Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN EVALUASI PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE)

UPT RAWAT INAP WAY KANDIS

Disusun Oleh:

1. Bimo Nugroho S 193600


2. Cita Laelika NP 193600
3. Ghina Efrilia R 193600
4. Miftahul Jannah G 193600
5. M. Dimas Satrio 193600
6. Siti Amelia W 19360072

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN HUSADA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2019

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk salah satunya yaitu

perilaku buang air besar sembarangan merupakan salah satu faktor yang

berkontribusi besar terhadap 88% kejadian kematian anak akibat diare di

seluruh Dunia. Berdasarkan hasil survey Levels & Trends tahun 2014,

lebih dari 370 anak berusia balita meninggal setiap harinya, yang sebagian

besar disebabkan oleh diare dan pneumonia. Hasil Riskesdas tahun 2013

menunjukkan angka kejadian diare pada balita di Indonesia sebesar 6,7%.

Angka kejadian diare untuk semua kelompok umur di Provinsi Lampung

meningkat dari tahun 2005-2014 yaitu dari 9,8 per 1000 penduduk

menjadi 21,4 per 1000 penduduk, namun angka kematian diare di Provinsi

Lampung dibawah 1% (Dinkes Provinsi Lampung, 2015).

Upaya untuk melakukan pencegahan dari perilaku buang air besar

sembarangan telah banyak dilakukan. Salah satunya yaitu melalui kegiatan

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau STBM yang bertujuan untuk

menciptakan desa ODF (Open Defecation Free). Berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan pendekatan untuk merubah

perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan

metode pemicuan (Kemenkes, 2014). Terdapat lima pilar yang termasuk


3

sanitasi total berbasis masyarakat yaitu: (1) stop buang air besar

sembarangan; (2) cuci tangan pakai sabun; (3) mengelola air minum

rumah tangga; (4) mengelola sampah rumah tangga; dan (5) mengelola

limbah rumah tangga.

Salah satu dari lima pilar STBM adalah Stop Buang air besar

Sembarangan (SBS) atau Open Defecation Free (ODF), yaitu suatu

kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar

sembarangan (Kemenkes, 2014). Dalam program tersebut, ditargetkan

sebanyak 800 desa (50%) dari 1.600 desa yang dipicu bisa terwujudnya

desa ODF. Di Bandar Lampung, berdasarkan Indikator Kinerja Pelayanan

Kesehatan di Puskesmas Kota Bandar Lampung tahun 2019, target jumlah

kelurahan ODF dalam wilayah kerja Puskesmas yaitu sebesar 60%.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengevaluasi program

kelurahan ODF (Open Defecation Free) di wilayah Puskesmas Rawat Inap

Way Kandis Bandar Lampung Tahun 2019 Triwulan III.

1.2. Rumusan Masalah

Mengapa program kelurahan ODF (Open Defecation Free) di wilayah

Puskesmas Rawat Inap Way Kandis belum mencapai target?


4

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengevaluasi program kelurahan ODF (Open Defecation Free) di wilayah

Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung Tahun 2019

Triwulan III.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi penyebab masalah belum tercapainya kelurahan ODF

(Open Defecation Free) di wilayah Puskesmas Rawat Inap Way

Kandis Bandar Lampung tahun 2019 triwulan III.

2. Mengetahui prioritas penyebab masalah belum tercapainya kelurahan

ODF (Open Defecation Free) di wilayah Puskesmas Rawat Inap Way

Kandis Bandar Lampung tahun 2019 triwulan III.

3. Merumuskan prioritas alternatif pemecahan masalah belum

tercapainya kelurahan ODF (Open Defecation Free) di wilayah

Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung tahun 2019

triwulan III.

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Bagi Penulis

Menambah wawasan khususnya di bidang ilmu kedokteran komunitas

mengenai evaluasi program kelurahan ODF (Open Defecation Free) di

wilayah Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung.


5

1.4.2. Bagi Puskesmas

Memperoleh alternatif pemecahan masalah dari saran yang diberikan

sebagai umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang

dapat tercapai secara optimal.

1.4.3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat melalui program kelurahan ODF (Open Defecarion Free)

yang optimal serta dapat memberikan informasi kepada masyarakat akan

pentingnya pelaksanaan program ODF.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk

keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang

sembarangan (Depkes RI, 2004). Sanitasi dasar yaitu sanitasi minimum pada

tingkat keluarga yang diperlukan untuk menyehatkan lingkungan pemukiman

yang meliputi penyediaan air bersih, sarana pembuangan kotoran manusia

(jamban), sarana pembuangan limbah dan pengelolaan sampah rumah tangga.

Sebagai indikator untuk menilai baik buruknya sarana pembuangan kotoran

manusia adalah penggunaan jamban atau kepemilikan jamban dan jenis jamban

yang digunakan.

2.2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan,strategi

dan program untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melaluipemberdayaan

masyarakat dengan metode pemicuan. Terdapat 5 (lima) pilar yang termasuk

perilaku sanitasi total berbasis masyarakat antara lain:

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)

Kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak membuang air

besar di ruang terbuka atau di sembarang tempat. Tujuan dari pilar ini
7

adalah mencegah dan menurunkan penyakit diare dan penyakit lainnya

yang berbasis lingkungan.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir

pada 5 waktu kritis. Lima waktu kritis tersebut antara lain sebelum makan,

sesudah makan, setelah BAB atau kontak dengan kotoran, setelah

mengganti popok bayi, dan sebelum memberikan makan bayi. Tujuan

jangka panjang dari pilar kedua adalah untuk berkontribusi terhadap

penurunan kasus diare pada anak balita di Indonesia.

3. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat (PAM- RT)

Suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air minum dan

air yang digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya.

Tujuan dari pilar ketiga adalah untuk mengurangi kejadian penyakit yang

ditularkan melalui air minum.

4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT)

Proses pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga dengan prinsip 3R

(Reduce, Reuse, and Recycle).

5. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT)

Proses pengolahan air limbah pada tingkat rumah tangga untuk

menghindari terciptanya genangan yang berpotensi menimbulkan penyakit

berbasis lingkungan.
8

Kelima pilar tersebutmerupakan satu kesatuan kegiatan namun perlu

diprioritaskan pilar manayang paling mendesak. Prioritas berdasarkan kriteria: 1)

luasnya akibat(dampak) yang ditimbulkan oleh perilaku itu; (2) kemampuan

masyarakat untukmenanggulangi; (3) keterdesakan untuk ditanggulangi; (4)

keterdesakan, akibat yang akan timbul apabila persoalan tidak segera

ditanggulangi (Menkes, 2008 dan Ditjen PP dan PL, 2011).

