chlamydia pneumoniae kadang-kadang ditemukan adanya
eosinophilia.
 C-Reactive Protein : CRP sendiri merupakan suatu protein
pada fase akut yang disintesis oleh hepatosit, secara klinis CRP
digunakan sebagai alat diagnostic untuk membedakan antara
faktor infeksi dan oninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau
infeksi bakteri superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya
lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri superfisialis
daripada infeksi bakteri bakteri profunda.
 Uji Serologis : pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi
antigen dan antibody pada infeksi bakteri yang memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Diagnosis infeksi
Streptokokus grup A dapat diketahui dengan titer antibody
yang meningkat seperti antistreptomisin ),streptozim, atau
antiDNase B.Peningkatan titer juga bisa menunjukkan adanya
infeksi yang pernah terjadi. Untuk membedakannya diperlukan
serum fase akut dan serum pada fase konvalesen, namun secara
umum uji serologis tidak terlalu bermanfaat untuk
mendiagnosis pneumonia atipikal, seperti mikoplasma dan
klamidia, serta beberapa virus (RSV, sitomegalovirus,
campak,influenza A atau B, adenovirus), peningkatan antibody
IgM dan IgG dapat membantu diagnosis.
 Pemeriksaan mikrobiologis : pemeriksaan ini pada anak tidak
perlu dilakukan, kecuali pada pneumonia yang berat dan
memerlukan rawat inap dirumah sakit. Spesimen pemeriksaan
ini bisa diambil dari usap tenggorok, secret nasofaring, bilasan
bronkus, aspirasi paru, darah, dan pungsi paru. Diagnosis
definitive bila kuman ditemukan dari aspirasi paru, cairan
pleura, dan darah.

d. Pemeriksaan Radiologis
 Konvensional
Peran foto thorax dapat dijadikan alat screening untuk deteksi
infiltrate atau untuk monitoring respon terhadap terapi. Peran lain
dari foto thorax dada untuk meningkatkan kemampuan untuk
menilai keparahan penyakit, untuk mendeteksi komplikasi
(kavitas, menentukan abses, pneumothoraks, dan efusi pleura), dan
untuk mendeteksi diagnosis tambahan. Dalam kebanyakan kasus,
hampir semua dapat teridentifikasi lewat foto thoraks.Temuan
radiografi yang umum seperti konsolidasi segmental atau lobar dan
penyakit paru intertsisial.10
 Pneumonia atipikal (mycoplasma) : disebabkan oleh
Mycoplasma pneumoniae, karena peradangan asing terbatas pada
intertsisium paru dan septa interlobular.Aerasi paru meningkat
secara signifikan secara bilateral. Ada penebalan dinding bronkus
yang ditandai di sebelah kanan dan kiri di zona peri-hilar yang
meluas ke dasar paru sesuai dengan penyakit inflamasi saluran
napas bagian bawah. Terdapat kekeruhan paru-paru yang tidak
segmental pada lobus bawah secara bilateral (lobus kanan bawah
posterior segmen basal) ; segmen basal anterior lobus kiri
 bawah; segmen medial lobus kanan tengah.10

Gambar VI.1 Foto Toraks Gambaran Pneumonia Atipikal28

 Round pneumonia :
Jenis pneumonia yang biasanya hanya terlihat pada pasien anak.
Dapat terlihat dengan jelas, kekeruhan bulat yang mewakili daerah
konsolidasi yang terinfeksi. Round pneumonia berbentuk
kebulatan dan memiliki opasitas parenkim terbatas, cenderung
memiliki margin yang tidak teratur. Paling sering terjadi pada
segmen superior lobus bawah dan pada sebagian besar kasus
(98%), dan soliter.Tampak kekeruhan berbentuk bulat berdekatan
dengan hilus kanan. Tampak air bronchogram melintasi lesi.Hal
ini merupakan tanda khas pada round pneumonia.11
Gambar VI.2 Foto Thoraks Gambaran Round Pneumonia29

 Kavitas Pneumonia :
komplikasi yang dapat terjadi dengan pneumonia nekrotikans yang
parah.Merupakan komplikasi pneumonia, baik pada kasus anak
ataupun kasus dewasa.pada foto thoraks tampak kekeruhan
lengkap pada hemithoraks kiri dengan banyak lusensi kecil
diseluruh. Tidak tampak pergeseran mediastinum. Temuan khas
pneumonia kavitas akibat infeksi bacterial.11

