Asma + Pneumonia
Oleh:
Tri Wahyuni Tanjung Saragih
19360151
Preseptor:
dr. Aspri Sulanto, Sp.A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak yang
berjudul ”Asma + Pneumonia”. Saya menyadari bahwa penulisan laporan kasus
ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada:
1. dr. Aspri Sulanto, Sp.A selaku pembimbing saya yang telah bersedia
memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran yang sangat berharga
kepada saya selama menyusun laporan kasus ini.
2. Teman-teman bagian Pediatrics yang telah banyak membantu dan
mendukung saya hingga akhirnya tersusunlah laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan kasus ini baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun tentunya sangat saya harapkan. Semoga segala bantuan
berupa nasehat, motivasi, masukan dan budi baik semua pihak akan mendapat
rahmat, karunia dan pahala yang diridhoi oleh Allah SWT. Dan semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat untuk semua pihak, khususnya di bagian Ilmu
Kesehatan Anak. Aamiin.
Penyusun
BAB I
STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
1.2 ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada ibu pasien a/n Tin Hartini pada
hari Rabu 28 april 2021.
Keluhan Utama : Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang diantar keluarganya
dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit yang
semakin memberat. Ibu os mengatakan rasa sesak nafas diawali batuk
berdahak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit yang disertai demam 1 hari
sebelum masuk rumah sakit dan os juga tidak mau minum susu dan
penurunan nafsu makan.
Riwayat Penyakit Dahulu : Os menderita sakit asma sejak usia
6 bulan
Riwayat Alergi : Os menderita alergi terhadap cuaca
yang dingin, asap dan debu.
Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah os menderita penyakit asma
Riwayat Perinatal : Os anak kedua dari 2 bersaudara, lahir
cukup bulan dengan persalinan normal dibantu bidan. BB saat lahir
2.500gram dan PB saat lahir 49cm. Saat lahir secara spontan, langsung
menangis, kulit kemerahan.
Riwayat Imunisasi : Ibu os mengatakan bahwa imunisasi os
lengkap.
Riwayat Perkembangan : Os menderita gangguan pertambahan berat
badan saat usia 4 bulan hingga 10 bulan. Ibu os mengatakan os tidak
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan lainnya. Os bisa diajak
berinteraksi dengan tertawa, berbicara, duduk dan berjalan sesuai usia.
Riwayat Makan dan Minum : Os mendapatkan ASI selama 2 hari dan
selanjutnya diberikan susu formula hingga saat ini, MPASI diberikan saat
usia 6 bulan. Kebiasaan makan 2-3x sehari dengan nasi dan lauk pauk
ayam/ikan/telur/daging/sayur dan terkadang makan buah serta dilengkapi
susu 2x/hari.
Riwayat Konsumsi Obat : Os belum mengkonsumsi obat-obatan
sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan : Os tinggal bersama kedua
orangtuanya.
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : composmentis (E4V5M6)
3. Tanda vital :
Pernapasan : 24 x/menit
Nadi : 91 x/menit
SpO2 : 97%
Suhu : 36,3 C
Antropometri
Panjang Badan : 95cm
Berat Badan : 13kg
LK : 37cm
LILA : 15cm
LD : 47cm
LP : 45cm
IMT/U : 14,04 (Normal)
Status Generalis
timpani utuh.
normal.
retraksi (-), krepitasi tidak ada, jantung normal, paru ronchi (+/+),
wheezing (+/+).
KESAN :
Leukositosis
1.7 PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
1.8 PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASMA
2.1.1 Definisi
Menurut GINA (Global Initiative For Asthma) 2002, batasan asma
banyak sel yang berperan, khususnya sel eosinofil dan limfosit T. Pada
sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, terutama pada malam atau dini
hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang
setelah aktifitas fisik, serta adanya riwayat asma atau atopi pada pasien /
keluarganya.5)
2.1.2 Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan
a. Faktor Genetik
b. Allergen
a) Allergen Hirup ( inhalan )
1) Debu rumah, tungau debu rumah
2) Bulu binatang
3) Kapuk dan wol
b) Allergen makanan (ingestan)
e. Infeksi
a) Infeksi virus
b) Infeksi jamur
c) Infeksi bakteri
d) Infeksi parasit
f. Latihan Jasmani
Lari dan naik sepeda
g. Faktor Emosi
Faktor emosi dapat mengakibatkan peninggian aktifitas
parasimpatis, baik perifer maupun sentral, sehingga terjadi
peningkatan aktifitas kolinergik yang mengakibatkan eksaserbasi
asma. Faktor emosi dapat bersumber dari masalah antara kedua
orangtua dengan anak atau masalah dengan teman atau guru
disekolah.
h. Refluks Gastroesofagus
Iritasi trakeobronkial karena isi lambung dapat memberatkan
asma pada anak dan orang dewasa.