Sanitasi total berbasis masyarakat dilaksanakan melalui pemberdayaan

masyarakat dimana masyarakat sadar, mau dan mampu untuk melaksanakan

sanitasi total yang timbul dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan. Melalui

cara ini diharapkan perubahan perilaku tidak terjadi pada saat pelaksanaan

program melainkan berlangsung seterusnya (Depkes RI, 2008). Metode yang

digunakan dalam STBM adalah metode pemicuan. Metode pemicuan ini

dilaksanakan oleh tim fasilitator dengan cara memicu masyarakat dalam lingkup

komunitas terlebih dahulu untuk memperbaiki sarana sanitasi sehingga tercapai

tujuan dalam hal memperkuat budaya perilaku hidup bersih dan sehat pada

masyarakat serta mencegah penyakit berbasis lingkungan.

Faktor-faktor yang harus dipicu antara lain kesadaran, aspek agama,

privacy, dan kemiskinan. Setelah pemicuan faktor tersebut terlaksana, dibentuklah

komite dari komunitas tersebut. Komite dibentuk agar rencana aksi dari

masyarakat yang terpicu dapat berjalan dengan baik. Selain itu monitoring dari

tim fasilitator juga harus diterapkan. Kegiatan terus dilakukan sampai tercapai

kondisi desa bebas buang air besar sembarangan (ODF/Open Defecation Free)

(Ditjen PP dan PL, 2011).


9

2.3. Open Defecation Free (ODF)

Open Defecation Free (ODF) atau SBS (Stop Buang Air Besar

Sembarangan)adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang

air besarsemabarangan. Desa/Kelurahan ODF yaitu Desa/Kelurahan yang

100%masyarakatnya telah buang air besar dijamban yang sehat, yaitu

mencapaiperubahan perilaku kolektif terkait pilar 1 dari 5 pilar STBM. Suatu

komunitas/atau masyarakat dikatakan telah ODF jika:

1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan

membuangtinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di

sekolah).

2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan.

3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat

untukmencegah kejadian BAB disembarang tempat.

4. Ada mekanisme monitoring yang dibuat masyarakat untuk mencapai

100% KK mempunyai jamban sehat.

5. Ada upaya atau strategi yang jelas dan tertulis untuk dapat mencapai

TotalSanitasi.

Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan perilaku ODF paling

sedikit antara lain:

1. Membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat memutusalur

kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber penyakit

secaraberkelanjutan.
10

2. Menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yangmemenuhi

standar dan persyaratan kesehatan (Kemenkes RI, 2014).

Stop buang air besar sembarangan merupakan suatu kondisi ketika

setiapindividu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku

SBSdiikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban

sehat.Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar

danpersyaratan kesehatan yaitu:

1. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan–bahanyang

berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.

2. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai

dan lingkungan sekitarnya (Kemenkes RI, 2014).

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

Jambansehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan

penempatan(di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh

penghuni rumah.Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari:

1. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai

darigangguan cuaca dan gangguan lainnya.

2. Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

a. Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine)yang

saniterdilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi


11

sederhana (semisaniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher

angsa, tetapi harus diberi tutup.

b. Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan

mempunyaisaluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem

Pembuangan Air Limbah(SPAL).

3. Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja

yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari

tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:

a. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai

penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat

dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan

bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui

bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka

dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.

b. Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat

dancair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan

cairanlimbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air

tanah,sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan

secarabiologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segiempat,

dindingnyaharus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk


12

diperkuatdengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu,

penguatkayu, dan sebagainya (Kemenkes RI, 2014).

2.4. Program Pemicuan

Metode yang digunakan dalam menyelenggarakan STBM yaitu metode

pemicuan kepada masyarakat. Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan

perilaku higiene dansanitasi individu atau masyarakat atas kesadaraan sendiri

dengan menyentuhperasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau

masyarakat.

2.4.1. Pra-pemicuan

1. Identifikasi lingkungan

Identifikasi lingkungan meliputi lingkungan geofiisik maupun sosial

budaya yang selanjutnya hasil identifikasi dapat ditarik kesimpulan

unsu-unsur mana yang masuk sebagai kategori peluang atau sebagai

tantangan yang dijadikan sebagai suatu acuan untuk kegiatan

pemicuan.

2. Koordinasi dengan beberapa pihak

Koordinasi dengan pihak puskesmas, kecamatan, PMD, PKK dan

tokoh masyarakat setempat akan memberikan dampak positif bagi

keberlangsungan proses pemicuan.


13

2.4.2. Pemicuan

1. Bina suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial

yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan

perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau

melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial menyetujui atau

mendukung perilaku tersebut.

2. Pemetaan perilaku BABS

Gambaran bagaimana penyebaran tinja anggota rumah yang ada di

wilayah tersebut.

3. Transect Walk

Penelurusan wilayah untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana warga

setempat buang air besar sembarangan.

4. Pemicuan melalui sentuhan ego, humanism, dan keagamaan

Fasilitator berimprovisasi dalam melakukan pemicuan sesuai dengan

kondisi setempat.

5. Pemicuan melalui sentuhan aspek bahaya penyakit

Diare merupakan salah satu penyakit yang erat kaitannya dengan air

dan sanitasi. Untuk itu masyarakat diajak melihat bagaimana tinja

kotoran manusia dapat dimakan ke mulu manusia itu sendiri secara

tidak langsung dan akhirnya menimbulkan penyakit diare.

6. Rencana tindak
14

Akhir proses pemicuan, masyarakat dikumpulkan kembali untuk

membuat rnecana tindak mereka, sesuai dengan kemampuan dan

kesanggupan masyarakat.

7. Pendampingan

Pendampingan dilakukan oleh pihak yang bersangkutan guna untuk

mendampingi proses inisiatif dan bentuk tindakan yang dilakukan

masyarakat sendiri.

2.4.3. Pasca pemicuan

1. Pemantauan proses dan kemajuan

Indikator dari proses dan kemajuan yang harus dilihat pada suatu desa

yang sudah dipicu yaitu :

a. Rumah tangga yang membangun jamban bersama .

b. Penggunaan jamban secara bersama oleh tetangga atau saudaraatau

kelompok tradisional atau kelompok lainnya.

c. Penggunaan bahan non-konvensional untuk jamban.

d. Timbulnya sanksi komunitas terhaadap anggota komunitas yang

buangair besar di sembarang tempat .

e. Komunitas bergotong royong menyediakan bantuan

untukmembantu mereka yang kesulitan

f. Pengurangan dari penyakit diare dan angka penjualanobat

untukpenyakit ini .

g. Berkurangnya lalat
15

2. Verifikasi dan sertifikasi status ODF

Masyarakat yang telah berhasil mencapai kondisi sanitasi total atau

salah satu pilar dalam penyelenggaraan STBM berdasarkan penilaian

Tim Verifikasi,dapat melakukan deklarasi keberhasilan pelaksanaan

STBM. Tim Verifikasiini dibentuk oleh Pemerintah Daerah yang

terdiri atas unsur PemerintahDaerah dan masyarakat

Sasaran Pemicuan adalah komunitas masyarakat (RW/dusun/desa),bukan

perorangan/keluarga, yaitu:1) semua keluarga yang belum melaksanakan salah

satu atau lima pilar STBM dan 2) Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas

sanitasi tetapi belum memenuhi syarat kesehatan (Kemenkes RI, 2014).Pemicuan

diarahkan untuk memberikan kemampuan dalam:

1. merencanakan perubahan perilaku.

2. memantau terjadinya perubahan perilaku; dan

3. mengevaluasi hasil perubahan perilaku.

(Kemenkes RI, 2014).

2.5. Dampak Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Buang air besar sembarangan atau BABS dapat memberikan dampak bagi

kesehatan. Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang dapat disebabkan

karena perilaku BABS. Gastroenteritis adalah infeksi membran mukosa saluran

pencernaan yang ditandai dengan adanya peningkatan konsistensi dan frekuensi

dan apabila diukur berat feses > 200 gram perhari. Dinyatakan akut apabila
16

berlangsung < 14 hari, persisten bila 14-28 hari, dan kronik apabila > 4 minggu

(Nelwan, 2014).

Penyebab terjadinya gastroenteritis bisa disebabkan karena adanya infeksi

akibat bakteri, virus maupun parasit. Selain itu, sindrom malabsorbsi, obat-obatan,

keracunan makanan, atau adanya penyakit sistemik. Bakteri penyebab

gastroenteritis antara lain: Vibrio cholera, Vibrio haemolyticus, E.coli,

Aeromonas, Bacteroides fragilis, Campylobacter jejuni, Salmonella, Clostridium

difficile, Shigella. Selain bakteri virus yang dapat menyebabkan gastroenteritis

yaitu Rotavirus, Adenovirus, Cytomegalovirus dan parasit penyebab

gastroenteritis yaitu Giardia, Entamoeba hystolitica, Isospora belli, Blastocystis

hominis dan lain-lain. Penyebaran mikroorganisme melalui fecal-oral yang dapat

diperantarai oleh 5F (Food, Flies, Finger, Feses, dan Fluid).

Mekanisme terjadinya diare pada gastroenteritis melibatkan faktor host

dan agent. Faktor agent meliputi kemampuan dari agen penyebab untuk

menembus pertahanan tubuh host, termasuk dalam hal ini adalah jumlah kuman

yang berinokulasi. Selain jumlah kuman, kemampuan untuk menempel pada

mukosa saluran cerna dan kemampuan untuk berkompetensi dengan flora normal

serta membentuk koloni di mukosa juga merupakan faktor agent yang

menyebabkan penyakit. Faktor lainnya adalah kemampuan agent untuk

memproduksi toksin yaitu enterotoksin, sitotoksin, dan neurotoksin. Dimana

toksin yang dikeluarkan akan berikatan dengan reseptor di permukaan enterosit

yang akan meningkatkan siklik AMP di mukosa saluran cerna dan akhirnya

melepaskan Clorida dan menurunnya absorbsi Natrium, sehingga menyebabkan


17

diare. Demikian pula dengan bakteri E.coli yang memproduksi enterotoksin (LT

atau ST) menyebabkan diare dengan mekanisme yang hampir sama, hanya saja

melalui siklik GMP.

Sitotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Shigelle dysentriae, Vibrio

parahaemolyticus, Clostridium difficile mampu merusak mukosa saluran cerna

dan menyebabkan diare berdarah (hematoskezia) bahkan sindrom hemolitik

uremikum. Sedangkan yang termasuk neurotoksin adalah Bacillus cereus atau

Staphilococcus yang biasanya juga menyebabkan muntah karena toksin yang

bekerja di sistem syaraf pusat.

Sejumlah pertahanan tubuh penjamu yang dapat menghindari terjadinya

diare adalah flora normal saluran cerna, keasaman lambung, motilitas usus, juga

status imun host. Mucosal immunity merupakan pertahanan pertama yang penting

terhadap berbagai patogen penyebab diare (Nelwan, 2014).

Gastroenteritis ditandai dengan meningkatnya kandungan cairan dalam

feses, pasienterlihat sangat lemas, kesadaran menurun, kram perut, demam,

muntah,gemuruh usus (borborigimus), anoreksia, dan haus. Kontraksi spasmodik

yangnyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat terjadi

setiapdefekasi.Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat,

tekanandarah turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan

didapatkantanda dan gejala dehidrasi, meliputi: Turgor kulit menurun <3 detik,

pada anak-anak ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan di

sertaipenurunan berat badan akut, keluar keringat dingin (Muttaqin, 2011).


18

Diare erat hubungannya dengan keadaan kurang gizi. Setiap episode diare

dapat mengakibatkan kekurangan gizi karena adanya anoreksia dan berkurangnya

kemampuan usus untuk menyerap makanan, sehingga bila episodenya

berkepanjangan akan berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan anak (Subagyo

dan Santoso, 2012).

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis mengenai gejala dan tanda-tanda

klinis dari gastroenteritis, adanya kontak dengan sumber yang berpotensi tercemar

patogen, riwayat perjalanan, pemeriksaan fisik secara general, dan pemeriksaan

penunjang. Menurut Davey (2005) pemeriksaan gastroenterititis yang dapatdilakukan

yaitu:

1. Tes darah lengkap, anemia atau trombositosis mengarahkan

dugaanadanya penyakit kronis. Albumim yang rendah bisa menjadi

patokan untuktingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.

2. Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab.

3. Foto polos abdomen, pada foto polos abdomen bisa terlhat

kalsifikasipankreas, walaupun diduga terjadi insufiensi pankreas,

sebaiknya diperiksadengan endoscopic retrograde

cholangiopancreatography(ERCP) atauCT pancreas.

Penatalaksanaan gastroenteritis karena infeksi pada dewasa adalah dengan

rehidrasi cairan, pengaturan asupan makanan, pemberian terapi simtomatik, dan

pemberian terapi definitif.

Rehidrasi cairan pada keadaan awal dapat diberikan sediaan cairan atau

bubuk hidrasi per oral setiap kali diare. Komposisi larutan per oral adalah 3,5 g NaCl,

2,5 g Na bikarbonat, 1,5 g KCl, 20 g glukosa per liter air. Pemberian hidrasi melalui
19

cairan infus berupa Ringer Lactat ataupun NaCl isotonis. Selain itu, pengaturan

asupann makanan diberikan secara normal dalam porsi kecil namun sering.

Pemberian terapi simtomatik seperti pemberian antimotilitasseperti loperamid 4-6

mg/hari pada dewasa, pemberian antisekretori seperti bismuth subsalisilat dapat

diberikan dengan dosis 2 tablet yang boleh diulang bila masih ada diare tidak lebih

dari 8 tablet per haridan pemberian obat adsorbens seperti attapulgite dapat diberikan.

Pemberian terapi definitif diberikan antibiotik sesuai agen penyebab gastroenteritis

(Nelwan, 2014).

Rehidrasi cairan pada bayi yang mengalami diare dapat diberikan oralit untuk

mencegah terjadinya dehidrasi yang dapat diberikan setiap setelah BAB. Selain itu

diberikan Zinc selama 10 hari dengan dosis 10 mg per hari untuk bayi umur < 6 bulan

dan 20 mg per hari untuk bayi umur > 6 bulan. Pemberian Zinc terbukti mampu

mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi BAB,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan

berikutnya. Pemberian ASI atau makanan tetap diberikan untuk memberikan gizi

pada penderita diare untuk mencegah berkurangnya berat badan (Subagyo dan

Santoso, 2012).
20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan berupa pengumpulan data primer dan

sekunder:

1. Sumber data primer

Wawancara dengan koordinator pelaksana program kesehatan

lingkungan di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung.

2. Sumber data sekunder

 Laporan penilaian kinerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

Bandar Lampung.

 Profil Puskesmas Rawat InapWay KandisBandar Lampung.

3.2. Tolak Ukur dan Evaluasi

3.2.1. Tolak Ukur Penilaian

Evaluasi dilakukan pada program kesehatan lingkungan. Adapun sumber

rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan adalah Pedoman Umum Program

Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga oleh Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia Tahun 2016 dan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan

Kota Bandar Lampung Nomor 440.005A.III.02.I.2018 tentang Penetapan

Indikator Kinerja Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kota Bandar Lampung.


21

3.2.2 Cara Analisis

1. Menentukan masalah yang terjadi

Menentukan masalah yang terjadi dengan cara membandingkan

pencapaian keluaran program dengan tolak ukur keluaran. Bila terdapat

kesenjangan, ditetapkan sebagai masalah. Selanjutnya membuat daftar

masalah yang dikelompokkan menurut jenis upaya, target, pencapaian, dan

masalah yang ditemukan.

2. Menetapkan prioritas masalah

Menetapkan prioritas masalah diperlukan untuk mendapatkan solusi

untuk memecahkannya. Pada evaluasi ini dipilih metode USG

(Urgency, Seriousness, Growth) yang merupakan salah satu alat untuk

menyusun urutan prioritas masalah yang harus diselesaikan. Caranya

dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan

masalah dengan menentukan skala nilai 1–5 atau 1–10. Masalah yang

memiliki total skor tertinggi merupakan masalah prioritas.

 Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak

masalah tersebut diselesaikan.

 Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap

produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan

membahayakan sistem atau tidak.

 Growth dilihat dari kemungkinan masalah akan semakin

memburuk kalau dibiarkan.


22

3. Identifikasi penyebab masalah

Identifikasi penyebab masalah digunakan metode diagram sebab

akibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/fish bone). Diagram fishbone

merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan

secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang

berhubungan dengan suatu permasalahan. Diagram fish bone disusun

dengan menuliskan masalah pada kepala ikan, kemudian membuat garis

horizontal dengan anak panah menunjuk ke arah kepala ikan. Selanjutnya

menetapkan kategori utama penyebab, dan membuat garis dengan anak

panah mengarah kearah horizontal. Dalam analisis penyebab masalah pada

tulisan ini menggunakan 5 kategori yaitu Man, Money, Method, Machine,

dan Environment.

4. Menyusun prioritas faktor penyebab masalah

Penyusunan prioritas faktor penyebab masalah menggunakan

indikator sebagai berikut:

1) Importancy (I) atau pentingnya penyebab masalah, yang terdiri dari:

 Severity (S) yaitu akibat yang ditimbulkan oleh masalah.

 Prevalence (P), jumlah suatu masyarakat yang terkena masalah,

semakin besar maka semakin harus diprioritaskan.

 Rate of increase (RI) yaitu jumlah kenaikan angka penyakit

dalam periode waktu tertentu.


23

 Degree of unmeet need (DU) yaitu adanya keinginan/dorongan

besar dari masyarakat agar masalah tersebut dapat segera

diselesaikan.

 Social Benefit (SB), sejauh mana keuntungan sosial yang

diperoleh dari penyelesaian masalah tersebut.

 Public concern (PB), menyangkut besarnya keprihatinan

masyarakat terhadap suatu masalah.

 Political climate (PC), besarnya dukungan politik dari

pemerintah sangat menentukan besarnya keberhasilan

penyelesaian masalah.

2) Technical feasibility (T), ketersediaan teknologi dalam mengatasi

suatu masalah.

3) Resource availability (R), menyangkut ketersediaan sumber daya

yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.

5. Membuat alternatif jalan keluar

Alternatif jalan keluar dibuat sebagai pemecahan masalah.

Alternatif tersebut dibuat dengan melihat kerangka konsep prioritas

masalah, sehingga tersusun daftar alternatif pemecahan masalah dengan

melihat kondisi dansituasi fasilitas kesehatan di puskesmas.

6. Menentukan prioritas cara pemecahan masalah

Pemecahan masalah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dibuat

yang dianggap paling baik dan memungkinkan untuk dilaksanakan. Untuk

menilai efektifitas jalan keluar, diperlukankriteria tambahan sebagai berikut:


24

1) Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude).

Makin besar masalah yang dapat diatasi, makin tinggi prioritasjalan

keluar tersebut.

2) Pentingnya jalan keluar (Importancy).

Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelangsunganmasalah. Makin

baik dan sejalan selesainya masalah, makinpenting jalan keluar tersebut.

3) Sensitifitas jalan keluar (Vulnerability).

Sensitifitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluardalam mengatasi

masalah, makin cepat masalah teratasi, makinsensitif jalan keluar

tersebut.

Selanjutnya ditetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk

setiapalternative jalan keluar. Nilai efisiensi biasanya dikaitkan

denganbiaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan

keluar.Makin besar biaya yang diperlukan makin tidak efisien jalan

keluartersebut. Beri angka satu (biaya paling sedikit) sampai angka lima

(biaya paling besar). Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiapalternatif jalan

keluar. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi, adalahprioritas jalan keluar

terpilih.

Keterangan =

P: priority, M: Magnitude, I: Importancy , V: Vulnerability, C:Cost


25

3.3. Diagram Fishbone

Diagram Cause and Effect atau Diagram sebab akibat adalah alat

yangmembantu mengidentifikasi, memilah, dan menampilkan berbagai

penyebabyang mungkin dari suatu masalah atau karakteristik kualitas

tertentu.Diagram ini menggambarkan hubungan antara masalah dengan

semuafaktor penyebab yang mempengaruhi masalah tersebut. Jenis diagram

inikadang‐kadang disebut diagram “Ishikawa" karena ditemukan oleh

KaoruIshikawa, atau diagram “fishbone” atau “tulang ikan" karena tampak

miripdengan tulang ikan. Diagram fishbone ini dapat digunakan ketika kita

perlu:

 Mengenali akar penyebab masalah atau sebab mendasar dari

akibat,masalah, atau kondisi tertentu.

 Memilah dan menguraikan pengaruh timbal balik antara berbagai

faktoryang mempengaruhi akibat atau proses tertentu

 Menganalisis masalah yang ada sehingga tindakan paling tepat

dapatdiambil

Manfaat menggunakan diagram fishbone yaitu:

 Membantu menentukan akar penyebab masalah dengan pendekatan

yangterstruktur.

 Mendorong kelompok untuk berpartisipasi dan memanfaatkanpengetahuan

kelompok tentang proses yang dianalisis.

 Menunjukkan penyebab paling mungkin dari variasi atau perbedaan

yangterjadi dalam suatu proses


26

 Meningkatkan pengetahuan tentang proses yang dianalisis

denganmembantu setiap orang untuk mempelajari lebih lanjut berbagai

faktorkerja dan bagaimana faktor–faktor tersebut saling berhubungan

 Mengenali area dimana data seharusnya dikumpulkan untuk

pengkajianlebih lanjut

Cara membuat diagram fishbone

Langkah–langkah untuk menyusun dan menganalisa diagram

fishbonesebagai berikut:

1. Identifikasi dan definisikan dengan jelas hasil atau akibat yang

akandianalisis

 Hasil atau akibat disini adalah karakteristik dari kualitas

tertentu,permasalahan yang terjadi pada kerja, tujuan perencanaan,

dansebagainya.

 Gunakan definisi yang bersifat operasional untuk hasil atau

akibatagar mudah dipahami.

 Hasil atau akibat dapat berupa positif (suatu tujuan, hasil) atau

negatif(suatu masalah, akibat). Hasil atau akibat yang negatif yaitu

berupamasalah biasanya lebih mudah untuk dikerjakan. Lebih mudah

bagikita untuk memahami sesuatu yang sudah terjadi (kesalahan)

daripadamenentukan sesuatu yang belum terjadi (hasil yang

diharapkan) .

 Kita bisa menggunakan diagram pareto untuk membantu

menentukanhasil atau akibat yang akan dianalisis


27

2. Gambar garis panah horisontal ke kanan yang akan menjadi

tulangbelakang.

 Disebelah kanan garis panah, tulis deskripsi singkat hasil atau

akibatyang dihasilkan oleh proses yang akan dianalisis

 Buat kotak yang mengelilingi hasil atau akibat tersebut

3. Identifikasi penyebab‐penyebab utama yang mempengaruhi hasil

atauakibat.

 Penyebab Ini akan menjadi label cabang utama diagram dan

menjadikategori yang akan berisi berbagai penyebab yang

menyebabkanpenyebab utama.

 Untuk menentukan penyebab utama seringkali merupakan

pekerjaanyang tidak mudah. Untuk itu kita dapat mencoba memulai

denganmenulis daftar seluruh penyebab yang mungkin. Kemudian

penyebab-penyebabtersebut dikelompokkan berdasarkan

hubungannya satusama lain. Tentukan penyebab berdasarkan urutan

proses yangdigunakan. Jadi, pada garis horisontal “tulang punggung

ikan”,tuliskan semua proses utama dari kiri ke kanan.

 Tulis penyebab utama tersebut disebelah kiri kotak hasil atau

akibat,beberapa tulis diatas garis horisontal, selebihnya dibawah

garis.

 Buat kotak untuk masing‐masing penyebab utama tersebut.

4. Untuk setiap penyebab utama, identifikasi faktor‐faktor yang

menjadipenyebab dari penyebab utama


28

 Identifikasi sebanyak mungkin faktor penyebab dan tulis sebagai

subcabang utama

 Jika penyebab‐penyebab minor menjadi penyebab dari lebih dari

satupenyebab utama, tuliskan pada semua penyebab utama tersebut.

3.4. Waktu dan Tempat

Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 15Oktober – 31 Oktober 2019

di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung.


29

BAB IV

GAMBARAN WILAYAH KERJA

4.1 Sejarah Puskesmas

Puskesmas Rawat Inap Way Kandis sebelumnya merupakan Puskesmas

Rawat Jalan yang dibangun pada tahun 1990 dan mulai beroprasi Tahun

1991.Sejak berdiri hingga sekarang Puskesmas Rawat Inap Way Kandis telah

mengalami pergantian pimpinan beberapa kali yaitu sebagai berikut :

1. Tahun 1991 - 1993 dipimpin oleh dr.Donna Alfina

2. Tahun 1993 - 1995 dipimpin oleh dr.Arief Munandar

3. Tahun 1995 - 1996 dipimpin oleh dr.Ria Sari

4. Tahun 1996 - 1997 dipimpin oleh drg.Armita Hutabarat

5. Tahun 1997 - 2001 dipimpin oleh drg.Arthur Sagala

6. Tahun 2001 - 2002 dipimpin oleh dr.Aryanti

7. Tahun 2002 - 2006 dipimpin oleh drg.Meri Farida

8. Tahun 2006 - 2007 dipimpin oleh drg.Netty

9. Tahun 2007 - 2009 dipimpin oleh dr.Endang Legiarti

10. Tahun 2009 Bulan Februari -November 2009 dipimpin oleh

Dra.Rochani.M,kes

11. Tahun 2009 - 2011 dipimpin oleh dr.Zenobia Devi

12. Tahun 2011 - 2012 dipimpin oleh drg.Rosmaulina Girsang selaku PLT

13. Tahun 2012 - 2013 dipimpin oleh dr.Pritha Prawieta


30

14. Tahun 2013 - 2016 dipimpin oleh dr.Intan Kusuma Dewi

15. Tahun 2016 sampai dengan sekarang dipimpin oleh dr.Rita

Agustina.M.Kes

Tahun 1991 hingga Tahun 2001 Puskesmas Way Kandis merupakan

Puskesmas yang masuk dalam wilayah Kecamatan Kedaton.Berdasarkan

Peraturan Daerah No.4 Tahun 2001 Tanggal 03 Oktober 2001 wilayah Kecamatan

Kedaton terbagi menjadi tiga ( 3 ) Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Kedaton

2. Kecamatan Rajabasa

3. Kecamatan Tanjung Senang

Dalam pemekaran wilayah Kecamatan Puskesmas Way Kandis masuk

wilayah Kecamatan Tanjung Senang dengan luas wilayah kerja + 973 Ha yang

terdiri dari lima ( 5 ) Kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Tanjung Senang

2. Kelurahan Way Kandis

3. Kelurahan Perumnas Way Kandis

4. Kelurahan Labuhan Dalam

5. Kelurahan Pematang Wangi


31

Puskesmas Way Kandis memiliki lima ( 5 ) Puskesmas Pembantu yaitu :

1. Puskesmas Pembantu Tj Senang I

2. Puskesmas Pembantu Tanjung Senang.II

3. Puskesmas Pembantu Tanjung Raya Permai

4. Puskesmas Pembantu Way Kandis

5. Puskesmas Pembantu Labuhan Dalam.

Pada Tahun 2012 Puskesmas Way Kandis mengalami perubahan status

dari Puskesmas Rawat Jalan menjadi Puskesmas Rawat Inap yang diresmikan

oleh Bapak Walikota Bandar Lampung pada tanggal 18 Juli 2012.

4.2 Visi dan Misi Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

4.2.1 Visi

UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis mempunyai Visi “Mewujudkan

Kecamatan Tanjung Senang Sehat 2021”

4.2.2 Misi

Untuk mencapai Visi tersebut UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

mempunyai Misi :

1. Meningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

2. Menurunkan kasus penyakit menular

3. Menekan AKI / AKB

4. Meningkatkan status gizi balita

5. Meningkatkan kemandirian masyarakat


32

6. Meningkatkan kinerja dan kerjasama lintas program dan lintas sektor

7. Meningkatkan SIK ( Sistim Informasi Kesehatan )

4.3 Data Geografis dan Demografis Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap

Way Kandis

4.3.1 Geografis

Puskesmas Rawat Inap Way Kandis merupakan Puskesmas yang ada

didalam Pemerintahan Kecamatan Tanjung Senang yang terletak di Kelurahan

Perumnas Way Kandis dengan Luas Wilayah kerja + 9,73 km2 dengan

membawahi 5 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Tanjung Senang

2. Kelurahan Way Kandis

3. Kelurahan Perumnas Way Kandis

4. Kelurahan Labuhan Dalam

5. Kelurahan Pematang Wangi

Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis merupakan dataran

rendah dan bergelombang, Ketinggian rata-rata 500 M diatas ketinggian

permukaan laut dengan suhu 24 – 30 derajat celcius. Tanah diwilayah

Kecamatan Tanjung Senang telah banyak beralih fungsi yang sebelumnya

merupakan tanah pertanian dan persawahan kini menjadi daerah pemukiman.

Penduduk Kecamatan Tanjung Senang bekerja sebagai Petani, Jarak tempuh

Puskesmas Rawat Inap Way Kandis dari Pusat Kota Bandar berjarak ± 7 km.
33

Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis adalah

sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Way Huwi Kec Jati Agung

Lam-Sel

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Way Dadi Kecamatan

Sukarame

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec.Way Halim dan Kec.Lab Ratu

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis


34

Tabel 1. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

No KELURAHAN LUAS WILAYAH Km2

1 Tanjung Senang 3,2 km2

2 Way Kandis 1,61 km2

3 Perumnas Way Kandis 0,75 km2

4 Labuhan Dalam 3,5km2

5 Pematang Wangi 0,67 km2

Jumlah 9,73 km2

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Kelurahan yang paling luas

wilayahnya adalah Kelurahan Labuhan Dalam dan Kelurahan yang paling rendah

luas wilayahnya Kelurahan Pematang Wangi.

4.3.2 Demografis

Penduduk Kecamatan Tanjung Senang terdiri dari dua kelompok

besar,yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang yang berasal dari Jawa dan

Sumatera dan lain lain.Penduduk Kecamatan Tanjung Senang berjumlah 47.496

yang terdiri dari Laki laki 23.743 dan Perempuan 23.753 dengan jumlah Kepala

Keluarga 9.600.
35

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Senang Menurut jenis


kelamin Tahun 2017

PENDUDUK
KK
No KELURAHAN
lk Pr Total

1 Tanjung Senang 6.569 6.479 13.048 2.505

2 Way Kandis 4.593 4.548 9.141 2.198

3 Perumnas Way Kandis 4.088 4.349 8.437 1.707

4 Labuhan Dalam 4.770 4.620 9.390 1.596

5 Pematang Wangi 3.723 3.757 7.480 1.594

Jumlah 23.743 23.753 47.496 9.600

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk diwilayah

Kecamatan Tanjung Senang tidak merata, kelurahan yang memiliki kepadatan

cukup tinggi yaitu kelurahan Tanjung Senang dan kepadatan penduduk yang

paling rendah adalah kelurahan Pematang Wangi.

Tingkat Pendidikan Penduduk diwilayah Kecamatan Tanjung Senang

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


36

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2017

No KELURAHAN PAUD TK SD SMP SMA D S1 JML

1 TJ SENANG 560 910 1.416 1.059 1.510 1.898 2.294 10.175

2 WAY KANDIS 185 405 2.422 2.389 2.279 201 525 8.818

3 PERUM WK 104 296 1.749 1.004 2.067 674 965 7.218

4 LAB DALAM 288 375 812 1.327 1.768 1.180 473 6.967

5 PMT WANGI 584 290 1.697 656 792 585 859 5.663

JUMLAH 1.721 2.276 8.096 6.435 8.416 4.538 5.116 38.841

Tabel 4. Jumlah Sarana Pendidikan Tahun 2017

No KELURAHAN PAUD TK SD MIN SMP SMA SMK PT JML

1 TJ SENANG 4 4 1 - 1 1 1 1 13

2 WAY KANDIS 7 4 3 - 2 - - - 16

3 PERUM WK 5 3 3 - - - - - 11

4 LAB DALAM 4 3 3 1 2 2 1 - 16

5 PMT WANGI 4 2 1 - 1 1 - - 9

JUMLAH 24 16 11 1 6 4 2 1 65

4.4 Sumber Daya Kesehatan

Data Ketenagaan di UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis


37

Tabel 5. Data Ketenagaan Upt Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Tahun
2017

STATUS KEPEGAWAIAN
NO JENIS KETENAGAAN JUMLAH KET
PNS KONTRAK TKS

A. PUSKESMAS INDUK

1 Dokter Umum 6 3 3 0 1 Ka Pusk , 1


Tubel

2 Dokter Gigi 2 2 0 0

3 Sarjana  

a. S1 Keperawatan 2 2 0 0  

b. S1 Kesehatan 2 1 1 0 1 Promkes dan


Masyarakat 1 Adm

c. S1 Apoteker 1 1 0 0

  d. DIV Keperawatan 1 1 0 0

  e. DIV Kebidanan 0 0 0 0

  f. DIII Keperawatan 4 1 2 1

  g. DIII Kebidanan 12 7 4 1 1 Adm

h. DIII Perawat Gigi 1 1 0 0

  i. DIII Analis 1 1 0 0  
Kesehatan
j. DIII Gizi 2 1 0 1

k. DIII Sanitasi 1 1 0 0

l. D3 Lainnya 3 0 2 1 3 Tenaga Adm

4 DI Bidan 2 2 0 0  

5 Perawat / SPK 4 4 0 0  

6 Per Gigi / SPRG 1 1 0 0  

7 SPAG 0 0 0 0

8 Analis / SMAK 1 1 0 0

9 Pengelola Obat / SMF 1 1 0 0


38

10 Kesling / SPPH 1 1 0 0

11 TU / Adminitrasi 3 3 0 0 1.Ka Tata


Usaha

12 Supir 1 1 0 0

13 Tenaga Pelaksana 1 0 0 1

14 Tenaga Kebersihan 2 0 0 2

15 Penjaga Malam 1 0 0 1

Jumlah 56 36 12 8

B. PUSKESMAS PEMBANTU

1 S1 Keperawatan 1 1 0 0

2 DIV Kebidanan 3 1 2 0

3 DIII Kebidanan 9 8 1 0

4 DIII Keperawatan 4 2 2 0

5 D1 Bidan 3 3 0 0

6 Perawat / SPK 7 7 0 0

7 Sanitasi /SPPH 1 1 0 0

8 Adminitrasi 1 1 0 0

Jumlah 29 24 5 0

C. POSKESKEL

1 S1 Keperawatan 1 0 1 0

2 DIII Kebidanan 4 0 4 0

3 DIII Keperawatan 9 0 9 0

4 D1 Bidan 1 0 1 0
39

Jumlah 15 0 15 0

TOTAL 102 61 31 9

Tabel 6. Pembiayaan Kesehatan UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis


Tahun 2017

No SUMBER DANA JUMLAH ( Rp )

1 APBD

2 RETRIBUSI

3 APBN ( BOK )

4 P2KM ( JAMKESDA )

5 JKN / BPJS

TOTAL

Tabel 7. Sarana Prasarana Kesehatan Puskesmas Rawat Inap Way Kandis


Tahun 2017

No Jenis Sarana / Prasarana Jumlah Kondisi

Baik R.Ringan R.Berat

I. Bangunan

Puskesmas Induk 1 1 - -

Puskesmas Pembantu 5 4 1 -

Rumah Dinas Dokter 1 - - 1

Rumah Dinas Perawat / Bidan 1 - 1 -


40

II Kendaraan

Ambulance 2 2 - -

Sepeda Motor 11 9 1 1

II. Alat Kantor dan Rumah


Tangga

Filing Kabinet 2 2 - -

Lemari Arsip 7 7 - -

Lemari Kayu 3 3 - -

Lemari Alat / Instrument 5 5 - -

Rak Obat Kayu 3 3 - -

Lemari Obat 1 1 - -

Loker 1 1 - -

Bangku Tunggu Pasien ( Besi ) 8 8 - -

Bangku Tunggu Pasien 4 3 - 1


( Kayu )

Kursi Kayu 4 4 - -

Meja Kayu ½ Biro 14

Meja Kayu 4

Kursi Putar 2 1 1 -

Meja + Kursi Tamu 1 set 1 - -

Meja Panjang ( Rapat ) 6 6 - -

Meja Apotik 1 - - -

Meja Resepsionis 1 - - -

Rak Kartu Rekam Medis 2 - - -

Kursi Plastik 40 - - -

Lemari Makan 2 - - -

Telivisi 3 - - -

AC 3 - - -
41

Komputer 3 set 3 - -

Laptop 7 4 - -

Notebook 1 1 - -

Printer 5 5 - -

Printer Laser Jet 2 2 - -

Fingger Print 1 1 - -

LCD Proyektor 1 1 - -

Mesin Penghancur Kertas 1 1 - -

Brankas 1 1 - -

Handphone Android 1 1 - -

Handphone 1 1 - -

Kipas Angin 8 8 - -

Kompor Gas 1 1 - -

Tabus Gas 1 1 - -

Lemari ES 3 3 - -

Tabung APAR 4 4 - -

Genset 1 1 - -

Mesin Air 1 1 - -

Bak Penampung Air 2 2 - -


42

BAB V

HASIL EVALUASI

5.1. Identifikasi Masalah

Perbandingan antara target dengan pencapaian program kesehatan

lingkungan di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung Tahun 2019

Triwulan III disajikan dalam gambar dibawah ini.

Kinerja Program Kesehatan Lingkungan

Kelurahan ODF
80
60
40
Pembinaan tempat
Akses Air Bersih
pengelolaan makanan 20
Target
0
Pencapaian

Persentase Rumah Inspeksi sanitasi


Sehat sumber air
43

Gambar 2. Grafik Kinerja Program Kesehatan Lingkungan

Berdasarkan grafik diatas, dapat dirumuskan masalah yang ditemukan

yaitu belum tercapai nya kelurahan ODF, penduduk memiliki akses air bersih,

Persentase rumah sehat, Pembinaan tempat pengelolaan makanan, dimana

pencapaian program tersebut belum memenuhi target pencapaian.

5.2. Menetapkan Prioritas Masalah

Penetapan prioritas masalah dapat ditentukan dengan menggunakan

metodeUSG berdasarkan masalah yang sudah ditemukan sebelumnya yang

disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 7. Prioritas masalah menggunakan metode USG


No. Program U S G Jumlah
1. Kelurahan ODF 4 4 4 12
2. Penduduk memiliki akses air 3 3 3 9
3. Inspeksi sanitasi sumber air 1 2 2 5
4. Tempat pengelolaan 2 2 3 7
makanan

Berdasarkan metode USG yang disajikan pada tabel diatas, prioritas

masalah yang utama yaitu keluarahan ODF.

5.3. Identifikasi Faktor Penyebab Masalah


44

Identifikasi faktor-faktor penyebab masalah digunakan metode diagram

sebab akibat dari Ishikawa yaitu diagram fish bone. Diagram fishbone merupakan

suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik

menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu

permasalahan.Dalam analisis penyebab masalah pada tulisan ini menggunakan

kategori Man, Money, Method, Machine, Material dan Environment.

5.4. Menyusun Prioritas Faktor Penyebab

Setalah diidentifikasi penyebab masalah, dilakukan penyusunan prioritas

faktor penyebab menggunakan model teknik kriteria matriks pemilihan prioritas

sehingga dapat dipilih masalah yang paling dominan yang disajikan dalam tabel

dibawah ini.