 Pulmonary Pneumocystis Jiroveci Infection : Infeksi yang


disebut PJP ini merupakan infeksi paru atipikal dan infeksi
opportunistic yang paling umum pada pasien anak dengan sinfrom
imunodefisiensi (AIDS).11
 Corona Virus (COVID-19) :
Merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh sindrom
pernafasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Virus ini
sebelumnya dikenal sebagai coronavirus novel 2019. Temuan
pencitraan non-spesifik adalah pneumonia, sering dengan
distribusi bilateral, perifer dan basal. Tidak ada pengobatan atau
vaksin yang efektif saat ini.15

IX. Pendekatan Pneumonia dan Kriteria Rawat Inap pada Pasien Anak
Ada beberapa kriteria indikasi anak dengan pneumonia dianjurkan
untuk dirawat inap di rumah sakit yang dikeluarkan oleh American
Academy of Pediatrics pada tahun 2020, yaitu :5,6
 Hipoksia (saturasi oksigen <90%-92%)
 Bayi < 3-6 bulan dengan kecurigaan infeksi bakteri (termasuk
etiologi akibat Chlamydia trachomatis yang justru terlihat
asimptomatik pada bayi)
 Takipnea :
 bayi <12 bulan : nafas >70 kali/menit
 Anak : nafas >50 kali/menit
 Distress pernafasan : apnea, grunting, sulit bernafas, dan anak
menjadi sulit makan dan minum
 Menunjukkan tanda dehidrasi
 Capillary Refill Time > 2 detik
 Bayi dan anak dengan infeksi dengan Streptococcus grup A
 Memiliki penyakit komorbid/Riwayat kongenital :
 penyakit kardiovaskuler,sindrom genetik,gangguan
neurokognitif
 yang mungkin akan diperburuk dengan adanya pneumonia
(sindrom metabolik)
 anak/bayi dengan keadaan immunocompromised, sickle cell
disease
 Komplikasi pneumonia (empyema)
 Mengalami gagal terapi/tidak berespon dalam waktu 48-72 jam
 Tidak mendapat pengawasan pada saat dirumah (orangtua
pekerja,tidak memiliki caregiver)

Adapun beberapa kriteria yang digunakan menjadi parameter


Ketika anak/bati harus dirawat di Intensive Care Unit (ICU) :
 Distress pernafasan berat
 Kecurigaan akan mengalami gagal nafas, sehingga dibutuhkan :
 intubasi dan pemasangan monitor serta ventilator
 Positive pressure ventilation
 Apnea yang bersifat rekuren dan pola repirasi yang mulai
melambat dan tidak teratur
 Membutuhkan monitor kardiopulmoner dalam keadaan :
 Takikardia yang menetap
 Tekanan darah yang tidak adekuat
 Membutuhkan obat-obat untuk menunjang tekanan darahnya
(menjaga perfusi organ)
 Altered mental status due to hypercarbia or hypoxemia
 Pediatrics Early Warning Score (PEWS) >6.

X. Tatalaksana
Tabel IX.1 Regimen Antibiotik Empirik25
Outpatient Inpatient
1. First line : 1. First line :
 Anak usia sekolah :Amoxicillin  Ampicillin
 Remaja : Azithromycin  Cephalosporin + Azithromycin
2. Second line (usia Remaja) 2. Second line :
 Macrolide atau doxycycline  Vancomycin
 Fluoroquinolones (levofloxacin,  Clindamycin
moxifloxacin) : dapat juga digunakan  Linezolid
untuk usia remaja atau usia lebih yang
memiliki reaksi hipersensitivitas tipe 1
terhadap antibiotic golongan beta-laktam

Tabel IX.2 Regimen Antibiotik Spesifik25


Patogen Penyebab Antibiotik Keterangan
Yang digunakan (dosis)
Streptococcus pneumonia -Penicillin atau ampicillin (pilihan I) -50 – 90 mg/kg 1x/hari
 Penicillin susceptible -Cefuroxime
-Cefotaxime -untuk pasien yang memiliki alergi
-Ceftriaxone terhadap golongan beta-laktam
-Clindamycin (PO atau IV)
 Intermediate & resistand strains -Cefotaxime
-Ceftriaxone -Most active oral cephalosporin in vitro
-Linezolid against penicillin-resistant strains
-Clindamycin
-Cefdinir -Untuk pasien yang resisten terhadap
 Pneumococcal serotype 19A -Vancomycin,linezolid, atau golongan
levofloxacin penisilin,macrolide,clindamycin,dan
trimethoprim-sulfamethoxazole
Mycoplasma pneumonia -Azithromycin -10m mg/kg 1 dosis hari 1 dan 5 mg/kg 1
dosis untuk 4 hari
-Clarithromycin -15 mg/kg/hari dibagi 2 dosis untuk 10
hari
-Erythromycin -30-40 mg/kg/hari dibagi 4 dosis untuk 10
hari
-Tetracycline -20-50 mg/kg/hari dibagi 4 dosis untuk 10
hari (max 1-2 g/hari)
-Doxycycline -2-4 mg/kg/hari ½ dosis terbagi untuk 10
hari (max 100-200 mg/hari)
-Fluoroquinolone -untuk anak >8 tahun
-digunakan ketka ada kecurigaan anak
resisten terhadap golongan
macrolide/anak tampak sakit berat
Chlamydia pneumonia -2-4 mg/kg/hari dibagi menjadi 2 dosis
 anak usia >8 tahun -Doxycyline (max 200 mg/hari) untuk 10-14 hari
-30-40 mg/kg/hari 4 dosis terbagi untuk
 anak usia <8 tahun -Erythromycin 10-14 hari pengobatan

XI. Komplikasi

Tabel X.1 Komplikasi Pneumonia pada Anak25

Komplikasi Keterangan (Tanda Khas)


Efusi Pleura -Berhubungan dengan hipoalbuminemia
Empiema -paling sering pada pneumonia pada anak
-akibat Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
Influenzae
-terdapat 3 stadium :
 fase exudat
 fase fibrinopurulent
 fase organizing
-berhubungan dengan kejadian hypoalbuminemia
-terjadi pada 3% anak yang dirawat dirumah sakit
Pneumatocele -berhubungan dengan Streptococcus aureus
-dapat disebabkan oleh mikroorganisme lain
-berhubungan erat dengan kejadian empyema
-dapat sembuh sendiri tanpa konsumsi obat
-terjadi pada kasus-kasus post operasi
-jika tidak di evaluasi : risiko pneumothorax
Necrotizing Pneumonia Terlihat pada :
-S.pneumonia (terutama serotipe 3 dan 18)
-S.aureus
-Streptococcus grup A
-Mycoplasma pneumoniae
-Legionella
-Aspergillus
-demam yang berkepanjangan
-kejadian septik
-Diagnosis :
 Foto thorax : lesi radiolusen
 dikonfirmais dengan pemeriksaan CT-Scan +kontras
-Termasuk kasus yang jarang ditemukan
Abses Paru) Faktor predisposisi :
 aspirasi (1-2 minggu setelah kejadian)
 obstruksi jalan nafas
 kongenital paru anomaly
 anomali paru
-S.aureus merupakan organisme yang paling banyak
didapatkan pada kasus ini. Organisme lain yang
ditemukan namun jarang, ialah Klebsiella, spesies
streptococcal

Harus dicurigai Ketika terdapat :


 konsolidasi persisten yang tidak biasa
 pneumonia round persisten
 peningkatan volume lobus terkait (bulging fissure)
Komplikasi :
 empyema
 fistula bronkopleural
 septikemia
 abses serebral

XII. Prognosis

Secara umum prognosis pneumonia adalah baik. Jika di temukan pada

awal diagnosis dan dievaluasi secara berkala pasien akan sembuh tanpa

komplikasi.Prognosis juga tergantung pada penyakit yang mendasari

sebelumnya dan lama penyakit berlangsung sebelum mendapat terapi yang

sesuai. Pada pneumonia berat, meskipun mendapatkan terapi antibiotik,

namun bisa saja mengalami komplikasi yang berhubungan dengan


respiratorik seperti ancaman gagal nafas, dan bahkan memerlukan

ventilator.12

Pada anak yang mendapat perawatan dirumah sakit, harus diperiksa

oleh tenaga medis (dokter dan perawat) setiap 3 jam dalam 1 kali per hari.

Jika tidak ada komplikasi, dalam 2 hari akan tampak adanya perbaikan

klinis (bernafas tidak cepat, tidak adanya tarikan dinding dada,tidak ada

demam, dan anak Kembali mau makan dan minum).12

BAB III
KESIMPULAN

Pneumonia merupakan salah satu bentuk infeksi pernafasan yang bersifat secara

akut dan secara spesifik merupakan peradangan pada parenkim paru yang lebih sering

terjadi pada bayi dan awal masa kanak-kanak.Penyebab terjadinya pneumonia

didalam tubuh bayi dan anak khususnya yang berusia dibawah lima tahun, ialah

Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus


aureus.Pneumonia bisa juga disebabkan oleh virus, dan juga jamur atau pneumonia

atipikal. Salah satu jamur yang menyebabkan pneumonia adalah Mycoplasma

pneumoniae, yang biasanya tidak akan berespon baik dengan pengobatan

antibiotik.1,2,3

Menurut World Health Organization (WHO) pneumonia merupakan salah satu

penyebab kematian pada anak usia dibawah lima tahun dan bahkan memberikan 16%

dari seluruh kematian anak, serta diperkirakan jumlah kasus kematian mencapai

920.136 kasus pada tahun 2015.1,2

Penyebaran mikroorganismepun menggunakan beberapa media, yaitu melalui

inokulasi langsung,melalui darah, inhalasi bahan aerosol, kolonisasi dipermukaan

mukosa, sehingga nantinya akan menyebabkan manifestasi klinis baik yang ringan

dan yang berat, yaitu batuk,sulit bernafas,saturasi oksigen<90% dan bisa

menyebabkan distress pernafasan pada anak.Oleh sebab itu dibutuhkan evaluasi dini

melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yang bersifat menyeluruh, dan pemeriksaan

penunjang yang tepat dan sesuai indikasi.14,15

Perlu diperhatikan adanya indikasi untuk bayi atau anak dirawat dirumah sakit dan

mendapatkan perawatan dan bahkan mendapat prosedur yang lebih lengkap di

Intensive Care Unit (ICU) apabila anak sudah masuk kedalam pneumonia berat.

Pengobatan yang diberikan hampir semua menggunakan antibiotik, namun

disesuaikan dengan etiologi.32

Prognosis pneumonia pada anak secara umum kearah baik, apabila tenaga medis

dapat mengevaluasi dan membuat diagnosis awal sehingga anak akan mendapatkan
pengobatan lebih cepat sehingga mencegah anak untuk masuk kedalam kondisi gawat