Kejadian utama pada serangan asma akut adalah obstruksi jalan napas
secara luas yang merupakan kombinasi dari spasme otot polos bronkus,
distensi paru berlebihan. Perubahan tahanan jalan napas yang tidak merata
dengan perfusi.
Selanjutnya pada obstruksi jalan napas yang berat, akan terjadi kelelahan
dan asidosis respiratorik. Karena itu jika dijumpai kadar PaCO2 yang
diwaspadai sebagai tanda kelelahan dan ancaman gagal napas. Selain itu
dapat terjadi pula asidosis metabolic akibat hipoksia jaringan dan produksi
dapat merusak sel alveoli sehingga produksi surfaktan berkurang atau tidak
2.1.4 Klasifikasi
FEV-1
- pra b. dilator > 60 % 40 -60 % < 40 %
-pasca b.dilator > 80 % 60 – 80 % < 60 %
Respon < 2 jam
Sa O2 % > 95 % 91 -95 % ≤ 90 %
Uji faal paru PEV / FEV1 > 80% PEV / FEV1 60-80% PEV / FEV1 < 60%,
variasi 20-30%
Variabilitas faal paru Var > 15% Var > 30% Var > 50 %
(saat serangan)
Asma intermiten :
- gejala intermiten kurang dari 1 kali perminggu
- serangan singkat (jam-hari)
- gejala malam hari kurang dari 2 kali sebulan
- diluar serangan tanpa gejala dan uji fungsi paru normal
- PEFR ( Peak Expiratory Flow Rate ) atau PEV > 80% predicted,
variasi < 20 %
Asma persisten ringan :
- gejala > 1 kali seminggu tetapi kurang dari 1 kali sehari
- serangan mungkin mengganggu aktivitas dan tidur
- gejala malam hari lebih dari 2 kali sebulan
- PEFR atau PEV > 80 % predicted, variasi 20 – 30 %
Asma persisten sedang
- gejala setiap hari
- serangan mengganggu aktivitas dan tidur
- gejala malam hari > 1 kali seminggu
- penggunaan harian inhalasi β 2 agonis kerja pendek
- PEFR atau PEV > 60 % – < 80 % predicted, variasi > 30 %
Asma persisten berat
- gejala berkesinambungan
- serangan sering terjadi
- gejala malam hari sering terjadi
- aktivitas fisik terbatas akibat gejala asma
- PEFR atau PEV < 60 % predicted, variasi > 30
2.1.5 Diagnosis
A. Anamnesis
Serangan batuk dan mengi yang berulang sering lebih nyata
pada malam hari yang dapat dipicu bila ada beban fisik yang berat,
infeksi virus, allergen hirupan sangat karakteristik untuk asma.
Namun asma dapat juga menyebabkan batuk menetap pada anak
tanpa riwayat mengi karena kecepatan aliran udara tidak mencukupi
untuk menimbulkan mengi, penyumbatan jalan nafas yang relative
ringan, atau pengasuh tidak mampu mengenali mengi.
B. Pemeriksaan Fisik
Tergantung stadium serangan, lamanya serangan dan jenis asma,
pada asma yang ringan dan sedang tidak ditemukan kelainan fisik
diluar serangan. Pada Infeksi terlihat pernafasan cepat dan sukar,
batuk paroksismal, suara wheezing, ekspirium memanjang, retraksi
supraklavikular, suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada asma
kronik terlihat bentuk thorak emfisematous, bongkok kedepan, sela
iga melebar, diameter anteroposterior bartambah.
Pada perkusi hipersonor pada seluruh thorak, daerah pekak
jantung dan hati mengecil. Pada auskultasi, mula-mula bunyi nafas
kasar atau mengeras, tapi pada stadium lanjut suara nafas melemah
atau hampir tidak terdengar karena aliran udara sangat lemah, dalam
keadaan normal fase ekspirasi 1/3-1/2 dari fase inspirasi, waktu
serangan fase ekspirasi memanjang terdengar ronkhi kering dan
ronkhi basah.
C. Pemeriksaan Laboratorium
Darah (eosinofil IgE total, IgE spesifik), sekret (eosinofil),
sputum (eosinofil, kristal Charcot-Leyden dan Spiral Curshman). Bila
ada infeksi mungkin ditemukan lekositosis polimorfonukleus.
D. Foto Rontgen Thorax
Tampak corakan paru meningkat, hiperinflasi pada serangan
akut dan asma kronik, dan gambaran atelektasis.