Tabel 8. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah

No. DaftarMasalah I T R IxTxR

P S RI DU SB PB PC

1. Man

Kurangnya 4 5 4 3 5 2 3 3 4 312
pengetahuan
masyarakat
mengenai akibat
BABS
45

Masyarakat 4 3 3 2 4 3 3 3 3 198
kurang peduli
dengan kesehatan
lingkungan
Sebagian besar 5 4 4 3 5 4 4 4 4 464
masyarakat masih
menyalurkan tinja
langsung ke
sungai
Kurangnya 4 4 3 3 4 3 2 3 3 207
kemauan
masyarakat untuk
membangun
jamban sehat
2. Environment

Lokasi rumah 4 5 3 3 4 3 2 3 3 216


yang dekat dengan
sungai
1. Money

Kurangnya 3 3 2 2 3 2 1 3 3 144
alokasi dana di
masyarakat untuk
pembangunan
jamban sehat
2. Machine

Belum 2 2 3 2 2 1 4 3 2 90
maksimalnya
kerja kader STBM
tingkat kelurahan
Belum berlakunya 3 3 2 2 3 2 1 3 2 96
kebijakan stop
BABS dari aparat
setempat
Kurangnya 3 3 2 2 4 2 1 4 3 204
partisipasi aparat
desa dalam
pelaksanaan
program ODF
5. Method

Kurangnya sistem 3 2 2 2 4 2 1 4 3 192


pemantauan dari
aparat setempat
Kurangnya 2 2 3 3 2 1 4 3 2 102
pembekalan
mengenai
program ODF
oleh kader
46

Belum efektifnya 3 3 3 2 2 3 2 2 3 108


penyuluhan di
masyarakat oleh
kader
6. Material

Tidak ada buku 3 2 3 2 3 2 1 3 3 144


panduan khusus
tentang STBM
untuk tiap kader
Kurangnya media 2 2 3 3 3 2 1 3 2 96
informasi tentang
sosialisasi ODF

Keterangan:
 Pentingnya masalah (Importancy/I) Money
– Machine
Besarnya masalah (Prevalence/P)
Method
– Akibat yang ditimbulkan Belum maksimal
Kurangnya masalah (Severity/S)
partisi- pasi nya kerja kader
Kurangnya – Kenaikannya
Kurangnya besarnya
aparat desa masalah (Rate of Increase/RI)
STBM tingkat
pembekalan mengenai sistem dalam kelurahan
– Derajat keinginan
pemantauan masyarakat yang belum terpenuhi (Degree of
pelaksanaan
program ODF oleh
dari aparat porgram ODF
kader Unmeet Need/DU)
setempat Kurangnya alokasi
– Keuntungan sosial
Belumkarena selesainya masalah
berlakunya dana(SocialBenefit/SB)
di masyarakat
Belum efektifnya untuk
kebijakan stop Belum
penyuluhan di – Rasa prihatin masyarakat tentang masalah (PublicConcern/PB)
pembangunan
BABS dari aparat tercapainya
masyarakat oleh kader jamban
– Suasana politik (PoliticalClimate/PC)
setempat (20% dari
60%)
 Kelayakan Tekhnologi (TechnicalFeasibility/T)
Kurangnya Kelurahan
Masyarakat kurang Tidak ada
 Sumberdaya
pengetahuan yang tersedia (ResourcesAvailibility/R)
buku panduan
ODF di
masyarakat mengenai peduli dengan Puskesmas
kesehatan khusus tentang
akibat BABS Way Kandis
lingkungan STBM untuk
Kerangka konsep (Fish bone) belum tercapainya sasaran
tiap kader CDR di UPT
Kurangnya kemauan
masyarakat Puskesmas
untuk rawat inap Way Kandis
Sebagian besar dapat dilihat sebagai berikut :
membangun jamban Lokasi rumah Kurangnya
masyarakat masih
sehat yang dekat media
menyalurkan tinja
dengan sungai informasi
langsung ke sungai
tentang
Man sosialisasi
Environment Material ODF
47

Setelah dilakukan pemilihan prioritas masalah, didapatkan penyebab

masalah yang utama pada faktor Man atau manusia yaitu sebagian besar

masyarakat masih menyalurkan tinja langsung ke sungai dengan skor matriks

sebesar 464. Penyusunan prioritas penyebab dilakukan menggunakan teknik

matriks berdasarkan pentingnya masalah, kelayakan teknologi dan sumber daya

yang tersedia. Setelah dilakukan penyusunan prioritas penyebab masalah

dilakukan penyusunan alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.


48

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

1. Capaian program kelurahan ODF di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis

Bandar Lampung Tahun 2019 bulan Januari-September (Triwulan 1 dan 2)

sebesar 40% dari 60% yang artinya terdapat suatu masalah penyebab

belum tercapainya program kelurahan ODF.

2. Faktor penyebab utama belum tercapainya kelurahan ODF di Puskesmas

Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung Tahun 2019 bulan Januari-

September (Triwulan 1 dan 2) yaitu masyarakat merasa menyalurkan tinja


49

langsung ke sungai adalah hal yang biasa dan praktis sehingga masih

banyak masyarakat yang buang air besar sembarangan ke sungai.

3. Alternatif pemecahan masalah yang utama agai tercapainya kelurahan

ODF di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung yaitu

himbauan kepada Kader yang berkoordinasi dengan berbagai pihak

memberikan informasi door to door atau dengan berdiskusi bersama

mengenai program ODF dan dampak dari BABS.

7.2. Saran

1. Kerja sama lintas sektor untuk membantu tarcapainya program kelurahan

ODF.

2. Memberikan penyuluhan dan motivasi secara berkala kepada masyarakat

mengenai manfaat adanya program ODF serta dampak BABS.

3. Pemberlakuan kebijakan stop BABS oleh aparat setempat.

4. Monitoring dan evaluasi berkala program kelurahan ODF oleh pihak-

pihakyang terlibat dalam pemicuan STBM.

5. Dilakukan pendekatan berupa pelatihan dan pembekalan materi kepada

kader sehingga dapat menjadi pelopor dalam meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk tidak membuang tinja ke parit/sungai.


50

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Bandar Lampung. 2018. Surat Keputusan Kepala Dinas


Kesehatan Kota Bandar Lampung Nomor 440.005A.III.02.I.2018 tentang
Penetapan Indikator Kinerja Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kota
BandarLampung. Bandar Lampung: Dinkes Bandar Lampung.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
51

Nelwan, EJ. Diare Akut Karena Infeksi. Dalam: Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo,
AW., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., Syam, AF., editor. Buju Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. 2014. Jakarta: Interna Publishing.
Puskesmas Way Kandis. 2019. Laporan Pencapaian Kinerja Puskesmas Way
Kandis Tahun 2019. Bandar Lampung: Puskesmas Way Kandis.
Subagyo, B., Santoso, NB. Diare Akut. Dalam: Juffrie, M., Soenarto, SS., Oswari,
H., Arief, S., Rosalina, I., Mulyani, NS., editor. Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi. 2012. Jakarta: IDAI.

Anda mungkin juga menyukai