dan mencegah timbulnya komplikasi pada pneumonia.25

DAFTAR PUSTAKA

1. Kliegman R, Behrman R, Jenson H., Tubengen D, penyunting. Dalam :


Nelson textbook of pediatric. Edisi ke-19.Philadelphia.2011.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I.VI. Jakarta : InternaPublishing ; 2014.
3. Nastiti N.Rahajoe,Bambang Supriyanto,Darmawan Budi Setyanto.Buku Ajar
Respirologi Anak.Edisi ke-1.Jakarta: IDAI;2008.
4. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar
Neonatologi.Jakarta : IDAI;2008.
5. Antonius H.Pudjiadi, Badriul hegar, Setyo Handryastuti, Nimah Salamia Idris,
Ellen Gandaputra, Eva Devita Harmoniati.Pedoman Pelayanan Media.Edisi
ke-1.Jakarta : IDAI;2009.
6. Gallacher DJ,Hart K, Kotecha S. Common respiratory conditions of the
newborn.Breathe.2016;12(1):30-42
7. Silvanandan S, Agarwal R, Sethi A. Respiratory distress in term neonates in
low-resource settings.Semin Fetal Neonatal Med.2017;22(4):260-6.
8. Kommawar A, Borkar R, Vagha J, Lakhkar B, Meshram R, Taksandae A.
Study of respiratory distress in newborn. Int J Contemp
Pediatr.2017;4(2):490.
9. Li Y, Wang H, Wang F, Du H, Liu X, Chen P, Wang Y, Lu X. Comparison of
Hospitalized Patients with pneumonia caused by COVID-19 and influenza A
in children under 5 years. International Journal of Infectious Diseases.2020
Jun 12
10. Nathan AM, The CSJ, Jabar KA, Teoh BT, Tangaperumal A, Westerhout C,
Zaki R, Eg KP, Thavagnanam S, de Bruyne JA. Bacterial pneumonia and its
associated factors in children from a developing country : A prospective
cohort study. Plos one. 2020 Feb 14; 15(2):e0228056
11. Carlotti AP, Carvalho WB, Johnston C,Rodriguez IS,Delgado AF. COVID-19
Diagnostic and Management Protocol for Pediatric Patients.Clinics.2020;75
12. Arsic Arsenjievic V, Vyzantiadis TA, Mares M, Otasevic S, Tragiannidis
A,Janic D. Diagnosis of Pneumocystis jirovecii Pneumonia in Pediatric
Petients in Serbia, Greece, and Romania. Current Status and Challenges for
Collaboration. Journal of Fungi. 2020 Jun
13. Ma XJ, Wang LN, Wang LB, Wang XF, et al. Diagnosis and treatment
guideline od community acquired pneumonia in children.Chin Clin Infect Dis
J.2019;12:6-13.
14. Zhu N, Zhang D, Wang W,Li X, Yang B, Song J, Zhao X, Huang B, Shi W, et
al. A novel coronavirus from patients with pneumonia in China,2019.N ENgl
J Med.2020.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa2001017
15. Tezer H, DEMİRDAĞ TB. Novel coronavirus disease (COVID-19) in
children. Turkish Journal of Medical Sciences. 2020 Apr 21;50(SI-1):592-
603.
16. Wang XF, Deng L,Lui JR,Liu CF,Liu EM,Liu HW,et al. Guidelines for the
diagnosis and treatment od adenovirus pneumonia in children (2019
edition).Chin J Cli Infect Dis.2019;12:161-6.
17. Lu Q, Wang XF,Oiang Y,Li XM, Zhang HL, Wang LN, et al. Expert
consensus on the diagnosis and treatment of viral pneumonia in children
(2019). Zhongguo Shi Yong Er Ke Za Zhi.2019;34:801-7.
18. European Centre for Disease Prevention and Control (2020,March 4)
Situation update worldwide, March 4th 2020. Available from :
https://www.ecdc.europa.eu/en/geographical-distribution-2019-ncov-cases
19. Lu X, Zhang L, Du H, Zhang J, Li YY,Qu J, et al. SARS-CoV-2 Infection in
Children. N Engl J Med.2020.
https://doi.org/10.1056/NEJMc2005073
20. Zhu H, Wang L, Fang C, Peng S, Zhang L, Chang G et al. Clinical analysis of
10 neonates born to mothers with 2019 -nCoV pneumonia.Transl
Pediatr.2020;9(1):51-60.
https://doi.org/10.21037/tp.2020.02.06
21. Scott JA, Wonodi C, Moisi JC, et al; Pneumonia methods working group. The
definition of pneumonia, the assessment of severity, and clinical
standardization in thePneumonia etiology research for child health study. Clin
Infect Dis.2015;54.
22. Virkki R, Juven T, Rikalainen H, Svedstorm E, Mertsola J, Ruukskanen O.
Differentiation of bacterial and viral pneumonia in children. Thorax.
2017;57(5):438-11.
23. Prayle A, Atkinson M, Smyth A. Pneumonia in the developed world. Paediatr
Respir Rev.2015;12(1):60-69
24. Jianxing Yu,Suyun Qian,Chunyan Liu,et al.Viral etiology of life-threatening
pediatric pneumonia : a matched case-control study.Influenza Other Respi
Viruses.2020;00:1-8.
https://doi.org.10.1111/irv.12738
25. Laufer PM. Practice Gap. Pediatrics in Review.2017 Oct;34(10):439
26. Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, Barlett JG, Campbell GD, Dean
NC, Dowell SF, File Jr TM, Musher DM, Niederman MS, Torres A.
Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society consensus
guidelines on the management of community-acquired pneumonia in adults.
Clinical infectious disease. 2017 Mar 1;44(Supplement_2):S27-72.
27. Liu J, Copetti R, Sorantin E, Lovrenski J, Rodriguez-Fanjul J, Kurepa D, Feng
X, Cattaross L, Zhang H, Hwang M, Yeh TF. Protocol and guidelines for
point-of-care lung ultrasound in diagnosing neonatal pulmonary diseases
based on international expert consensus. JoVE (Journal of Visualized
Experiments). 2019 Mar 6(145):e58990.
28. Araki T, Nishino M, Gao W, Dupuis J, Putman RK, Washko GR,
Hunninghake GM, T O'Connor G, Hatabu H. Pulmonary cysts identified on
chest CT: are they part of aging change or of clinical significance?. Thorax.
2015 Dec 1;70(12):1156-62.
29. Jeon I, Jung GP, Seo HG, Ryu JS, Han TR, Oh BM. Proportion of aspiration
pneumonia cases among patients with community-acquired pneumonia: A
single-center study in Korea. Annals of rehabilitation medicine. 2019
Apr;43(2):121.
30. Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, Wang B, Xiang H, Cheng Z,
Xiong Y, Zhao Y. Clinical characteristics of 138 hospitalized patients with
2019 novel coronavirus–infected pneumonia in Wuhan, China. Jama. 2020
Mar 17;323(11):1061-9.
31. Claes AS, Clapuyt P, Menten R, Michoux N, Dumitriu D. Performance of
chest ultrasound in pediatric pneumonia. European journal of radiology. 2017
Mar 1;88:82-7.
32. Lampin ME, Duhamel A, Behal H, Recher M, Leclerc F, Leteurtre S. Use of
paediatric early warning scores in intermediate care units. Archives of disease
in childhood. 2020 Feb 1;105(2):173-9.

Anda mungkin juga menyukai