E. Tes Fungsi Paru
Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk
menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus,
menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.(1,2,5,6)
2.1.6 Diagnosis Banding
Mengi tidak hanya terjadi pada asma, tapi dapat terjadi berbagai
macam keadaan yang menyebabkan obstruksi pada saluran nafas :
Asma ringan
obat dosis/minggu
Asma Moderat
Asma berat
a. Beta-2 agonis
a) Beta-2 agonis selektif yang sering dipakai: Salbutamol,
terbutalin, fenoterol
b) Beta-2 agonis subkutan atau IV: Salbutamol , terbutalin,
fenoterol.
b. Teofolin
c. Anti kolinergik
F. Penanggulangan edem mukosa :
MDI
Autohaler
(http://www.cchs.net/health/health-info/docs/2400/2414.asp?
index=9444)
- Nebulizer
Alat yang dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi aerosol secara
terus menerus dengan tenaga dari udara yang dipadatkan. Aerosol yang
terbentuk dihirup melalui mouth piece, dapat menghasilkan partikel 2-5
micron,pengendapan yang didapatkan dalam paru 30-60 %.Bronkodilator
dapat memberikan efek bronkodilatasi tanpa efek samping.
(http://www.cchs.net/health/healthinfo/docs/2400/2414.asp?index=9444
Dosis berbagai Steroid Inhalasi menurut GINA 2002.4)
Adults
Drug Low dose Medium dose High dose
Beclomethasone 200-500 μg 500-1,000 μg >1,000 μg
dipropionate
Budesonide 200-400 μg 400-800 μg >800 μg
Flunisolide 500-1,000 μg 1,000-2,000 μg >2,000 μg
Fluticasone 100-250 μg 250-500 μg >500 μg
Triamcinolone 400-1,000 μg 1,000-2,000 μg >2,000 μg
acetonide
Children
Drug Low dose Medium dose High dose
Beclomethasone 100-400 μg 400-800 μg >800 μg
dipropionate
Budesonide 100-200 μg 200-400 μg >400 μg
Flunisolide 500-750 μg 1,000-2,250 μg >1,250 μg
Fluticasone 100-200 μg 200-500 μg >500 μg
Triamcinolone 400-800 μg 800-1,200 μg >1,200 μg
acetonide
2.1.7 Komplikasi
1. Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, terjadi
emfisema dan perubahan bentuk thorak yaitu thorak membungkuk
kedepan dan memanjang. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi
bentuk dada burung dara dan tampak sulcus Harrison.
2. Bila sekret banyak dan kental dapat terjadi atelektasis, bila
berlangsung lama terjadi bronkoektasis, bila ada infeksi akan terjadi
bronkopneumonia.
3. Kegagalan pernafasan, kegagalan jantung dan kematian.(2,6)
2.1.8 Prognosis
Mortalitas akibat asma jumlahnya kecil. Gambaran yang paling akhir
menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko
yang jumlahnya kira-kira 10 juta penduduk. Angka kematian cenderung
meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas. 1,5
Informasi mengenai perjalanan klinis asma menyatakan bahwa
prognosis baik ditemukan pada 50–80% pasien, khususnya pasien yang
penyakitnya ringan dan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang
masih menderita asma 7–10 tahun setelah diagnosis pertama bervariasi
dari 26–78% dengan nilai rata-rata 46%, akan tetapi persentase anak yang
menderita ringan dan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang
menderita asma penyakit yang berat relatif berat (6 –19%). Secara
keseluruhan dapat dikatakan 70–80% asma anak bila diikuti sampai
dengan umur 21 tahun asmanya sudah menghilang. 1,9
2.2 PNEUMONIA
2.2.1 DEFINISI
ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas
dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan
napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2
tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2
2.2.2 ETIOLOGI
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi,
Bakteri Bakteri
E. colli Bakteri anaerob
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus sitomegalo
Bakteri Bakteri
Virus Adeno
Virus Epstein-Barr
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial Virus
Virus Varisela-Zoster
2. Virus
pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia.
Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan
sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan
menyebabkan kematian.
3. Mikoplasma
menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan
usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak
diobati.
4. Protozoa
minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari.
Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru
2.2.3 KLAIFIKASI
1. Berdasarkan umur
a. Kelompok usia < 2 bulan
a) Pneumonia Berat
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut
pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah
Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis
sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya
dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan,
tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti
ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau
spesimen yang berasal dari paru.
b) Bukan Pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit
dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
c. Pneumonia Aspirasi.
c. Pneumonia virus
2.2.4 PATOFISIOLOGI
a. Status gizi
b. Status imunisasi
Asi yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan
makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan
infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus.
Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko
yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita.
d. Umur Anak
2. Faktor Ekstrinsik
a. Ventilasi
b. Polusi Udara
a) Takipnea
b) Retraksi subkosta (chest indrawing)
c) Napas cuping hidung
d) Ronki
e) Sianosis
f) Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar
g) Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang
bermakna
h) Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia
lobus kanan bawah yang menimbulkan infiltrasi diafragma
i) Nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan
menyerupai apendisitis.
1. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus
pneumoniae; bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain
staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial
(interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada
segmen apikal lobus bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk
kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa
dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella,
tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat
akibat Staphylococcus atau bakteriemia.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau
pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang
tua atau lemah. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya
neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada
pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin
terganggu.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.
Untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri
Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.
4. Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai
diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas
darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
2.2.8 Tatalaksana
2.2.9 PENCEGAHAN
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA